Recall

Par Ryuu_2782

2.7K 488 104

Manusia memiliki rangkaian kisah yang berbeda-beda, ada kisah bahagia dan kisah sedih di dalamnya. Namun apap... Plus

Recall (Prolog)
Recall (Bagian 1)
Recall (Bagian 2)
Recall (Bagian 3)
Recall (Bagian 4)
Recall (Bagian 5)
Recall (Bagian 6)
Recall (Bagian 7)
Recall (Bagian 8)
Recall (Bagian 9)
Recall (Bagian 10)
Recall (Bagian 12)
Recall (Bagian 13)
Recall (Bagian 14)
Recall (Bagian 15)
Recall (Bagian 16)
Recall (Bagian 17)
Recall (Bagian 18)
Recall (Bagian 19)
Recall (Bagian 20)
Recall (Bagian 21)
Recall (Bagian 22)
Recall (Bagian 23)
Recall (Bagian 24)
Recall (Bagian 25)
Recall (Bagian 26)
Recall (Bagian 27)

Recall (Bagian 11)

83 14 4
Par Ryuu_2782

"Aku menyukaimu ...."

"Sampai kapanpun aku akan selalu berada di sampingmu!"

"Aku ... benar-benar sangat menyukaimu Yeollie"

"Saranghae ...."

Air mataku mengalir, entah bagaimana kalimat itu bisa berputar lagi di dalam memori, padahal beberapa minggu belakangan ini aku sudah mulai merasa tenang dan bayangan itu perlahan mulai menghilang. Kurasa kehadiran Vero di meja makan semalam berpengaruh besar padaku, aku selalu berpikir bahwa gadis itu Jiyeon dan semalam ia datang bersama Oh Sehun yang mengklaimnya sebagai kekasih. Huh, ini tak mudah untukku, bahkan mataku tak bisa berpaling dari wajah cantik Vero. Efeknya aku tak yakin bisa bekerjasama dengan Oh Sehun karena arsitek muda itu selalu bersikap manis pada Vero, ia memperlakukan gadis itu layaknya ratu sama seperti panggilan sayangnya 'Queen.'

Aku masih ingat gaun yang dipakai Vero semalam, gaun putih panjang dengan aksen keemasan membuatnya seperti ratu baik hati yang baru saja turun dari istana. Mata birunya bersinar terpapar lampu yang agak sedikit remang-remang dan rambut hitam sebatas bahunya tergerai indah, terkadang rambut itu menari-nari akibat kipas angin yang sengaja kusimpan di belakang tubuhnya. Kalian tahu betapa indahnya Vero? Aku rasa para malaikat pun akan iri dengan keindahan yang dimilikinya. Oh lord, ini benar-benar membuatku gila. Aku merasa ada ribuan paku yang menusuk hatiku, perasaan ini sakit bila mengingat dia dan Oh Sehun adalah sepasang kekasih yang diciptakan untuk bersama. Terkadang aku bertanya, kenapa harus Oh Sehun, kenapa tidak aku saja? Sayangnya sampai dunia terbalik pun tak ada jawaban yang kudapatkan, sunyi sepi hanya itu yang tetap bertahan di dalam hati.

Dengan kasar kuseka air mata yang mengalir dari kedua mataku, tanpa kusadari seorang gadis cantik menghampiriku dengan gaun putih selutut yang digunakannya. Sangat cantik,apa aku bermimpi? Untuk meyakinkanya aku mengosok-gosok kedua mata pekat yang kumiliki.

"Oppa, ini bukan mimpi." Suara itu, aku mengenalnya. Suara manis yang aku ridukan selama ini.

"Yeonie," sahutku tak percaya. Tanganku terus berusaha untuk menggapainya, namun aku tak bisa.

Gadis itu tersenyum, "Ya, ini aku. Oppa, aku hidup bahagia di alam sana. Kau jalanilah hidupmu seperti manusia normal pada umumnya, berhentilah memakan obat itu." Tangannya menunjuk langit-langit kamarku sebelum menunjuk beberapa toples obat yang kusembunyikan di dalam nakas. "Berhentilah hidup dalam penyesalan dan satu lagi aku akan selalu mengawasimu dari sana."

"Yeonie, aku merindukanmu," ujarku parau.

"Aku juga," balas Jiyeon. Suaranya lembut, wajahnya tetap tenang dan ceria. Aku rasa ia sudah mendapatkan kebahagiaannya. "Aku akan selalu menjagamu," lanjutnya.

"Kau, bisakah kau tetap berada di sampingku?" tanyaku mantap.

Jiyeon menggeleng, "Maaf, aku tidak bisa. Tapi kau jangan khawatir, bila kita memang ditakdirkan untuk bersama, suatu saat nanti kita pasti akan bertemu kembali. Nan saranghae, jeongmal saranghamnida Park Chanyeol." Dia memelukku dan di detik berikutnya dia menghilang tanpa jejak, seperti bui.

"Jiyeon." Tanpa sadar aku berteriak, mataku terbuka seketika mencari sosok gadis bergaun putih yang mendatangiku beberapa saat lalu. Tapi nihil, jangankan bayangannya jejaknya pun tak kutemukan sama sekali.

" Hanya mimpi," gumamku pelan.

Aku mendesah frustasi, rasa gelisah merasuki diri. Mau tak mau kutelan beberapa pil Escitalopram yang selalu ampuh memberiku ketenangan. Sesaat kusandarkan tubuhku pada ujung ranjang guna menormalkan perasaan dan menghilangkan kegelisahan.

Saat aku mulai merasa nyaman satu pesan di kakaotalk datang, itu dari Baekhyun. Pemuda itu memintaku menemuinya di Starbuck. Tanpa pikir panjang aku pun membalas Ya sebelum pergi ke kamar mandi dan merapihkan diri.

***

"Hei, Happy Virus di sini!" teriaknya saat aku mulai memasuki pintu Starbuck membuat beberapa orang menoleh ke arahku. Aku pun melangkah menuju kursi yang Baekhyun duduki.

"Ada apa kau ingin menemuiku, Bacon?" tanyaku tanpa basa-basi.

Pria bereye linear dihadapanku ini menatapku tak percaya, "Kau anggap apa aku ini? Mentang-mentang sudah menjadi Direktur sikapmu itu sombong sekali," gerutunya membuatku terkekeh.

"Sensitif sekali, aku kan hanya bertanya," balasku sebelum menyesap Green Tea Latte yang dipesan Baekhyun tadi. "Kau masih ingat minuman kesukaanku?" tanyaku menatap Green Tea Latte dihadapanku sendu.

"Itu yang selalu kau pesan bila kita pergi ke Starbuck," balas Baekhyun tenang.

Aku tersenyum, "Aku menyukainya karena Jiyeon sangat menyukai Green Tea Latte," gumamku tanpa sadar.

Baekhyun terdiam, ia menatapku dengan pandangan kasihan.

"Semalam aku memimpikannya mungkin karena ...." Aku menggantung ucapanku karena mataku menangkap sosok Vero berada di depan kasir, tanpa pikir panjang aku berjalan menghampirinya mengabaikan Baekhyun yang terus berteriak memanggil namaku.

"Hai." sapaku salah tingkah. "Kau ada di sini juga?" tanyaku bodoh.

Vero tersenyum, "Aku mampir, kerongkonganku kering butuh siraman air," guraunya membuatku tertawa kecil. Hari ini tampilan Vero kasual, masih dengan kacamata hitam yang membingkai sepasang jelagat lautnya.

"Kau sendiri?" tanyaku memperhatikan penampilannya.

Vero mengendikan bahunya, "Aku menunggu Sehun, katanya dia akan menjemputku," jawabnya memberikan beberapa lembar won pada penjaga kasir sebelum membawa dua cup besar minuman pesanannya.

Aku menatap minuman itu dan Vero bergantian, "Green Tea Latte?" tanyaku setengah tak percaya.

Gadis itu menyedot minumannya, "Sehun sangat menyukainya," jawabnya bangga memamerkan satu cup Green Tea Latte yang masih utuh.

Aku tak percaya, hal ini menambah lagi keyakinanku bahwa Vero dan Jiyeon adalah orang yang sama. "Kau dan Sehun sudah berapa lama pacaran?" tanyaku enggan, aku sadar Baekhyun memperhatikan kami sedari tadi.

Belum sempat Vero membalas Sehun sudah berdiri di balik pintu kaca, tangannya melambai ke arah Vero. "Queen, apa kau menunggu lama?" tanyanya sesampainya di hadapan kami.

Vero tersenyum sebelum tenggelam dalam pelukan Sehun, "Lumayan tapi tidak membosankan karena ada Chanyeol di sini," jawabnya menatapku dan Sehun bergantian.

"Syukurlah, terimakasih karena kau sudah menjaga Queenku," sahut Sehun sembari mengacak rambut Vero yang diikat kuda. Jujur aku merasa risih melihat kedekatan mereka, ada bara yang menyala di dalam dada tapi untung saja Baekhyun datang dan menepuk pelan bahuku, sedikit banyak hal itu membuatku lebih tenang.

"Hai, aku Baekhyun sahabat Chanyeol," celetuknya menjabat tangan Vero dan Sehun bergantian.

"Aku Sehun dan ini kekasihku, kau bisa memanggilnya Vero," balas arsitek muda itu memperkenalkan dirinya dan Vero pada Baekhyun. "Maaf kami harus pergi sampai jumpa Chanyeol-ssi dan ...."

"Baekhyun, namaku Baekhyun," potong pria bereye liner itu mengantar kepergian sepasang kekasih itu dengan tatapan tajamnya.

"Gadis itu sangat mirip dengan Jiyeon," sahutku lemas. "Semalam kami makan malam bersama karena Oh Sehun kekasihnya akan menangani proyek pembangunan Mega Hotel keluargaku yang bekerjasama dengan Mr.Phusua."

Baekhyun kembali menepuk bahuku, "Jiyeon sudah tidak ada, kau harus bisa menerima keadaan."

Aku menghela napas panjang, "Itu tak mudah tapi aku akan berusaha."

Baekhyun tersenyum, "Sudahlah jangan bicarakan masalah itu lagi sekarang kita harus pergi ke rumah sakit."

Aku kaget, "Rumah Sakit, siapa yang sakit?" tanyaku khawatir.

Baekhyun menendang kakiku pelan, "Kita punya keponakan baru, istri Joon Myeon melahirkan kemarin malam," jawab Baekhyun panjang.

Aku kembali antusias, "Benarkah? Tunggu apalagi ayo kita jenguk keponakan kita," ajakku menarik tangan Baekhyun.

Pemuda itu terkekeh, ia kembali kemeja kami tadi dan meneguk Bootleg Bruleenya hingga tandas. "Sayang bila tidak dihabiskan, minuman di Starbuck mahal-mahal," akunya membuatku terkekeh dengan rasa kesal.

"Tak tahu malu, jaga imagemu banyak gadis yang memperhatikan kita," gerutuku menariknya menuju kasir. Aku bergegas membayar sebelum keluar menuju Rumah Sakit tempat isteri Joon Myeon melahirkan.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

181K 28.6K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
58.4K 9.6K 14
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
3.4M 266K 65
Diana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan ke...
328K 34.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...