Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]

By Stephn_

20.2M 1.1M 132K

‼️SERIES WHY SUDAH TAYANG DI APP VIDIO ‼️ [PART MASIH LENGKAP] Kisah ini bukan tentang aku dan kamu yang dipe... More

WHY? DISERIESKAN?!
☀️Special Chapter 🌙
Prolog
Cerita Private
Why(?)- One
Why(?)- Two
Why(?)- Three
Why(?)- Four
Why(?)-Five
Why(?)-Six
Why(?)-Seven
Why(?)-Eight
Why(?)-Nine
Why(?)-Ten
Why(?)-Eleven
Why(?)-Twelve
Why(?)-Thirteen
Why(?)-Fourteen
Why(?)-Fifteen
Why(?)-Sixteen
Why(?)-Seventeen
Why(?)-Eighteen
Why(?)-Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Author Notes
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Eight
Forty
Forty One
Forty Two
Forty three
Forty Four
Cast Tokoh
Forty Five
Forty Six
KOSONG
Forty Seven
Forty Eight (1)
Forty Eight (2)
Forty Nine
Pengumuman
Fifty
AKU HIATUS
Fifty (2)
Bantu jawab ya
Trailer Why (Book One)
Vote Cover
Cuplikan book ver
PRE-ORDER

Thirty Nine

245K 15.9K 2.5K
By Stephn_

"Kupikir diakhir cerita ini ada sebuah kebahagiaan yang menunggu, ternyata aku salah. Pada akhirnya aku kembali ditinggalkan seorang diri dalam kepedihan yang tak berujung dan perasaan kehilangan."

#turn on music : Christina Aguilera-you lost me.

----------

"Mau kemana? " Gladys mengerutkan kening bingung saat motor Given tidak berbelok ke arah jalanan menuju rumahnya.

"Mau culik kamu."

Gladys berdecak pelan. "Aku serius, kita mau kemana?  Katanya sore ini mau kerumah, nggak jadi? "

"Udah sering date home, sekali-kali jalan keluar biar kayak pasangan lain. Lagian kalau dipikir-pikir kita udah lama banget nggak pergi bareng, seringnya cuma ke cafe. " ucap Given agak keras agar Gladys dapat mendengar jelas ucapannya.

Senyum dibibir Gladys mengembang, entah mengapa ia merasa senang karena Given juga memikirkan hal itu. Sudah lama mereka tidak quality time berdua diluar rumah seperti ini. Kebetulan mood-nya hari ini juga kurang baik setelah melihat ekspresi aneh Given saat melihat Liana. Sempat ada pikiran negative yang mengganggunya. Semua itu Gladys rasakan bukan karena membenci Liana tetapi ia takut kehilangan Given untuk kedua kalinya.

Gladys takut semua kebahagiaan ini akan berakhir tidak sesuai ekspektasinya. Cinta memang dapat membuat manusia menjadi egois, tidak pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh. Sekarang Given memang pacarnya tetapi ada perasaan ingin memonopoli agar cowok itu tidak akrab dengan perempuan lain terutama Liana.

Wajar jika Gladys possessive,  karena sebelumnya ia pernah merasakan bagaimana sakitnya ditinggalkan oleh orang yang dianggap berharga. Ditinggalkan orang yang terlanjur memberi banyak kenangan lebih menyakitkan dari pada ditolak tegas oleh orang yang disukai.

Ditolak memang menyakitkan tapi jauh lebih baik dari pada tidak mendapat kepastian. Sedangkan ditinggalkan oleh orang yang terbiasa ada menemani hari demi hari akan lebih terasa menyesakkan saat kehadirannya tidak ada lagi.

Membayangkan saja Gladys tidak sanggup,  sudah cukup dulu Given meninggalkannya dimasa lalu. Jika bisa Gladys ingin terus berada disisi Given dan berharap cowok itu memang pendampingnya kelak. Gladys menyandarkan kepala dipunggung Given, menikmati desir angin yang menyejukkannya. Beruntung sinar matahari siang ini tidak terlalu terik, langit tampak cerah dan menyejukkan.

Given terus melajukan motor dengan kecepatan rata-rata, beberapa kali ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya berharap dapat menenangkan perasaannya.

Melihat bagaimana Gladys memeluknya erat justru membuat hati Given mencelos. Bagaimana bisa ia tega mengkhianati gadis sebaik Gladys?

Given tidak bisa membayangkan seberapa sakit yang Gladys rasakan jika tahu bahwa ada perempuan lain yang selalu mengusik pikirannya. Given merasa seperti pecundang karena tidak bisa mewujudkan janjinya sendiri. Ia pernah berjanji ingin melindungi dan menjaga Gladys, tapi nyatanya menjaga hatinya saja ia tidak mampu.

Mungkin brengsek adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sikap Given saat ini. Disatu sisi ia tidak ingin kehilangan Gladys tetapi disisi lainnya ada perasaan takut membayangkan Liana dalam posisi bahaya. Tidak dapat dihindari, jauh didalam lubuk hati Given memang ada gadis itu.

Given pikir semua perasaan itu sudah terkubur jauh dan hilang tapi ternyata semuanya masih ada jelas tertinggal disudut hatinya. Given tidak bisa mengabaikan Liana begitu saja terlebih ada Ivan didekat gadis itu. Pikiran tentang keselamatan Liana terus terngiang dan membebani pikiran Given selama beberapa hari ini, apalagi Liana keras kepala tidak mau mendengar penjelasannya.

Kebimbangan hatinya ini membuat Given mulai ragu, apakah memang selama ini hatinya sudah tepat memilih atau ada hati lain yang tanpa sadar menjadi pengisi kekosongan hatinya?

Jujur Given mulai takut pada perasaannya sendiri,  ia tidak ingin menyakiti siapapun. Padahal karena kebimbangannya ini tanpa sadar sudah melukai hati kedua gadis itu.

Liana tersakiti karena lagi-lagi Given bertingkah memberinya harapan lebih , dan Gladys tertekan dengan perasaan gelisah takut kehilangan. Ketidak tegasan Given membuat bingung kedua gadis itu.

Bahkan ketiga sahabat Given juga tidak bisa menebak jalan pikiran dan apa yang sebenarnya terjadi. Kadang Given terlihat peduli pada Liana tetapi terkadang Given terlihat sangat bahagia jika sedang menghabiskan waktu bersama Gladys. Hanya sekedar menduga tanpa bisa memastikan kebenaran. Mereka menduga yang ada dihati Given sebenarnya adalah Gladys tapi tidak ada yang tahu apakah memang itulah kenyataannya.

Given memarkirkan motornya, cukup lama perjalanan yang mereka lalui hingga tanpa sadar langit biru sudah beralih menjadi jingga.

"Pantai? Pakai seragam? " Gladys menatap tak percaya.

"Nggak masalah,  yang penting masih pakai baju bukannya telanjang. " kata Given dengan santai meraih tangan Gladys membawanya mendekat ketepi laut.

Pantai itu tidak terlalu ramai pengunjung, hanya ada beberapa orang penjual souvernir dan pengunjung yang kebanyakan adalah keluarga.

Given mendudukkan diri dipasir pantai, ia membuka jaket meletakkan tepat disampingnya. Given menepuk jaket itu memberi tanda agar Gladys duduk disana. "Sini. "

Gladys mengangguk sekilas dengan patuh mendudukkan diri disamping Given. "Tumben kamu ajak aku ke pantai? "

"Kamu suka pantai kan? " Given tersenyum menatap gelombang air laut yang membasahi pasir pantai. "Aku masih inget waktu kamu cerita tentang cita-cita kamu menikah dipantai. Waktu dengerin kamu cerita yang ada dipikiranku cuma satu, kamu korban drama korea. "

"Enak aja, itu romantis ya! " Gladys mendorong lengan Given cukup keras membuatnya agak oleng  kesamping.

Given menaikkan sebelah alis. "Romantis apanya? Kalau tiba-tiba ada tsunami langsung batal nikah. "

"Kenapa pikirannya sampai tsunami sih? negative thinking terus."

"Itu bukan negative thinking tapi realistis. Bencana alam itu nggak bisa diduga, jangankan bencana masalah hidup aja manusia nggak bisa duga. "

Gladys mengerucutkan bibir kesal, tapi meskipun begitu ia tidak bisa membantah ucapan Given karena kalau dipikir memang ada benarnya.

"Sering banget bibirnya dimajuin,  pengen banget dicium? " Given menundukkan wajah menyejajarkan dengan wajah Gladys.

Gladys memutar bola matanya malas "Jangan mulai ya, Ven. "

Given terkekeh geli dengan gemas mengacak puncak kepala Gladys. "Cantik-cantik galak. "

"Dari pada kamu badan berotot tapi manja. " kata Gladys dengan tangan sibuk merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah Given.

"Pinter jawab ya sekarang. " Given mendorong pelan kening Gladys dengan jari telunjuk.

"Belajar dari kamu, hehe. "

Given terdiam menikmati wajah cantik gadis yang duduk disampingnya. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Gladys semakin membuat Given terpesona. Sampai detik ini ia tidak menyangka bisa mendapat pacar seperti Gladys.

Perlahan Given meraih tangan Gladys    sesekali memainkan jari mungil gadis itu. "Glad, besok kalau udah lulus kamu mau lanjut kemana?"

Gladys menaikkan kedua alis. "Bukannya kamu udah tahu kalau aku tertarik dunia fashion? "

"Universitasnya udah pilih? Aku denger dari papa, om Henry suruh kamu lanjut di paris? "

"Iya,  tapi aku nggak mau meskipun sebenernya dulu itu jadi salah satu impianku. " Gladys mengedikkan bahu santai. "Mungkin memang lebih baik pilih kuliah yang didalam negeri aja. "

"Apa kamu pilih itu karena takut jauh dari keluarga? Memang berat kalau harus jauh dari orangtua tapi bukan berarti harus korbanin impian. Selama orangtua mendukung nggak masalah. "

"Kamu ngomong gitu karena memang pengen dukung cita-cita aku atau mau selingkuh? " tanya Gladys membuat Given tersentak kaget.

"Aku bilang gini karena nggak mau kamu nyesel nantinya. Apalagi kalau salah satu alasan nggak lanjut ke Paris karena aku." Given membelai lembut punggung tangan Gladys. "Kejar cita-cita kamu setinggi mungkin. Jangan korbanin semua itu hanya karena orang yang mungkin nggak akan pernah bisa buat kamu bahagia. "

"Kamu ngomong apa sih, Ven? " Gladys menarik tangannya melepaskan genggaman tangan Given. "Aku pilih kuliah disini karena memang nggak mau kuliah jauh-jauh. Lagian udah berapa kali aku bilang? Jangan bicara seolah kamu mau pergi."

Given tersenyum miris, hatinya merasa bersalah mendengar ucapan terakhir Gladys. Saat ini mungkin gadis itu masih menganggap dirinya adalah cowok baik padahal kenyataannya salah, ia telah gagal menjaga kesetiaan dan keyakinan hati nya pada Gladys kekasihnya.

Seandainya Gladys tahu bahwa selama beberapa hari ini ada perempuan lain yang kembali mengusik hati Given,  apakah semua tetap akan seperti ini? Masihkah Gladys mau memaafkannya?

"Kamu nggak tahu seberapa brengseknya aku,  Glad. Selama ini kamu nggak pernah tahu yang sebenarnya. " ucap Given lirih.

Gladys meremas telapak tangannya berusaha tetap tenang meskipun hatinya mulai berfirasat buruk. "Lalu kenapa kalau misalnya aku nggak tahu? Kamu pikir aku bisa dengan mudah tinggalin kamu? Aku nggak nyangka ternyata kepercayaan kamu sedangkal itu. "

"Kalau aku selingkuh apa kamu masih bisa bilang gitu?" Given memberanikan diri mendongak menatap dalam Gladys.

Seandainya dihati aku ada orang lain, apa kamu masih mau terima aku? Batin Given miris.

"Kamu bukan tipe cowok tukang selingkuh."

Given mendengus keras. "See?  Kamu terlalu memandang aku cowok baik-baik. Aku  yang sebenernya jauh dari kata baik, Glad. "

"Justru karena kamu bicara itu, aku semakin yakin penilaian aku nggak salah. " Gladys mengulurkan tangan menangkup wajah Given. "Cowok brengsek yang sebenernya selalu menonjolkan sisi baik supaya cewek masuk keperangkap dia,  sedangkan kamu dari awal justru memperingati supaya aku menjauh dan nggak jatuh keperangkap. Terserah kamu mau bilang apa, tapi yang jelas dimataku Given Pratama bukan cowok brengsek. "

Given mengeraskan rahang hatinya terasa sakit menyadari seberapa besar ketulusan yang Gladys berikan padanya. Hatinya semakin menyesal kenapa harus mengecewakan gadis itu hanya karena masa lalu yang belum benar-benar terkubur.

Tanpa bisa ditahan Given meraih pinggang Gladys membawa gadis itu kedalam pelukan. Given menyandarkan kening dipundak Gladys menikmati harum parfum gadis itu.

"Pemikiran bodoh. " bisik Given lirih.

"Kamu yang bodoh. "Gladys memaksakan seulas senyum berusaha terlihat tenang padahal saat ini ada rasa sakit yang perlahan meretakkan hatinya. Gladys memilih berlagak menjadi gadis bodoh yang tidak paham dengan maksud ucapan Given. Ia memilih berlagak seperti itu karena terlalu takut menghadapi kenyataan.

Hanya dari mendengar ucapan Given saja ia sudah bisa menebak apa maksud terselubung dibaliknya. Mungkin ketakutannya selama ini memang terbukti bahkan sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

Gladys memejamkan mata menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Ternyata pepatah yang mengatakan bahwa hati yang berulang kali patah akan mulai terbiasa dan tidak merasakan sakit lagi adalah salah besar. Untuk kedua kalinya hati Gladys kembali dilukai oleh orang yang sama.

Apa aku salah terlalu berharap kisah kita akan berakhir bahagia?
Apa aku bodoh karena terlalu percaya?
Apakah kehadiranku pernah benar-benar berarti bagimu?

Apakah ternyata mencintaimu adalah sebuah kesalahan?

"Maaf.." bisik Given masih menenggelamkan wajah dipundak mungil Gladys. "Maaf aku nggak pernah bisa buat kamu bahagia, Glad."

"Kamu bisa buat aku bahagia, Ven."

Selama yang ada disisiku itu kamu, aku selalu bahagia.

Gladys segera menguasai emosinya saat Given melonggarkan pelukan. Ia memaksakan seulas senyum manis membalas tatapan sendu Given.

"Udah gelap, pulang yuk? " Gladys bangkit berdiri merapikan sekilas ujung rok yang terlipat.

Melihat Given masih diam menatapnya lekat Gladys mengerucutkan bibir sebelah tangannya menarik lengan cowok itu. "Kenapa masih diem? Ayo buruan keburu gelap."

Given menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Setelah meraih kembali jaketnya, Given bangkit berdiri menyusul Gladys yang berjalan lebih dahulu. Meski sudah mengatakan kebimbangan dihatinya, masih saja ada yang mengganjal.

Mendengar jawaban Gladys tadi memang dapat menenangkan hatinya tetapi Given merasa ada perasaan yang berusaha Gladys sembunyikan.
Ada sesuatu yang ditahan dan ditutupi dengan senyuman dibibir gadis itu.

Karena kejadian dipantai tadi selama perjalanan pulang keduanya lebih banyak diam. Given berusaha fokus mengendarai motor membiarkan Gladys menyandarkan kepala dipunggungnya.

Hanya seperti itu sampai akhirnya motor Given terparkir dihalaman depan rumah Gladys.

"Makasih ya udah ajak aku kepantai. "  Gladys melepaskan kaitan helm memberikannya pada Given.

"Jangan lupa istirahat yang cukup. Makan yang banyak biar sehat." Given mengusap pelan kepala Gladys yang dibalas dengan senyuman manis.

"Iya, hati-hati pulangnya. " 

Given mengedikkan dagu kearah pintu rumah yang sudah terbuka. "Kamu masuk dulu sana. "

Gladys mengangguk patuh, ia berbalik mulai melangkahkan kaki menuju teras rumah. Namun baru beberapa langkah Gladys kembali berbalik menatap Given yang juga sedang melihat kearahnya. "Ven.."

"Iya? " Given mengerutkan kening bingung.

"Kita, break dulu ya. "

----

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 178K 44
[Sudah Terbit] "Gue pasti bisa bikin lo jatuh hati sama gue. Liat aja nanti!" Hidup Ghazi Airlangga berada di ujung tanduk saat rahasia memalukannya...
5.9M 60.4K 6
Bagaimana kalau suatu hari aku menemukan fakta bahwa aku mencintaimu dengan cara yang berbeda dan bersifat involunter? || Copyright©2012-All Rights R...
10.9M 196K 7
S1 = My Pet Girlfriend S2 = Candy SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Ganteng, jenius, berandalan, guru pun dilawan. Gio Reiner...
Love By HanLie

Teen Fiction

96.5K 504 3
Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh Ayah tirinya sehingga Atahaya Yukyta Princesstya harus berhadapan dengan seorang Althaf Shadiq Husa...