Bukan ZONK!

By Redtherzoe

7.7M 265K 6.8K

"Jadi gue harap lo bisa akting" Abel mendongak menatap bingung Aidan "Akting? Untuk apa?" Aidan berdecak. "H... More

Part 1 {Taruhan konyol}
Part 2 {War?}
Part 3 {Misi Gila!}
Part 4 {Tantangan tak terduga}
Part 5 {Bukan awal yang baik}
Part 6 {Gara-gara Aidan}
Part 7 {Kegilaan Aidan}
Part 8 {Pernikahan Rahasia}
Part 9 {Dasar wanita ZONK!}
Part 10 {Aidan...Aneh?}
Part 11 {Hari Baik dan Hari buruk}
Part 12 {Abel Sakit?}
Part 13 {Hate You}
Part 14 {1001 Cara Aidan}
Part 15 {HoneyMoon?}
Part 16 {Bodyguard? untuk apa!}
Part 17 {Harus berbohong?}
Part 18 {Kesal}
Part 19 {Tanpa Sadar}
Part 20 {Frustasi}
Part 21 {Tragedi}
Part 22 {Sebuah awal yang memilukan}
Part 23 {Damn!}
Part 24 {Aku Terlupakan}
Part 25 {Emin dan Gia}
Part 27 {Secercah Harapan}
Part 28 {Jarak}
Part 29 {Apa yang terjadi?}
Part 30 {Anugerah atau bencana?}
Part 31 {Pernikahan Absurd}
Part 32 {Wanita itu?!}
Part 33 {Sandiwara Gila}
Part 34 {Cemburu?}
Part 35 {Rasa berbeda}
Part 36 {Hate}
Part 37 {Detak}
Part 38 {Bukan mimpi?}
Part 39 {Mimpi, kenyataan atau hayalan?}
Part 40 {Jangan pergi}
Part 41 {Petrichor Love}
Part 42 {Cake and Tears}
Part 43 {Not Perfect}
Part 44 {Say Goodbye}
Part 45 {Senandung Hujan}
Part 46 {Not Enemy}
Part 47 {Sick}
Part 48 {I Love You}
Part 49 {Memory}
Part 50 {Cinta dalam Ilusi}
Part 51 {Sekutu}
Part 52 {Jiwa yang menyesal}
Part 53 {Sisi yang berbeda}
Part 54 {Kilas Balik}
Part 55 {Bertahan atau Pergi}
Part 56 {Di antara dua Pilihan}
Part 57 {Sebuah Akhir}
Part 58 {Kenyataan Ini}
Part 59 {Kisah Yang Lalu}
Part 60 {Bukti Dan Fakta}
Part 61 {Elegi Dalam Melody}
Part 62 {Kesempatan Kedua}
Part 63 (Selamat Tinggal Luka)
Part 64 (Tolong Hentikan Waktu)
Part 65 (Rasa Bersalah)
Part 66 (Sesal)
Part 67 (Cerita Dan Harapan)
Part 68 (Anabelle)
Part 69 (Baby!)
Part 70 (Suka-Duka)

Part 26 {Flashback}

66.7K 3K 8
By Redtherzoe

Seminggu sudah Abel berada di Bali, dan selama itu pula tak ada tanda-tanda Aidan akan datang. Bahkan telepon dan berkirim pesan pun juga tak ada. Sebenarnya Abel tak terlalu perduli akan hal itu, hanya saja sekarang di sungguh bosan dengan rutinitasnya yang setiap hari hanya dikamar. Tentu kalian berpikir kenapa Abel tidak jalan-jalan saja? Ah! Sudah tentu jawabannya sama 'Abel tak memiliki uang!'

Ya...memang benar, orang semacam Aidan itu ' Sungguh sangat pelit!' tak sepeserpun pria itu membagi uangnya pada Abel. Bisa apa sih Abel selain makan-makanan yang tersedia dikulkas dan juga masakan buatan Emin?

"Emin. Abel ada ide nih" ujar Abel tiba-tiba sembari memanggil Emin yang tengah berkutat dengan sayurannya.

Spontan Wanita itu mendekat ke arah Abel

"Apa nona?"

Tanya Emin, sedikit kepo

"Mulai sekarang, Abel mau cari kerja sampingan"

Mata Emin membulat sempurna mendengar ucapan majikannya.

"A...apa Emin nggak salah dengar? No....nona ingin kerja?"

Abel mengangguk antusias.

"Ehm...maaf sebelumnya nona, sepertinya tuan takkan mengijinkan nona"

Abel berdecak, kemudian berkacak pingang menghadap ke arah Emin.

"Mangkanya jangan beri tahu pria angkuh itu!"

"Tentu tidak bisa nona, itu sudah menjadi kewajiban saya. Melaporkan setiap gerak-gerik nona"

Abel menghela napas kasar.

"Ish! Tugas itu kan kalau Abel macam-macam! Nah, sekarang itu abel cuma satu macam aja! Abel cuma mau kerja biar dapet uang kayak Emin!"

Wanita gempal itu terkekeh mendengar ucapan majikannya.

"Abel juga pengen punya uang Emin....kamu nggak ngerasa kasihan gitu sama Abel?"

Emin tentu menggeleng.

"Ih kenapa? Kamu beneran nggak kasian ya?"

"Nona ini gimana sih. Nona itu kan majikan saya pasti banyak uangnya. Kalau nona tidak kerja dan tidak punya uang, kenapa nona tidak minta saja pada Tuan?"

Abel berdecak, kemudian menjatuhkan dirinya disofa

"Tuan kamu itu P.E.L.I.T! mana mau dia kasih uang Abel cuma-cuma"

"Kenapa begitu nona? Bukankah kalian suami istri ya?"

"Memang kelihatannya seperti itu?!" sinis Abel

Emin dengan ragu menggeleng

"Nah! Fisik kamu saja tidak setuju! Berarti Abel bukan istrinya!"

"Terus nona siapanya Tuan?" refleks Emin bertanya.

Abel terdiam. Haruskah ia menceritakannya pada Emin?

"Ehm....maaf nona maksud saya bukan seperti itu" Emin berujar tak enak setelah ucapannya barusan

Abel menghela napas panjang. Mungkin saatnya dia menceritakan kisah memilukan ini pada Emin. Satu-satunya orang yang mengangapnya 'ada'

"Tidak apa-apa. Emin tidak salah" ujar Abel pelan, sembari menyuruh Emin ikut duduk

"Apa Emin mau mendengar kisahku?" tanya Abel, ketika wanita gempal itu duduk di sampingnya

"Jika nona tidak keberatan Emin selalu siap mendengarkan"

Abel tersenyum

"Kami memang suami-istri, namun itu hanya setingan belaka"

Emin mengernyit. Apa untungnya seperti itu?

"Tuan angkuh itu Taruhan dengan para sahabatnya, dia kalah mangkanya menikahiku" jawab Abel, seperti membaca raut kebingungan Emin

"Kenapa seperti itu nona? Bukankah pernikahan itu hal yang sangat sakral? Kenapa dipermainkan?"

Abel diam. Emin langsung tergagap

"Ma...af nona maksud saya-"

"Kamu memang benar Emin. Tapi Abel bisa apa? Abel tak punya kuasa untuk menolak semua yang sudah terjadi. Lagian Abel juga merasa hutang budi dengan salah satu sahabat Tuan Angkuh itu, Tyo! Dia pernah menyelamatkanku. Lebih baik aku terima saja semua tawarannya, dibanding harus menyusahkannya lagi. Ya...setidaknya aku memiliki tumpuan hidup untuk hari-hariku kedepannya, tidak menyusahkan Tyo lagi"

"Memang apa yang terjadi sebelumnya Nona? Kenapa Nona merasa sangat berhutang budi pada Tuan Tyo itu?" Emin benar-benar penasaran sekarang. Ternyata hidup majikannya ini sangat berliku!

"Dia menyelamatkan aku, Jenny dan Netta dari Human trafficking! Saat itu kami sengaja dibawa dari Jakarta untuk dijual keluar negri. Tepatnya di Hongkong" Emin tersentak, 'mengerikan sekali' batinnya berbicara

"Bahkan kami bertiga hampir saja dipekerjakan menjadi budak seks oleh orang-orang itu. Apalagi wajah Jeanny dan Netta yang sangat cantik, mereka banyak mendapat penawaran tertinggi untuk itu. Sementara Abel yang jelek ini meski tak semahal Harga Jeanny dan Netta tapi mereka juga banyak menawarkan Abel untuk menjadi budak seks mereka. Yah...mungkin karena tubuh Abel ini yang membuat mereka tertarik" kesal Abel.

Sungguh dulu Abel sangat bangga memiliki tubuh seindah ini, hanya saja setelah kejadian mengerikan itu dirinya tak lagi meng-eluh-eluhkan kesempurnaan itu. Sekarang ia sedikit takut jika ada seseorang yang tiba-tiba saja memperkosanya. Dan sialnya, semua itu sudah terjadi!!

"Terus bagaimana cara tuan Tyo menyelamatkan nona dan teman nona itu?"

Abel terdiam sejenak, kemudian

Flashback

Siang itu disalah satu pelabuhan 'tikus' di Singapura, suasanannya sedikit lenggang. Cuaca begitu panas, matahari terasa sangat menyengat. Samar-samar dari salah satu ruang dikapal, Abel mendengar dua orang tengah sibuk berbicara. Dua orang pria yang sejak seminggu lalu menyekap mereka di ruangan pengap kapal ini.

Abel mengintip perlahan keruangan itu melalui celah lobang kecil kapal ini.

"Lo jagain mereka, gue lagi haus banget mau cari minum dulu. Kemungkinan 2 jam lagi Bos besar datang sebelum itu gue bakal balik kesini lagi" ucap salah seorang pria yang Abel yakini biasa bertugas menjaga mereka

"Enak aja! Ini sih tugas lo, gue kan biasa jaga diluar, kenapa malah perintah-perintah gue?!" ucap pria lainnya tak terima

"Lo pikir nggak pengap apa di sini terus?! Sekali-kali kek lo rasain diruang sumpek ini! "

"Sayangnya gue nggak betah. Lo aja gih!" kesal pria itu lagi langsung beranjak pergi.

Abel memperhatikan pria 'gondrong' itu yang sedang asyik mengumpat, sembari menendang kursi dan beberapa perabotan di sekitarnya.

"Sialan banget tuh anak?!" geramnya. Kemudian beberapa saat setelah itu terdengar deringan ponselnya. Abel melihat bahwa pria itu mengangkatnya

"Iya. Ini gue yang tadi sms lo. Cepetan gih kesini!"

"...."

"Iya....entar gue kasih tuh kokain, mangkanya sini cepetan gantiin gue!"

Abel terkesiap, 'kokain?' batinya berbicara

"Iya...iya....nanti gue langsung kasih ke elo! Sekarang gue mau cabut dulu, jangan lupa jagain tuh pintu! Kuncinya gue taruh di gantungan dinding, kunci yang gantungannya merah"

"...."

"Oke siip!"

Pria itu memutus sambungan teleponnya, kemudian Abel melihat orang itu beranjak pergi. Abel tersenyum miring, sepertinya sekarang dia punya ide.

Abel membangunkan Jeanny dan Netta yang tengah tertidur pulas. Keduannya spontan terbangun.

"Ada apa?" tanya Jeanny

"Gue punya ide. Kita bisa kabur dari sini" ujar Abel yakin sembari berbisik

"Bagaimana bisa? Kita bertiga saja diikat seperti ini" sahut Netta sembari menarik tali yang mengikat kedua tangannya

"Ish! Mangkanya jangan tidur terus! " kesal Abel. Netta cemberut

"Kalian lihat nih..." ucapan Abel terpotong, kemudian ia menunjukkan kedua tangannya yang sudah tak terikat

"Bagaimana bisa" ujar Jeanny dan Netta berbarengan. Mereka benar benar terkejut sekarang

"Hah! Kalian itu pintar gak sih? Masa masalah gini aja kalian nggak tau?"

Jeanny dan Netta menggeleng. Abel spontan mendengus

"Orang-orang bodoh itu tidak mengikat 'mati' tali kalian, setidaknya jika dulu kalian pernah belajar pramuka pasti kalian tau dong istilah 'simpul-menyimpul'?"

Netta dan jeanny spontan menggeleng, Abel berdecak.

"Ah sudahlah!" Kesal Abel lagi seraya membantu keduanya melepas tali itu

"Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja, lo buka ikatan ini, biar kita bisa kabur?" tanya Jeanny setelah tali itu terlepas

"Kan baru sejam yang lalu kita tiba di dermaga ini untuk transit. Aku pikir untuk apa juga bersikeras keluar kalau kita sedang berada ditengah lautan. Memangnya kalian berdua bisa berenang?" keduanya spontan menggeleng

"Mangkanya itu! tunggu waktu yang tepat"

"Terus kenapa tidak membuka ikatan ini dari kemarin-kemarin saja? Kenapa malah baru sekarang? Dan akibatnya tangan gue jadi bengkak!" kesal Netta

Abel berdecak, kenapa mereka ini cerewet sekali sih?

"Jika gue melakukan itu, terus jika nanti tiba-tiba mereka masuk dan mengecek keadaan kita apa yang harus kita perbuat?"

Netta dan jeanny berpikir

"Ah sudahlah! Kalian memusingkanku!" kesal Abel.

Dirinya lantas kembali mengintip lewat lubang kecil itu. Kali ini pria asing berbadan sangat kurus yang menjaga pintunya. Ia bersender menghadap kearah pintu disisi kanan kapal ini. Sesekali matanya terpejam menahan kantuk.

jenny dan Netta ikut mendekat kearah Abel.
"Apa idenya?" tanya mereka berbisik

"Nanti aku akan memancingnya, aku akan berucap mengenai sesuatu yang bisa menariknya. Sementara kalian imbangi apa yang aku ucapkan"

Jeanny dan Netta lantas mengangguk

Abel menghela napas panjang, siap dengan segala strateginya.
Kemudian menghembuskannya dengan perlahan

"ADUH..... JEAN, AKU PUNYA PABRIK KOKAIN LOH DISINI! KAMU MAU NGGAK AKU KASIH SEKARUNG?!" Teriak Abel kencang sembari terus memperhatikan gerak-gerik orang itu dari lobang.

Dilihatnya pria itu terbangun kemudian mencoba mendengarkan

"MAU DONG, MAUU!!" Balas Jeanny histeris, seolah dia begitu antusias dengan penawaran Abel itu

"HAH! TAPI SAYANGNYA GUE TERKURUNG DISINI JEN! PADAHAL KALAU ADA YANG MAU MEMBANTU GUE KELUAR DARI SINI, GUE BAKAL KASIH 100 KARUNG KOKAIN SAMA ORANG YANG BERHASIL MENGELUARKAN GUE DARI SINI!"

Dilihatnya pria itu nampak terkejut. Dirinya mendekat kearah pintu ruangan Abel.

"HAH! KENAPA CUMA JEANNY YANG DITAWARKAN? AKU KAN JUGA MAU!!!" lanjut Netta mengimbangi

Abel tak melihat pria itu diruangan sekarang, Abel yakin pria kurus itu sedang berdiri sambil mendengarkan dibalik pintunya"

"BOLEH SAJA, ASAL KAMU BISA MEMBANTUKU KELUAR DARI SINI!"

Tiba-tiba saja ketiganya terkesiap tatkala pintu di dekat mereka terbuka lebar. Terlihat pula Pria kurus itu berdiri dengan tatapan berbinar

"Bisa kalian tunjukkan dimana letak pabrik itu? Aku akan membantu kalian lolos dari sini asal 100 karung kokain itu menjadi milikku"

Abel, Jeanny dan Netta lantas tersenyum sepertinya rencana mereka akan berhasil.

🕊️🕊️🕊️

Tbc...

Continue Reading

You'll Also Like

259K 11.8K 47
Penghianatan yang di lakukan oleh kekasih dan sahabatnya membuatnya berubah menjadi gadis yang arogan dan sombong. Sampai ia bertemu dengan anak dari...
1.5M 107K 50
Araya Maharani menyadari rasa ketertarikan kepada sepupunya, Aditya Dewangga. Pemuda tampan yang sayangnya memiliki sikap yang buruk sehingga dipinda...
4.7M 344K 28
Apa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya mala...
2.8M 39.7K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...