Abel menatap nanar 5 buah tespack dihadapannya. Benda itu serentak menujukkan 2 garis yang sama. Seakan sadar seketika itu juga tubuh Abel langsung lemas. Buru-buru Emin menyangga tubuh wanita itu dan lantas memapahnya menuju tepi ranjang.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan Emin?!" tanya Abel frustasi. Sekarang ini Abel tak tau lagi bersikap seperti apa. Berita ini sungguh mengguncang jiwanya. Haruskah ia bahagia mendengar berita ini? Atau malah sedih? Hah! Abel benar-benar bingung sekarang!
" Sebaiknya nona menghubungi Tuan sekarang, dan katakan yang sebenarnya" ujar Emin antusias. Kelihatan sekali kalau wanita tersebut benar-benar bahagia mengetahui kabar kehamilan Nyonya-nya
Spontan Abel menggeleng keras. Bagaimana mungkin ia membocorkan berita ini pada si Angkuh itu?! Bagaimana nasibnya jika Aidan benar-benar tau kabar ini? Abel yakin pria itu bakalan murka dan langsung menendang Abel jauh-jauh dari sini!
"Tidak Emin, Berita ini harus dirahasiakan! Aku tidak mau jika si Angkuh itu mengetahui kabar ini! Itu sangat berbahaya!" jawab Abel ketus. Sungguh ia takkan bisa membayangkan apa yang terjadi, mungkin saja pria itu langsung menyuruh Abel untuk segera mengugurkan kandungannya bukan?
"Kenapa harus dirahasiakan nona? Bukankah Tuan akan senang mendengar kabar baik ini?" tanya Emin lagi binggung
"Baginya kabar ini sangat buruk Emin! Jika semua itu terjadi, pasti 'Tuan' mu itu langsung menyuruhku mengugurkan janin ini!"
Emin terkesiap, benarkah apa yang dikatakan nonanya itu? Sekejam itukah Tuan Aidan?
"Tapi mengapa nona?"
Abel menghela napas panjang, kemudian menatap ubin dibawahnya.
"Karena ia takkan pernah sudi menerima anak ini Emin. ia terlalu jijik melihatku, terlebih mengetahui aku yang mengandungnya" lirih Abel sendu. Sekarang tanpa disadarinya buliran air telah membasahi pipinya. Wanita itu menangis.
Emin terkesiap. Segera ia merengkuh tubuh lemah Abel dalam dekapannya
"Aku mohon Emin...jangan beritahukan padanya...." ujar Abel lagi tergugu.
Emin mengangguk ragu, namun ia tetap mengiyakan ucapan majikannya itu.
"Baiklah nona, tapi Emin mohon nona jangan sedih" balas Emin ikut terisak.
🥀🥀🥀
"Sudah berapa bulan?" tanya Aidan datar pada wanita dihadapannya
"Jalan 3 bulan Ai"
Pria itu mengangguk, kemudian menghela napasnya kasar.
"Aku mohon Ai, tolong berikan aku tempat untuk merahasiakan kehamilanku ini! Aku tak mau sampai keluargaku tau" lirih wanita itu lagi seraya mengusap beningan air dimatanya
"Apa kau menyayangi anak itu?" tanya Aidan seraya mengamati perut Atheya yang masih terlihat datar
Wanita itu terdiam
"Kalau tidak bukankah lebih baik kau mengugurkannya saja? Itu lebih mudah kan?" ucap Aidan Enteng. Dan spontan membuat wanita di hadapannya geram
"Jangan berbicara seperti itu Ai! Bagaimanapun juga dia anakku!" kesal wanita itu
Aidan terkekeh
"Jika kau tak mau mengugurkannya, aku punya penawaran lain yang lebih bagus untukmu"
Atheya menaikan sebelah alisnya, penasaran
"Apa?"
"Berikan anak itu padaku ketika ia lahir, dengan begitu aku yang akan mengurusnya. Dan kau bebas setelahnya. Bagaimana?"
Atheya nampak berpikir. Haruskah ia menerima saja tawaran ini?
"Bagaimana?"
"Apa kau akan merawatnya dengan baik nanti?"
Aidan menganguk mantap. Tentunya ia juga akan turut menjaga anak itu, sepenuh hatinya!
"Tenang saja! Aku takkan menyakitinya. Kau boleh tinggal disini hingga anak itu lahir"
"Apa kau tak merasa terbebani?"
Aidan menggeleng.
"Yah...hanya saja kau harus menyerahkan anak itu sepenuhnya padaku dan jangan pernah membocorkan keberadaannya pada siapapun, apalagi mengenai dirimu"
"Jadi maksudmu, anakku tak boleh mengetahui sedikitpun mengenai ibunya?" Aidan mengangguk mantap.
Sekarang Atheya benar-benar merasa dilema. Haruskah ia senang mengenai penawaran Aidan itu? Atau malah sebaliknya?
"Bagaimana?" kesekian kalinya Aidan bertanya hal yang sama.
Meskipun ragu pada akhirnya Atheya menyetujuinya.
"Baiklah" sahut wanita itu seraya memeluk Aidan erat. Dan dibalas pria itu ikut tersenyum.
🥀🥀🥀
Setelah ia mengetahui berita mengejutkan tersebut Abel seringkali merasakan perasaan lelah berlebihan. Bahkan untuk sekedar bergerak saja rasanya Abel benar-benar malas melakukannya.
Akibatnya 2 hari ini ia memilih izin sejenak dari pekerjaannya. Tentu abel tau mengenai potongan gaji itu. Tapi, Abel bisa apa selain menuruti kemauan janinnya?
Apa..? janinnya?
Benar. Abel terkadang masih meragukan keberadaan makhluk kecil tersebut diperutnya. Semuanya serasa biasa saja seperti tak ada apapun didalamnya, hanya seringkali Abel merasa mual secara tiba-tiba apalagi ketika hidungnya mencium aroma aneh-aneh, seperti aroma kacang misalnya.
"Mama tidak tau nak, apakah harus merasa senang ataukah sedih dengan kehadiranmu ini?" lirih Abel seraya mengelus perut datarnya.
Jika saja kehidupan Abel normal-normal saja seperti kebanyakan orang. Sudah tentu Abel sangat bahagia mengetahui kabar baik ini. Apalagi jika ditambah suami dan juga Keluarga yang menyayanginya! Pasti Abel akan sangat bahagia!
"Tapi mama janji akan tetap mempertahankanmu sayang, saat ini hanya kamu yang Mama punya. Mama tidak perduli jika Papamu mengacuhkan atau menolakmu. Tapi Mama dengan senang hati menerimamu sayang....kita akan hidup bahagia meski hanya berdua saja" lirih Abel lagi seraya mengusap aliran air yang membasahi pipinya
Sementara itu di sudut lain Emin ikut menangis mendengar suara lirih majikannya yang terasa begitu memilukan. Ia benar-benar tak tega dengan nasib yang menimpa majikannya itu. Emin tentu sedikit beruntung, hanya perusahaan papanya saja yang bangkrut. Dan memaksanya bekerja seperti sekarang ini. Setidaknya keluarganya masih utuh dan saling menyayangi satu sama lain.
"Emin juga akan ikut menjaga nona dan menyayangi nona" ujar Emin pelan seraya kembali melirik Abel yang tertunduk dalam
🥀🥀🥀
Sekarang Aidan sudah bisa bernapas lega, karena kemungkinan besar dirinyalah yang akan memenangkan Taruhan konyol ini, mengingat bahwa Atheya adalah wanita yang sangat cantik dan bukan tidak mungkin anak yang dikandungannya memiliki wajah rupawan bukan?
Sekarang Aidan berniat menghubungi Abel untuk memberikan kabar bahagia itu sekaligus memberitahukan mengenai kepulangan Abel dari sana
"Halo.." ujar seseorang diujung telepon yang Aidan yakini adalah Abel
"Bersiaplah orang-orangku akan segera menjemputmu untuk balik kesini"
Hening. Tak ada jawaban dari wanita itu
"Abel? Kau mendengarku tidak?!" kesal Aidan
Terdengar helaan napas panjang disana
"Baiklah...tapi aku minta satu syarat"
Aidan menautkan alisnya mendengar ucapan wanita itu
"Aku akan pulang jika kau mengizinkanku membawa Emin pulang bersamaku"
Aidan menautkan alisnya
"Tentu saja! Wanita itu kan yang akan terus mengawasi gerak -gerikmu" jelas Aidan datar
Hening.
"Abel..-"
"Terima kasih" potong wanita itu, kemudian langsung menutup teleponnya sepihak.
Shit!
Hanya itu yang keluar dari mulut Aidan karena kesal. Ternyata lebih dari sebulan ini sikap wanita jelek itu masih sama saja! sama-sama menyebalkan!
🕊️🕊️🕊️
TBC..