Semerah Warna Cinta [TTS #3 |...

By Eria90

149K 10.6K 751

Takluk's The series #3 -Dihapus sebagian - Sudah tersedia di google play (yang mau ngoleksi cerita babang Ke... More

Prolog
1
2
5
6
7
10
11.a
11.b
13.b
14
15
16
17
18
19
20.
bukan update!
Promosi Ebook

9.b

4.5K 506 9
By Eria90

Suasana kembali tenang. Setelah adegan Hermanu yang berlutut memohon maaf, keluarga Aaraju yang merasa tidak enak hati pada akhirnya bersedia duduk untuk berembuk demi mencari penyelesaian dari pokok permasalahan yang ada. Alva sendiri lebih memilih keluar, menelpon calon istrinya demi mencari sedikit ketenangan agar tidak perlu melihat wajah Kevan yang ujung-ujungnya bisa membuat ia emosi kembali, serta membiarkan ayahnya dan juga Nara yang mengambil keputusan.


"Maaf... " ucap Kevan dengan kepala tertunduk.

Meski tubuhnya terasa remuk redam, di mulutnya juga masih menyisakan rasa amis karena sisa darah, Kevan bersikeras kembali duduk di tempat semula ditemani Arlita yang meski kecewa setelah tahu apa yang dilakukan anaknya, namun kasih sayangnya sebagai seorang ibu membuat Arlita ikut duduk di samping anaknya, demi memberikan dukungan.

"Vania salah apa sama kamu, Kev?"

Suara Nara yang tenang membuat kepala Kevan semakin tertunduk malu. Ia yang biasanya sangat berani menantang tatapan orang yang terarah padanya meskipun ia yang bersalah justru kini tak berani mengangkat kepala. Malu dan menyesal semakin merajai hati Kevan, bukan hanya karena kesalahan yang dilakukan kepada sahabatnya tersebut tetapi juga untuk kesalahan yang ia lakukan terhadap adik dari sahabatnya itu.

Usapan lembut di punggungnya memaksa Kevan mengangkat kepala dan menoleh ke samping, kepada ibunya yang tidak berhenti mengeluarkan air mata namun masih memberikan senyuman tulus padanya. Juga mau tidak mau mata Kevan ikut melirik ke arah sosok ayahnya yang tertunduk. Masih jelas di ingatannya betapa ayahnya tadi bersedia berlutut memohon maaf untuknya.

Meski amarah masih ada, tak bisa Kevan pungkiri bahwa setitik rasa bangga juga sayang kini menghuni sudut hatinya yang dulu kosong karena kekecewaan yang disebabkan oleh ayahnya itu.

"Mau bicara sekarang, atau kita sudahi saja pertemuan yang tidak menghasilkan apapun ini." kali ini Ritomo yang berbicara, menyentak Kevan dari menatap nanar ayahnya.

Meneguhkan hati, Kevan menatap tiga orang di hadapannya, lalu kemudian berbicara, "Om Tomo dan juga Nara, sebelumnya saya mau minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya tau, meskipun saya minta maaf sampai mulut saya berbuih, kesalahan yang saya lakukan tetap tidak bisa dibenarkan."

Berhenti lagi, Kevan menatap satu persatu dua sosok pria juga seorang wanita yang menatap lembut padanya, tanpa ada sorot mencela ataupun menghakimi. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Kevan yakin jika dari sosok wanita muda yang telah menyandang gelar ibu itulah semua niatnya bisa berjalan dengan baik. Maka ia pun kembali berkata, "Tapi saya mohon, tolong dengarkan penjelasan saya! Bukan untuk pembenaran, tapi setidaknya dari penjelasan saya nanti, saya berharap adanya sedikit saja maaf yang bisa saya dapatkan dari kalian semua."

Reaksi dari dua pria di depannya hanya diam, namun terlihat sangat jelas jika mereka memberikan kesempatan bagi Kevan untuk menjelaskan.

"Saya ingin mengakui, bahwa semua kebiasaan buruk yang saya lakukan kepada setiap wanita selama ini berasal dari dendam pribadi saya kepada seseorang di masa lalu," kepala Hermanu tertunduk semakin dalam saat menyadari ada andil dirinya dalam perilaku buruk anak semata wayangnya itu.

"Katakanlah pada saat itu saya masih bodoh dalam hal cinta, sehingga melihat seorang wanita yang begitu baik hati menolong nenek-nenek menyebrang jalan sudah membuat saya tertarik. Apalagi wajah polos serta lugu yang dimiliki wanita tersebut mampu membuat rasa tertarik saya dengan cepat berubah jadi cinta," Kevan menarik napas kasar, berat rasanya jika harus menggali kembali luka lama. "Tanpa memerlukan waktu yang lama saya sudah menjadikan dia kekasih, lalu setelah hampir empat tahun menjalin kasih, saya mengikat wanita itu dengan tali pertunangan. Tapi, baru dua hari saya menyematkan cincin di jari manisnya, dia... "

Ritomo dan Nara serempak menahan napas. Mereka mulai bisa menebak ke arah mana pembicaraan Kevan akan mengarah. Terutama Nara yang sudah makan asam garam dengan yang namanya pengkhianatan. Sedangkan Ira menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas, yang tidak memegangi Bintang agar kesiap kagetnya tidak terdengar.

"Dua hari setelah bertunangan, saya mendapati dia sedang asyik bercumbu dengan pria lain dalam keadaan tanpa busana," Kevan menarik napas berulang kali guna melegakan dadanya yang sesak. "Setelah semua itu, dia mendatangi saya dan hanya mengatakan jika dia tidak puas sama saya yang tidak pernah mencumbunya seperti kebanyakkan laki-laki di luaran sana. Saya dianggap laki-laki lemah yang tidak akan pernah bisa memberikan dia kepuasan. Dan sebelum pergi, dia mengatakan jika selama ini dia hanya berpura-pura mencintai saya yang dianggapnya hanya sebagai mesin pencetak uang yang bisa memenuhi kebutuhannya akan barang mewah."

"Saya kalap, marah, juga dendam, yang menyebabkan saya gelap mata dan bertekad menghancurkan setiap wanita yang memiliki penampilan fisik seperti wanita itu. Wanita dengan tampang polos dan lugu adalah target utama saya untuk dihancurkan. Dan entah dirasuki setan yang seperti apa, saat melihat Vania... " Kevan kembali menarik napas dalam sambil menatap Nara penuh penyesalan juga permohonan maaf. "Tanpa sadar alam bawah sadar saya membuat saya menargetkan Vania menjadi target saya yang selanjutnya. Namun perkiraan saya keliru, semula saya berpikir sehabis saya menghancurkan Vania maka saya akan merasa puas seperti yang sudah-sudah, namun kenyataannya tidak. Saya malah dihantui rasa bersalah juga penyesalan selama bertahun-tahun. Tingkah saya yang semakin liar hanyalah pengalihan dari kedua rasa yang terus menghantui saya.

"Mencoba dan terus mencoba berpindah dari satu wanita ke wanita yang lain, saya tetap tidak bisa merasa tenang. Bahkan setelah merusak pernikahan orangpun saya tetap tidak bisa menutup ruang di hati saya yang kosong. Dan Nara... " Kevan menatap Nara sungguh-sungguh, "Maaf karena telah membuat pernikahanmu dengan Eleora hancur, tapi aku tidak menyesal sudah membuat wanita seperti Eleora berpaling darimu. Meski cara dan niatnya salah, aku tetap bersyukur kamu bisa lepas dari wanita seperti Eleora dan bisa mendapat pengganti yang jauh lebih baik darinya."

Nara menghela napas, berulang kali menyabarkan diri untuk setidaknya melayangkan satu pukulan ke wajah Kevan yang sudah babak belur. Semua itu dikarenakan sedari tadi istri mungilnya yang selalu membisikkan kepada dirinya supaya bersikap tenang dan jangan mendahulukan emosi semata. "Lalu, bagaimana keadaan Vania sekarang?" tanyanya pada akhirnya.

"Baik... makin dewasa dan sekarang dia mengenakan hijab."

"Anaknya?"

Kevan tersenyum sumringah membayangkan wajah malaikat Dinaya, anaknya. "Dinaya sehat, badannya berisi, sifatnya baik dan dia juga anak yang pintar. Oh iya, dia suka sama kue yang dibuat sama Vania."

Nara, Ritomo dan juga Ira ikut tersenyum membayangkan kerabat kecil mereka di tempat nun jauh di sana.

Sedangkan Hermanu semakin terpekur dalam keterdiamannya. Meski Kevan tidak menyebutkan namanya sebagai tokoh utama yang berperan sebagai perusak di dalam kisah tragis anaknya itu, Hermanu tetap tidak merasa tenang. Diantara rasa terima kasih yang Hermanu serukan di dalam hati, tetap saja rasa bersalah lebih mendominasi.

Serba salah rasanya untuk mengangkat kepala dan menatap orang-orang di sekilingnya. Takut jika mereka tahu malah akan menambah penilaian buruk bagi anaknya. Namun remasan pelan di tangan kanannya memaksa Hermanu mengangkat kepala dan menemukan sepasang mata Arlita yang teduh sedang menatapnya. Seulas senyum menenangkan wanita itu sedikit mendamaikan hatinya yang gundah.

"Tidak apa-apa. Perlahan kita beri pengertian kepada Kevan jika kamu tidak bersalah." bisik Arlita.

Saat itu juga Hermanu bisa merasakan bahwa ke depannya nanti, jalan yang ia lalui tidak akan lagi gelap gulita.


🌸🌸🌸

Defara Anggraini berjalan dengan anggun ke arah satu sosok pria yang sedang berdiri di samping sepeda motornya. Pria berkaca mata tersebut belum menyadari jika ia sedang menjadi target baru dari seorang Defara yang tidak pernah gagal dalam setiap misinya. Setidaknya itulah yang ia pikirkan selama ini.

Dalam sekali lihat, Defara sangat yakin jika ia bisa menaklukkan pria itu dengan mudah, sama seperti ketika ia menaklukkan keturunan dari keluarga Artayudha yang tidak berguna. Sosok pria yang dihampiri ini tidak memiliki tubuh kekar ataupun berisi seperti kebanyakkan pria perkotaan pada zaman sekarang, pria yang ini justru terlihat kurus, dengan tubuh yang lumayan tinggi, berkulit kuning langsat dan lumayan tampan.

Dengan tepukkan seringan bulu, Defara menepuk bahu pria di depannya untuk memberitahukan keberadaannya. Benar saja, pria itu berbalik dan langsung menatap kedua bola matanya.

"Ya?" tanya pria itu tenang tidak terusik oleh kecantikan yang tersuguh di depan matanya.

"Maaf mas, mobil saya mogok, di sekitar sini nggak ada bengkel yang masih buka. Bisa nggak mas tolong liatin, siapa tau mas ngerti soal mesin?" Defara memasang senyum memikat andalannya untuk menjerat pria yang ia perkirakan berusia lebih muda darinya itu.

Sayangnya senyum Defara hanya dibalas tatapan datar tanpa ekspresi yang berarti. Pria itu memindai sekitar untuk melihat apakah ada orang lain selain dirinya dan juga wanita di depannya ini. Namun sayang, sejauh mata memandang dan karena hari juga sudah larut malam tidak nampak satupun orang yang berada di sekitar area parkir kantornya. Yang ada hanya satpam yang terlihat jelas sudah mengantuk dari matanya yang kerap terbuka dan tertutup. Maka sambil menghembuskan napas perlahan ia berkata, "Kalau begitu dimana mobilnya, mbak?"

"Ekspresi dan suaranya sama saja. Sama-sama datar." Defa mendumel dalam hati. Namun sebisa mungkin kekesalan tersebut tidak ia tunjukkan dari raut wajahnya. "Di sana mas... di luar gerbang kantor ini." telunjuk Defa mengarah kepada mobil berwarna merah mencolok yang terparkir di luar wilayah kantor yang ia datangi.

Dahi pria berusia pertengahan dua puluhan tersebut berkerut samar, meski terlihat diam dan mengikuti saja langkah wanita yang berjalan di depannya, dalam hati pria itu mengeluh kesal. Dengan tubuh lelah sehabis lembur bersama bos besarnya di kantor, kasurnya yang empuk serta tidur secepat mungkin adalah hal yang sangat ia inginkan untuk sekarang ini. Bukannya malah kembali harus menguras tenaga, memutar otak, juga kesabaran agar tidak memaki wanita di depannya seperti yang diinginkan suara hati pria itu.

Begitu langkah mereka terhenti di samping mobil yang kapnya sudah terbuka (nggak tau benar apa nggak cara penulisan kapnya), Defa tersenyum semanis mungkin dan membiarkan target buruannya mulai bekerja.

Tentu saja pria itu tidak ingin membuang waktu. Dengan pengetahuan yang cukup memadai, pria itu mulai mencari dimana letak kesalahan yang terjadi sampai mobil mewah yang kelihatan masih baru di depannya ini bisa sampai mogok. Rasa-rasanya sangat mustahil bila mobil di depannya ini mogok mengingat jika mobil di depannya tersebut adalah mobil keluaran terbaru yang pastinya segala komponen pendukungnya dalam kondisi yang juga sama bagusnya.

Namun pria itu tetap diam dalam kebungkaman, memutuskan untuk menyelesaikan misi sosial yang datangnya tidak mengenal waktu. Sayangnya, di saat pria itu sedang sibuk mengotak-atik mesin mobil, sangat bisa jelas ia rasakan ada jemari nakal yang menelusuri punggungnya. Dari atas hingga sampai di bawah ikat pinggangnya. Begitu terus sampai rasa kesalnya mulai membumbung tinggi. Bukan karena gairah yang mulai bangkit melainkan rasa kesal bercampur marah yang sangat besar pria itu rasakan. Di saat seperti sekarang ini, pria itu bersyukur memiliki pengendalian diri yang sangat baik, kalau tidak bisa ia pastikan tubuh wanita penggoda di belakangnya itu sudah ia banting ke tanah karena telah bersikap tidak tahu diri.

"Sudah mbak, silahkan diperiksa mobilnya." kata pria itu datar sambil meminggirkan tubuhnya menjauhi wanita yang ia perkirakan lebih tua beberapa tahun darinya itu.

Defara sedikit tercengang di tempatnya berdiri. Belum pernah dalam sejarah penaklukkannya ada seorang pria yang tahan akan sentuhannya yang menggoda. Si papa saja akan langsung menggila hanya dengan sentuhan kecil jemari tangannya. Tapi pria di depannya ini tidak bereaksi apapun, dan itu telah melukai egonya yang selalu terbiasa disanjung.

Amarah yang menggelegak terpaksa Defa redam saat mengingat jika ia harus membuat pria di depannya ini terjerat bukannya lepas melenggang pergi tanpa memberikan ia imbalan atas usahanya. Untuk itulah senyum di bibir Defara tidak pernah luntur, setelah mengecek mesin mobilnya yang sudah kembali berfungsi wanita itu kemudian berkata, "Makasih ya mas, atas bantuannya. Sebagai bentuk ucapan terima kasih, bagimana kalau saya traktir mas makan?" tawar Defa.

Pria itu menggeleng, "Tidak usah, mbak, saya ikhlas membantu."

"Ayo lah, mas, setidaknya buatlah hati saya lega karena tidak merasa berhutang kepada mas." bujuk Defa.

Sekali lagi pria itu menggeleng, "Maaf mbak, saya tidak bisa menuruti maunya mbak. Tapi terima kasih atas tawarannya. Karena mobilnya sudah beres, saya permisi dulu." pria itupun pergi tanpa harus bersusah payah menyaksikan ekspresi Defa yang melongok kaget.

Seumur-umur menjadi wanita jalang, baru kali ini Defa merasakan yang nama ditolak. Sisi melonya mulai menyeruak, yang sesaat kemudian langsung ia usir menjauh saat melihat lambaian tangan temannya dari dalam mobil yang kacanya telah diturunkan.

Untuk sekarang usahanya memang gagal. Namun akan Defa pastikan berhasil diusahanya yang berikutnya."


🌸🌸🌸

Saya nggak mau ngomong yang macam-macam, cuma mau bilang selamat menjalankan ibadah puasa buat pembaca setia saya sekalian. Semoga puasa kalian membawa berkah dan berhasil sampai di hari raya nanti. Kecepatan sih ya kalau ngucapinnya sekarang, tp nggak pa-palah soal besok ataupun lusa saya mau istirahat nulis dulu, soalnya saya mau meratapi nasib karena nggak bisa nyambut puasa kayak yang lain (efek come moon). Hahaha... saya terlalu lebai kayaknya. Tp tetap aja sedih nggak bisa nyambut puasa hari pertama dengan keluarga yg lain. 😭😭😭

Tp udahlah ya, yg namanya takdir ya nggak bisa dihindarin. Segitu aja curhatan colongan saya, slamat mmbaca dan sampai jumpa di bab selanjutnya ya teman-teman.


🍁🌸🍁
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-15-05-2018

Continue Reading

You'll Also Like

33.4K 815 22
Kana Mirasih tak pernah menyangka harus menggantikan posisi Kemala Murti, kakak kandungnya yang telah meninggal untuk menikah dengan Satria Utama. S...
70.7K 6.2K 25
Cerita ini hanya fiktif belaka mohon maaf apabila terdapat persamaan nama tokoh tempat dan lainnya #1 Liku (Agustus 2021) #1 Dewasa (Ags 2021) #1 al...
42.7K 1.1K 2
Kisah-kisah pendek di kehidupan pernikahan yang romantis dan penuh kasih sayang. Janu-Carissa Ismail-Della Adinata-Nayra
4.9K 412 15
BIJAK LAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! ... Halimatu sadia, yang sering di panggil Ai oleh anak majikannya itu adalah gadis desa yang baru menginjak usia 2...