Gimme Your Ice Cream? - ON HO...

By amelietzu

11.9K 1.3K 115

Hanbin yang tak pernah berpacaran itu, tiba-tiba bisa langsung jatuh cinta kepada Jinhwan, pandangan pertama... More

Pertama.
Kedua.
Ketiga.
Keempat.
Kelima.
Keenam.
Ketujuh.
Kedelapan.
Kesepuluh.

Kesembilan.

948 103 14
By amelietzu

Dirinya berjalan santai menuju halte bus biasa tempatnya menunggu. Melirik jam digital yang bertengger ditangan kirinya, pukul 5 sore. Menghela nafas kecil, ia sedikit berteriak. "Kau pikir kau itu kecil, Kim?"

Sontak yang merasa terpanggil, berdiri tegak dari tempat persembunyiannyaㅡ semak belukar dibelakang halte yang tak terlalu ramai itu, sambil berteriak 'tidak,' seperti seorang tentara yang di ospek. Diperoleh lah lirikan datar dari sang senior.

"Kau membuat dirimu sendiri seperti seorang penguntit, kau tahu?" Jinhwan menepuk tempat duduk sebelahnya, mengisyaratkan sang junior untuk menempatinya. "Disini saja."

Hanbin senang sekaligus terheran, apa seniornya ini sudah tak marah? Kenapa ia terlihat sangat baik hati, ramah, dan tidak sombong? Apa dia sudah sadar bahwa Hanbin itu adalah seseorang yang baik? Yang tampan? Yang layak menjadi kekasih hatinya?

Setelah menurut pada perintah lelaki yang lebih tua, si bangir mengeluarkan ponsel pintarnya. Tak lama, dirinya tersenyum sendiri melihat benda pipih itu, sampai Jinhwan mengerutkan dahinya heran.

"Hyung!"

Jinhwan yang memang sedari tadi memperhatikan adik kelasnya itu pun menoleh ke arah sebaliknya, menghindari tatapan tiba-tiba dari Hanbin. Uh- oh, ketahuan curi pandang?

Hanbin tersenyum hangat melihat kelakuan lelaki yang disukainya itu. Kembali pada tujuan awalnya, "Hyung, lihat gadis ini. Bukankah dia sangat manis?"

Foto selfie dirinya sendiri dengan seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahunan yang sedang memakan es krim dengan nikmatnya. Jinhwan tertegun melihat foto tersebut, dan dirinya juga terkekeh kecil, "Ohh- Hanbyul-ah? Ini mantan pacarmu, eh? Kau pedofil."

Sadar akan kesalahannya, rapper muda itu menggelengkan kepalanya. "Tidak! Itu adikku tentu saja, Hanbyul. Maaf tadi aku berbohong, hyung."

Tunggu, sepertinya ada yang salah.

"Kenapa kau tahu nama adikku Hanbyul?"

"Aku tidak tahu, aku hanya menebak. Karena gosipnya, kau tak punya mantan kekasih." Jinhwan hanya berbicara datar seolah itu hal yang sepeleㅡ walaupun memang benar.

Kaget, kenapa sampai murid baru kemaren saja tahu rahasia memalukan Kim Hanbin? "Hah- Apa? Apakah aibku adalah rahasia umum di sekolah ini?"

Yang ditanya menggeleng kecil, "Kau hanya..." ia menggantung kalimatnya, berpikir untuk kata-kata yang akan menjadi lanjutan dari ucapannya tersebut.

"...kurang peka." Sambung Jinhwan sambil menatap polos Hanbin yang juga sedang memandangnya. Mata keduanya bertemu dengan dramatis, sampai si dominan tak sadar wajahnya telah memerah sempurna di hadapan sang crush.

Sepertinya Jinhwan tidak sadar dengan apa yang dirinya katakan. Itu, bukan sebuah kode. Mungkin? Terlihat dari reaksi datar yang ditunjukkannya setelah ia mengetahui wajah Hanbin memerah, sedang kepanasan akan api cinta. Jinhwan hanya memalingkan wajahnya kedepan tanpa kalimat tambahan.

Bus sudah datang tepat di hadapan mereka, dan Hanbin masih sibuk dengan dunianya sendiri. "Huh, jinjja. Kau ini idiot?"

Dengan sekuat tenaga, dirinya menarik paksa si bangir yang masih bengong seperti orang idiot itu supaya berdiri. "Ya, cepat. Kau mau kutinggal?"

"Eh? Arra, arra!"

Hanbin hanya bingung. Dirinya benar-benar tidak peka, eh?

Bangun 30 menit sebelum sekolah, merupakan hal yang baru bagi lelaki bertinggi badan 1,6 meter itu. Umpatan kecil keluar dari bibir merah muda Jinhwan setelah melihat jam digital yang terletak di samping meja nakasnya.

Mandi bagaikan seekor bebek, lalu meminum susunya sampai ia tersedak sendiri. Langkah kaki pendeknya sangat tergesa-gesa, menuntun tubuh mungilnya sampai ke halte busㅡ salah satu busnya memiliki rute yang melewati sekolah bercat putih gading, tempat ia menuntut ilmu. Penantiannya disini mengambil waktunya cukup lama.

"Huhh," tarik nafas, lalu buang.

Jinhwan akhirnya bisa berdiri di bus itu. "Aku tak yakin hari ini bisa tepat waktu."

Dan benar, dirinya dan beberapa anak yang juga terlambat, dihukum untuk membersihkan seluruh taman belakang sekolah tanpa kecuali selama dua jam pelajaran.

"Sialan! Sekolah sebesar ini, apa mereka tidak punya petugas kebersihan? Kenapa memanfaatkan keterlambatan siswa? Dasar, tak modal! Kau tahu? Sepertinya pejabat sekolah ini menelan sejumlah uang yang seharusnya untuk memperkeㅡ"

"Demi Tuhan, Nam Taehyun. Cukup diam dan kerjakan. Aku sedang tidak berharap bertatap muka dengan wajah girly-mu saat ini."

Taehyun yang masih punya segudang protes tentang kebijakan sekolah, memulai sub bab baru dengan tema menentang argumen Jinhwan. "Girly? Ya, apa kau tak mempunyai kaca dirumah?"

Memutar bola matanya malas, yang lebih pendek hanya bergumam kecil, "Aku tampan." Dan dirinya kembali fokus menyapu dedaunan kering yang telah gugur dari dahannya.

Diselingi dengan debatan kecil sampai besar, tak terasa tugas Jinhwan dan Taehyun telah selesai dilaksanakanㅡ sejujurnya, tidak ada yang tau Taehyun melakukan pekerjaan apa selain menjadi lawan perang mulut dengan Jinhwan.

"Ayo makan," ucap Taehyun sembari mengambil uang di saku celananya. "Aku cukup lelah dengan semua pekerjaan tadi."

"Kau gila? Bahkan kau tak menyentuh batang sapu."

"Aku memulung sampah, kau tahu? Lagipula sebentar lagi waktunya istirahat. Ayo simpan tas lalu kita makan!"

Jinhwan mengingat sesuatu, dirinya tak sempat menyiapkan bekal makan.

"Aku akan mentraktirmu, tolong jangan memasang wajah memelas."

Lirikan tajam disampaikan oleh mata sipit milik Jinhwan. Berjalan ke arah sebuah kursi taman, tempat semua orang ber cap tak-disiplin menyimpan tas mereka. "Tak perlu."

Dari belakang, Taehyun mengejar kawan mungilnya itu sambil berteriak heboh, 'tunggu aku!'

Sebuah roti isi dan susu kotak telah dibeli oleh Jinhwan, dirinya menunggu si kawan yang entah sedang membeli apa karena sungguh, lama. Sudah lima menit dirinya berdiri, sembari menengok-nengok mencari batang hidung Taehyun.

10 menit. "Demi Tuhan, waktu makanku akan habis karena bocah sialan itu."

Masa bodoh dengan temannya, Jinhwan pergi meninggalkan kantin yang masih menjadi lautan manusia itu. Menuju ke belakang sekolah, tempat ia biasa menghabiskan makanannya.

"Kim?" Melihat di taman telah terlebih dahulu tiba sosok yang biasa ia jumpai dimana-mana.

Yang dipanggil terlihat senang, "Hai, hyung!" Melambaikan tangan besarnya, lalu menepuk tempat di sebelahnya yang kosong.

Isyarat itu ditangkap oleh Jinhwan, yang hanya mengangguk patuh sambil menghampiri Hanbin. "Kenapa kau disini?"

"Aku hanya mau makan bersamamu." Ucapnya malu-malu walaupun sebenarnya tak punya malu. "Oh iya, pekan ini aku akan ikut semi final, kau akan menonton kan?"

Tanpa pikir panjang lelaki yang lebih pendek itu menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju dengan tawaran adik kelasnya itu. Menoleh dengan efek yang lambat, Jinhwan tersenyum kecil sampai pipi berisi nya terangkat, "Semangat."

Apa yang terjadi pada uri Hanbin?

"Hyung, tampar aku!!!"

Plak!

".....Demi Tuhan, itu sakit........"

"Itu berarti kau tidak bermimpi."

"Kau benar! Aku tidakㅡ tunggu, apa?"

"Apa?"

"Kau bisa membaca pikiranku?"

"Kau menulis pikiranmu di wajahmu."

Perbincangan bodoh itu terus berlanjut dengan santainya. Namun, mereka tak tahu bahwa ada 2 pasang mata yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

Di balik semak-semak yang tingginya sepinggang orang dewasa, mereka bersembunyi.

"For the fuxk sake, kenapa aku dibawa kesini?" Sang lelaki tinggi mulai meradang karena melihat pemandangan nun jauh 7 meter di depannya.

Dirinya ditarik duduk oleh si teman, "Diamlah, kalau mereka mendengar bagaimana?" Ikutan sensi karena takut ketahuan sedang menguntit.

"Kau hanya menyogok diriku dengan sebungkus ramyeon dan kau pikir aku mau jadi sasaeng? Terima kasih, harga diriku cukup murah, ya." Ucap Junhoeㅡ si tinggi tadi, dengan majas sarkasmenya.

Taehyun melirik tajam sang kawan, "Bung, ramyeon edisi spesial itu harganya setengah bekal ku. Kau harus menghargainya."

"Nanti juga jadi pooㅡ"

"Lihatlah! Lihatlah! Mereka tertawa bersama, bukankah itu manis? Uri Jinanie sudah besar."

Dengan engganㅡnamun penasaran, Junhoe kembali melihat sepasang (calon) kekasih yang sedang makan siang bersama itu. Entah kenapa, senyuman miringnya mulai tercetak dengan jelas seiring berdirinya tubuh jangkungnya itu. "Bagaimana jika kita kita double-date dengan mereka?"

"Aku salah mengajak orang... dan aku gak sudi date denganmu."

Taehyun dalam masalah.

To be Continue.

Hello! This is Amélie. ㅋㅋㅋ mungkin udah pada lupa sama cerita ini... tapi gak apa-apa, saya juga lupa...... /slapped.
Yang mau like love star vote comment favorite apa lagi ya... tambah ke perpustakaan dan baca... saya ucapkan arigatou gozaimasu! Aku sayang kalian semuaaaaa! ❤😭

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 13.4K 25
18+ Pecinta tt garis besar. Pengusaha kaya raya, Aarav Arsenio menyukai gadis montok Whynnie Olivia secara ugal-ugalan. Semua bentuk badan Oliv, Ayan...
345K 24.4K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
221K 20.7K 72
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
490K 2.6K 17
Cerita ini bagian dari @fantasibersama