• bu𝓭ak bukit •

Від ehsanqeri

324K 14.5K 6.1K

• 𝓬𝓸𝓶𝓹𝓵𝓮𝓽𝓮𝓭 • Kedatangan budak baru, anak pengurus ladang tinggalan kolonial, telah membangkitkan 's... Більше

• Hmm, hai •
Chapter 1 - Banglo Atas Bukit
Chapter 2 - Kawan-Kawan Baru
Chapter 3 - Mengintai Budak Bukit
Chapter 4 - Jelmaan Awal Pagi
Chapter 5 - Kolam Lama
Chapter 6 - Mimpi Aidan
Chapter 7 - Bertemu Budak Bukit
Chapter 8 - Persahabatan Terjalin
Chapter 9 - Sepetang Bersama Ehsan
Chapter 10 - Palis & Brice
Chapter 11 - Mencipta Musuh
Chapter 12 - Budak Misteri
Chapter 13 - Siapa Spencer?
Chapter 14 - Rancangan Jahat Juzi
Chapter 15 - Tetamu Tengah Malam
Chapter 16 - Mimpi atau Nyata?
Chapter 17 - Rumah Di Pinggir Hutan
Chapter 18 - Cerita Ehsan
Chapter 19 - Rahsia Parut
Chapter 20 - Kunjungan Kali Kedua
Chapter 21 - Ambush
Chapter 22 - Dibuli & Dicabul
Chapter 23 - Kasih Seorang Abang
Chapter 24 - Disampuk Jembalang
Chapter 25 - Melawat Aidan
Chapter 26 - Tapak Kaki Harimau
Chapter 27 - Penjelasan Spencer
Chapter 28 - Lembaga Budak & Harimau
Chapter 29 - Pulangnya Wira
Chapter 30 - Tentang Video
Chapter 31 - Jemputan Aneh Tengah Malam
Chapter 32 - Rumah Agam* Tengah Hutan
Chapter 33 - Amaran Dawam
Chapter 34 - Orang Tua Misteri
Chapter 35 - Memuntahkan Danur* Katak
Chapter 36 - Amukan Wira
Chapter 37 - Cerita Aidan, Rahsia Ehsan
Chapter 38 - Bomoh Jiman Menelah*
Chapter 39 - Siapa Disunat Jin?
Chapter 40 - Kami Bebudak Bukit
Chapter 41 - Bomoh Aidan vs Bomoh Mahat
Chapter 42 - Daus Kaki Skodeng
Chapter 43 - Budak Bogel Panjat Dinding
Chapter 44 - Anak Patung Hitam
Chapter 45 - Sagun, Tuju-Tuju & Anak Bule
Chapter 46 - Ehsan Tak Tahan..
Chapter 47 - Patung Antik Patah Hidung
Chapter 48 - Akibat Buruk Makan
Chapter 49 - Sumi Oh Sumi. Kenapa Dengan Kau, Kerasukan atau Dah Buang Tebiat?
Chapter 50 - Sumi Jadi Zombi..?
Chapter 51 - Makan Katak Lembu
Chapter 52 - Thursday. Sejam. Dua Hari
Chapter 53 - Nota Daripada Hantu
Chapter 54 - Kejutan Dari Hutan
Chapter 55 - Dijilat Guruh
Chapter 56 - Bila Palis Tak Memalis*
Chapter 57 - Teori & Fantasi
Chapter 58 - Taubat Daus & The Last Skodeng
Chapter 59 - Insafnya Daus, Masih Buasnya Ehsan
Chapter 60 - Bermulanya Satu Sengketa, Antara Aidan &
Chapter 61 - Mendawai Kokotkan Makhluk Hijau Kebiruan
Chapter 62 - Itulah Balasan Yang Setimpal Buat Bomoh Mahat Yang Jahat
Chapter 63 - Amukan Budak Botak Yang Menggugat Kelestarian Kampung
Chapter 64 - Si Toyol Pencabul, Habibul Namanya
• TEASER •
Chapter 65 - Bila Bebudak Masuk Mesyuarat JKKK
Chapter 66 - Dua Belas Budak Hensem & Sedozen Stapler
Chapter 67 - Diserang Watusi, Dikeloi* Amanda Seyfried
Chapter 68 - Dua Budak Bogel Dalam Swimming Pool
• TEASER LAGI •
Chapter 69 - Bila Nek Yam Rabun Ayam*
Chapter 70 - Leburnya Keegoan Usman Wakiri
Selamat Hari Raya, ye..!
Chapter 71 - Mesyuarat Lagi? Boring Arr..
Chapter 72 - Digamit Hantu Budak Mat Salih
Budak Bukit (Edisi Raya) part one
Budak Bukit (Edisi Raya) part two
Chapter 73 - Puji-Pujian Buat Aidan, Si Remaja Contoh
Chapter 74 - Dua Belas Budak Hensem Dalam Misi Menjerat Toyol
• Teaser Lagi Nih.. •
Chapter 75 - Sebelas Budak Hensem Berkonversasi* Dengan Toyol
Chapter 76 - Insafnya Seorang Toyol
Chapter 77 - Lawatan Ke Gerai Hantu
Chapter 78 - Kemunculan Yang Tak Disangka Namun Ditunggu-Tunggu..
Chapter 79 - Cerita Spencer & Misteri Yang Menyelubunginya
Chapter 80 - Misi Mengubat Budak Mat Salih
Chapter 81 - Dia Berjalan Dalam Tidur
Chapter 82 - Bereksperimen Dengan Tubuh & Minda Spencer
Chapter 83 - Menyulam Rindu Di Tepi Jalan Tanpa Segan Silu
Chapter 84 - Ilham Menderam & Misteri Nombor Tiga Puluh Tujuh
Chapter 85 - Teka Namaku. Kalau Salah, Tak Tenang Tidurmu
Chapter 86 - Tiga Utas Gelang Suasa, Bersadur Tahi Bintang Lapan Ratus Tahun
Chapter 87 - Ehsan & Kerakusannya..
Chapter 88 - Bila Hantu Kopek Tumpang Sekaki
Chapter 89 - Dilema Ehsan & Kuih Siput Yang Makin Mengecut
• TEASER LAGI KE? bila nak update? •
Chapter 90 - Kosan
Chapter 91 - Risau Hati Si Janda, Mengenang Nasib Jejaka Idamannya
Chapter 92 - Mengembara Dalam Mimpi
• Teaser (Video) •
Chapter 93 - Mam Wnaeth Gôt i Mi
• TEASER KEENAM •
• HMM.. TEASER LAGI •
Chapter 95 - Misteri Perempuan BerKancil Pink
Chapter 96 - Mujur Fikri Sedar Diri
Chapter 97 - Ditombak Kawanan Belangkas
Chapter 98 - Hantu Dua Beradik Yang Kononnya Mati Dilanggar Steamroll
• TEASER BB 99 •
Chapter 99 - KKKKKKKKKK
Chapter 100 - Treler HAN 2
Chapter 101 - Akhirnya Berjumpa Tok Jenang
• SORRY •
Chapter 102 - Siapa Orang Tua Berkutil & Berjanggut Putih Itu?
• TEASER LAGI arr •
Chapter 103 - Cerita Tok Jenang
Chapter 104 - Misteri Kian Terungkai
Chapter 105 - Kahwin Sesama Budak
Chapter 106 - Masih Di Rumah Tok Jenang Dengan Pelbagai Teori Diperbahaskan
Chapter 107 - Asap Misteri Di Tengah Rumah
Chapter 108 - Menidurkan Anak Teruna Sunti Di Tengah Rumah
Chapter 109 - Mawas Berduri
Chapter 110 - Tangisan Sayu Di Jambatan Gantung
Chapter 111 - Pengembaraan Batin Aiman Harith & Penjelasan Tok Jenang
Chapter 112 - Dideram Dingo
• TEASER DUA BELAS BARIS •
Chapter 113 - Senjata Rahsia Dalam Seluar Sepuluh Remaja Hensem
• Luahan Dari Hati Author - Wajib Baca •
Chapter 114 - Abang Wi Perkasa & Misteri Rerama Oren
Chapter 115 - Mengatur Misi, Antara Hidup & Mati
Chapter 116 - Itulah Balasan Setimpal Buat Pasangan Kekasih Yang Durjana
• TEASER BB 117 •
Chapter 117 - Misi Mencari Budak Pucat Yang Penuh Misteri
• HNY, ye?•
• Ini Bukan Teaser ( Tapi Kisah Benar ) •
Chapter 118 - Faiz Razin, Wujudkah Dia?
Chapter 119 - Wira Mula Disapa Kerisauan
Chapter 120 - Budak Pucat & Rerama Oren Di Pangkin Tepi Kolam
Chapter 121 - Sembilan Puluh Enam Tahun Yang Lalu
Chapter 122 - Akibat Digoda Gadis Sunti Anak Che Embun
Chapter 123 - Begitulah Alkisahnya (Mini Update)
Chapter 124 - Hajat Aidan Nak Berkonversasi Dengan Hantu (Mini Update)
Chapter 125 - Bahana Melahirkan Anak Sulung (Mini Update )
Chapter 126 - Bidan Mak Hindon Jelmaan Langsuir
Chapter 127 - Misteri Perempuan BerCitroën Putih (Mini Update)
Chapter 128 - Benarkah Dakwaan Perempuan Itu?
Chapter 129 - Apa Rahsia Sapu Tangan Biru? (Mini Update)
Chapter 130 - Satu Malam Yang Syahdu, Banyak Perkara Berlaku
Chapter 131 - Sembang Lucah Di Kedai Kopi
Chapter 132 - Kejutan Si Ibu Buat Si Anak
Chapter 133 - Cerita Mimpi Nur Manis
• TEASER yang entah ke berapa •
Chapter 134 - Keturunannya Yang Satu Itu
Chapter 135 - Dalam Perjalanan Balik Dari Kebun
Chapter 136 - Memandikan Anak Teruna Mak Dayang Dengan Air Bunga Enam Jenis
Chapter 137 - Dicumbui RatUlar
Chapter 138 - Senayan Melayan Anganan
Chapter 139 - Adik Cuka, Adik Cuka!
Chapter 140 - Ketakutan Malam Pertama & Ke Mana Terhumbannya Wira?
Chapter 141 - Perkampungan Seratus Lapan Remaja Tampan
• TEASER Terbaru, Terkini, Terjitu & Terkutuk • (Chhalka Yeh Jaam) •
Chapter 142 - Sirap Selasih Merah Darah, Memuja Kekasih Datang Menyerah
Chapter 143 - Tercungap-Cungap Dek Didera Si Cungap
• TEASER OGOS •
Chapter 144 - Tangisan Bayi Di Pohon Jejawi
Chapter 145 - Terung, Tali Rafia, Rotan & Seorang Ehsan
Chapter 146 - Budak Berkepala Pelik Muncul Dalam Kebun Pisang Rastali
Chapter 147 - Dan Katil Mereka Pun Bergoyang Berkeriut
Chapter 148 - Tolong.. Olang Minyak Menyelang Kembali!
Chapter 149 - Munculnya Dia Tatkala Mentari Tegak Atas Kepala
Sepuluh, Enam Puluh & Tiga Ratus Tahun Yang Lalu
Chapter 150 - Swiss Army Merah Kembali Ke Aidan
Chapter 151 - Diadang* Lelaki Rastafarian* Ketika Berjoging Di Jalan Yang Sunyi
• Pengumuman Maha Penting •
Chapter 152 - Di Mana Daus, Brice & Lokman Harith?
Chapter 153 - 'Я'
• Ini Bukan Update •
Chapter 154 - Bertarung Dengan Hantu Keluang
• Selamat BeRaya •
Chapter 155 - Bibit-Bibit Cinta Mula Berputik Antara ? & ?
Chapter 156 - Dalam Malang, Ada Untung Buat Mak Milah
Chapter 157 - Tragedi Bawah Pokok Pisang
• Bukan Update, Cuma Up Info •
Chapter 158 - Dua Budak Misteri, Ada Di Antara Mereka
Chapter 159 - Tak Payah Keluar Mencari, Rush Datang Menyerah Diri (Mini Update)
• Selamat Menatal •
• Lagu Rasmi, Lagu Tema •
Chapter 160 - Siapa/Apa Di Bawah Selimut?
Chapter 161 - Mangsa Ketiga 'Orang Minyak' Yang Menyimpangi Modus Operandi*nya
• mem {BABEL} •
Chapter 162 - Bercakap Dengan Cermin & Un Pour Tous, Tous Pour Un
Chapter 163 - Bison-yak* Muncul Mengganggu Tidur Mereka
Chapter 164 - Ehsan & Senayan
Chapter 165 - Sevensome?
Chapter 166 - Palis Cium Kunci
Ehsan, Sebelum Budak Bukit {Bukan Update}
Chapter 167 - Antara Merancang Satu Pembunuhan & Merancang Satu Pengumpanan
Chapter 168 - Misi Mengumpan, Menggoda & Membunuh!
• TЯIVIA •

Chapter 94 - Jelmaan Hantu Kopek Datang Merengek

1.4K 67 23
Від ehsanqeri

ACHTUNG!

"Andai terdapat babak, dialog, ayat atau perkataan kurang sopan, lucah, kesat atau terlampau di bawah ini, harap pembaca berfikiran terbuka. Itu semua perlu untuk menghidupkan karya aku. Namun semuanya aku persembahkan secara terkawal & tak keterlaluan. Harap maaf andai ia mengganggu minda sesetengah pembaca yang mementingkan adab sopan dalam berkarya "

•••♦◄♥►♦•••

Chapter  seterusnya akan menyusul segera sebab aku dah pun mula mengarang BB 95 tu. Sebenarnya, aku cuba nak tamatkan citer ni cepat-cepat sebab banyak novel lain dok menunggu untuk aku publish, tapi makin banyak plak idea yang menerpa di minda, so  terpaksa arr korang bersabar dulu, kay? Jangan jemu & bosan, nanti Kosan datang tanpa korang perasan.. he he.

•••♦◄♥►♦•••

"Siapa kau? Nape kau datang ke sini dan bising-bising panggil aku, hah?" 

Ehsan memberanikan diri bertanya. Namun dadanya berdebar, berdegup kencang.

Pengalaman disakat hantu kopek tiga hari lepas membuatkan dia makin tambah beringat dan waspada.

Figura berkebaya merah itu tak terus menjawab. Dia merenung tajam ke arah Ehsan seakan mengharapkan sesuatu.

"Cantiknya pompuan ni. Mak Fikri pun tak dapat lawan, malah semua artis kat Malaysia pun kalah. Nampak cam model internasional je," gumam Ehsan dengan mata terbeliak kagum.

"Esan, kau tak kenal aku? Kita pernah bersama hari tu dan kau hadiahkan aku anak comel ni. Aku namakan dia Damien, sempena nama watak dalam filem 'The Omen'  yang kau suka sangat tu.

"Mari le turun dan tengok anak kau ni. Comel dan cantik sempurna, tak macam si Kosan," panggil perempuan itu seraya menunjukkan bayi yang digendongnya.

Memang cantik dan comel paras bayi lelaki itu. Dia kelihatan tersenyum sambil mendepakan kedua tangan kecilnya ke arah Ehsan, seolah minta didukung.

"Sanggupkah kau hampakan dia yang sangat ingin nak berada dalam pelukan seorang bapa? Apakah kau tak bangga dan sayang pada dia yang sangat mengharap ini?" 

Perempuan tersebut menyoal dengan kata-kata manis menggoda.

"Pegi, kau bukan manusia, kau hantu kopek yang aku dah kalahkan hari tu. Berani kau datang lagi cari aku? Pompuan hodoh," tempik Ehsan geram.

Pak Rahmat di bilik sebelah terkejut dari lena. Dia bingkas bangun menggosok-gosok mata dan tertanya-tanya.

Gerangan apa yang bersuara lantang di pagi-pagi buta? Seakan suara Ehsan, tapi kenapa dia? Kerasukan atau kesampukan lagi kah?

Dia memasang telinga. 

Sekali lagi suara tempikan Ehsan kedengaran. Lantas lelaki itu bangun menapak lambat-lambat ke arah pintu biliknya.

Lampu dinyalakan, dia mencapai golok perak* pusaka di celah papan dinding, buat langkah berjaga-jaga.

"Kau tak serik lagi ke bila aku terajang dan tarik tetek lanjut kau tu? Kau nak rasa lagi penangan aku ke? Baik kau berambus sebelum aku naik angin," marah remaja itu, memberanikan diri.

"Sampai hati kau Esan. Kalau setakat aku yang kau marah dan kau hina, aku faham. Tapi anak kita ni tak bersalah pun pada kau. Jangan le kau ego dan lupa diri," balas perempuan misteri itu.

"Ape kau merepek ni, setan? Budak tu bukan anak aku. Kau saja buat citer fitnah. Aku tak nak layan kau, berambus," makin marah Ehsan. 

Matanya melilau mencari apa-apa benda untuk dibuat senjata.

Sebatang kayu beluti* diambil dari tepi pintu bilik lalu digenggam kemas dan kejap. Tak teragak-agak dia nak gunakan kayu tersebut untuk pelangkung kepala hantu kopek tak sedar diri ini andai dia diancam.

Dia tak hirau akan wajah dan personaliti menawan makhluk jahat yang sedang berkonfrontasi dengannya ini kerana dia yakin itu bukan manusia biasa.

Tok.. tok.. tok.. 

Pintu biliknya diketuk. 

Memang Ehsan sentiasa mengunci biliknya sebagai langkah keselamatan.

"Esan, kau tak ape-ape ke? Ape pasal dok tempik dan cakap sorang-sorang tu? Kau kena histeria lagi ke? Bukak le pintu ni," suara Pak Rahmat lembut dari sebalik daun pintu.

"Tak ade ape-ape arr, bapak. Esan okey je ni. Tadi Esan termimpi pelik dan mungkin bercakap dalam tido kot. Bapak jangan bimbang, sambung je tido tu," jawab Ehsan berbohong.

"Ade-ade je kau aih, buat orang risau je. Kalau macam tu tak ape, kau pun sambung le tidur. Kau kan tak berapa pulih lagi?" pesan bapanya.

Lelaki itu kembali ke biliknya untuk menyambung beradu. Namun rasa bimbang akan keadaan anak terunanya membuatkan dia gelisah. 

"Kau kejam Esan. Aku tak akan maafkan kau. Aku akan selalu datang mengganggu dan merayu sampai kau sudi terima aku dan anak kita ini," sambung perempuan cantik itu.

Ehsan diam tak menjawab. Dia tak nak bapanya mendengar lagi tempikan marahnya yang akan membuatkan orang tua itu makin risau nanti.

Dia yakin sesangat yang suara perempuan itu tak dapat didengari oleh orang lain. Kalau tidak, dah tentu bapanya akan bertanya gerangan suara perempuan mana yang bercakap itu.

Tetiba terdengar ngauman kuat yang menggegar dari arah hutan belakang rumah. Terpinga-pinga perempuan berkebaya merah itu menoleh dan mencari arah datangnya suara tersebut.

Dia kelihatan tergamam dan cuak seolah takut akan sesuatu yang dah dijangkakannya. Anak kecil di dalam dukungannya menangis meragam dengan suara aneh lagi menyeramkan.

Tanpa sebarang tanda mahupun amaran, seekor harimau melompat ke tengah halaman. Ngaumannya makin kuat kedengaran.

Perempuan misteri itu menapak ke belakang cuba menjauhi pak belang. Namun harimau dewasa itu pantas menerkam dan membaham lehernya.

Terjerit-jerit dia dan tergapai-gapai* tangannya untuk meleraikan gigitan padu si harimau. Bayi yang berselimut kain putih tercampak ke tanah. Suara tangisannya sama mengiringi jeritan ibunya.

Ehsan yang melihat pun terkedu terkesima. Tak sangka dia yang Guruh akan bertindak seganas itu.

"Guruh, biarkan dia. Lepaskan dia, aku sendiri pun dapat menentang dia. Kau berundur dan jangan buat ape-ape tindakan," ujar Ehsan seraya melompat melalui tingkap dan mendarat di tanah.

Dia tak berpakaian, cuma bersoccer short  saja. Perlahan-lahan Ehsan merapati kedua makhluk berlainan spesies yang tengah berseteru itu.

Dia menepuk dan mengusap tengkuk Guruh cuba menenangkannya. Jeritan dan raungan si perempuan misteri masih kuat kedengaran.

"Ish, ape saja le si Esan ni. Terjerit-jerit sampaikan guruh pun dimarahinya. Makin teruk meracau anak teruna aku ni. Esok aku kena cari Bomoh Jiman atau Bidan Semah.

"Biar dia orang tengok-tengokkan dan ubatkan dia. Tak sanggup aku dengar dia meracau dan meraban macam tu," gumam Pak Rahmat sambil dia berbaring di katil.

Hakikatnya, dia cuma mendengar suara anak lelakinya saja. Sedangkan ngauman Guruh dan jeritan perempuan misteri tersebut tak mencuit pun gegendang telinganya.

Ehsan nampak perempuan cantik berkebaya merah kini bertukar menjadi susuk tubuh tua dengan pakaian koyak rabak.

Dia kenal sangat akan figura itu, hantu kopek yang berpayudara lanjut. Manakala bayi yang terpelanting ke tanah tadi hanyalah seketul batu nisan berlumpur.

Guruh mendengus lantas melepaskan gigitannya. Terketar-ketar si hantu kopek cuba bangun dan menjauhi sang harimau.

Darah meleleh dari luka bekas taring Guruh. Bau hanyir dan busuk menerpa ke dalam rongga nostril  Ehsan.

Guruh menderam ke arah hantu kopek dan mengacah-acah untuk menerkamnya semula. Cepat-cepat makhluk hodoh itu mencapai batu nisan di tanah lalu mengundur ke arah kegelapan.

"Berambus kau kopek. Ini amaran terakhir aku untuk kau. Lain kali, aku tak akan pujuk Guruh kalau dia terkam dan tokak leher kau lagi.

"Setakat ni saja pertemuan kita. Aku tak nak tengok lagi muka dan tubuh hodoh kau. Jangan gak kau ganggu kekawan aku yang lain tu. Pegi.. sebelum aku suruh Guruh baham kau," tempik Ehsan lantang.

"Sampai hati kau Esan menghina aku. Kau berani dan ego bila ada rimau puaka ni pertahankan kau. Bila kau sendirian, kau kecut telur.. hi hi hi.

"Baiklah, aku pergi, tapi jangan harap aku akan lupakan kau wahai kekasih hatiku. Kita umpama pasangan yang tak boleh dipisahkan kerana kita dah pernah bersanggama* penuh rela.

"Itu petanda yang kita berdua diikat dengan satu perjanjian. Satu masa nanti, aku akan datang tagih hak aku itu," balas hantu kopek seraya ketawa mengilai. 

Tubuhnya lalu sirna di sebalik kepulan kabus kelabu pekat.

Setelah makhluk bertetek lanjut itu lenyap, Ehsan baru tersedar yang dia kini berada di halaman di samping Guruh. Dia tak pasti bila dia terjun ke tanah.

Dia memeluk tengkuk sang belang tanda rindunya kepada penyelamatnya. Guruh lantas menjilat seluruh tubuh remaja lasak tersebut.

"Ehsan, aku rasa kau dah boleh menjaga diri sendiri dan mampu menghadapi setiap dugaan mendatang. Oleh itu aku tak perlu selalu menjaga kau.

"Aku percaya, sudah sampai masanya kau kubiarkan memilih jalan sendiri dalam menentukan arah perjalanan hidup kau di pinggir belantara ini.

"Namun, kau sentiasa dalam perhatian aku andai musibah besar datang melanda. Hingga tiba saat itu, jalanilah hidup kau dengan tekad bak pahlawan.

"Gunakan segala kelebihan yang kau pelajari untuk menundukkan musuh kau juga bagi membela kawan-kawan kau di luar sana.

"Cuma, pesan akhir aku, hati-hati dengan nafsu besar kau. Jiwa muda kau tak seharusnya disesiakan dengan melampiaskan gejolak kau itu tanpa sempadan.

"Ingat, api yang membara dalam dada kau boleh menyesatkan juga membinasakan kau. Jangan diikut sangat segala godaan yang bertunjangkan nafsu serakah semata-mata.

"Waraslah dalam berfikir, nescaya hidup kau akan sejahtera. Aku sesekali akan mampir menjenguk kau di sini," pesan Guruh, panjang lebar secara telepati*

"Terima kasih Guruh. Kau dah banyak menolong aku dan kekawan aku. Lepas ni aku pasti akan dapat hadapi semua ujian tu sendirian. Aku yakin, aku mampu.

"Cuma, aku akui yang diri ini masih mentah dan tak mampu menahan nafsu muda aku. Apa lagi bila digoda dan dirayu. Aku harap kau mengerti. 

"Tapi hubungan kita tak akan sampai di sini je, kan? Kalau ade kesempatan, kau bawak arr bini dan anak-anak kau ke sini. Aku akan jamu ngan ayam kat dalam reban tu, buat panggang ke.. he he.

"Aku harap kau sejahtera hidup kat belantara sana. Kita tak akan terputus hubungan. Aku akan sentiasa ingat dan sesekali menyeru dan bercakap ngan kau," janji Ehsan.

Mereka berpelukan erat seperti tak mahu berpisah lagaknya. Perlahan-lahan pak belang perkasa menapak ke arah belantara gelap dan sebelum menghilang ia mengaum menggegar.

•••♦◄♥►♦•••

Penat menari dan menyanyi, bebudak bertiga itu terlentang penat di atas rerumput dan lelumut lembut di pinggir padang.

Suasana gelap namun kedapatan ribuan bintang menyinari langit kelabu. Indahnya suasana, apatah lagi bila diiringi muzik lunak yang masih dimainkan oleh makhluk-makhluk elf  tersebut.

Nyanyian-nyanyian merdu juga kedengaran tanpa henti. Inilah cara kaum kerdil yang budiman menyambut bebudak bertiga itu di kediaman ghaib mereka.

"Wahai adik-adik comel, terangkan pada aku ke mana kau bertiga nak mengembara merentas masa tu? Jangan pula engkau menuju ke tempat yang buas atau ke zaman kegelapan," Ninioc bertanya.

Dia merebahkan tubuh di sebelah mereka bertiga lalu menyuakan hadiah berupa tiga bangsi berwarna keemasan kepada Aidan, Aiman Harith dan Spencer.

"Pergh.. ade lagi cenderahati untuk kami. Thanks  Ninioc," ujar Aiman Harith ceria.

"Sebenarnya banyak lagi yang aku nak bagi buat hadiah untuk engkau bertiga. Tapi nanti le dulu. Mungkin akan ada masanya kita kembali bertemu," balas si elf.

"Kami cadang nak menyiasat satu misteri yang menyelubungi banglo aku. Kami nak mengembara ke Bristol, England, tahun sembilan belas dua belas. Lebih spesifik lagi ke kilang yang buat anak patung bernama Samuel.

"Kalau dapat ke sana, kami nak selidik siapa yang beli dan kirim patung tu ke Tanah Melayu dan untuk siapa. Apa tujuan dia?" terang Aidan menjawab pertanyaan si elf  tadi.

"Kalau pun kami tak dapat semua jawapannya, tapi mungkin ade gak yang boleh kami faham tentang patung, topeng clown  dan siapa Leon yang tertulis kat topeng tu," sampuk pula Aiman Harith.

"Hmm.. bagus, sangat bijak adik-adik comel semuanya. Cuma jangan terlalu teruja nak cari jawapan sampaikan kau bertiga lalai dan alpa akan semua pesan aku itu," ingat Ninioc serius.

"Tadi kau cakap pasal zaman buas dan kegelapan. Ape maksud kau ingatkan kami tentang tu?" Spencer memberanikan diri bertanya.

Sememangnya semenjak dia digertak dan seolah tak dialu-alukan di sini, dia jadi pendiam dan cuak. Mungkin ini kesempatan untuk dia menunjukkan kepada si elf  yang dia bukan seperti apa yang disangka.

"Maksud aku, zaman di mana dunia tak bertamadun. Umpamanya zaman batu, zaman dinosaur, zaman jahiliah di Tanah Mesir kuno atau Rome purba.

"Kalau engkau melawat zaman semacam itu, alamat nahas. Walaupun engkau halimunan tapi kalau tersilap langkah tentu bala menimpa.

"Tubuh kau tak dapat dilihat oleh mata kasar manusia atau haiwan. Tapi bagi daya hidu haiwan, kau bertiga terdedah. Terutama binatang seperti anjing, harimau, singa malah dinosaur sekalipun.

"Haiwan semua tak dapat melihat engkau, tapi tubuh engkau dapat disentuh dan kau pun boleh merasa bila menyentuh.

"Contohnya, tadi kau berdua kiss  dan sakat dua budak mat salih kat stesen tu, kan?" terang Ninioc sinis langsung membuatkan Spencer dan Aiman Harith tersipu malu.

"Zaman yang aku sebutkan itu jugak tak ade undang-undang dan segala hukuman terserah pada yang kuat saja. Lagi teruk kalau tercampak ke dunia dinosaur. Kau bertiga akan ditelan mati.. hi hi," tambah Ninioc bernada menggertak.

"Okey, kami faham dan akan ingat pesan kau. Seriau plak bila dengar amaran kau tu. Thanks  sesangat sebab kau ambik berat pasal kami," balas Aiman Harith.

"Ninioc, semua kaum elf  kat sini ade keistimewaan cam kau ke, yang boleh terbang dan teleport * ke mana-mana?" tetiba Aidan bertanya musykil.

"Oh, tak. Hanya aku dan dua tiga elf  lain yang mampu buat macam tu. Kami dianugerahkan kuasa itu oleh para cendekiawan kaum kami beribu tahun lalu.

"Hingga kini, kuasa itu masih lagi ade pada kaum kami tapi hanya singkat dan tak lama. Maksud aku, kami tak boleh sentiasa gunakan kuasa itu," jawab Ninioc.

"Boleh tak kalau kami teringin nak mengembara ke masa depan, to the future.. he he," soal Aiman Harith galak.

"Wah wah, adik comel ni makin melampau pulak permintaannya, ye? Dah dibagi betis nak paha, lepas ni nak punggung pulak ke? Hi hi.

"Boleh, tapi aku tak galakkan engkau mengembara ke masa depan. Banyak masalah dan mungkin akan buat engkau keliru nanti.

"Kita tak tau macam mana dunia waktu tu. Mungkin kedatangan kau dapat dikesan oleh para saintis zaman tu dan engkau akan ditangkap, dikurung atau diseksa untuk dibuat uji kaji.. hi hi," gertak Ninioc.

Bebudak bertiga itu terlopong dan ternganga mulut mendengar amaran tersebut. Terbit rasa risau dan cuak andai mereka tersilap pilih masa dan tempat untuk mengembara nanti.

"Pergh.. takutnya aku. Tak nak arr jadi bahan eksperimen dia orang nanti. Kita tak payah pegi zaman future  tu, ekk?

"Tapi best  gak kalau dapat tengok aku time  dah dewasa dan beranak bercucu, kan? Siapa arr gadis malang yang jadi bini aku tu? He he," Aiman Harith bersuara risau namun disusuli keinginan melampau.

Aidan, Spencer dan si elf  hanya tertawa geli hati akan gelagat budak kanyiar itu.

"Ninioc, kau sendiri tak pernah ke mengembara atau pegi ke masa depan?" tanya Aidan curious.

Baginya, makhluk kerdil yang berusia ratusan tahun ini pasti dah banyak mengembara dan banyak pula pengalamannya. Dia ingin mendengar sesuatu yang menarik sebegini, buat dijadikan panduan mereka nanti.

"Hi hi hi.. zaman lampau dan zaman sekarang pun aku malas nak mengembara, inikan pula di masa depan? Aku tak nak habiskan masaku dengan benda yang pasti menjelma itu.

"Aku tak suka untuk mengubah masa depan, biar ia datang bagai satu surprise   pada kita, ye tak?" jawab si elf  yakin sambil melemparkan senyuman.

"Betul gak tu. Kalau kita mengembara ke zaman akan datang, sure  kita tak dapat hidup tenang time   sekarang ni. Kita akan terlebih risau dan fobia je setiap masa.

"Aku pun tak mau tau ape jadi kat aku versi dewasa nanti, aku nak pasrah je. Que sera sera, kata satu lagu lama yang mak aku pernah dodoikan kat aku dulu," tokok pula Spencer.

"Baiklah wahai adik-adik comel sekalian. Waktu pun makin cemburu pada kita. Aku jangka, di dunia nyata engkau dah pun pukul enam pagi, kan?

"Tak puas rasanya aku dan anak buah aku bersenda gurau, makan minum dan menari menyanyi dengan engkau bertiga. Di lain kesempatan kita akan berjumpa lagi, ye?

"Pergilah engkau ke rumah aku dan tidur dalam sebuah bilik yang dah isteri aku sediakan. Engkau bertiga akan dibawa pulang bila saja mata terlelap lena nanti," Ninioc bersuara memberi arahan.

Mereka berpelukan dengan makhluk kerdil itu juga kaum kerabat elf   yang lain. Ada rasa sedih dan sayu pada dua spesies berbeza itu untuk berpisah saat ini.

Spencer turut dipeluk dan dirai sama seperti dua kawannya itu. Nampaknya dia dah mula diterima oleh kaum elf. Mungkin mereka dah nampak akan sikap dalamannya tatkala sama-sama di unggun api tadi.

"Good bye  Ninioc, Griom, Jenni dan semua. Kami janji akan berkunjung lagi ke sini nanti dan akan bawak tujuh orang lagi kekawan kami. Harap akan disambut meriah cam hari ni. Terima kasih semua."

Ada genangan air jernih di kelopak matanya tatkala Aiman Harith mengucapkannya penuh sayu.

"Selamat tinggal ye kawan-kawan manusia bertiga. Jangan lupa datang lagi lain kali. Kita boleh menari dan belajar lagu lain pula," pesan Griom sebak.

Dia dan Jenni lalu memeluk erat ketiga-tiga kawan baru mereka itu.

"Slán libh," ramai-ramai kaum elf  mengucapkan.

"Slán agaibh," jawab Aidan, Spencer dan Aiman Harith serentak dengan fasih dan penuh yakin.

Mereka menapak masuk ke dalam cob dengan langkahan longlai. Seakan tak mahu rasanya untuk berpisah. Banyak kegembiraan yang hadir di perkampungan elf   yang permai ini.

Namun kehidupan di dunia nyata harus diteruskan. Banyak lagi perkara penting yang menunggu mereka. Semuanya perlu ditangani oleh Aidan, selaku ketua yang bertanggungjawab.

Kesuntukan masa di dunia nyata tak mengizinkan mereka berlama-lama di sini. Takut nanti ada yang hairan mengapa mereka tidur terlalu lama di bilik Aidan.

Esok pula, mereka ada satu misi maha penting yang harus diselesaikan dek lama tertangguh. Masih ada lain kesempatan bagi mereka untuk melawat dunia tersembunyi elf  ini.

Bebudak bertiga itu berbaring di atas satu pangkin umpama katil yang lebar dilapisi sehelai ambal kekuningan yang harum.

"Okey, here goes nothing," bisik Aiman Harith. Aidan dan Spencer tersengih lucu dek kata-kata hikmat tersebut.

"Yea arr, here goes nothing," serentak mereka berdua mengulangi ungkapan budak darjah enam itu.

Di luar kedengaran humming  beramai-ramai kaum elf  diketuai oleh Griom mengalunkan lagu perpisahan 'Auld Lang Syne ' penuh syahdu lantas menjentik jiwa bebudak bertiga itu.

"Hu hu.. sedih arr plak dengar lagu tu, ekk? Buat aku teringat kat kampung elf  ni je. Betul ke kita akan datang lagi lawat tempat ni?" ujar Aiman Harith, bertanya.

Baik Aidan, mahupun Spencer, diam tak menjawab.

Hening, yang kedengaran hanya lagu sayu nyanyian elf-elf  di luar rumah cob.

"Aiman, jangan plak kau tertinggal tujuh gelang yang Ninioc hadiahkan kat kita tadi," akhirnya Aidan bersuara, mengingatkan.

"Don't  worry. Semua ade dalam uncang kulit pemberian Griom ni. Bangsi-bangsi tu pun ade aku masukkan sama," jawab Aiman Harith.

Dia yang berbaring di tengah-tengah, memegang dan menggenggam erat tangan kedua kawannya. 

"Jom kita balik. Ade misi penting kita kena buat bila je terjaga kejap lagi," Aidan bersuara perlahan.

•••♦◄♥►♦••• 

"Wey.. bangun arr Aiman, Spence. Dah dekat enam lima puluh lima ni," Aidan mengejutkan dua teman pengembaranya.

Dia sendiri pun baru terjaga bila terdengar jam locengnya berdering. Malam tadi dia dah set kan jam untuk mengejutkan mereka kerana tak mahu terlambat bangun. 

Hari ini mereka dah merancang satu tugas maha penting.

Dia tak mahu kekawan yang lain sampai dan melihat Aiman Harith dan Spencer baru bangun tidur. Susah pula dia nak menjawab nanti.

Kenapa Aiman dan Spencer tidur di sini? Mengapa tak ajak kami sama? Apa projek korang malam tadi? Itu antara soalan-soalan yang pasti ditanyakan oleh kekawannya.

Dia tak nak ada antara mereka yang berkecil hati kerana tak dimaklumkan akan perkara tersebut.

Lagi pun, dia belum berhasrat untuk menceritakan perihal pengembaraan dalam mimpi itu kepada kekawannya yang lain.

Spencer membuka mata dan melihat Aiman Harith di sebelah. Dia menggoncang bahu budak darjah enam itu dengan sesekali ditepuk-tepuk belakangnya.

Dengan malasnya Aiman Harith membuka mata dan melihat jam di dinding.

"Aku mengantuk arr. Bagi aku tido sepuluh minit lagi," rengeknya lalu menekup muka dengan bantal busuk Aidan yang semerbak mengharum.

"Pergh.. kau ni. Bangun arr, kita kan ade keje penting kejap lagi? Kalau kekawan kita datang awal dan tengok korang berdua belum mandi dan bersiap, sure  akan tau yang  korang tido kat sini.

"Nanti banyak plak soal jawabnya. Kita tak nak dia orang tau pasal kembara mimpi kita tu," leter Aidan seraya dilukunya kepala Aiman Harith. Namun penuh mesra dan lembut.

Mahu tak mahu, terpaksalah budak darjah enam itu bingkas bangkit. Namun nostril nya terhidu sesuatu.

"Bau hancing je ni. Ade orang terkencing atas tilam ni ke?" tanyanya dengan lubang hidung mengembang bak kucing terhidu bau ikan.

Dia lantas menghalakan hidungnya ke arah tubuh Spencer. Tersipu-sipu budak mat salih itu dek kini sedar apa yang berlaku. 

Spencer kembali teringat yang sewaktu disergah dan digertak Ninioc, dia terkencing dalam seluar.

"Sorry  ekk korang? Entah cam mana aku terkencing time  kat dunia elf  tu.. he he. Tak sangka arr plak yang benda tu boleh jadi real . Aku ingat bila terjaga, itu semua hanya mimpi je," ujarnya.

"Maksud kau, kau terkencing ke time  kat dunia elf  tu? Tapi bila masa lak tu?" tanya Aidan dengan sengihan.

"Time  Ninioc halakan pedang dia kat aku. Aku seriau dan tak sedar terus terkucil.. he he. Nanti aku cuci cadar dan tilam kau ni. 

"Atau aku akan belikan yang baru kat pasar malam. Jangan marah, nanti parah. Just  pasrah je, ekk?" jelas Spencer berseloroh.

"Itu arr, budak tak sunat selalu je terkencing malam," selamba Aiman Harith mengeluarkan statement  yang boleh diragui akan logiknya.

"Merepek je kau ni Aiman. Kau pun pernah gak kencing malam, abang kau yang cakap hari tu. Jangan nak kenen* orang lain plak. Mengata dulang paku serpih," marah Aidan namun mesra.

"Pergh.. tak betul ape yang kau cakapkan tu Aiman. Korang yang dah bersunat arr yang lebih kerap kencing malam time  tido," penuh muslihat Spencer menyanggah.

"Cam mana lak tu? Cer kau bentangkan hujah cetek kau, biar aku komen akan kebenarannya," pintas Aiman Harith serius. 

Dia duduk bersila penuh curious.

"Yea arr. Cuba kau fikirkan baik-baik ape aku nak cakapkan ni, okey? Sebiji botol yang bertudung tak akan senang-senang menumpahkan air kalau dituang, kan? 

"Tapi botol korang yang dah tak bertudung tu senang je air dapat dituang dan tertumpah. Betul tak? He he," jawab Spencer penuh sarkastik. 

Aidan dan Aiman Harith terdiam terkedu, mungkin sedang berfikir. 

Seketika kemudian, bila dah faham, mereka terkekek ketawa dek lawak lucah budak mat salih itu.

Aiman Harith sampai terguling-guling jatuh ke lantai sambil memegang perutnya sebab tak tahan menanggung ketawa. 

Aidan pula, hingga meleleh air matanya. 

"Dah arr Spence. Jom aku tolong kau bersihkan sama tilam dan cadar ni. Kita kena cepat sebab kekawan akan sampai kejap lagi," arah Aidan tatkala reda tawanya. 

Pantas bebudak bertiga itu ke bilik air juga tandas membersihkan diri agar tak terkantoi nanti.

BERSAMBUNG...


PANDUAN / GLOSARI 

*golok perak – sejenis parang atau golok tradisi Melayu, popular di utara semenanjung.. aku suka guna golok jenis ni, versatile.. boleh potong benda kecik (bawang, sayur, buah) & benda besar (batang pokok pisang, pinang & lain-lain kayu)

*kayu beluti – atau kayu beroti, bermaksud potongan kayu yang agak tebal dan digunakan untuk mengukuhkan sesuatu

*tergapai-gapai - menghulur-hulurkan tangan untuk mencapai sesuatu atau menepis tanpa tujuan

*bersanggama - (Sanskrit) bersetubuh; melakukan hubungan jenis, berasmara atau beromen.. hu hu

*telepati - perhubungan fikiran, perasaan, secara langsung antara minda seseorang dengan minda seorang lain tanpa melalui deria yang biasa

*teleport – (English) hanya teori di mana jirim / jisim boleh diangkut atau dibawa ke sesuatu tempat lain tanpa sebarang pergerakan fizikal biasa.. cam kat dalam 'Star Trek'  tu.. he he

*slán libh – Bahasa Irish, bermaksud selamat tinggal (diucapkan oleh orang yang tinggal di situ)

*slán agaibh - Bahasa Irish, bermaksud selamat tinggal (diucapkan oleh orang yang nak pergi)

*kenen - membuat atau mengatakan sesuatu dengan tujuan mengenakan atau menyindir orang lain / perli le tu.. he he



• SATbtu | 30092017 | 3,836 words | 20 minutes •

Продовжити читання

Вам також сподобається

4.1K 54 4
• 𝓬𝓸𝓶𝓹𝓵𝓮𝓽𝓮𝓭 • Sebuah karya satira (satire) yang pertama daripada aku. Amat relevan di era 2024 ini, di mana manusia menjadi semakin gila. Se...
12.5K 191 8
Setiap orang punya naluri, hati dan perasaan... Begitu juga aku, naluri songsang dah tertanam sejak kecil... Sehingga dewasa banyak benda dan perkara...
219K 1.2K 15
Hye korang... Now aku nak share semula satu cerita best yang aku selalu baca dari dulu lagi... Tapi aku pun x tahu laa cerita ni kejap ada kejap xda...
nakal 💦 Від echaaa

Романтика

73.9K 206 5
tentang diriku sendiri .