Forbidden

By lucemiran

169K 10.1K 2.2K

Brother Sister Complex Rating 18+ untuk tema Kematian sang ibu menyebabkan sepasang kembar Kevin dan Kiran la... More

[Short Review, Warning & Blurb]
Prolog
1 - The Chosen One
2 - Friends
3 - Heart Connection
4 - Relationship
5 - Mawar
6 - Love Birds
7 - The Most Important Thing
8 - Moving Out
10 - Main Course
[ Character Data Page - Kevin ]
11 - Trapped
12 - Preparation
13 - Home Sweet Home
14 - Uncertainty
15 - Reunion
16 - Time To Breath
17 - The Wish
18 - Innocence
19 - Family
20 - The Reason
21 - Decision
22 - Friendship Between Us
23 - Living Doll
24 - The Help
25 - Embracing Hopes
26 - Horror Film And Pink Lips
27 - New Family
28 - Identical Twins
29 - Self Defense
30 - Apologize
31 - Jealousy
32 - A New Storm
33 - BFF
34 - Good Girl Turned Bad
35 - Silent Scream
36 - Honesty
37 - The Fear
38 - Welcome To Masqueride!
39 - Another Secret
40 - Drown
41 - Disorientation
42 - His Feeling, Her Voice
43 - Let's Dance, Shall We?
44 - Nameless Emotion
45 - Promise
46 - "I will win this for you, so .... "
Side Story: For This Year And Forever
47 - The Payback
48 - Distrust
49 - To Hurt and To Protect
50 - White Lies
51 - Small Chances
52 - My One And Only
Special Valentine Side Story : Melt
53 - Pride or Existence
54 - Treason
55 - Confession
56 - Unbreakable
57 - Cold Laugh
58 - relief / regrets
59 - (not) a sad story
60 - Nothing Could Be Worse
61 - Atonement
[Pemberitahuan]
[Terima Kasih Banyak!]

9 - The Covenant

3.1K 250 47
By lucemiran

Part ini lumayan panjang. Aku mencobanya untuk terasa sedrama mungkin karena cerita ini memang genrenya Romance Drama sih 😄

Sedikit peringatan, di bab ini bakal muncul adegan yang mungkin bisa membuat sebagian dari kalian mengernyit jijik. Tapi itulah alasan kenapa aku mengaktifkan kategori mature. Tapi tenang aja, bukan adegan eksplisit kok.

Merci beaucoup buat VionaKeith Aprilxing01 LJefff NirmalaPaputungan sfaizahhv mibogenie AlexandraLexy PrincesKadita aulia_nanda KaniaAprilianti98 ghemslll monicaauliaa RenoChiiens leeshop BojoneAryk untuk votes dan komentarnya :D

"

Apapun yang terjadi, aku enggak akan menyerahkan Kiran!!!"

Seruan itu sontak membuat si kembar terkesiap kaget. Bukan hanya Mawar, ada lagi suara berat seorang lelaki yang berbicara dengan nada angkuh, dan sepertinya lelaki itu tidak sendirian. Baik Kiran mau pun Kevin tidak familiar akan suara tersebut. Siapa?

"Tunggu di sini dan langsung kunci pintunya lagi. Aku akan keluar," pesan Kevin. Kiran yang ketakutan tak tahu harus berbuat apa, dia tak ingin Mawar atau pun kakaknya terluka. Tapi Kevin benar. Mereka tak bisa selamanya berdiam dalam ketidakjelasan. Sudah waktunya mereka menemukan titik terang.

Saat Kevin membuka pintu perlahan, suara benturan yang cukup keras diikuti jeritan serta rontaan Mawar mengagetkan mereka. Kiran mencicit, meminta Kevin untuk tetap bersamanya. Mungkin inilah maksud Mawar menyuruhnya sembunyi. Sayangnya Kevin terlalu nekat untuk menurut pada sang adik.

Mengacau di rumah orang selarut ini, sebenarnya siapa orang itu?! Kevin menahan amarahnya lagi. Tanpa pikir panjang pemuda itu langsung melangkah dengan agak tertatih dan menyaksikan seorang lelaki bertubuh besar tengah menjambak rambut panjang Mawar. Kata-kata meluncur dari bibirnya seperti ular,

"Mawar, Mawar.... Kamu pikir akan semudah itu menghindari saya, hm? Setelah semua yang saya lakukan untuk kamu, untuk anak-anak kamu, begini caramu menepati janji?"

Sial, sial, sial. Sebenarnya apa yang terjadi? Kevin meringis menyaksikan helai demi helai rambut itu ditarik ke atas, memaksa Mawar untuk terus menengadah.

"Oi, lepaskan ibuku."

Walau selama ini Kevin membencinya, walau selama ini Kevin menolak untuk menghormatinya, walau selama ini Kevin enggan untuk memanggilnya Mama, jauh di dasar hatinya Kevin masih menganggap Mawar adalah wanita yang telah melahirkannya. Dan dia tidak suka melihat orang lain menganiaya ibunya seperti ini.

Hanya dia yang boleh bersikap kurang ajar pada Mawar.

"Ah ah ah, kamu Kevin 'kan? Si bandel yang sering membuat Mawar darah tinggi?" pria gemuk dengan wangi parfum maskulin sangat menyengat itu melepaskan Mawar. Kini, lelaki berpakaian seragam hitam mirip bodyguard di belakangnyalah yang gantian memegangi Mawar.

Si pria gemuk mengelilingi Kevin dengan tatapan menilai. Ia berhenti tepat di hadapan Kevin dan menyeringai,

"Kamu sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa, ya." ia menjulurkan tangannya pada Kevin, seolah ingin mengelus pipinya, tapi Kevin justru berteriak,

"LEPASKAN IBUKU, BANGSAT!!"

Satu bogem mentah berhasil ditahan. Sialan, dia kuat! Batin Kevin. Tangannya yang masih cedera juga sama sekali tidak membantu. Pria gemuk itu melepaskannya, lalu berjalan meninggalkan Kevin dengan senyuman licik terulas,

"Bos, gimana dengan anak perempuannya?" tanya si bodyguard.

"Geledah semua ruangan. Kalau tidak ketemu, kita bawa bocah tampan ini." Ia mengedikkan kepalanya pada Kevin. Si anak buah mengangguk paham lalu mulai menyusuri setiap sudut rumah mereka, memasuki area dapur sebagai tempat pencarian pertama.

"Oi, Mawar! Sebenarnya apa yang terjadi?! Jangan diam saja!" seru Kevin emosional. Mawar menunduk. Samar-samar dalam pencahayaan yang remang Kevin melihat tetesan air jatuh ke permukaan lantai yang dingin. Kevin tertegun. Mawar... Menangis?

"Ah, ah, ah, jangan bilang kamu belum cerita soal itu pada anakmu yang tampan ini, Mawar?" tanya si pria gemuk. Wanita itu masih tidak bereaksi, "Uh, jahat sekali. Kamu bahkan nggak mengizinkan anakmu sendiri mengenali ayah dari ibunya."

Ayah dari ibu...? Jadi orang ini adalah...

"Jangan konyol. Mana mungkin seorang ayah melakukan ini pada anaknya sendiri!" bentak Kevin. Tak sudi ia menganggap bedebah ini sebagai kakeknya. Menjijikkan. Mencium aroma parfumnya saja Kevin mual.

"Setidaknya saya tidak seperti ayahmu, yang meninggalkan Mawar saat masih hamil kalian," tudingnya sarkastik. Kevin tersentak dalam hati. Jangan sampai ia kelihatan tertarik akan singgungan si gemuk ini tentang pria yang dituding sebagai ayahnya itu. Kevin merasa orang ini bisa saja menggunakan kelemahannya untuk membuatnya terpojok.

"Bapak mengenal ayah kami...?"

Suara kecil yang feminin itu sontak membuat Kevin menoleh, bahkan Mawar pun mengangkat kepalanya dan berseru,

"Kenapa kamu keluar?! Aku sudah bilang untuk sembunyi!! " bentaknya pada Kiran yang kini tampak berdiri dengan rasa ingin tahu bercampur ketakutan di wajahnya. Ingin rasanya Kevin memaki gadis itu, mengata-ngatainya dengan semua kata-kata kasar di dalam kepalanya. Si pria gemuk mungkin tidak berhasil membuatnya lengah, namun makhluk bernama perempuan seperti Kiran mudah sekali dikendalikan oleh perasaan, sehingga Kevin tak bisa menyalahkannya.

Sudah lama gadis itu ingin mengetahui siapa sebenarnya ayah mereka. Lebih-lebih dapat menemuinya.

"Oooh, tanpa dicari pun akhirnya kamu keluar sendiri. Gadis pintar." Si gemuk tersenyum licik. Ia memanggil bodyguard-nya yang ternyata bernama Tanto. Kiran mundur, dan emosi Mawar mulai tak terbendung.

"Tolong, aku akan lakukan apa saja, asal jangan bawa Kiran!" katanya memohon. Mawar bersimpuh di kaki lelaki gemuk itu, kalimat permohonan terus ia ucapkan bak mantra. Tapi pria itu bersikap acuh, diperintahkannya Tanto untuk segera membawa Kiran.

"Ran, lari!!!" seru Kevin. Bukannya menuruti perintah sang kakak, Kiran masih tetap membeku. Persendian di kakinya mendadak hilang saat lelaki bernama Tanto itu menghampirinya. Tangisan Mawar membuat fokusnya terpecah. Siapa orang-orang ini? Mengapa mereka tahu sesuatu tentang ayahnya? Mengapa Mawar sangat mempertahankannya untuk tidak dibawa pergi?

Dia tidak bisa lari. Dia tidak mau lari. Dia harus tahu semuanya!

Kiran menatap takut pada bodyguard bertubuh tinggi menjulang itu. Saat ia berpikir sang bodyguard akan meraih tangannya kasar dan menyeretnya seperti budak, ia justru dikejutkan oleh satu hal.

Wajah paruh baya itu terlihat sedih. Ia berbisik,

"Maaf.... "

....Sebelum akhirnya ia memegangi Kiran dan mengunci tubuhnya dari belakang.

"Kiran!!" Mawar menjerit saat melihat putrinya dengan sukarela dituntun menuju pintu apartemen mereka. Si gemuk berparfum menyengat tampak sangat puas melihat betapa mudahnya untuk merenggut "tambang emas" yang telah di"pesan"nya sejak dulu.

"Tolong ..., tolong, Pak Fredy! Apapun itu asal jangan Kiran! Saya akan lakukan apa saja demi Bapak!" pinta Mawar. Si gemuk yang kini telah terungkap namanya itu tampak jenuh dengan permohonan Mawar. Ia berjongkok di hadapan wanita itu, lalu berkata,

"Kamu pikir, apa gunanya setangkai bunga yang sudah layu?" tanyanya, menyentuh dagu Mawar yang basah air mata. "Sudah waktunya untuk memetik bunga yang baru, Mawar. Bukankan tes itu sudah menjelaskan semuanya?"

Tes? Tidak salah lagi. Pasti surat itu yang Fredy maksud. Surat permintaan pemeriksaan tes HIV yang ia temukan di tas Mawar. Ah, ternyata firasatnya benar. Apalagi yang harus ia pertanyakan jika semuanya sudah sejelas ini?

Sejak ia menemukan surat itu, Kevin yakin sekali kalau Mawar adalah....

"Surat permintaan pengecekan HIV itu, kan? Aku sudah tahu," katanya parau seraya melangkah mendekati Mawar dengan terpincang-pincang.

Fredy menoleh ke arahnya, melihat cara berjalan Kevin yang tidak biasa membuatnya terlihat seperti sebuah karya seni yang tanpa disengaja terlalu cepat rusak. Sangat disayangkan.

"Ah ah ah, kenapa dengan kakimu, sayang? Kalau begini caranya saya nggak akan bisa menjadikanmu sebagai cadangan."

Cadangan? Kevin mengerjap tidak paham. Sekarang ia sudah mengerti, mungkin tidak seluruhnya, namun setidaknya Kevin tahu orang seperti apa Mawar sesungguhnya. Tapi apa si gemuk ini maksud dengan cadangan?

"Mama, nggak bisakah Mama jujur sama aku dan Kevin?" Kiran berontak, melepaskan diri dari Pak Tanto yang sejak awal memang tak terlalu erat memeganginya, "Kalau memang aku segitu berharganya bagi Mama, kenapa Mama nggak pernah cerita apa pun? Sebenarnya Mama ini siapa, Ma?"

Sakit. Gadis itu sudah mencoba untuk menanggungnya selama belasan tahun. Berada dalam gelap tentang figur yang seharusnya menjadi orang terdekat. Sosok yang selalu tampak diam, apatis, dan tidak pernah menampakkan perasaannya, apalagi menunjukkan kasih sayang lewat tindakan. Lalu malam ini Kiran bisa melihatnya, kalau ternyata Mawar bisa menangis dan memohon demi dirinya untuk sebuah alasan yang masih menjadi misteri.

Dan sampai saat ini, Mawar belum juga mau bicara.

Fredy tergelak. Di matanya ini seperti drama komedi. Ia mendekati Kiran, membuat gadis itu mengernyit akibat aroma parfumnya yang mungkin akan tercium dari jarak lima meter,

"Ooh, sayang. Malang nian nasibmu. Bahkan tentang ibumu sendiri pun kamu nggak tahu apa-apa. Haruskah Om jelaskan kalau ibumu ini seorang pelacur kelas atas?"

Seperti ada belati tak kasat mata yang tiba-tiba menikam dada Kiran. Bohong ..., Itu tidak mungkin. Orang ini pasti sedang membodoh-bodohinya. Dia pasti sedang mempermainkannya!

Mawar masih bersimpuh. Kini ia melipat lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana dengan bahu bergetar. Kebisuannya menandakan kebenaran. Kiran bersikukuh untuk menyangkal. Mencari pembelaan dari Kevin.

Yang ia temukan justru air muka mendung penuh rasa iba dan kecewa. Mata mereka bertemu, membuat Kiran sadar ada sesuatu di sana yang berbisik,

Aku enggak mau kamu tahu soal hal ini.

"Tujuh belas tahun lalu, salah satu anak saya memungut Mawar di jalanan." Fredy mulai bercerita. Ia terlihat begitu bersemangat dan bergantian melihat ke arah si kembar. "Saya ingat betul betapa mengenaskannya dia. Hamil dan terusir. Anak saya membawanya ke rumah. Mawar sangat cantik, makanya waktu itu saya dengan senang hati mau menampungnya. Tapi sayang, dia sangat keras kepala."

"Dia menolak untuk menggugurkan kalian." Kelanjutan itu cukup membuat Kevin dan Kiran terkesiap, "tapi, dia juga tidak punya apa-apa untuk membesarkan kalian. Dari situ, saya dan Mawar membuat perjanjian."

Kevin menelan ludah. Apapun perjanjiannya itu pasti bukan kabar yang baik untuk mereka. Di samping Pak Tanto, Kiran sudah menunduk lemah. Berharap dalam hati kalau ini semua cuma mimpi.

"Saya akan membantu semua kebutuhannya dan anaknya. Lalu saat Mawar sudah tidak bisa digunakan lagi, anaknya akan menjadi milik saya."

"Itu ..., itu bohong, kan?" suara Kiran bergetar, mengeluarkan apa yang terus menggema di hatinya. Ia membayangkan Mawar akan bangkit dan membelanya. Berkata kalau semua itu tidaklah benar. Bahwa laki-laki ini hanya orang sinting yang dengan seenaknya mengacau di rumah mereka.

"Saya sangat berharap kamu tumbuh menjadi secantik ibumu, Kiran. Sayangnya, saat itu saya mendengar kalau kamu terlahir tidak normal. Makanya, sempat terpikir agar saya mengambil Kevin saja saat waktunya tiba. Tapi.... " Fredy mendekat, memandangi Kiran dengan sorot mata dipenuhi nafsu.

Nafsu akan hal duniawi. Bayangan soal jumlah rupiah yang akan ia raup.

Kiran memekik saat tangan kanan Fredy yang semula mengelus wajahnya turun untuk meremas dadanya seraya berkata,

"Dengan wajah dan tubuh seperti ini, saya bisa memalsukan usiamu dan akan banyak pelanggan yang membayar mahal untuk itu!"

"HENTIKAN!!" Melihat pelecehan itu terjadi di depan mata kepalanya sendiri, amarah Kevin tidak terbendung. Dasar manusia rakus. Hal yang paling ingin Kevin lakukan sekarang adalah menelpon polisi. Tapi hatinya berkata ia tak bisa bertindak segegabah itu. Orang ini dapat masuk ke apartemen mewah dengan penjagaan yang ketat 24 jam dengan mudah. Itu berarti dia bukan orang sembarangan.

Salah langkah sedikit saja, keluarganya bisa terluka.

Kevin memantapkan hatinya. Apa gunanya ia sebagai satu-satunya lelaki di keluarga ini? Bermodal harga diri sebagai seorang lelaki, seorang kakak, seorang pengganti ayah, dia akan melindungi Kiran. Apa pun konsekuensinya.

"Biar aku saja yang pergi."

Kiran membelalak, mendadak kehilangan kepercayaan pada pendengarannya. Sayang, Kevin mempertegas pernyataan itu dan mengulang perkataannya tadi.

Kevin akan menggantikannya. Dia yang akan pergi bersama Fredy. Dia yang akan menjadi seperti Mawar. Dia yang akan kehilangan masa depan.

Dan itu semua gara-gara Kiran.

"Enggak! Kamu nggak akan pergi ke mana pun, Vin!" seru Kiran. Kalau memang ada orang yang lebih pantas, tentu Kiran sendirilah orangnya. Dia bukan siapa-siapa. Hanya seorang gadis cacat dengan masa depan tidak pasti. Baik passion mau pun prestasi Kiran tak punya.

Tidak seperti Kevin.

Kakak kembarnya terlalu berharga untuk dikorbankan. Akan banyak orang yang kecewa, kesempatan yang terlewatkan, juga masa depannya pasti gemilang. Kiran percaya itu.

Dan sekarang Kiran merasa mulai membenci Kevin dengan cara yang paling menusuk dirinya sendiri.

Karena dia juga menyayanginya. Dia ingin menjadi pendukung dan kekuatan bagi kakak kembarnya. Dan kini keputusan Kevin seolah menyuruhnya berhenti, menjadikannya sebagai sebuah beban. Bahwa Kevin akan membayar masa depan Kiran dengan masa depannya sendiri.

"Ah ah ah, sayang sekali saya tidak bisa menjual seorang pemuda pincang," ujar Fredy. Kevin berjengit, merasa muak dengan cara bicara pria gemuk itu.

"Ini hanya cedera. Aku bakal sembuh dalam beberapa minggu, " dalihnya sambil meredam emosi, "lepaskan Kiran dan aku akan ikut sekarang juga."

"Kevin!"

"Hmm ..., Kenapa saya harus membawa kamu saat Kiran lebih menjanjikan?" Fredy mengangkat sebelah alisnya. Kevin tertegun. Tidak satu pun ide terlintas di otaknya. Kalau saja dia juga wanita, Kevin pasti bisa memberikan semacam perbandingan. Tapi ini....

Putus asa, ia hanya bisa menjawab,

"Aku janji enggak akan mengecewakanmu. Kumohon."

Entah setan apa yang merasukinya, itulah yang Kevin ucapkan. Dengan memenuhi perjanjian yang telah Mawar buat, toh Kevin yakin cepat atau lambat dia akan melakukan itu. Si Fredy gemuk menyeringai, meletakkan kedua tangannya di bahu Kevin dan berkata,

"Kalau begitu, coba puaskan saya."

Kiran ingin berlari. Ia ingin membawa Kevin pergi dari sini sekarang juga. Pak Tanto memeganginya lagi, pria berkulit gelap itu menggeleng. Isyarat bahwa mereka sudah terlalu jauh dan mustahil untuk kembali lagi.

Mawar kembali tergugu, kali ini terdengar lebih keras dan Kiran bisa mendengar nama Kevin disebut di antara isakannya. Jadi Mawar benar-benar peduli, bukan hanya pada dia, tapi juga kakaknya ...

"Aku harus berbuat apa?" tanya Kevin, bersikap sok berani padahal sekujur tubuhnya mulai terasa dingin. Terdengar suara gesper yang dibuka dan Kiran memalingkan wajahnya saat pria gemuk itu menurunkan celananya beberapa centimeter.

Ini neraka.

"Hisap."

Mawar sontak merangkak ke arah Fredy,

"Biar aku yang lakukan! Aku saja!"

Buk!! Fredy menendang Mawar hingga tersungkur. Kesabarannya pada wanita itu sudah habis. Melihat ibunya diperlakukan seperti binatang, Kevin menatap Fredy penuh dendam kesumat. Untuk sekarang ia harus menahan diri. Tapi suatu saat, Kevin bersumpah akan mencabik-cabik pria ini...

"Well? Ayo. Kenapa kamu diam saja? Seorang lelaki sejati tidak akan menarik kata-katanya kembali, kan?"

Tangannya mengepa kuat hingga memutih. You sick bastard.

Kevin maju. Tak pernah dalam fantasi terliarnya sekalipun ia berkhayal melakukan hal seperti ini. Sempat diliriknya Kiran, mata biru gelap gadis itu seolah telah mati. Ekspresinya hampa, tidak lagi menggambarkan apa pun. Sebelum Kevin sempat memasukkan benda jahanam itu ke mulutnya, tiba-tiba Fredy mundur. Wajahnya semringah sambil membenahi celananya kembali,

"Oke. Kamu lulus. Sepertinya kamu memang tidak akan pandang bulu."

Kevin terengah. Jantungnya bak baru saja sehabis berlari maraton. Nyaris saja ia melakukan tindakan homoseksual, salah satu hal paling laknat yang pernah dilakukan umat manusia.

Dan Kevin tahu, bukan tidak mungkin ia akan menghadapi hal serupa.

"Tapi ingat, kalau suatu waktu kamu mencoba kabur, Mawar dan Kiran taruhannya," Fredy berbalik, berjalan melewati Kiran yang masih shock dengan peristiwa itu. "Tanto, bawa Kevin. Tidak perlu terlalu kasar, mustahil dia kabur dalam keadaan seperti itu."

"Baik, bos," Pak Tanto manut dan menuntun Kevin keluar. "Ayo, nak."

Tidak peduli selembut apa sosok bodyguard ini, Kevin berjanji takkan lengah. Untuk yang terakhir kalinya malam itu sebelum ia benar-benar meninggalkan saudari dan ibunya, Kevin memeluk Kiran erat-erat dan berbisik tepat di telinga sang adik,

"Jangan khawatir, aku akan cari jalan keluarnya."

Lalu pintu kembali tertutup rapat. Menyisakan dua orang wanita dalam hening dan isakan kecil yang menyatu. Kiran berjalan tanpa suara ke arah Mawar yang kini hanya meringkuk penuh penyesalan. Disentuhnya sang ibu,

"Mama...."

Isakannya reda selama dua detik, dua pasang mata beriris gelap berserobok sendu nan pedih, lalu kembali berlanjut dalam sebuah dekapan erat diiringi dua tangis yang memecah malam

.

Gimana? Cukup dramatis kah? Sori kalau kalian menemukan adegan di atas menjijikkan 😅

Makasih udah baca dan sampai jumpa!

Continue Reading

You'll Also Like

303K 24.3K 79
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
1.4M 64.7K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
4.1M 30.7K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
1.2M 85.8K 43
β€’ Obsession series β€’ [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...