Happiness

Bởi karaveekaa

6.3M 279K 6.3K

Ayu tak mau bayi dalam kandungannya di aborsi oleh Refan, pria yang menghamilinya sekaligus kekasihnya. Tapi... Xem Thêm

prologusss
1.MENCINTAI BAJINGAN
2. MY LOVE
3. DADDY!!?
4. THIS IS YOUR HUSBAND?
5.BITCH
6. MEMILIH YANG TERBAIK
⚠⚠7.PROMISE⚠⚠
8.MY...SON??? NO!
⚠⚠9. JAGOAN SAKIT⚠⚠
!SANGAT PENTING!
⚠⚠10. LINDU AYAH⚠⚠
⚠⚠11. KEBIASAAN KECIL⚠⚠
⚠⚠12.KENYATAANNYA!!⚠⚠
⚠⚠13. ARGIO LISKIA JUPITER⚠⚠
14. FLASH BACK
15. MAMA BOONG!
16. ALWAYS WITH YOU DADD ❤
17. FLASHBACK WITH ANGGA
DI BACAA !!
18. MARRY ME?
19.SHAVA AND ARGI
20. MY SON!!
21. KEBAKARAN!!
22.AYAH BARU??
23. RESTU AYAH
24. DEA?!
25. WEDDING DAY
26. GADIS CENGENG?
27.PELUKAN AYAH MAMA
DI BACA!!!
28. FAMILY GOALS
29. THE DOCTOR
30. NEW PROBLEM
31. AYAH...MAMA
32. BUNUH SAJA AKU!
33. DUBAI STORY
35. MARISA SICK?
36. SORRY
37. MARISKA AND AYAY
38. DIA
39. MARISKA & AYAY
TOKOH PEMERAN (2)
40. TENTANG MEREKA
41. TEMAN MAIN
42. DIA ANAKKU?
42. MIKA AND DIKA
43. SWEET HUBBY END
INFO PENTING

34. KISS AND SAD

105K 5.4K 159
Bởi karaveekaa

Selamat membaca. Maaf untuk keterlambatan update...

Refan dan Ayu sampai di pekarangan parkiran hotel mewah yang mereka temlati.

Refan menoleh ke samping. Ayu tertidur di sana. Pada yang sebenarnya, Ayu pura-pura tidur karena berpikir yang macam-macam tentang perkataan Refan tadi saat di dermaga.

"Jangan di sini Ay"
"Kita lanjutkan di hotel"

Ayu deg degan sendiri mengingat suara dan ekspresi Refan saat mengatakan itu. Pasti tidak mungkin Refan mau melakukan hal-hal mengarah ke "itu". Tidak, itu bukan Refan. Yang Ayu tahu Refan tidak mencintainya. Mungkin kehadiran Gio sudah cukup bagi pria itu dan pernikahan mereka.

Dan untuk menghilangkan pikiran kotor itu. Ayu berpura-pura tidur agar Refan tidak jadi melakukan apa-apa setiba di hotel. Refan tidak tega pastinya membangunkannya kan? Ayolah katakan tidak.

"Ay kita... Sampai"

Hening. Ayu masih keras kepala untuk tidak membuka matanya.

"Ay mau aku gendong ke kamar?"

Dan seketika Ayu terduduk sambil membuka matanya lebar-lebar.

Mereka menaiki lift ke lantai atas. Lift terbuka dan mereka langsung berjalan ke kamar. Setelah masuk ke dalam kamar, Ayu langsung duduk di kursi meja rias dan membuka tatanan rambutnya yang di sanggul asal. Sementara itu Ayu sadar kalau Refan terus memperhatikannya tanpa kedip. Jakunnya juga terlihat naik turun.

"Oh tidak jadi ya melanjutkan yang tadi?" kata Refan dengan santai sambil membuka perlahan dasinya. Matanya terus menatap Ayu dari pantulan kaca.

Ah tidak mungkin! Refan pasti tidak sudi melakukan itu denganku. Batin Ayu.

"Padahal aku sudah siap" Refan membuka jas lalu kemejanya.

Dia benar-benar tak punya malu memperlihatkan tubuh atasnya telanjang di hadapan mata Ayu yang polos. Tubuh pria itu di penuhi otot dan bahunya yang telanjang itu terlihat lebar.

"Mak... Maksudmu apa?" kata Ayu pura-pura tidak lihat dan menyibukkan dirinya sendiri.

Jantungnya semakin deg-degan lagi saat melihat dari pantulan kaca kalau perlahan Refan berjalan mendekat ke arahnya. Berdiri tepat di belakang Ayu dan membantu Ayu merapikan rambutnya yang baru selesai di sanggul tadi.

"Refan apa-"

"Kupikir Gio sudah saatnya untuk punya adik" kata Refan mengelus pelan rambut Ayu. Refan meletakkan tangannya di bahu Ayu dan mengatakan sesuatu lagi dengan lembut.
"Bukankah itu yang dia minta. Oh bahkan dia sudah merengek?"

Refan tersenyum melihat Ayu memejamkan matanya dengan pipi memerah seperti itu, benar-benar menggemaskan sekali.

"Tapi Refan aku-"

"Apa perlu aku bantu melepaskan ini?" perlahan tanpa meminta izin sang pemiliknya Refan menurunkan resleting baju Ayu.

Setelah itu Refan memutar tubuh Ayu sampai menghadap dirinya. Hingga benar-benar terlihat wajah Ayu yang merona.
"Katakan, apa lagi yang harus aku bantu lepaskan?" Refan tersenyum miring seperti om-om mesum dan Ayu gadis perawan nya.

"Refan jangan begini aku malu" Ayu menutup wajahnya dengan tangan.

"Aku kan suamimu Ay"

Refan menarik tangan Ayu dan meletakkannya di atas pahanya sendiri. Ayu hanya bisa memejamkan mata saat perlahan wajah Refan mendekati wajahnya, pria itu memiringkan wajahnya ke samping dan mulai mencium Ayu kembali.

Dengan pelan tanpa Ayu rasa-rasa kalau dirinya tengah di gendong Refan dan di bawanya berbaring ke ranjang. Perlahan tangan nakal pria itu menarik gaun hitam yang Ayu kenakan. Lumatan-lumatan yang tadinya lembut kini jadi semakin menuntut apalagi saat Ayu mulai terlena dan membalas ciuman Refan.

Ayu tak berdaya untuk menolak karena dia mencintai Refan. Yang ia harapkan adalah, semoga Refan melakukan ini dengan Cinta. Bukan dengan nafsu lelakinya semata. Karena sejauh ini Refan belum pernah mengungkapkan isi hatinya pada Ayu. Apa yang dia rasakan...

×××××

Seorang wanita dengan perut sudah mulai membuncit agak besar mendorong troly belanjaannya. Ia tak sendiri, tapi bersama seorang pembantu rumahnya yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi.

"Nyonya sepertinya sudah lengkap apa yang kita cari'' kata bi Minah sambil melihat daftar belanjaan.

"Oh ya? Bibi mau apa?"

"Tidak mau apa-apa nyonya terima Kasih"

"Yasudah kalau begitu. Bibi bayar terus ya, saya tunggu di sana!" tunjuk Marisa ke arah kursi plastik dekat pintu keluar.

Bi Minah mengangguk dan mendorong troly ke arah kasir.

Saat Marisa sedang berjalan tak sengaja ia menabrak seseorang.

BRUUKKK

Marisa mengangkat wajahnya dan ia menatap mata tantenya, atau adik dari ibunya. Sudah lama sekali mereka tidak berjumpa, terakhir kali saat ibunya Marisa meninggal.

"Tante" panggil Marisa sambil tersenyum hangat pada tantenya yang bernama Ella.

Ella tersenyum sinis dan sepertinya pura-pura tidak mengenal Marisa, tadinya ia cukup terpaku pada perut Marisa yang kelihatan sekali membuncit. Tapi sekarang ia mencoba untuk biasa saja.

Ella langsung melangkah pergi. Tapi Marisa yang merindukan Ella sebagai tantenya, segera memegang tangan wanita itu hingga Ella berbalik badan.

"Tante Ella kenapa tidak pernah lagi main ke rumah?" kata Marisa sambil kembali tersenyum.

Dan lagi-lagi Ella membalasnya dengan senyuman sinis. Marisa merasa sedih. Tantenya, apakah ini sifat aslinya setelah ibu meninggal. Tentu yang ia kenal cukup menyayangi dan lembut padanya kenapa sudah berubah rupa.

"Saya tidak kenal kamu" Ella menepis pelan tangan Maris hingga terlepas.

"Tante, kok tante jadi seperti ini setelah ibu tiada. Tante yang dulu kan sangat sayang aku"

"Hehh, itu saya lakukan karena saya hanya ingin melihat Elina senang. Agar dia merasakan kalau kami semua sayang pada kamu. Dan keputusan yang dia ambil itu benar, meski saya benci itu"

"Keputusan apa?" tanya Marisa bingung. Sebenanya ada banyak hal yang ingin dia tanya jika berjumpa dengan tantenya. Siapa ayahnya, dimana ayahnya, dan kenapa dia tidak pernah melihat foto ayah dan ibunya menikah.

"Nyonya" suara bi Minah terdengar. Marisa menoleh ternyata bi Minah sudah siap membayar belanjaan.

"Langsung bawa ke mobil bi. Saya akan menyusul" bi Minah pun pergi sesuai perintah Marisa. Lalu Marisa fokus lagi kepada tantenya.
"Bisa tante jelaskan maksud tante barusan"

Ella terdiam sesaat. Lalu dia menganggukkan kepalanya.

×××××

Di temani dengan hangatnya teh. Marisa dan Ella duduk berhadapan di sebuah Cafe. Ella bilang ingin duduk di Cafe untuk menjelaskan semuanya, dan Marisa mengikuti apa mau tantenya ini.

"Jadi bagaimana tante?"

Ella menoleh ke arah Marisa lalu menghela nafas. Mungkin sudah saatnya dia tahu...

"Dulu ibumu tidak mau menikah. Karena dia pernah di sakiti oleh seorang lelaki hingga benar-benar membuat ibumu hancur. Tapi dia ingin punya anak, tapi tidak dalam status pernikahan. Keluarga semua menentang omongan bodohnya itu. Bagaimana mau punya anak tapi tidak mau nikah. Dia benar-benar membuat malu keluarga jika dia melakukan itu. Hingga kami mengurungnya di dalam kamar karena kami pikir dia gila karena mantan pacarnya. Lalu paman mengajaknya bicara baik-baik, apa kamu masih ingin mempunyai anak? Tanya pamanmu dan ibu menggelengkan kepalanya lalu ia berkata,  aku telah sadar kalau keinginanku itu mustahil ku lakukan dan aku menyesal telah seperti ini, Kata ibumu"

"Hahh?apa benar sampai seperti itu?" bisik Marisa tak percaya pada dirinya sendiri. Dan Ella mengangguk.

"Setelah paman mengatakan kalau ibumu sudah kembali membaik. Kami sekeluarga melepaskannya dan memberikannya kebebasan pada Elina. Elina mulai kembali melanjutkan sekolahnya di sekolah kedokteran namun sayang sekali, kalau keputusan kami membebaskannya saat itu adalah salah. Dia kembali berulah.. Pada saat itu terjadi sebuah bencana alam dan ibumu menjadi suka relawan dia di kirim ke daerah terpencil dimana bencana itu terjadi. Saat Elina sedang berjalan sendirian, ia melihat ke arah tumpukan kayu yang ternyata ada kau yang sedang terjepit di bawah pohon dengan kondisimu basah yang sepertinya kau di bawa arus sungai. Dan entah bagaimana Elina langsung membawamu pulang. Dia tidak mau mengembalikan atau mencari orang tuamu, dia menjadikanmu sebagai anaknya. Kami menentang karena itu salah. Tapi Elina kelihatan sedih dan akhirnya kami selama ini berpura-pura di hadapannya. Kami berpura-pura kalau selama ini kami menyayangi anak angkatnya yang entah dari mana dia temukan itu. Dan setelah dia tiada, apa harus kami memperlakukanmu seperti itu?" Ella benar-benar tak memiliki perasaan mengatakan itu. Bahkan Marisa sudah menangis tapi dia masih tak berhenti bicara. Karena yang ingin Ella katakan hari ini adalah hal yang ingin dia katakan pada Marisa jauh dari beberapa tahun yang lalu. Tapi dia selalu sabar menunggu saat yang tepat.

"Tante aku pamit pulang dulu" Marisa langsung mengambil tas yang ia bawa dan langsung pergi.

Tak ada pertanyaan.

Tak ada penjelasan.

Karena bagi Marisa semua sudah jelas dan tak ada yang perlu di jelaskan. Dia ternyata selama ini hidup dalam tipu daya wanita yang begitu dia sayangi.

Ella hanya menatap kepergian Marisa dengan diam. Dia harap apa yang sudah dia katakan ini adalah memang hal yang terbaik. Marisa harus tau, bahkan dia sudah akan punya anak. Agar semuanya jelas terus. Semoga ini adalah jalan yang benar. Meskipun Marisa harus merasakan sakit hati terlebih dulu untuk kebenaran ini.

×××××

Mobil yang Marisa naiki dan bi Minah berhenti di sebuah pemakaman umum. Sudah di tanya kenapa Marisa minta di antarkan kemari tapi dia tidak ingin menjawabnya. Tapi karena supir dan hi Minah tahu kalau di sini tempat ibu nyonya mereka di makamkan maka mereka juga tahu kalau, mungkin saja nyonya mereka sedang ingin mengunjungi makam ibunya.

"Tunggu di sini sebentar. Saya akan segera kembali"

"Saya temani ya nyonya"

"Tidak usah bi" Marisa langsung menutup pintu dan berjalan ke sebuah makan dekat pohon.

Dengan perut yang sudah membuncit, perlahan Marisa duduk di samping makam ibunya. Menatap Batu nisannya lama lalu menangis lagi.

"Jadi selama ini aku bukan anak ibu. Lalu aku anak siapa?"

Marisa menangis tersedu-sedu. Ia benar-benar sakit hati dan merasa telah tertipu. Di tipu oleh wanita yang begitu dia sayangi. Sangking sayangnya Marisa tak bisa marah saat tahu ibunya berprofesi sebagai dokter aborsi.

"Kenapa ibu tidak ceritakan dari awal? Apakah ibu takut aku kembali pada orang tua kandungku dan melupakan ibu? Pantas saja ibu hanya diam saat aku tanya kemana ayah? Ternyata ibu tidak pernah menikah dengan siapapun dan aku... Aku bukan anakmu!! Hiks... Hiks... " Marisa meremas tanah makam ibunya.
"Aku anak pungutmu! Dan kau membesarkan aku dengan kebohongan ibu kau tahu itu?!" Marisa menangis semakin menjadi.

Marisa menangis terus tanpa henti. Dia benar-benar membenci ibunya sekarang. Dia memang bodoh dan terlalu percaya pada apa saja yang ibunya katakan.
"Ibu aku ben... AKHH perutku... Akhh sakit aduh" Marisa memegang perutnya. Tiba-tiba saja dia merasakan sakit dan kepalanya pusing.

Dari dalam mobil bi Minah memang terus memperhatikan Marisa. Tapi saat melihat wajah Marisa seperti menahan rasa sakit.

''Hei nyonya sepertinya kenapa-napa" kata bi Minah panik dan keluar dari mobil.

Sang supir yang sigap pun langsung berlari ke arah Marisa. Menggendong tubuh wanita itu dan membawanya ke rumah sakit. Sementara itu bi Minah menghubungi Kenan.

××××××

"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu. Ini kali pertama kau ke Dubai kan?" tanya Refan di sela sarapan paginya dengan Ayu.

Di tepi laut dengan angin yang menerpa dan hamparan pasir serta luasnya laut menjadi pemandangan Indah sarapan mereka kali ini. Refan yang memilih tempat ini, Ayu tidak tahu apa-apa.

"Tapi di sisi lain aku rindu Gio juga"

"Hanya sebentar, jarangkan kita bisa berdua begini"

Ayu langsung menatap cepat ke arah Refan. Apa benar yang berbicara seperti tadi adalah Refan? Sementara Refan yang di lihati tampak polos mengangkat kedua alisnya.
"Kau kenapa Ay?"

"Ah tidak ada, lupakan" Ayu kembali menikmati roti bakarnya.

"Setelah ini kita akan jalan-jalan ya"

Ayu hanya menganggukkan kepalanya dan kembali makan.

Saat Ayu sedang makan Refan terus menatapnya. Dia makan dengan rambutnya di terbangi angin ke sana kemari, benar-benar ciptaan tuhan yang Indah. Semalam adalah hal di luar kendali Refan. Ia tak tahu kalau sejak kapan dia mulai mesum dan menggilai Ayu dalam diam.

Kejadian semalam mungkin bisa di sebuat dengan... Bercinta.

×××××

"Genggam tanganku. Jangan di lepas ya, nanti kalau kau hilang Gio yang ngamuk padaku" Refan berkata dengan nada bercanda sambil menggenggam erat jemari lentik Ayu.

Ayu hanya tersenyum dan mereka mulai memasuki keramaian pasar. Seperti pasar tradisional, ada banyak barang-barang antik yang Indah dan juga bagus-bagus. Orang-orangnya juga kelihatan ramah.

Mata Ayu tak lepas dari sebuah ice cream yang berdirinya di dekat penjual guci-guci kecil. Refan yang melihat arah mata Ayu sepertinya mengerti.
"Akan aku belikan" Refan menarik tangan Ayu untuk mendekat ke arah tempat ice cream.

Dia sudah berubah menjadi pria yang lebih peka ternyata. Batin Ayu.

Refan berbicara dengan si penjual ice cream, bahasa yang Ayu tidak tahu. Tapi tak lama Refan menatap Ayu dan bilang.

"Kata bapak ini, ice creamnya tinggal satu. Aku tidak usah, untukmu saja ya"

"Tapi kau juga mau kan?" tanya Ayu kasihan melihat Refan.

"Mau, tapi tinggal satu. Tidakpapa untumu saja" tolak Refan dengan halus dan langsung membeli ice creamnya untuk Ayu.

Mereka duduk di kursi Taman sambil menemani Ayu menghabiskan ice creamnya. Refan terus menatap Ayu yang makan sampai celemokan seperti Gio saja.

"Anak dengan ibu sama saja" Refan menghapus bekas ice cream yang hampir mengering di sisi bibir Ayu.

Ayu cukup kaget awalnya, tapi melihat Refan yang biasa saja Ayu juga memilih untuk biasa saja dan tak membahas apapun.

Ayu menangkap basah Refan yang terus menatapnya dari tadi.
"Kenapa melihatku begitu? Kau mau ice creamnya?" tanya Ayu dengan polos.

Dan polosnya lagi Refan hanya menganggukkan kepalanya, membuat Ayu tersenyum geli.

"Ini, tapi bekasku tidakpapa kan?" kata Ayu dengan di mulut masih berisi sedikit ice cream

Refan tersenyum miring.
"Aku maunya dari sini" Refan langsung mencium Ayu, membuka mulut wanita itu dengan lidahnya hingga merasakan manisnya rasa ice cream coklat yang Ayu makan. Rasanya jauh lebih nikmat ternyata.

Refan melepaskan ciuman mereka. Mulut Ayu kelihatan sangat celemokan akibat bekas ciuman mereka. Refan hanya tersenyum sambil membersihkan mulut Ayu dengan tisu. Ia juga membersihkan mulutnya sendiri.

"Kau baik-baik saja?" tanya Refan seolah barusan mereka tak melakukan apapun.

"Ya ya ak-aku baik"  Ayu gelagapan.

"Kan sudah aku bilang. Aku akan sering menciummu karena kau suka ciumanku kan?"

Wajah Ayu bersemu mereka. Jika Refan berkata begitu entah kenapa yang dalam pikirannya adalah ciuman mereka di dermaga dan berakhir di atas ranjang, for god sake!

"Ayo cepat habiskan ice creamnya. Atau mau kita habiskan bersama dengan cara jitu barusan?" Refan menggoda Ayu dan langsung Ayu memasukkan semua ice cream itu ke dalam mulutnya. Hingga dia kesusahan untuk mengunyahnya.

Ini lebih baik dari mana menikmati ice cream coklat ini sambil ciuman dengan Refan. Auh... Ayu yang malu bukan Refan sekarang ini.

Tbc

Gimana udh update 2x kali kan?

Tertarik dengan kiah serupa dengan HAPPINESS atau I MISS YOU MOMMY? Baca juga STILL

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

7M 338K 70
Dilarang PLAGIAT!! Atau mengcopy cerita ini!! FOLLOW SEBELUM BACA... PROSES REVISI/ 2 PART AKHIR DIHAPUS ______________________________________ Salsa...
1.1M 53.2K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
33.2K 2.4K 35
SMA Dirgantara menjadi tempat menyimpan kenangan antara Megan dan Ardhan, tujuh tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui tentang kisah cinta mereka...
1.4M 68K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...