Complicated (JB)

By radhilakiera

25K 1.8K 1K

Hidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendir... More

Prolog
1. The Beginning
2. How dare you!
3. First Truth
4. Confused
5. Mysterious Man
6. Idea?
7. Hurt
8. Nightmare
9. The Wink
10. I am your boyfriend now!
11. Second Truth
12. The Warehouse
13. She was a whore
14. Honey
15. I got him / I got her
16. Mad
17. I got what you said
18. The truly truth
19. Everything's gonna be alright
20. Never let you go
21. Jeremy's Plan
22. A Dinner?
23. You hurt me!
24. Asshole?
26. I think I like you too
27. Kiss me!
28. He is all yours
29. We're over
30. I'm your Boy!
31. Bryce
32. Brother
33. Hallucination?
34. Flashback
35. Obsession
36. Orange Juice
37. Shitty Day
38. Mom?
39. Willmort
Epilog
Changed | Regret
Hai!

25. Apology Accepted

401 45 23
By radhilakiera

Penyesalan. Adakah kata yang lebih tepat dari itu? Tidak. Memang tidak ada. Penyesalan ialah kata yang tengah Kayreen alami saat ini. Kayreen sangat menyesal, kenapa ia menjadi perempuan yang tiba-tiba menulikan pendengarannya saat Justin mencoba menjelaskan semuanya. Lalu setelah Justin pergi dari hadapannya, menyisakan kesunyian yang meliputi seluruh hatinya, barulah ia tersadar bahwa ia telah melakukan kesalahan.

Semua ini memang salahnya. Memang sisi mana dari mendengarkan penjelasan kekasihnya yang terlihat sulit? Tidak ada. Hanya cukup dengan diam, mendengarkan, lalu selesailah permasalahan. Namun entah kenapa sekarang malah semakin rumit. Dan itu semua karena kesalahan Kayreen.

Menangis. Itulah yang bisa Kayreen lakukan sekarang. Tak peduli bila ia akan terlihat menjijikkan, murahan, atau semacamnya. Sebab tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menangis dan juga menyesal.

Isakan Kayreen semakin terdengar jelas saat ia teringat akan perkataannya pada Justin.

Brengsek.

Kayreen berharap Justin tidak mengambil hati apa yang ia katakan. Ia berharap Justin hanya marah sesaat kepadanya, lalu setelahnya Justin akan memeluknya dan memaafkannya. Namun kembali teringat di kepala cantik Kayreen, bagaimana ekspresi Justin saat Kayreen memaki-maki Justin. Guratan kesakitan itu seakan tak ingin luntur dari ingatannya

"I'm so sorry, Justin ... please ...."

***

"Bagaimana jika Justin marah, Alex? Bagaimana ji--"

"Hei, tenanglah. Kau percaya padaku bukan? Semuanya akan baik-baik saja," ucap Alex berusaha menenangkan Kayreen. Alex nampak khawatir, bahkan sangat khawatir dengan keadaan Kayreen saat ini. Melihat mata Kayreen yang memerah dan sedikit membengkak membuatnya tidak tega pada Kayreen.

Sebenarnya bukan hanya Kayreen saja yang menyesal, Alex juga merasakannya. Entah kenapa waktu itu emosinya menggebu-gebu saat Justin datang untuk menjelaskan semuanya pada Kayreen. Alex telah dirundung kekesalan, kemarahan, dan kekhawatiran waktu itu. Jadilah ia ikut berpikiran seolah-olah Justin lah yang bersalah atas semuanya, tanpa mau mendengarkan penjelasan kekasih adiknya itu.

Namun tak ada yang bisa ia lakukan sekarang untuk mengubah semuanya. Sudah terlambat, lebih tepatnya.

"Tapi kenapa Justin belum datang menjemputku?" tanya Kayreen dengan tatapan sedih, benar-benar sedih. Pikirannya berkecamuk, memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi.

"Mungkin dia sedang sibuk. Ayo, aku akan mengantarmu. Ini sudah siang, Reen. Bukan hanya kau yang akan terlambat, tapi aku juga,"

"Baiklah," kata Kayreen akhirnya.

***

"Ingat apa kataku, Reen. Jelaskan semuanya pada Justin. Dia pasti akan mengerti, sama seperti kau yang sekarang mengerti Justin," ucap Alex sebelum Kayreen benar-benar keluar dari mobil.

Kayreen tak menjawab, hanya sebuah anggukan yang ia haturkan, lantas keluar dari mobil dengan langkah lesu. Di dalam mobil, Alex mendesah lelah. Ini sama seperti apa yang terjadi pada Kayreen saat mendapati mantan-mantannya berselingkuh dari Kayreen. Namun Alex berharap, semuanya hanyalah sekedar kesalahpahaman yang akan segera usai.

Sedangkan Kayreen telah sampai di lorong menuju kelasnya. Namun ia kemudian berbalik, melangkah menuju kelas Justin. Kayreen tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk bertemu Justin dan menjelaskan segalanya.

Namun harapannya pupus, ketika mata cantiknya tak menemukan keberadaan Justin. Kayreen pun lalu berbalik, hendak kembali ke kelasnya.

Mengedipkan matanya beberapa kali, Kayreen mencoba memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Kau benar-benar gila, Justin,"

Namun kalimat bernada manis disertai dengan tawa ringan itu menyadarkan Kayreen bahwa pendengarannya sudah menunjukkan bahwa apa yang ada beberapa meter di depannya itu memang benar, bukan hanya sekedar halusinasinya.

"Hei, Kay!" sapa Gloria seraya mendekati Kayreen yang tengah berdiri mematung.

"H-hei," jawabnya dengan senyum yang ia paksakan. Sakit. Tentu saja. Melihat Justin yang hari ini tak menjemputnya seperti biasa, alih-alih menemukannya sedang bersenda gurau bersama Gloria, "a-aku pergi dulu, ya," kata Kayreen cepat bahkan sampai terbata-bata. Matanya memanas, melihat Justin yang bahkan mengalihkan pandangannya dari Kayreen, seakan tak ingin melihat Kayreen.

"Mau kemana?" tanya Gloria.

Namun pertanyaan Gloria itu terlambat, sebab Kayreen lebih dulu mempercepat langkahnya dan menghilang dari hadapan Gloria dan Justin.

Kayreen memasuki toilet, menguncinya rapat-rapat. Kayreen mendongakkan kepalanya, menahan cairan bening yang seakan-akan berlomba-lomba keluar dari matanya. Tidak, Kayreen tidak mau menangis lagi. Sudah cukup tadi malam ia menangis. Tidak lagi. Jadilah Kayreen hanya menggigit bibirnya kuat, menahan air matanya sekuat yang ia bisa.

Kayreen sadar, waktu itu memang ia mengatakan agar Justin pergi. Namun ia mengatakannya karena Kayreen sedang dilanda emosi dan prasangka buruk pada Justin. Ia juga tak menyangka bahwa Justin benar-benar melakukannya. Pergi, dan menjauhinya.

Kayreen sadar itu adalah kesalahannya. Namun bukankah Justin juga sebelumnya melakukan kesalahan? Menyembunyikan kenyataan bahwa Justin makan malam dengan Gloria? Bukankah itu juga menyakiti Kayreen?

Kayreen meremas tangannya sendiri, meredam emosinya.

Egois. Hanya kata itulah yang tepat. Kayreen dan Justin sama-sama egois, tak mau mengalah. Namun biarlah seperti itu, sebab tak ada yang bisa keduanya lakukan. Bahkan kata mengalah seakan lenyap di hadapan egois.

Setelah merasakan emosinya mereda, Kayreen keluar dari toilet, kembali ke kelasnya. Kayreen sempat berpapasan dengan Justin, namun Justin terus saja berjalan tanpa menyapanya, malahan Justin sengaja mengalihkan pandangan saat secara tidak sengaja pandangan keduanya bertemu. Kayreen tersenyum kecut.

Justin benar-benar pergi.

***

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Justin dan Kayreen saling menjauh, bahkan semakin jauh. Keduanya menyibukkan diri mereka masing-masing.

Tanpa terasa, liburan sebentar lagi datang. Ekspektasi Kayreen tentang liburan yang akan ia lalui bersama Justin sirna sudah. Sebab Justin sekarang sama sekali tidak menemuninya. Jangankan untuk menemuinya, bahkan mungkin bertatapan pun ia rasa Justin enggan melakukannya.

Kayreen tak tahan, ia tak mampu lagi menahan rasa rindunya. Ia akan mencoba mengalah, meredam emosinya dalam-dalam. Biarlah kali ini ia yang mengalah.

Kayreen berjalan cepat menyusul Justin yang sudah terlihat di matanya.

"Justin!" panggil Kayreen seraya meraih lengan Justin, menahan langkah Justin lebih jauh.

"Just--" Ucapan Kayreen terhenti saat Justin beralih menarik pergelangan tangannya, menyeretnya menuju mobil Justin.

"Masuk,"

Kayreen tak menolak, ia masuk ke dalam mobil diikuti Justin yang kemudian masuk setelah Justin mengitari mobil. Keheningan menyelimuti keduanya, tak ada suara yang terdengar selain deru napas lembut keduanya.

"Maaf membawamu kemari. Aku hanya tak mau melihatmu malu karena mengejar laki-laki brengsek," kata Justin memecah keheningan. Membuat Kayreen menahan napasnya mendengar perkataan Justin. Sebegitu sakitkah Justin akibat perkataannya?

"Justin a--"

"Katakan apa yang mau kau katakan," potong Justin cepat, pandangannya hanya terfokus ke depan, tak berniat sedikitpun untuk menatap Kayreen.

"Justin," Kayreen meraih tangan Justin, namun dengan cepat Justin menarik tangannya, menghindari sentuhan Kayreen. Kayreen tersenyum kecut, kemudian melanjutkan perkataannya, "aku minta maaf," ucap Kayreen lirih.

"Apa yang kau lakukan sampai kau minta maaf, kau tak bersalah,"

"Justin, please... aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Kumohon jangan pergi, jangan menjauh lagi." Kayreen meraih tangan Justin, mengenggamnya erat, tak membiarkan tangan itu kembali ditarik oleh pemiliknya.

"Bukankah kau yang menginginkannya? Kau ingin laki-laki brengsek ini pergi? Kau ingin a--"
Perkataan Justin terhenti saat merasakan Kayreen menarik tubuhnya, memeluknya dari samping dengan erat.

"Kumohon maafkan aku, Justin. Aku tahu aku bersalah, waktu itu aku terlalu egois sampai aku tak mau mendengarkan penjelasanmu," ucap Kayreen lirih disertai isakan kecil. Kayreen tak lagi memedulikan bila ia dianggap menjijikkan dan murahan oleh Justin. Yang ia inginkan saat ini ialah Justin kembali seperti dulu.

Justin yang seakan terpaku, sama sekali tak menggerakkan tubuhnya sekalipun untuk membalas pelukan Kayreen. Sedang pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan bila dalam keadaan seperti ini. Hatinya memang sakit karena ucapannya tempo hari. Disisi lain, hatinya akan terasa lebih sakit bila melihat Kayreen seperti ini, menangis bahkan terisak seperti sekarang ini.

"I'm so sorry," lirih Kayreen lagi.

Perlahan, tangan Justin terangkat, kemudian mengelus punggung Kayreen naik turun dengan lembut. Justin telah memantapkan dirinya untuk mengesampingkan egonya, dan memperbaiki kerenggangan diantaranya dan Kayreen.

"Maafkan aku juga, Kay," ucap Justin menyerupai sebuah bisikan, namun telinga Kayreen dapat menangkapnya dengan jelas. Dada Kayreen menghangat sesaat setelah mendengarnya. Kayreen berpikir ia salah dengar, melihat bagaimana Justin tadi yang bahkan enggan sekalipun hanya untuk menatapnya.

"Maaf membuatmu menangis,"

Kayreen tidak salah dengar. Justin telah kembali, dan mungkin telah memaafkannya, membuat Kayreen mengeratkan pelukannya pada Justin. Justin terkekeh geli melihatnya, menguapkan rasa marah, kesal, dan jengkel yang sedari tadi menderanya.

***

"Jadi, Gloria putri rekan kerja ayahmu?" tanya Kayreen sembari menyendokkan sendok pada semangkuk sereal yang kini ada di pangkuannya, lalu memakannya.

Justin saat ini ada di rumah Kayreen, tepatnya di ruang keluarga. Malam ini Justin dimintai Alex untuk menemani Kayreen karena Alex akan menginap di rumah Sarah, lagi. Entah kenapa akhir-akhir ini Alex sering menginap di rumah Sarah, sampai Kayreen bingung memikirkannya. Disamping itu, Kayreen juga merasa senang akan kedekatan keduanya. Kayreen bahkan berpikir bahwa Alex akan menikah dengan Sarah sebentar lagi.

Berbeda dengan Kayreen yang penuh dugaan, Justin tak mau ambil pusing dengan apa yang Alex lakukan. Justin akan merasa sangat senang bila Alex lebih sering menginap di rumah kekasihnya. Karena dengan begitu, semakin sering juga ia akan dimintai untuk menemani Kayreen.

"Mm hm, aku juga kaget mengetahuinya," jawab Justin sambil mencomot kue kering di hadapannya.

"Kau bilang, kau makan malam bersama Gloria karena itu untuk kepentingan perusahaan ayahmu, bukan?"

"Ya," jawab Justin. Tentu saja hanya sebatas itu yang Justin katakan. Justin tidak mungkin mengatakan bahwa ia bahkan sampai mendapat pesan ancaman yang melibatkan Kayreen di dalamnya. Justin tak mau Kayreen merasa tidak aman.

"Kenapa seperti itu? Apa hubungannya dengan makan malam kalian?" Kayreen mengerutkan dahinya dalam-dalam, berpikir keras. Bercokolan di dalam otaknya, hal-hal buruk mengenai makan malam Justin dan Gloria.

"Aku juga tak tahu. Tapi, kurasa dia tak seburuk yang kukira," kata Justin setelah meraih minuman bersoda lalu menegaknya.

"Hei! Gloria memang tidak buruk! Kau saja yang selalu berpikiran buruk tentangnya," ucap Kayreen tak terima. Inilah Kayreen. Bahkan setelah mengetahui Gloria diam-diam makan malam dengan Justin, Gloria memeluk Justin, bahkan bersenda gurau dengan Justin disaat ia bersedih karena Justin menjauhinya, Kayreen tetap menganggap Gloria sahabat terbaiknya. Dan lihat, Kayreen bahkan tak terima saat Justin menjelek-jelekkan sahabatnya itu.

"Kau? Kukira kau akan membelaku. Oh, dan juga kukira kau akan menuduhku berselingkuh dengan Gloria," Justin menatap Kayreen dengan kesal. Justin bahkan merasa kebingungan, apakah kekasihnya ini tidak pernah merasa cemburu?

"Terlalu percaya diri," ketus Kayreen. Terdengar tidak peduli, namun sebenarnya ia kini sedang memikirkan perkataan Justin barusan. Pikiran cantiknya berkeliaran kemana-mana tentang Gloria. Apakah Gloria--?

Ah, tidak mungkin. Batin Kayreen kemudian, menyingkirkan berbagai pikiran buruk yang bercokol di kepalanya.

Gloria adalah sahabatnya sejak kecil, dan sangat tidak mungkin Gloria akan melakukan hal-hal yang tadi sempat hinggap di kepala Kayreen. Sekelibat masa kecilnya bersama Gloria seakan kembali terputar dalam ingatannya. Ketika Gloria mau menemainya saat Alex melakukan hal-hal buruk padanya. Menyemangatinya untuk selalu semangat, dan andil dalam membangkitkannya dari kesakitannya.

"Oh ayolah, Kay. Kapan kau akan menunjukkan kalau kau cemburu?"

"Jadi, kau akan membuatku cemburu, begitu?" Kayreen mencondongkan tubuhnya ke arah Justin, seakan menantang Justin.

"Tentu saja," jawab Justin seakan menyiyakan tantangan Kayreen.

Kayreen tersenyum miring, kemudian kembali menjauhkan tubuhnya. Tiba-tiba ia mengingat akan suatu hal.

"Justin?"

"Ya?"

"Waktu itu kau mengatakan kalau kau memeluk Gloria karena Gloria sedang menangis bukan?" tanya Kayreen memastikan.

"Ya," jawab Justin mengiyakan.

"Dan Gloria menangis karena ibunya sedang sakit, bukan?"

"Mm hm," gumam Justin membenarkan pernyataan Kayreen.

"Tapi," Kayreen menatap tepat pada mata Justin, membuat Justin menaikkan sebelah alisnya, penasaran akan kelanjutan perkataan Kayreen.

"Ibu Gloria meninggal sewaktu Gloria masih kecil,"

***

Because a relationship would never be strong without the ordeal. So, will you through?

***

Note:

Terlalu cepat dimaafin? Tenang. Ini cuma sebentar:v

Hope you guys like this chapter😊😊

Ah, dan satu lagi. Ada yang pernah ngalamin notif wattpad nggak ada yang masuk? Kasih tahu dong gimana solusinya..
Masa kalo aku mau liat udah update apa belom, komentar aku dibales apa enggak, aku harus stalk dulu, refresh berkali-kali baru bisa tahu😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

924K 44.6K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
448K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
229K 34.3K 62
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
107K 11.2K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...