42. MIKA AND DIKA

121K 4.5K 227
                                    

Mohon maaf karena cerita ini baru bisa update. Jadi sangking lamanya, mohon di baca ulang ya 3 atau 5 chapter yang lalu. Karena sangking lamanya. Takut kalian gak ngeh gitu kalo gak baca beberapa chaoter tang lalu 😂 maafkan aku ya. Mohon maaf sebesar-besarnya. Karena aku banyak malesnya

"Bagaimana kalau Gio sebentar lagi akan punya adik?"

Terukir senyuman di bibir Gio. Lalu menatap serius pada ayahnya.

"Kapan itu? Gio maunya sekarang ayah sekarang" rengek Gio dan berjalan ke arah Refan dan duduk di atas pangkuannya.

"Tidak bisa, mama sedang mempersiapkannya untuk kita" sahut Refan mengelus rambut Gio.

"Mempersiapkan?" tanya Gio bingung. Mika dan Asna hanya terkekeh melihatnya. Dia memang sering sekali bertingkah polos dan menggemaskan.

"Iya, dedek bayinya sedang di dalam sini" Refan menarik tangan kecil Gio dan meletakkannya di atas perut Ayu.
"Jadi Gio harus sabar ya sayang"

Gio diam menatap perut Ayu, tangan mungilnya mengelus perut ibunya pelan. Lalu ia mendekatkan telinganya ke permukaan perut Ayu, mencoba mendengar sesuatu tapi tak dapat mendengar apapun karena usia kandungan Ayu masih lumayan muda.

"Tidak ada suara tangisan yang seperti Justine" kata Gio polos sambil menatap Ayu dan Refan bergantian.

Semua orang yang berada di situ terkekeh sambil menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Gio yang polos lugu menggemaskan itu.

"Suaranya nanti kedengaran sayang, setelah nanti adik bayinya lahir" sahut Ayu sambil mencium gemas pipi Gio.

"Oh hehehe" Gio hanya tertawa sambil memeluk perut Ayu.

"Adik cepat keluar ya, agar kira bisa bermain bersama" kata Gio sambil mengelus perut Ayu lagi.

Refan dan Ayu hanya tersenyum menatap anugrah mereka yang tampan itu lalu sama-sama memeluknya.

Asna dan Mika iri melihat kebahagiaan keluarga tuan dan nyonya mereka. Semoga tuhan selalu memberkati dan melimpahkan kebahagiaan pada rumah tangga tuan dan nyonya mereka itu.

×××××

Semenjak hari itu.

Hari dimana semua orang tahu kalau Ayu sedang mengandung, kehangatan di antara Ayu dan Refan semakin terasa. Apalagi Refan sangat menikmati waktu kehamilan Ayu. Andai dulu dia tidak bodoh sampai membuang Ayu begitu saja. Mungkin dia juga bisa merasakan kebahagiaan bersama Ayu yang sedang mengandung Gio, anak pertama mereka.

Tapi Refan berjanji pada dirinya sendiri kalau kebahagiaan yang selalu  akan dia utaman adalah kebahagiaan milik Gio, calon adik Gio dan Ayu. Ia tak akan menyia-nyiakan orang-orang yang begitu berarti baginya lagi. Penyesalan cukup datang satu kali di masa lalu dan ia tak akan mau mengulangi kesalahan yang sama kembali.

Termasuk mengutamakan perasaannya.

Pagi ini Ayu sedang duduk di depan TV dengan tangan memegang remot dan sebelahnya lagi memegang cemilan. Lalu terdengar ponsel miliknya yang di atas meja berdering. Ayu langsung menjawab panggilan itu saat tahu Refan yang menelpon

"Ya Ref?"

"Sebentar lagi rekan kerja baruku akan datang ke rumah, kau langsung saja persilahkan dia masuk ya"

"Oh baiklah. Kau jam berapa pulang memangnya?"

"Tak akan lama, setelah pekerjaan di kantor selesai, aku akan langsung pulang"

"Lalu kenapa rekan kerja barumu sampai ke rumah segala. Tidak maksudku kan bisa di kantor, sekalian denganmu terus"

''Tidak, waktuku di kantor sudah sangat padat. Jadinya aku memintanya saja langsung ke rumah. Kau tidak keberatan kan?"

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang