Silver Maiden [Terbit]

By Cassigatha19

842K 76.7K 4.3K

[Masuk daftar Cerita Istimewa Wattpad HQ 2018] Orang-orang menyebutnya sang Gadis perak, putri pelindung Vigh... More

Prologue
1. Quon
2. Cyde
3. The Diamonds
5. Thread
6. Fiona
7. Black Diamonds
8. Rendezvous
9. Whisper
10. Breath
11. Motive
12. Friend
13. Deadly Yarn
14. Frozen
15. One Night
16. Trap
17. Charge
18. White
19. Promise
20. Petals
21. Moon
22. Scent of Death
23. Farewell
24. Toxic
25. The Death
26. The Sapphire Eyes
27. Guilty
28. Water Ripples
29. Conspiracy
30. Warmth
31. Miracle
32. Water Crystal
33. Bloom
34. Labyrinth
35. Black Shield
36. Tantrums
37. Fall Down
38. Sacrifice
39. Wounds Heal
40. Autumn
41. Bitter
42. Hazel Eyes
43. Crossroads
44. Reminiscence
45. Tranquility
46. Smith
47. Scar
48. Bidder
49. The Curse: Tail
50. The Curse: Main
51. The Curse: Brain
52. Rain Resonance
53. Distant
54: Rinse
55: Dagger
56. Devil's Glare
57. Anomaly
58. Fang
59. Cliff
60. Prey
61. Pawns
62. Shattered (I)
63. Shattered (II)
64. Alter Ego
65. Return
66. Wick
67. Torn
68. Funeral
69. The Unforgiven
70. Betrayal
71. Barrier
72. A Speck of Light
73. Queen's Horn
74. Lost
75. Heartbeat
76. Splinters
Epilogue
Extended Chapter: Mikhail
Extended Chapter: Kia
Extended Chapter: Fiona
Extended Chapter: Fiona II
Extended Chapter: Quon Burö
Bonus Chapter: The Spring Breeze
Extra Chapter: Charas
Extra Chapter: Charas II
The Prince and The Diamond He Holds
Wind in Laroa: White

4. Kia

16.4K 1.5K 5
By Cassigatha19

Petir menggelegar. Cyde tengah membaca secarik surat saat merasakan meja di hadapannya bergetar. Suasana berubah begitu cepat. Baru sekitar satu jam yang lalu langit di luar cerah. Tapi kemudian awan abu-abu datang membuat sekelilingnya menjadi gelap. Kilatan petir kemudian disusul dengan tirai hujan yang menebal.

Sama seperti kejadian waktu itu.., batin Cyde yang menghampiri jendela. Masih segar dalam ingatannya bagaimana orang-orang menjerit dan berlarian panik. Cahaya membutakan menyelimuti mereka. Kemudian saat cahaya itu meredup dan sirna, sebagian Vighę seolah menjadi medan perang. Cyde pun tidak lagi merasakan keberadaannya.

"Hujannya deras sekali," keluh seseorang yang muncul di antara rak perpustakaan yang sepi. "Kukira tidak ada orang di sini."

Cyde menoleh. Mulanya sosok itu tidak terlalu nampak karena sangat gelap dalam ruangan. Dia mengambil penopang lilin dan menyalakannya. Sinar kuning berpendar. Laki-laki itu tidak pernah suka mengenakan cape-nya, jadi dia hanya memakai setelan seragam tanpa itu. Brosnya sendiri terbuat dari kristal citrine—hanya ada satu di tempat ini, sama halnya dengan bros safir yang dimiliki Cyde.

"Apa kau kesal karena tidak bisa bermain di luar?"

"Tidak ada kegiatan sore ini," tanggap Cyde setelah kembali duduk. "Ini masih permulaan untuk para murid baru. Akuilah kau juga sedang kesal, Dalga."

"Sedikit." Dalga tidak membantah. Dia mengambil buku secara acak dari rak lalu bergabung di meja yang sama dengan Cyde. Keduanya saling berhadapan. "Jadi bagaimana soal anak dari Kith itu?"

Cyde seketika mengernyit. Mulutnya tetap terkatup.

"Hanya ada dua tahun ini dan kalian memonopoli semuanya. Tidakkah ada sedikit kebanggaan di Zaffir?" sindir Dalga.

"Kau boleh mengambil mereka kalau mau."

"Jahat sekali." Dalga mengikik geli. "Apa kau tidak merasa bersalah sudah berlaku kasar pada anak yang tidak tahu apa pun?"

"Kau bukan seorang Vighę, jadi untuk apa aku harus berusaha membuatmu mengerti?"

Dalga berasal dari Raveann, negeri yang mengelilingi gunung Tar—gunung terbesar sekaligus simbol kekuatan spirit Oltra. Raveann adalah sekutu Vighę, berdampingan dengan Ranoor. Oltra sendiri terpecah menjadi enam kerajaan. Kith merupakan kerajaan terbesar kedua setelah Hurdu. Raveann dan Ranoor ibarat negeri kembar, diikuti Vighę. Satu lagi kerajaan terkecil namun nyaris tidak tersentuh konflik negeri lain, Larөa.

"Raja Kith sudah mengupayakan pelurusan kesalahpahaman ini, jadi kenapa kau tidak melunak biar sedikit saja?" Dalga sedikit banyak peduli pada eksistensi Vighę. Ketegangan antara Vighę dan Kith sudah berlangsung selama ratusan tahun meski masing-masing penguasanya berusaha menampakkan hubungan baik. Raveann dan Ranoor tidak berniat memihak salah satunya meski selama ini lebih condong ke Vighę.

Cyde berlagak sibuk dengan buku yang tengah dia baca. Dalga pun menyerah. Laki-laki itu menguap lalu menoleh ke jendela. Kaca transparannya sangat buram dan hampir-hampir gelap seluruhnya.

"Omong-omong di mana Kia? Kenapa aku tidak melihatnya sejak pagi tadi?"

"Entahlah." Kia memang sering terlihat mengekor di belakang Cyde. Tapi bukan berarti Cyde selalu tahu ke mana laki-laki itu pergi.

***

Var mendesah gusar sembari menyeka lehernya sendiri. Nyaris saja dia dan Quon jatuh dari atas tebing. Untungnya Var kuat menancapkan kuku-kuku jari tangan kanannya ke pinggiran batu. Setelah menaikkan tubuh Quon di permukaan yang datar, barulah Var bisa menolong dirinya sendiri. Seakan tidak cukup mengerjainya, hujan deras turun terlalu tiba-tiba.

Var merutuk dalam hati—bisa-bisanya dia pergi ke tempat yang amat jauh dari tengah kota. Kira-kira membutuhkan satu jam untuk bisa kembali ke Gihon. Mereka tidak bisa sampai ke sana sekarang juga tanpa basah kuyup. Mungkin tidak masalah bagi Var. Untuk Quon, hal itu akan menimbulkan masalah baru.

Beruntung Var menemukan sebuah gua saat mencari pohon berdaun rapat sebagai tempat berteduh. Gadis itu sedang tidak sadar dan wajahnya pucat. Dia sesekali mengerang sambil menekan perut.

Var memandang keluar, mengamati tirai air yang tebal. Seingatnya saat dia melompat pergi tadi, hari masih siang. Kalau perhitungannya benar, saat ini masih tengah hari lewat satu sampai dua jam. Warna langit tidak bersahabat. Sepertinya hujan akan lama mengguyur. Jubah Var terlanjur basah, sepertinya Quon pun demikian.

Daun-daun kering berserakan di mulut gua. Var langsung mengumpulkannya sebelum percikan hujan membuat daun-daun itu basah total. Laki-laki itu juga mengumpulkan ranting-ranting kecil yang masuk ke gua karena tertiup angin. Tidak lama kemudian tempat itu terang dengan api unggun yang Var nyalakan.

Var membaringkan Quon lebih dekat dengan api unggun supaya gadis itu tidak kedinginan. Dirinya sempat ragu sebelum memutuskan kalau jubah luarnya harus ditanggalkan. Saat itulah Var menemukan beberapa botol kecil dan kertas-kertas lipat berisi ramuan berbau aneh. Sedikit banyak Var familiar dengan obat-obatan yang Quon bawa. Pilihan laki-laki itu kemudian jatuh pada sebotol kecil berisi cairan cokelat yang kental—ramuan penghilang rasa sakit.

Namun mengingat begitu banyak ramuan penghilang rasa sakit yang sudah Quon asup, Var mengurungkan niatnya. Gadis itu masih dalam keadaan tidak sadar dan mengigau pelan. Mendebat sebentar, Var lalu membuka sabuk rok Quon dan menyingkap sedikit baju yang dikenakannya—khususnya bagian perut.

Quon memasang pembebat. Bagus jika pembebat yang kencang seperti itu menekan pendarahan, tapi sewaktu Var menyentuhnya, kain pembebat itu basah. Var pun tidak punya pilihan selain melepas kaitannya menggunakan belati. Laki-laki itu tertegun menemukan luka sayat—yang meski tidak dalam, namun terus-terusan tergenang oleh darah segar.

Sejak kapan ada luka seperti ini di perutnya?

Var mengacak-acak obat-obatan yang Quon bawa lagi. Ada satu yang bisa dia pakai selain ramuan penghilang rasa sakit. Mungkin gadis itu tidak menggunakannya karena takut akan reaksinya yang keras. Yang pasti, Var tidak bisa membiarkannya terus seperti itu.

"Argh!!" Kelopak Quon terbuka tiba-tiba saat Var menekan perut gadis itu dengan tangan yang berlumur ramuan berwarna hijau pekat. "Apa yang kau—hmph!!"

Dengan tangan kirinya, Var membekap mulut Quon. Punggung gadis itu bersandar padanya dalam posisi duduk. Dia juga berusaha melepaskan tangan kanan Var yang masih menekan perutnya, tapi Var bergeming. Dari luka gadis itu, muncul asap yang samar. Tidak mengherankan kalau Quon akan menjerit sejadi-jadinya kalau Var tidak membekap mulutnya.

Rasa sakit yang melanda Quon, dilampiaskannya dengan mencengkeram tangan Var. Lama gadis itu menggeliat kesakitan sebelum pada akhirnya memejamkan mata dan menjadi lemas. Var pun melepaskan tangannya dari mulut gadis itu. Luka di perut Quon tidak lagi memunculkan asap. Pelan, Var membaringkannya lagi. Laki-laki itu juga menyelimuti Quon dengan jubahnya yang sudah cukup kering karena ditaruh lumayan dekat ke api unggun.

Sekarang tinggal menunggu hujan reda, pikirnya.

Petir lagi-lagi menyambar. Kilat bahkan membuat bagian dalam gua menjadi terang meski hanya sedetik. Dan saat itulah Var dikejutkan bayangan seseorang yang berdiri tepat di mulut gua. Laki-laki itu menoleh dan langsung berdiri waspada.

Sosok itu melangkah mendekat. Api temaram membantu Var melihat iris hijau laki-laki itu.

Kia.

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" tanya Var tidak habis pikir. Penampilan Kia basah kuyup. Jangan-jangan dia sengaja datang sejauh ini untuk mencari Quon?

Kia tidak berkata apa-apa. Laki-laki itu meneruskan langkahnya dengan pandangan yang mengarah pada Quon. Ada sesuatu di dirinya yang entah kenapa membuat Var tetap waspada. Semakin Kia mendekat, Var makin mengeratkan pegangannya pada pedang. Pada akhirnya Kia berjongkok menyentuh wajah Quon, seperti memastikan gadis itu baik-baik saja.

Kia menegakkan tubuhnya lagi lalu berpindah dan duduk dekat dinding. Laki-laki itu menatapnya sambil duduk bersila.

Var harus akui kalau laki-laki itu memang aneh sedari awal mereka bertemu.

Menghela napas, Var melakukan hal yang sama di seberang Kia—membuat Quon berbaring di tengah-tengah keduanya. Tampaknya Kia juga sepakat jika mereka tidak akan beranjak sebelum hujan reda.

Dan sampai api unggun berangsur padam menyambut hujan yang sebentar lagi usai, Kia tetap tidak mengatakan apa pun. Mereka akhirnya kembali ke Gihon dengan Kia yang membopong Quon di punggungnya.

Continue Reading

You'll Also Like

27.4K 1.8K 25
Desa Mythies telah hancur karena perang antara kelompok manusia dan mythies. Anne Spring adalah gadis beruntung yang selamat dari perang itu. Ia pun...
167K 23.2K 73
"Kenapa tidak boleh?" "Nona, aku mengikuti nasihatmu sendiri." "Seorang gadis tidak seharusnya memberikan hatinya pada seorang pria bertopeng." *** A...
3.5M 342K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
COUNTDOWN By vavi

Fanfiction

655K 41.1K 48
"Magic is real. Trust me." Kalau kau mengira bahwa sihir hanya ada dalam dongeng dan film yang tak masuk akal, itu berarti kau salah. Sihir itu meman...