Complicated (JB)

By radhilakiera

25K 1.8K 1K

Hidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendir... More

Prolog
1. The Beginning
2. How dare you!
3. First Truth
4. Confused
5. Mysterious Man
6. Idea?
7. Hurt
8. Nightmare
9. The Wink
10. I am your boyfriend now!
11. Second Truth
12. The Warehouse
13. She was a whore
14. Honey
15. I got him / I got her
16. Mad
17. I got what you said
18. The truly truth
20. Never let you go
21. Jeremy's Plan
22. A Dinner?
23. You hurt me!
24. Asshole?
25. Apology Accepted
26. I think I like you too
27. Kiss me!
28. He is all yours
29. We're over
30. I'm your Boy!
31. Bryce
32. Brother
33. Hallucination?
34. Flashback
35. Obsession
36. Orange Juice
37. Shitty Day
38. Mom?
39. Willmort
Epilog
Changed | Regret
Hai!

19. Everything's gonna be alright

440 37 9
By radhilakiera

"Urusan laki-laki macam apa?" Mata Kayreen memincing menatap Justin dan Alex bergantian.

"Oh, kau mengerikan dengan tatapanmu itu Lolly. Lebih baik kau pergi ke kamarmu dan mandi. Baumu membuat ruanganku tidak sedap."

Kayreen melotot mendengar perkataan Alex. Yang benar saja, dia bau?

"Aku tidak bau," Kayreen mengangkat lengannya.

"Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Justin," Alex mengedipkan sebelah matanya pada Justin, memberi kode. Dan Justin menangkap kode tersebut.

"Y-ya, tentu saja." Justin tersenyum kaku menatap Kayreen.

"Kalian menyebalkan!" Kayreen langsung berbalik dan berjalan sambil menghentak-hentak keluar dari ruang kerja Alex.

Justin dan Alex saling bertatapan.

"Kau ingat apa pesanku?"

Justin mengangguk, "Tentu,"

Keduanya lalu terkekeh sepeninggal Kayreen dari ruangan itu.

***

Setelah meminta izin Alex, Justin sekarang tengah berjalan ke kamar Kayreen. Ia mengetuk pintunya beberapa kali, lalu masuk begitu saja karena tidak mendapat respon dari dalam.

Justin melihat Kayreen tengah duduk di kursi meja belajarnya dengan tangan yang sesekali menggoreskan sesuatu dengan penanya.

"Apa yang kau lakukan?"

Hening. Tak ada tanggapan dari Kayreen, seolah gadis berambut cokelat itu tak mendengar suara apapun.

"Kenapa rambutmu basah?" Jelas karena Kayreen baru saja mandi. Dan Justin tahu itu. Namun ia hanya berbasa-basi agar Kayreen tak mengacuhkannya, "kau tahu, kau sangat cantik bila sedang marah seperti ini." lanjut Justin karena tak mendapat tanggapan dari Kayreen.

Kayreen menghentikan aktivitasnya, meletakkan pensilnya di atas buku sketsanya, "Jadi, kau suka saat aku marah? Baiklah kalau begitu," ucap Kayreen dengan tatapan tajam tepat ke arah bola mata Justin. Membuat Justin mengumpat dalam hati sebab kembali gagal melancarkan rencananya sendiri untuk membuat Kayreen tersipu.

"Pergi,"

Kayreen menarik lengan Justin lalu menyeretnya. Justin yang jelas memiliki tenaga lebih kuat itu pun segera membalikkan posisi. Sekarang, Kayreen lah yang berada dalam seretan Justin.

"Hei, kenapa jadi kau yang menyeretku? Justin!"

Justin mengabaikan pekikan Kayreen. Ia tetap menarik pergelangan Kayreen lembut menuju balkon. Justin kemudian melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Kayreen, beralih menggenggam telapak tangan Kayreen lembut. Sedang tangannya yang lain ia larikan menuju sebelah pipi Kayreen, lalu mengelusnya perlahan. Keduanya saling berpandangan selama beberapa detik, sampai suara Justin terdengar diantara keheningan mereka;

"I'm so sorry," bisik Justin lembut. Inilah yang akhirnya Justin putuskan untuk ia katakan pada Kayreen, sebuah ucapan maaf sebab telah menyakiti kekasihnya, "saat itu, aku hanya--kau tahu, sedikit mengalami masalah."

Kayreen tersenyum lembut mendengar penuturan Justin, "Aku juga minta maaf. Saat itu aku hanya terlalu emosi,"

Justin membalas senyuman Kayreen tak kalah lembut, membuat Kayreen merona mendapat senyuman selembut itu dari seseorang yang ia cintai.

Tetaplah seperti ini, batin Kayreen berharap.

"Jadi, saling memaafkan?"

Kayreen mengangguk, "Saling memaafkan."

Justin melepas kedua tangannya kemudian menarik tubuh Kayreen ke dalam pelukannya. Kayreen membalas pelukan Justin sambil sesekali mengusap punggung Justin naik turun. Sejenak, suasana romantis memenuhi keduanya. Ditambah lagi sebuah suara membuat suasana itu semakin menjadi;

"I love you," ucap Justin dan Kayreen bersamaan.

***

"Please, Alex..." bujuk Kayreen untuk yang kesekian kalinya pada Alex, "aku janji akan mendapatkan nilai yang sangat bagus pada kenaikan kelas." lanjut Kayreen berusaha menarik perhatian Alex.

"Dan kau butuh usaha untuk mendapatkannya, Reen. Kau harus belajar, bukan pergi jalan-jalan." tolak Alex mentah-mentah pada bujukan Kayreen.

"Ini yang terakhir, tidak lagi, Alex. Setelah itu aku berjanji akan fokus pada pelajaranku," Kayreen menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke depan wajah Alex, membentuk huruf V.

"Janji?"

"Janji!"

"Baiklah, aku mengijinkanmu."

"Thanks, Alex! I love you!"

***

"Uhh, aku harus pakai yang mana?" tanya Kayreen pada dirinya sendiri. Entah sudah berapa lama, tubuh langsing berbalut kimono dan pakaian dalam itu berdiri di depan lemarinya sendiri sambil mengubrak-abrik isi benda berbentuk balok itu.

Malam ini, ia akan pergi berjalan-jalan dengan Justin. Entah apa yang terjadi padanya sehingga dengan mudahnya menerima tawaran Justin untuk pergi berjalan-jalan setelah acara peluk memeluk tadi siang. Yang jelas, karena persetujuan Kayreen itu, sekarang dirinyalah yang harus bersusah payah karena harus memilih pakaian yang sekiranya pas ia gunakan saat bertemu Justin. Saat ini, Kayreen merasa seluruh isi almarinya tak ada yang cocok untuk ia kenakan. Entah itu hanya perasaannya ataupun memang kenyataannya.

Sebab, setelah Kayreen mengubah dirinya sendiri sejak kejadian itu, Kayreen tidak lagi memiliki pakaian-pakaian yang menunjukkan sisi perempuannya. Alih-alih sekarang Kayreen mengisi almarinya dengan jeans-jeans berwarna gelap, kemeja-kemeja yang sedikit kebesaran, jaket-jaket denim, dan pakaian-pakaian lain yang sejenis.

Setelah lama mencari, pandangan Kayreen terpaku pada sebuah dress berwarna putih dengan pita hitam di bagian perut. Jemari Kayreen mengambil dress itu, lalu membolak-baliknya. Kayreen berpikir dia sudah mengubah seluruh isi almarinya, ternyata ia salah. Masih ada dress ini rupanya. Sepertinya keberuntungan berpihak pada Kayreen hari ini.

Kayreen kemudian membawa dress itu ke kamar mandi dan memakainya.

Beberapa menit kemudian, Kayreen sudah siap dengan dress tadi, dan sedikit lip balm untuk melembabkan bibirnya.

Menarik napas sekali, kemudian menghembuskannya perlahan. Entah sejak kapan, jantungnya berdetak tak beraturan hanya karena menunggu kedatangan Justin. Dulu, mungkin baginya hal biasa perihal keluar malam, berpesta, bergonta-ganti pasangan. Namun kini, ia adalah Kayreen yang baru. Entah mengapa, gadis berparas cantik itu seperti terlahir kembali.

Getaran ponselnya membuat Kayreen dengan cekatan membuka sebuah pesan masuk yang membuat ponselnya bergetar.

From: Justin👺

Aku di depan, sayang..

Kayreen menggigit bibir bawahnya, mencoba menyembunyikan senyum yang seakan melompat lompat ingin keluar. Memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang kecil berwarna hitamnya, Kayreen kemudian berjalan keluar dari kamarnya.

Sesampainya di ruang tamu, ia menemukan Justin tengah berbincang-bincang dengan Alex. Kayreen memperlambat langkahnya, ia tengah kebingungan bagaimana cara meminta perhatian kedua laki-laki tampan di depannya itu. Lama berpikir, tanpa Kayreen sadari, sepasang mata selembut madu tengah menatapnya terpukau.

"Hei, Justin!"

Suara Alex menyadarkan Kayreen dan Justin bersamaan. Kayreen menyelipkan anak-anak rambutnya yang menjuntai ke belakang telinganya, sedang Justin menegakkan tubuhnya lalu berdeham untuk menghilangkan kegugupannya. Alex terkekeh geli melihat pasangan kekasih di depannya yang sekarang seperti anak kecil yang ketahuan mengambil kue tanpa ijin ibunya. Menggelikan.

"Dan, apakah kalian akan terus seperti ini? Bukankah kalian akan pergi jalan-jalan?"

"Ah, ya. Kami memang akan pergi jalan-jalan. Ayo, Kay.." Justin meraih tangan Kayreen lalu mengenggamnya erat.

"Jaga Kayreen, Justin." pesan Alex pada Justin.

"Tentu,"

***

"Kay.."

Setelah keheningan menyelimuti hampir sepuluh menit perjalanan mereka, suara Justin akhirnya melenyapkan keheningan itu. Kayreen menoleh ke kanan, menatap Justin.

"Kau sangat cantik hari ini,"

Gadis berambut cokelat itu lantas menunduk, menyembunyikan rona merah yang seketika memenuhi pipinya. Namun kemudian, ia merasakan tangan lain yang mengusap punggung tangannya yang berada di atas pahanya. Tangan itu kemudian menarik tangan Kayreen.

"I love you," bisik Justin kemudian mengecup pelan punggung tangan Kayreen.

Oh, apakah Justin bisa berhenti sedetik saja tidak membuat jantung Kayreen berdegup kencang?

Kayreen tak mengucap sepatah katapun. Yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba menetralkan degup jantungnya dan rona wajahnya, sedang tangannya tetap berada dalam genggaman tangan hangat Justin. Dan seperti itulah, sampai mobil berwarna hitam milik Justin itu sampai pada sebuah danau yang jauh dari keramaian kota.

"Kukira kita akan berjalan-jalan ke perayaan di pusat kota?" kata Kayreen terheran melihat tempat tujuan yang Justin pilih.

"Kita memang akan berjalan-jalan, tapi bukan ke tempat yang penuh dengan orang-orang,"

Justin memang penuh kejutan, pikir Kayreen. Bila laki-laki lain akan mengajak kekasihnya pergi ke tempat-tempat seperti restoran mahal, Justin memilih mengajak kekasihnya ke tempat yang bernuansa alam. Menurut Justin, keramaian itu akan merusak suasana, jadi tempat inilah yang akhirnya menjadi pilihan Justin.

"Ayo duduk," Justin menarik tangan Kayreen lembut, menuju ke sebuah bangku yang memang tersedia di pinggir danau itu. Danau berair tak terlalu keruh namun tak terlalu bening itu memancarkan sinar bulan yang malam ini bersinar tidak terlalu terang. Namun Justin tak mempermasalahkan itu, sebab seseorang yang kini duduk di sampingnya telah membuat segalanya bersinar terang. Bukan bermaksud berlebihan, namun memang itu yang Justin rasakan. Sejak lama, ia mendamba saat-saat seperti ini bersama kekasih yang memang ia cintai sepenuh hati, bukan hanya karena taruhan dengan anggota geng-geng balapan motornya. Itulah mengapa, Justin terkenal dengan sifat playboynya. Namun siapa yang suruh untuk menerima Justin? Bahkan semua gadis-gadis yang pernah Justin permainkan dan campakan mengetahui secara pasti bahwa ia hanyalah mainan bagi Justin.

"Justin.." panggil Kayreen lirih. Ia terheran dengan Justin yang tiba-tiba terdiam dengan pandangan lurus ke depan.

"Ya?" balas Justin setelah tersadar dari lamunannya sendiri.

"Kenapa?" Kayreen mengusap punggung tangan Justin yang sedari tadi dengan setia menggenggamnya.

"Karena mereka bertingkah seperti jalang," ucap Justin yang sepertinya belum beralih dari lamuannya tentang gadis-gadis yang dulu ia campakan. Entah mengapa, melihat air danau di depannya, membuat Justin teringat akan mereka. Gadis-gadis berwajah tenang, namun bisa menghanyutkan bila ia masuk terlalu dalam. Seperti danau di depannya. Terlihat indah bila dipandang, dan mampu menghanyutkan bila masuk terlalu dalam.

Namun berbeda dengan Kayreen. Gadis bermata biru laut itu sontak menarik tangannya selepas mendengar perkataan Justin yang secara tidak langsung menyentil hati kecilnya. Lidahnya secara tiba-tiba menjadi kelu.

"A-apa maksudmu?" tanya Kayreen tak paham. Ia takut kalau apa yang ia pikirkan benar. Ia takut apa yang dikatakan Gloria tentang Justin benar. Justin seorang playboy. Kayreen takut hal itu terjadi padanya. Apakah ini saatnya ia mengetahui segalanya? Apakah ini artinya dirinyalah korban Justin selanjutnya?

"Apa? Tidak. Maksudku, aku hanya tiba-tiba saja teringat sesuatu tentang masa laluku,"

Kayreen menghembuskan napasnya lega, mengetahui bahwa pikiran buruknya lenyap seketika.

"Masa lalumu?" tanya Kayreen penarasan.

"Yeah--tapi bukan saatnya kau mengetahui semua keburukanku, Kay. Aku ingin berlama-lama menjadi laki-laki baik dimatamu," ucap Justin seraya kembali meraih tangan lembut Kayreen yang tadi ditarik oleh sang empunya.

"Kau kira, kau terlihat seperti laki-laki baik dimataku, sekarang?" Kayreen berucap sinis, mencubit pipi Justin pelan.

"Aku setia, kau tahu?" kata Justin membanggakan dirinya sendiri.

"Oh, ya?"

"Tentu saja,"

"Okay, we'll see."

"Ofcourse,"

Keheningan kembali menyelimuti keduanya, membuat Kayreen yang mengenakan dress berlengan pendek merasakan angin yang berhembus serasa menusuk kulitnya. Ia menarik genggaman tangan Justin, kemudian mengusap kedua lengannya. Menyadari kekasihnya kedinginan, Justin membuka jaketnya, lalu menyerahkannya pada Kayreen.

"Pakai,"

Sesuai apa yang Justin katakan, Kayreen memakai jaket yang Justin berikan dalam diam. Setelahnya, kembali hening.

"Kay," panggil Justin, "aku--sudah mengerahui semuanya, semua masa lalumu,"

Kayreen sontak menghentikan aktivitasnya yang sedang menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Apa yang Justin maksud? Batinnya bertanya penasaran.

"Apa maksudmu?"

"Masa lalumu. Kau, Alex, orang tuamu, semuanya." Justin meraih pundak Kayreen, membuat Kayreen menatap tepat pada kedua matanya.

Kayreen menatap Justin dengan pandangan tak percaya, "Bagaimana bisa?"

"Alex memberitahuku semuanya,"

"Alex?"

"Ya."

Kayreen kemudian dengan cepat bangkit dari duduknya, namun secepat itu pula Justin menariknya untuk kembali duduk. Justin meraih dagu Kayreen yang tiba-tiba menundukkan wajahnya. Satu tetes air mata jatuh tepat ke tangan Justin, menyadarkan laki-laki tampan itu bahwa kekasihnya tengah menangis sekarang.

"Kau marah?" tanya Justin mencoba mengambil perhatian Kayreen.

Kayreen menggeleng samar, "Itu artinya, kau tahu bahwa aku sangat buruk. Dan--aku merasa, aku..."

Tangisan Kayreen pecah saat itu juga. Yang menjadi pertanyaan ialah, kenapa harus secepat ini? Dan kenapa Alex dengan mudahnya memberitahu Justin semuanya? Memang benar bahwa Kayreen tidak mengelak akan semuanya, namun Kayreen hanya merasa bahwa ia terlalu lemah untuk melupakan semuanya. Lemah membuat ingatannya sendiri mengubur dalam-dalam semua kenangan buruk yang pernah ia alami.

Kayreen tidaklah sekuat yang terlihat. Ia memang terlihat kokoh tak tersentuh, namun jauh di lubuk hatinya, setiap hari ingatannya seakan meronta-ronta tak terkendali. Membuatnya seringkali mendapat mimpi buruk yang seolah membunuhnya perlahan, tanpa seorangpun yang mau membantunya. Tak seorangpun.

Justin menarik tubuh ringkih Kayreen ke dalam pelukannya. Ia menyesal kembali membuat orang yang ia cintai kembali menangis. Namun ia bertekat, ini adalah kali terakhir ia membuat Kayreen menangis.

"Lupakan semuanya, kau adalah orang terkuat yang pernah kukenal. Kau luar biasa, Kay.." bisik Justin seraya mengusap punggung Kayreen.
"I-I can't," Kayreen memukul dadanya sendiri, berusaha menghilangkan sesak yang memenuhi dadanya.

"Kau percaya padaku, bukan? Kau pasti bisa. Ingatlah, bahwa ayah dan ibumu sangat menyayangimu,"

"Tidak dengan ayahku, Justin. Dia tidak menyayangiku, di-dia..."

"Ssstt, kau salah, sayang. Ayahmu sangat menyayangimu. Buktinya, dia marah besar saat mengetahui segalanya bukan? Ayahmu sangat menyayangimu. Tak ada ayah ataupun ibu yang tak menyayangi anaknya, Kay.. percayalah padaku."

"Tapi, semuanya seakan masih terekam jelas dalam ingatanku, Justin. Semuanya terasa sangat menyakitkan, sangat," Kayreen semakin terisak.

"Namun, semuanya telah berubah bukan? Alex telah menjadi seorang kakak yang selalu menyayangi dan menjagamu, dan akan selalu seperti itu,"

Kayreen terdiam, meresapi setiap ucapan Justin. Kayreen sadar, Justin sepenuhnya benar. Alex sangat menyayanginya sekarang. Bahkan Kayreen merasa, Alex adalah kakak terbaik yang pernah ada. Alex adalah orang yang selalu menghiburnya dikala ia dihianati oleh mantan-mantan kekasihnya, Alex adalah orang pertama yang selalu membuat Kayreen kembali tertidur tatkala mimpi buruk membuatnya terjaga, dan Alex yang selalu membuatnya percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Justin sepenuhnya benar.

"Kau percaya padaku, bukan?"

Kayreen mengangguk dua kali di dada Justin, membuat Justin tersenyum.

"Just forget about that, trust me everything's gonna be alright,"

***

🎶
Through the long night and the bright light
Don't you worry
Cause everything gonna be alright
🎶

***

Note:

So, aku bakalan update setiap hari kamis dan minggu😊

Hope you guys like this part😊😊

Continue Reading

You'll Also Like

446K 8.3K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
459K 46.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
13.4M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...