Find The Real Me

Par taebin_tae

606 251 228

Di saat rembulan memancarkan cahaya terangnya, di situlah sebuah kerinduan terdalam menyelimuti. Seorang lak... Plus

PROLOG
1. Kim Juna
3. Meet Up
4. OE LOUX
5. Who's me?
6. The Power
7. SCALYEN

2. Min Yoon Gi

92 47 39
Par taebin_tae

Seoul, 7 Juli 2017

Setelah sebulan lamanya Yoon Gi mengurung dirinya dalam kamar dan tak melakukan apa apa selain bermain game online sepanjang hari. Namun hari ini laki-laki berkulit putih pucat itu seperti kembali mendapatkan semangat hidupnya, ia membuka tirai jendela kamarnya dan memandang sebuah danau kecil dihadapannya. Tampak kabut mulai memudar perlahan dan menunjukkan sebuah pemandangan indah dari sana.

Laki-laki itu melongok keluar jendela, membiarkan sinar matahari menyentuh permukaan kulit pucatnya dan mengacak rambut berwarna putihnya. Percayalah Yoon Gi tampak seperti Jack Frost sekarang.

Setelah beberapa saat menghirup udara segar dari balik jendelanya, Yoon Gi memutuskan kembali pada kursi empuk kesayangannya dan menghadap komputer membuka satu persatu e-mail nya.

"Coba kita lihat, apa yang akan aku lakukan setelah ini?" gumamnya dengan sebuah senyum evil.

Fr: franky12putusasa@com

To: banditganteng@com

Subject: Help!

Tolong pertemukan kembali aku dengan keluargaku! Berapapun yang kau inginkan, akan aku berikan.

Waktuku tidak banyak, banyak yang harus aku sampaikan pada mereka sebelum aku mati.

"Hmmm, sudah mau mati ya.... coba kita lihat berapa banyak waktu yang kau miliki Mr.Franky," Yoon Gi tersenyum tipis menatap layar komputernya.

Tepat saat itu pintu kamarnya terbuka, dan muncul seorang pria berpakaian tuksedo rapi tanpa dasi menghampirinya dengan membawa nampan berisi kopi hangat dan beberapa potong roti isi daging kesukaannya.

"Yoon Gi-aa, jangan lewatkan sarapan pagimu! incip dulu roti isi buatanku," ucapnya dengan memamerkan senyumannya.

"Oh, maaf paman aku hampir lupa!" sahut Yoon Gi sambil meraih rotinya dan melahapnya begitu saja tanpa jeda seperti anjing kelaparan.

Paman Han Sung tersenyum puas melihat Yoon Gi melahapnya tanpa banyak berkomentar seperti biasanya. Pria itu memandang sekitarnya. Berantakan.

Meja berdebu, bungkus snack dan beberapa mangkuk mi instant bertebaran dimana mana. Tak banyak komentar, pria itu mengeluarkan sarung tangannya kemudian membuka tirai jendela dengan lebar, dan juga membuka jendelanya agar udara segar masuk membersihkan aroma kopi dan aroma aneh tak jelas lainnya.

"Paman, bisa antarkan aku ke rumah sakit sekarang?" ucap Yoon Gi tiba-tiba.

"Rumah sakit? Kau tidak enak badan?" paman Han segera meraih kening Yoon Gi namun Yoon Gi menepisnya dengan kasar hingga menimbulkan nada PLAK yang cukup keras.

"Bukan aku! Aku tidak bisa sakit, kau tahu itu kan?!"

"Lalu?"

"Aku ingin melihat seseorang. Dia mengatakan kalau waktunya sudah tidak banyak. Aku akan membantunya jika dia benar-benar akan mati," ucapnya semangat.

Dengan senyum evilnya, Yoon Gi segera meraih jaket kulit hitamnya. Memakai topi hitam dan sebuah masker hitam untuk menutupi wajah dan rambut putihnya.

Tak memakan waktu cukup lama untuk sampai di Rumah Sakit Seoul.

Yoon Gi melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar VIP di sana. Setelah perawat keluar dan ruangan sepi, ia membuka pintu kamar pasien bernama Park Jun Myeon alias Franky yang telah mengirim ia e-mail sejak beberapa hari yang lalu secara terus menerus.

Park Jun Myeon memandang Yoon Gi yang tak menampakkan wajahnya karena topi dan maskernya, dengan pandangan sedikit takut. Pria itu membenarkan posisinya dan duduk memandang Yoon Gi yang berdiri tepat disampingnya.

"Si..Siapa kau? Bandit? Apa itu kau?" tanya Jun Myeon ragu.

Yoon Gi sedikit mengangkat wajahnya dan memandang laki-laki dihadapannya itu. Ia melihat deretan angka kasat mata diatas kepala orang tersebut. 100717, Taman Kota Seoul, 18.00.

Seperti yang terjadi pada film anime Death Note, Yoon Gi dapat melihat tanggal, hari dan tempat kematian seseorang dengan mudah. Mungkin tidak masuk akal, tapi inilah kebenaran seorang Min Yoon Gi.

"Apa kabar, Franky?" sapa Yoon Gi sambil mengulurkan tangannya menjabat tangan pria dihadapannya itu.

***

Seoul, 9 Juli 2017

Yoon Gi menyesap kopi americcano kesukaannya sambil memperhatikan beberapa lembar foto yang ia dapatkan dari Franky. Foto istri dan juga putrinya. Entah apa yang dipikirkannya, namun sebuah decak ringan terlontar dari mulutnya.

"Paman, waktunya tinggal sehari. Aku tidak yakin bisa menemukan keluarganya.." ucap Yoon Gi putus asa.

"Kau tidak boleh putus asa, aku akan membantumu! Orang itu akan mati tanggal 10 Juli??" tanya paman Han penasaran.

"Yeah, di taman kota!" sahutnya.

"Oke! Kita sudah mengunjungi rumah lamanya, dan juga istri orang bernama Franky itu sudah mati satu tahun yang lalu karena bunuh diri, lalu putrinya hidup sebatang kara dan berpindah pindah tempat. Apa rencanamu sekarang?"

"Antarkan aku ke cafe Starbucks,"

"Bukannya kau sedang minum kopi sekarang? Mau apa kesana?" tanya paman Han.

"Entahlah, aku ingin kesana saja. Cepatlah!" perintahnya tak sabaran. Seperti biasanya.

Tanpa banyak bertanya lagi, paman Han segera melajukan mobil mercy hitamnya menuju Starbucks. Hati kecil Yoon Gi tak pernah berbohong. Sepertinya kali ini ia dapat menemukan putri pria tersebut. Yeah, paman Han dapat merasakan aura bagus menyelimutinya.

Yoon Gi membuka sedikit kaca jendelanya dan memandang sekitar.

Sangat ramai.

Merasa tidak aman, Yoon Gi kembali menutup kaca jendelanya. Terlintas sebuah ide dalam otaknya ketika ia memandang paman Han dari bangku belakang.

"Paman, bantu aku!" pekiknya dengan semangat.

Yoon Gi membisikkan sesuatu pada paman Han dan memberi beberapa lembar kertas padanya. Paman Han menerimanya dan mengangguk sambil tersenyum.

"Dengan senang hati, aku akan melakukannya," paman Han tersenyum, kemudian melangkahkan kakinya masuk dalam cafe. Sedangkan Yoon Gi menunggu di dalam mobil sambil menyalakan laptopnya.

Sesekali Yoon Gi memperhatikan Paman Han. Tampak paman itu sedang berbicara dengan manager cafe tersebut. Paman Han berhasil mendapatkan informasi dari sana. Yoon Gi menyungging senyumnya dan kembali menatap layar laptopnya.

Sebuah e-mail masuk dari seseorang ber ID Sultan Khilaf. Entah apa yang di kirimkan, yang pasti wajah Yoon Gi tampak sangat senang.

"Oke! Thank's!" pekiknya dengan semangat sambil menutup kembali laptopnya.

Dari kejauhan paman Han kembali dengan senyuman.

"Bagaimana? Apa kita menemukannya sekarang?" tanya Yoon Gi penasaran.

"Kita berhasil! Gadis itu bekerja paruh waktu di Starbucks, dan managernya mengatakan padaku, gadis itu bekerja menjual boneka di taman kota setiap hari minggu." Terangnya.

"Jadi begitu rupanya, paman sudah memberikan kertasnya kan?"

"Jangan khawatir,"

"Bagus! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" seru Yoon Gi.

"Baiklah!"

Sesampainya di rumah sakit, lagi lagi Yoon Gi hanya menunggu di dalam mobil. Ia menyerahkan sebuah sebuah box berwarna hitam berhias pita berwarna silver pada paman Han.

"Tolong berikan ini padanya, jangan lama-lama! Kau tahu aku tidak suka sendirian," ucap Yoon Gi.

"Aku mengerti. Aku akan kesana sekarang,"

Yoon Gi menganggukan kepalanya dan memandang punggung paman Han hingga menghilang dalam lift.

Paman Han melangkahkan kakinya dan memberikan sebuah senyuman pada laki-laki yang terbaring di kasur rumah sakit tersebut.

"Anda bisa menemuinya besok di taman kota, putri anda bekerja disana setiap hari minggu," tutur paman Han dengan nada sopan.

"Benarkah? Bagaimana keadaannya? Lalu istriku bagaimana?" tanyanya penasaran. Terukir kebahagiaan pada wajahnya.

"Putri anda baik baik saja, dia sangat cantik. Istri anda meninggal satu tahun yang lalu, maaf telah membawa kabar seperti ini pada anda," ucap paman Han sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar hal tersebut pria bernama Jun Myeon tersebut menundukkan kepalanya. Ia menangis dan menyesali banyak hal di masa lalu.

"Andai saja, aku tidak menelantarkan mereka seperti ini mungkin Mo Yeon akan sehat sehat saja. Ini semua salahku, salahku menjadi seorang pengecut!" isaknya sambil menyalahkan dirinya sendiri.

Paman Han hanya dapat sedikit menghiburnya dengan memberi beberapa tepukan pada pundak pria itu.

"Hidup dan mati seseorang adalah takdir, anda harus menerimanya dan bersabar. Masih ada putri anda. Jelaskan semuanya, dan bebaskan diri anda dari penderitaan,"

Dari balik pintu, Yoon Gi melihat semuanya. Melihat apa yang terjadi di hadapannya, laki-laki itu merasa sedih. Ia mengasihani seseorang yang telah tersadar akan kesalahannya dan menyesalinya.

Seoul, 10 Juli 2017

Juna menghentikan langkahnya ketika melihat deretan stan makanan rakyat jelata di sepanjang taman kota, ia membeli kembang gula dan beberapa jajanan disana. Gadis itu terus mengukir senyumnya sambil menikmati semua makanan itu. Mengunyahnya tanpa jeda hingga ia kesulitan mencernanya.

"Jadi begini rasanya tempura? Waaahh, aku harus minta ayah buatkan ini setiap hari!" gumamnya sambil terkekeh bersemangat.

Tak berhenti disitu, gadis itu menuju stan boneka dan memilih beberapa untuk di jadikan teman tidurnya. Saat hendak mengambil salah satu boneka disana, tangannya tak sengaja bersentuhan dengan laki-laki disampingnya.

Juna mengurungkan niatnya mengambil boneka tersebut dan melihat ke arah laki-laki tersebut. Begitupula dengan laki-laki itu, ia memandang Juna dengan datar.

Juna mendekatkan wajahnya pada laki-laki berbalut masker dan topi hitam di hadapannya itu. Aneh.

Sama sekali tidak terlihat wajahnya. Hanya sepasang bola mata berwarna hazzle yang terlihat.

"Apa yang kau lakukan? Minggir!" bentak laki-laki itu membuat Juna kaget.

"Oh, ma..maaf!" Juna meminta maaf dan melanjutkan acara memilih bonekanya. "Pria aneh! Kenapa menyembunyikan wajahnya begitu, apa dia idol?" gumamnya.

Sedangkan laki-laki berpakaian serba hitam itu terus saja memandang Juna dengan tatapan aneh yang tak dapat dijelaskan. Sedikit menakutkan untuk ditatap terlalu lama.

"Aneh! Kenapa aku tidak melihat kematian gadis itu?? Siapa sebenarnya dia? Apa dia malaikat?" gumam Yoon Gi sambil terus memandang Juna dari kejauhan.

Tak memperhatikan langkahnya, Yoon Gi hampir menabrak Paman Han yang membawa dua gelas kopi panas untuk Yoon Gi dan dirinya sendiri.

"Astaga! Perhatikan langkahmu, nak!" pekik Paman Han.

"Ahh, iya! Maafkan aku!" ucap Yoon Gi sambil mengintip ke arah Juna lagi. Yoon Gi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan mengucek kedua matanya. Barangkali matanya tertutup debu yang membuatnya tak dapat melihat waktu kematian gadis itu.

"Kau ini melihat apa sih?" tanya Paman Han sambil mengedarkan pandangannya ke arah mata Yoon Gi memandang.

"Paman lihat gadis itu, yang disana!" Yoon Gi menunjuk ke arah Juna yang tiba-tiba menoleh ke arahnya. Spontan, Yoon Gi membalikkan badannya dan meminum kopinya tanpa meniupnya terlebih dahulu.

"Aaakkhh! Panas!" pekiknya sambil memuntahkan kopinya kembali pada cupnya.

"Bodoh! Kau harus meniupnya dulu! Eh, Tunggu! Gadis itu kemari. Kau mengenalnya Yoon Gi-aa??" tanya Paman Han.

"APA? Dia kemari? Gawat! Ayo kita pergi, paman!" Yoon Gi meraih lengan Paman Han dengan kasar dan menyeretnya menjauh.

"Eh, ada apa? Kau mengenalnya?" tanya Paman Han penasaran.

"Please, jangan banyak bertanya! Ayo kita pergi!" Yoon Gi menarik lengan paman Han dan mengajaknya berlari, namun langkahnya terhenti saat melihat Jun Myeon dan putrinya.

Jun Myeon menangis dan memeluk putrinya dengan erat.

"Maafkan Ayah, tidak bisa mendampingimu hingga dewasa! Maafkan ayah!"

Gadis itu, memeluk Ayahnya dan memejamkan matanya. Yoon Gi dapat melihat kerinduan dalam hati dua orang tersebut, dan ia hanya bisa mengukir senyum kecutnya.

Antara iri dan juga senang melihatnya. Ia juga ingin dipeluk ayahnya seperti itu, tapi yang ia tahu hanya Paman Han satu satunya orang yang di sampinginya. Ayahnya? Entahlah, Paman Han tidak pernah menceritakan dengan jelas.

Tampak Jun Myeon memberikan box berwarna hitam pemberiannya itu pada putrinya. Entah apa itu, yang jelas itu akan menjadi benda yang sangat berharga nantinya.

Tepat saat itu Yoon Gi melihat sebuah sinar yang begitu terang menyinari Jun Myeon, lalu muncul seorang malaikat bersayap disampingnya.

"Paman, malaikat sudah datang. Cepatlah telpon ambulans!" bisik Yoon Gi pada paman Han, dan kemudian di balas dengan anggukan.

Sesaat setelah menelpon ambulans, Jun Myeon tumbang dalam pelukan putrinya. Jiwa pria itu ikut terbang bersama malaikat sambil mengukir senyuman. Semua dosanya sudah termaafkan, dan pria itu mati dengan bahagia dalam pelukan putrinya.

Yoon Gi hanya menghela nafasnya melihat Jun Myeon dilangit tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

Keadaan sekitar menjadi heboh melihat jasad Jun Myeon. Banyak orang berkerumun melihat Jun Myeon tak sadarkan diri.

Yoon Gi membalikkan tubuhnya hendak pergi, namun betapa terkejutnya ia saat melihat Juna sudah berdiri di hadapannya. Menatapnya dengan mata bulatnya itu.

Dengan segera Yoon Gi menunduk dan menurunkan topinya supaya gadis itu tidak dapat melihat wajahnya.

"Apa kau mengenalku? Hei, biarkan aku melihat wajahmu sebentar!Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" tanyanya penasaran.

"Maaf, sepertinya kau salah orang. Permisi!" Yoon Gi segera melewati Juna dengan tergesa-gesa.

"Benarkah? Tapi sepertinya kita pernah-," ucap Juna terpotong karena Yoon Gi pergi dengan cepat dan tak terlihat karena tertutup banyak orang yang berkerumun disana.

Begitu juga dengan Paman Han yang ikut membuntuti Yoon Gi menuju mobilnya.

Sesampainya di mobil Yoon Gi menghela nafasnya. Melepas topi dan maskernya. Laki-laki itu pun mendengus dengan kesal, meluapkan emosinya.

"Sialan! Kenapa dia tiba-tiba berdiri dibelakangku? Dia pasti melihat wajahku! Arrgh~!" omelnya pada diri sendiri.

"Ada apa? Sepertinya dia tidak mengenalimu. Apa kau menyukainya? Ahh, kau puber rupanya..hahaha.." ucap Paman Han tiba-tiba sambil tertawa renyah.

"APA? Yang benar saja puber! Aku tidak mungkin menyukai gadis aneh sepertinya! Bahkan dia bukan tipe ku. Dia kurus!" celotehnya tak santai.

"Aneh?"

"Iya! Dia aneh! Dia tidak memiliki waktu kematian. Memangnya dia siapa? Malaikat? Yang benar saja! Aku bahkan dapat menyentuh tangannya!"

"Apa maksudmu Yoon Gi-aa??" tanya Paman Han bingung.

"Aku tidak melihat waktu kematian diatas kepalanya, bukankah itu aneh?! Semua orang pasti mati kan? Apa dia immortal??" cerocosnya.

Paman Han terdiam mendengar penjelasan Yoon Gi. Ini aneh. Untuk pertama kalinya Yoon Gi tidak dapat melihat waktu kematian seseorang.

"Siapa sebenarnya gadis itu? Mungkinkah dia..."gumam paman Han sambil menoleh ke arah Juna yang sudah tak tampak batang hidungnya.

Paman Han tak suka dengan situasi tak pasti seperti ini. Mungkinkah ramalan Fecciz itu benar? Sepertinya pria itu harus mencari tahu siapa sebernarnya gadis immortal itu.

-TBC-

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

1.4M 72.8K 72
[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝...
383K 44.3K 55
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...
533K 80.4K 44
[Special Réincarnation Series] Aku terjebak di dalam tubuh pemeran penjahat dari cerita yang pernah kubaca sebelumnya. Tubuh seorang putri palsu yan...
476K 1.8K 7
kumpulan cerita dewasa berbagai tema