Complicated (JB)

By radhilakiera

25K 1.8K 1K

Hidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendir... More

Prolog
2. How dare you!
3. First Truth
4. Confused
5. Mysterious Man
6. Idea?
7. Hurt
8. Nightmare
9. The Wink
10. I am your boyfriend now!
11. Second Truth
12. The Warehouse
13. She was a whore
14. Honey
15. I got him / I got her
16. Mad
17. I got what you said
18. The truly truth
19. Everything's gonna be alright
20. Never let you go
21. Jeremy's Plan
22. A Dinner?
23. You hurt me!
24. Asshole?
25. Apology Accepted
26. I think I like you too
27. Kiss me!
28. He is all yours
29. We're over
30. I'm your Boy!
31. Bryce
32. Brother
33. Hallucination?
34. Flashback
35. Obsession
36. Orange Juice
37. Shitty Day
38. Mom?
39. Willmort
Epilog
Changed | Regret
Hai!

1. The Beginning

2.1K 93 64
By radhilakiera

(Dua tahun kemudian)

Langit terlihat gelap dengan gumpalan awan kumulus yang berjalan beriringan dengan kumpulannya. Mentari yang biasanya tak pernah malu-malu menampakkan sinarnya kini seakan lenyap dalam balutan sang kumulus. Seakan berkompromi dengan kumulus, angin berhembus menyapu dedaunan pohon. Menerbangkannya bersama dinginnya cuaca yang menambah suasana mencekam yang tengah tercipta.

Dalam kesunyian itu, seorang gadis berambut cokelat tengah melangkah perlahan dengan mengeratkan mantel yang ia kenakan. Hembusan angin yang sesekali menerbangkan rambutnya tak sama sekali gadis itu pedulikan. Hanya sesekali tangannya bergesekan, menimbulkan sepercik kehangatan yang sedikit mengurangi rasa dingin yang menyelimuti.

Langkah anggun gadis itu terhenti pada sebuah gedung dengan nama Ontario Senior High School. Ia berjalan tergesa memasuki gedung itu lalu membelokkan langkahnya menuju ruang guru. Langkahnya terhenti di depan sebuah meja dengan sebuah tempelan yang menunjukkan sang empu dari meja tersebut. Mr. Deo.

Gadis itu, Kayreen Slay Willmort mendesah pelan sambil membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah buku yang memperlihatkan namanya di bagian depannya. Jemarinya kemudian meletakkan buku itu ke atas meja Mr. Deo. Tangannya kemudian ia tumpukan pada pinggangnya lalu menghela nafasnya sekali lagi. Kayreen kemudian meraih tasnya dan menutupnya kembali.

Keyreen memang sengaja berangkat pagi-pagi untuk mengumpulkan tugasnya yang seharusnya ia kumpulkan kemarin. Namun karena ia terlalu malas untuk mengumpulkan tugasnya kemarin, jadilah sekarang Keyreen menyelinap ke ruang guru diam-diam di pagi hari agar keterlambatannya mengumpulkan tugas tak diketahui oleh guru yang terkenal tegas itu.

Kayreen menepuk bukunya sekali lalu berjalan mundur perlahan. Kepalanya melongok ke sekelilingnya, memastikan tak ada siapapun yang melihatnya apalagi mengetahui apa yang dilakukannya.

"Astaga." Keyreen menyentuh dadanya saat merasakan punggungnya menyentuh sesuatu. Ia tahu betul, bahwa yang ada di belakangnya bukanlah benda, namun seorang manusia. Detak jantung Keyreen berpacu tak menentu saat orang itu menyentuh pundaknya. Sial, batinnya.

"Hei, kau tahu dimana meja Mr. Deo?" Kayreen menghembuskan nafasnya saat menyadari bahwa itu bukan suara Mr. Deo. Lenyap sudah berbagai pemikiran berkecamuk di kepalanya saat memikirkan bagaimana jika orang yang ada di belakangnya adalah Mr. Deo yang mengetahui perbuatannya.

Kayreen membalikkan tubuhnya kemudian mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang tadi melontarkan pertanyaan padanya. Mata Kayreen sontak terpaku pada mata cokelat madu milik seseorang yang tadi hampir membuatnya jantungan. Mata yang indah itu, milik seorang Justin Bieber. Siswa paling tampan di sekolahnya, menurut pernyataan pembuat majalah bulanan di sekolahnya. Namun sekarang Kayreen tak mampu mengelaknya. Justin memang terlihat sangat tampan dari dekat. Keberadaan Kayreen yang bukan merupakan murid terkenal di sekolahnya menyebabkannya hanya bisa melihat seorang Justin Bieber dari kejauhan.

Namun Kayreen bukanlah penggemar Justin. Ia bukan siswi yang setiap hari menguntit Justin hanya untuk mengetahui sepercik informasi perihal Justin, atau yang setiap hari menyelipkan sepucuk surat ke dalam loker urutan ketiga dari samping kiri dalam barisan loker G itu. Sial, kenapa aku sangat ingat di mana letak loker Justin, batin Kayreen merutuki dirinya sendiri. Bukan, Kayreen bukan perempuan yang rela menghabiskan waktunya secara sia-sia untuk hal yang tidak penting seperti itu. Reputasi Justin sebagai seorang playboy sejati tak bisa luntur dari kepalanya. Perkataan teman-teman sekelasnya tentang perilaku Justin yang selalu mencampakan pacarnya dan memperlakukannya seperti pelampiasan sudah cukup membuat Kayreen bergidik ngeri dan memukul mundurnya untuk sekedar menarik perhatian Justin padanya.

Kayreen mengerjapkan matanya saat sepasang tangan saling menabrak si depan wajahnya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup membuat Kayreen berjenggit kaget. "Kau baik-baik saja?" pertanyaan itu sontak membuat Kayreen tersadar akan lamunannya yang sangat tinggi seakan menyusul gedung-gedung pencakar langit.

"Ya?"

Justin menukikkan sebelah alisnya menatap seorang gadis cantik yang ada di hadapannya saat ini. Ia dilanda kebingungan saat gadis yang ia tanyai tadi malah menatapnya lekat setelah ia melontarkan pertanyaannya, bukannya menjawabnya. "Jadi, dimana?" tanya Justin sekali lagi.

"Apanya?" Kayreen menatap Justin dengan kerutan di dahinya. Membuat Justin memutar bola matanya kesal lalu berkata, "Aku tahu aku tampan dan enak dilihat apalagi dilamunkan. Namun bisakah kau tidak melamunkanku saat aku membutuhkan jawabanmu?" Kayreen tersentak mendengar penuturan Justin yang membuatnya langsung merutuki dirinya sendiri karena telah terang-terangan melamunkan Justin dihadapan Justin sendiri.

Semburat kemerahan muncul di kedua belah pipi Kayreen. Ia kemudian berdehem pelan menetralkan tenggorokannya sekaligus menyembunyikan kegugupannya. "Emm, tadi kau bertanya apa?" tanya Kayreen akhirnya setelah berusaha mengingat apa yang tadi Justin tanyakan pada dirinya. Namun Kayreen tidak bisa mengingat apapun karena lamunan sialannya.

"Dimana meja Mr. Deo?" Kayreen kemudian menunjuk sebuah meja tempat ia tadi meletakkan buku tugasnya sambil menggumamkan kata 'disana'. Justin kemudian berjalan ke arah meja yang ditunjuk Kayreen kemudian meletakkan buku yang sedari tadi digenggamnya ke atas meja Mr. Deo.

"Aku tak menyangka, murid kesayangan Mr. Deo bisa terlambat mengumpulkan tugas?" ucap Justin setelah berbalik kemudian berjalan kearah dimana Kayreen berdiri terpaku melihat setiap pergerakan Justin. Justin berdecih pelan, menatap Kayreen dengan pandangan mengejek. 'Kupikir dia berbeda' ucap Justin dalam hati seolah tak percaya bahwa Kayreen sama seperti perempuan-perempuan lainnya yang terpesona saat melihatnya.

Saat Justin berkutat dengan pemikirannya sendiri, Kayreen menatap Justin dengan gurat kebingungan yang tak lagi dapat ia sembunyikan. Bagaimana Justin bisa tahu ia murid kesayangan Mr. Deo? Setidaknya itu yang dikatakan teman-teman sekelasnya, terutama teman sebangkunya. Kayreen kira seorang Justin Bieber yang terkenal tak akan tahu kalau ia merupakan salah satu penghuni sekolah ini, bahkan tahu bahwa ia murid kesayangan Mr. Deo.

"Bagaimana kau bisa-,"

"Aku bisa mengetahui apapun yang aku mau." Justin melipat lengannya di depan dada kemudian menyunggingkan sebuah senyum yang menjelaskan bagaimana ia sangat berbangga akan dirinya sendiri. Kayreen mendesah jengah atas apa yang baru saja Justin lakukan. Kayreen hendak mengatakan sesuatu kemudian menghentikannya saat mendengar suara ketukan sepatu yang terdengar jelas dari telinga kedua insan yang beberapa detik lalu tengah dilanda keadaan yang sedikit tegang. Tanpa aba-aba, Justin menarik tangan Kayreen kemudian menyeretnya menuju sebuah ruangan seperti gudang lalu memasuki dan menguncinya dari dalam dengan tergesa. Tangan Justin menangkup mulut Kayreen yang seperti akan melontarkan sebuah perkataan. Justin menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya seraya berdesis pelan, memerintah Kayreen supaya mengunci mulutnya. Kayreen mengangguk sebentar memberi tanda pada Justin bahwa Kayreen mengerti apa yang Justin isyaratkan. Kemudian Justin melepaskan bekapan tangannya yang segera mendapat delikan mata dari Kayreen. "Apa? Kau mau berteriak? Silahkan saja, kalau kau mau Mr. Deo mengetahui keberadaan kita."

Kayreen mendesah pelan. Benar juga. Tapi apakah orang tadi benar-benar Mr. Deo? Kayreen kemudian menempelkan telinganya ke pintu kemudian sayup-sayup suara terdengar.

"Buku Kayreen dan Justin? Jadi mereka baru mengumpulkan sekarang?" Kayreen yang mendengar perkataan Mr. Deo kemudian meneguk ludahnya samar. 'Sial' ucapnya dalam hati. Jadi, perjuangannya mengumpulkan tugas sepagi ini sia-sia? Pikirnya lagi. Kayreen kemudian mendengar suara decakan pelan Mr. Deo.

"Kayreen sedikit mengikuti kelakuan Justin sekarang. Aku harus memberikan mereka hukuman setelah ini." Tidak! Kayreen berteriak dalam hati. Kenapa Mr. Deo tak bisa menghilangkan kebiasaanya menghukum seseorang yang terlambat mengumpulkan tugas barang sebentar saja?

Kayreen mendesah pelan saat mendengar suara ketukan antara sepatu dengan lantai yang menjauh. Setidaknya, keberadaanya tidak diketahui oleh Mr. Deo. Kayreen kemudian menatap Justin, "Ayo kita keluar. Mr. Deo sudah pergi." ajak Kayreen yang disambut anggukan singkat dari Justin.

Kayreen memutar knop pintu sebentar lalu mendorong daun pintu di depannya, membukakan jalan untuknya sendiri juga Justin yang ada di belakangnya. "Jadi kalian mengumpulkan tugas terlambat berbarengan dan sekarang kalian bersembunyi di gudang khusus guru?" Kayreen dan Justin sama-sama tersentak atas perkataan Mr. Deo, namun Justin tentu lebih ahli dalam menyembunyikan keterkejutannya. "Kalian berpikir aku akan bersikap biasa saja saat dua buku muridku ada di mejaku sedang buku-buku teman-temannya telah kubawa pulang? Dan kalian pikir aku akan berbicara sendiri di ruangan yang kosong seperti ini? Seperti orang gila saja."

Sial. Kenapa Kayreen tak menyadari bahwa tadi merupakan salah satu taktik Mr. Deo? Kayreen memutar otaknya, memikirkan kira-kira sanggahan apa yang kiranya dapat menyelamatkannya dari hukuman Mr. Deo yang mungkin sebentar lagi akan menjeratnya dan juga Justin. Justin. Kayreen menengok Justin yang ada disampingnya, seolah meminta bantuan agar bisa sedikit melawan Mr. Deo. Namun Justin hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Ia sudah biasa dengan hukuman dari Mr. Deo. Oh, bukan biasa. Namun sangat terbiasa. Menurutnya, hukuman Mr. Deo sudah menjadi santapan wajibnya setiap minggunya. Jadi Justin sudah tak peduli lagi tentang apa yang akan Mr. Deo lakukan padanya. Namun berbeda dengan Kayreen. Ia tak pernah sekalipun menerima hukuman dari Mr. Deo. Tugas-tugas dari Mr. Deo selalu ia kumpulkan tepat waktu. Kayreen kembali merutuki kemalasannya yang datang disaat yang tidak tepat.

"Jadi, Miss. Willmort dan Mr. Bieber, sekarang ikuti saya." Mr. Deo kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya menjauhi ruangan guru itu. Justin menarik pergelangan tangan Kayreen saat Kayreen tak juga melangkah, sedang Mr. Deo telah berada jauh dari mereka. "Jangan membuat masalah lagi." desis Justin sambil tetap menarik pergelangan tangan Kayreen. Kayreen menatap Justin tak percaya. Apa ini? Kenapa semuanya jadi terlihat seperti Kayreen yang paling bersalah?

"Mengapa ka-,"

"Nah, kita sudah sampai." ucapan Kayreen terpotong oleh perkataan Mr. Deo diiringi langkahnya yang perlahan berhenti. Kayreen menatap hamparan rumput liar di depannya, kemudian berpikir sejenak tentang apa yang akan Mr. Deo perintahkan kepadanya. "Kalau aku menghukum kalian dengan kusuruh mengerjakan 100 soal Fisika, maka kau, "kata Mr. Deo seraya menunjuk Kayreen, "Kau akan dengan mudah mengerjakannya. Dan kau, "kata Mr. Deo lagi dengan memindah jari telunjuknya kearah Justin, "Kau pasti juga mudah mengerjakannya, dengan melihat pekerjaan Kayreen."

Justin menatap Mr. Deo jengah, seolah perkataan Mr. Deo tadi sudah ribuan kali didengarnya. Namun berbeda dengan Kayreen yang menatap Mr. Deo penuh dengan kekhawatiran. Bila disuruh memilih, Kayreen akan memilih mengerjakan 100 soal dari Mr. Deo daripada menerima hukuman lain, seperti berlari keliling lapangan 20 kali, seperti yang pernah dilakukan Gloria, teman sebangkunya.

"Daripada aku menghukum kalian yang hanya akan bermanfaat untuk kesehatan kalian, lebih baik aku menghukum kalian untuk hal yang dapat memberikan sedikit manfaat bagi sekolah kita tercinta ini." Mr. Deo berhenti berbicara sebentar sambil mengamati anak didiknya, "Jadi, silahkan kalian bersihkan taman ini." ucap Mr. Deo tenang. Namun tidak selaras dengan apa yang Kayreen pikirkan sekarang. Tenang? Oh, bagaimana ia bisa tenang saat melihat luasnya taman juga banyaknya rumput liar yang tumbuh ditaman seluas enam gedung kelas di depannya.

"But, Sir can I get-,"

"Okay, I got you. Kau mau hukumanmu ditambah?"

"Tidak. Bukan seperti itu maksudku."

"Jadi, apa yang kalian tunggu? Kerjakan sekarang!" Mr. Deo berjalan menjauh setelah mengucapkan mantera perintahnya. Apa yang dapat Kayreen lakukan sekarang selain melakukan apa yang Mr. Deo perintahkan?

Menghela nafas pelan, Kayreen kemudian mengambil dua buah gunting tamanan yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia lalu menyerahkan salah satu gunting tanaman itu kepada Justin yang langsung disambut dengusan keras dari Justin. "Kau mau saja menuruti perintah guru galak itu." ketus Justin.

"Kau mau kita mendapat nilai dibawah rata-rata?" Justin mendengus sekali lagi kemudian mengikuti apa yang Kayreen lakukan. Berjongkok kemudian menggunting rumput-rumput liar dengan gunting tanaman. Justin sebenarnya sangat malas dengan semua ini. Namun apa yang bisa ia lakukan? Ayahnya akan menghukumnya habis-habisan, bahkan melebihi hukuman Mr. Deo kalau sampai nilainya dibawah rata-rata lagi. Justin sudah cukup muak dengan sikap ayahnya yang terlalu menjunjung tinggi kesempurnaan juga kekuasaan itu.

Berbanding terbalik dengan Kayreen, yang tak mau nilainya dibawah rata-rata sebab ia tak mau kakaknya kecewa dan sedih padanya. Seperti apapun kakaknya sekarang, Kayreen tetap menyayanginya. Sudah cukup ibu dan ayahnya pergi meninggalkan dunia ini karena kesalahan Kayreen. Kayreen tak mau kakaknya merasa sedih sedikitpun. Kayreen akan berusaha membahagiakan kakaknya selagi ia mampu. Pesan-pesan ibu dan ayahnya tak pernah terkikis dari ingatan Kayreen, yang akan tetap ia pegang teguh sampai kapanpun. Sebab ia, sangat menyayangi ibunya.

***

"Ya Tuhan, berapa lama lagi ini akan selesai?" Kayreen mengeluh saat merasakan tubuhnya terlanda lelah yang amat sangat, juga kucuran keringat yang membasahi tubuhnya. Sudah berjam-jam ia dan Justin membersihkan taman ini, namun tak juga menunjukkan tanda-tanda kalau taman akan segera menjadi lebih bersih.

"Kalau kau terus mengeluh, maka pekerjaan kita tak akan selesai. Jadi berhentilah mengeluh dan selesaikan." Kayreen membenarkan perkataan Justin. Namun ia sudah tak mampu lagi bahkan untuk menggerakkan tangannya. Tubuhnya terasa lemas, dan ia merasakan kepalanya seakan tertimpa beban yang sangat berat, juga matanya yang semakin memburam. Kemudian Kayreen merasakan semuanya menjadi hitam sebelum punggungnya menghantam tanah kemudian telinganya tak mampu lagi mendengar apapun.

Justin yang mendengar bunyi hantaman dari belakang tubuhnya kemudian berbalik dan menemukan Kayreen yang tengah terbaring pinsan dengan gunting tanaman di tangan kanannya. Justin segera berlari menuju Kayreen lalu menepuk pipi Kayreen pelan. "Hei, Kay. Bangun." Justin yang tak mendapat tanda-tanda Kayreen akan bangun kemudian menyelipkan lengannya dibalik punggung dan lipatan lutut Kayreen lalu mengangkatnya perlahan. Justin kemudian melangkah menuju ruang UKS dengan Kayreen digendongannya. Justin bahkan tak mempedulikan tatapan murid-murid yang ia lewati selama perjalanannya membawa Kayreen ke UKS. Justin juga seakan tuli dengan bisikan-bisikan beberapa siswi yang terdengar di telinganya.

Justin membaringkan Kayreen di ranjang UKS dengan perlahan lalu mengambil sebuah botol berisi minyak aroma terapi dan menyapukannya di sekitar leher Kayreen, berharap Kayreen menghirup aroma terapi itu dan terbangun. Dan benar apa yang Justin perkirakan. Kayreen terbangun tak lama setelah ia selesai menyapukan aroma terapi itu di leher Kayreen.

Perlahan kedua mata Kayreen terbuka, menampakkan sepasang mata berwarna biru muda yang cantik. "Hei, kau sudah sadar rupanya. Apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Justin sambil menatap Kayreen lekat. Justin tak tahu apa yang terjadi padanya, yang jelas ia merasa bahwa sekarang dia sangat khawatir dengan keadaan Kayreen. Kayreen menanggapi pertanyaan Justin dengan menggelengkan kepalanya pelan, lalu ia meringis, merasakan kepalanya tiba-tiba terasa pusing saat kepalanya ia gerakkan. Justin melarikan tangannya ke kepala Kayreen lalu mengelusnya pelan, berharap apa yang ia lakukan mampu membuat rasa sakit Kayreen sedikit berkurang. "Tenanglah." ucapnya lembut.

Merasakan usapan tangan Justin di kepalanya, membuat Kayreen merasa lebih baik. Sakit di kepalanya berangsur-angsur mereda. Setelah beberapa lama hanya keheningan dan usapan tangan Justin yang kian memelan, Kayreen kemudian berusaha bangkit saat merasakan haus yang seketika mengeringkan kerongkongannya. Kayreen hendak meminta air kepada Justin, namun perkataannya terhenti saat dirinya tersedak ludahnya sendiri. Justin yang sontak menyadari apa yang Kayreen inginkan segera berlari menuju kantin sekolah dan membeli sebotol air minum lalu dengan cepat kembali ke ruang UKS. Justin menyerahkan air minum di genggamannya kepada Kayreen yang langsung disambut dengan tangan Kayreen yang membuka botol minum itu lalu menegaknya tergesa. Setelah batuknya mereda, Kayreen menyerahkan botol minum ditangannya kepada Justin. "Terima kasih." gumamnya pelan pada Justin.
Justin mengangguk sekali, "Kau harus pulang sekarang. Wajahmu pucat sekali."

Kayreen menggeleng cepat saat mendengar kata pulang terlontar jelas dari bibir Justin, "Tidak. Tidak usah. Aku baik-baik saja. Aku- aghh.." perkataan Kayreen tiba-tiba diselingi rintihan saat Kayreen menggelengkan kepalanya terlalu keras.

"Masih mengatakan tidak?"

Kayreen merengut menanggapi pertanyaan Justin. Ia tak mau pulang, namun apa yang bisa ia lakukan di sekolah dengan sakit kepala yang mendera. Lagipula kakaknya pasti belum pulang, jadi ia tak akan mendapat serentetan pertanyaan dari kakaknya. "Baiklah." ucap Kayreen pelan akhirnya.

Kayreen menerima uluran tangan Justin yang membimbingnya turun dari ranjang. "Aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak. Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula aku sudah sembuh."

"Tidak ada penolakan. Aku bukan laki-laki pengecut yang membiarkan seorang perempuan pulang sendirian dalam keadaan sakit. Aku akan mengantarmu pulang." Justin bersikukuh dengan keinginannya mengantarkan Kayreen pulang. Bukan apa-apa, Justin hanya tak tega pada Kayreen. Lagipula, Justin merasa senang bisa bersama Kayreen, walaupun menurutnya Kayreen tak jauh beda dengan perempuan lainnya. Tapi, mungkin Kayreen sedikit berbeda dari yang lain.

Keyreen dan Justin berjalan dalam diam menuju tempat parkir sekolah dengan Justin yang merangkulkan tangannya di lengan Kayreen, membimbing Kayreen berjalan. Kayreen tak menolak apa yang dilakukan Justin padanya, sebab ia juga merasa masih terlalu lemah bahkan untuk melangkah. Kayreen tak menyangka bahwa ia bisa berjalan bersama Justin. Karena selama ini ia hanya bisa memandang Justin dari kejauhan.

Mungkin memang benar bahwa Kayreen tidak mengagumi Justin sebanyak gadis-gadis alay yang selalu menguntit kemanapun Justin pergi, namun ia juga perempuan normal yang tak bisa dengan mudah mengabaikan pesona seorang Justin Bieber yang terkenal seantero sekolahnya. Siapa yang bisa tak terpesona ketika melihat Justin bermain cemerlang dalam pertandingan basket beberapa minggu yang lalu? Atau ketika Justin menyanyikan sebuah lagu pada acara tahunan sekolah tempo hari?

"Masuk." mendengar perkataan Justin membuat Kayreen sadar dari lamunannya. 'Sial' umpat Kayreen dalam hati. Kenapa ia bisa memikirkan Justin lagi? Semoga Justin tak tahu bila ia sedang melamunkannya tadi. Harap Kayreen.

Kayreen masuk ke dalam mobil milik Justin, yang disusul Justin dari pintu mobil sebelah kiri. "Jadi, dimana alamat rumahmu?" tanya Justin sambil mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir. Kayreen menyebutkan alamatnya yang ditanggapi sekali anggukan oleh Justin. Selama perjalanan menuju rumah Kayreen, baik Justin maupun Kayreen sama-sama tidak ada yang berniat membuka percakapan. Hinga kemudian mobil Justin memasuki sebuah pelataran rumah yang berukuran cukup besar.

"Terima kasih, Justin." Justin merasakan sesuatu yang ganjil saat mendengar Kayreen memanggil namanya secara langsung untuk pertama kalinya. Justin seperti merasakan, entahlah.. Justin bahkan tak mampu mendeskripsikan apa yang ia rasakan. Yang jelas, panggilan Kayreen padanya menyebabkan dadanya menghangat dan terasa nyaman. Ada apa ini? Pikir Justin merasa konyol. Yang benar saja, apakah sekarang Justin merasakan jatuh cinta? Tidak. Itu sangat konyol.

"Justin?" panggil Kayreen sekali lagi sebab setelah panggilan pertamanya Justin hanya diam sambil menatap Kayreen lekat dan setelah beberapa waktu Justin malah tersenyum geli sambil menggeleng kepalanya samar, namun masih bisa terlihat jelas oleh Kayreen. Sedang Justin tergagu dengan panggilan kedua Kayreen. "Y-ya?"

"Terima kasih sudah mengantarku pulang."

"Bukan masalah."

"Kau mau mampir sebentar? Kurasa aku sudah cukup kuat untuk membuatkanmu minuman." kata Kayreen sambil mengedikkan bahunya seraya tersenyum.

"Yeah, dan aku juga tak mau kembali ke sekolah setelah ini." Kayreen terkekeh pelan mendengar penuturan Justin. Kayreen sudah menduganya, "Kecuali kalau setelah ini ada pelajaran olahraga."

Justin tertawa keras, membenarkan perkataan Kayreen. 'Lagipula, siapa yang mau kembali ke sekolah hanya untuk bertemu dengan angka-angka yang membuat kepala pening' pikir Justin. "Kau benar." ucap Justin disela tawanya. Tangan Justin menyeka sudut matanya yang berair. Disaat Justin tenggelam dalam tawanya, Kayreen terpaku pada Justin. Kayreen tak percaya, Justin memiliki tawa yang indah. Selama ini, Kayreen hanya melihat sosok Justin yang tampan dan dingin pada siapapun. Mungkin sesekali tersenyum, namun itu hanya sesekali. Namun sekarang, Kayreen melihat tawa Justin secara langsung. Dan yang lebih mengesankan, Justin tertawa karenanya. Justin- stop! Apa ini?! Kenapa Kayreen jadi berpikir yang tidak-tidak? Kayreen menggelengkan kepalanya samar seraya mengenyahkan pikiran-pikiran konyol tentang Justin dari kepalanya.

"Sudahlah, ayo turun. Kubuatkan kau sesuatu." Justin menghentikan tawanya. 'Dasar aneh!' Justin membatin melihat Kayreen yang sedang membuka pintu mobil lalu melangkah keluar yang diiringi tatapan selidik milik Justin. Justin kemudian turun dari mobil tergesa menyusul langkah Kayreen.

"Duduklah dulu." Kayreen berucap sekilas lalu melangkahkan kakinya menuju dapur kemudian mengambil dua kotak berukuran sedang berisi jus jambu dari kulkas dan membawanya ke ruang tamu, tempat dimana Justin sedang duduk. "Ini." Kayreen meletakkan satu jus jambu yang dibawanya di meja didepan Justin, lalu membuka bungkus jus jambu di tangan kanannya dan meneguknya.

"Thanks." Justin ikut membuka jus yang dibawakan Kayreen lalu meminumnya hingga tandas.

Kayreen memutar bola matanya menatap Justin, "Kau seperti belum minum seminggu saja."

"Mengantarmu pulang itu butuh tenaga, kau tahu." ujar Justin membela diri. Kayreen memutar bola matanya. Kayreen berusaha untuk tetap bersikap dingin pada Justin, seperti apapun besarnya pesona Justin. Ia hanya tak mau jatuh untuk yang kedua kalinya. Tunggu, bukan kedua. Banyak kalinya.

Kayreen menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Kepalanya mendadak pusing, 'mungkin efek pinsan tadi' ucap Kayreen dalam hati.

"Kalau kau mau pulang, pulang saja. Aku sudah merasa lebih baik."

Justin yang ikut-ikutan menyandarkan punggungnya di sofa kembali menegakkan punggungnya setelah memdengar penuturan Kayreen. "Kau mengusirku?"

"Ya."

"Baiklah. Aku pulang. Kurasa kau lupa siapa yang menolongmu."

"Aku tak memintamu menolongku." kata Kayreen ketus. Sungguh, sebenarnya Kayreen tak berniat melakukannya kepada Justin. Namun ucapan-ucapan Gloria seakan menghantui pikirannya.

"Aku pulang."

Selepasnya, Kayreen melangkah menuju kamarnya. Menidurkan tubuh lemasnya diatas ranjang. Kayreen kemudian terlelap.
Tak pernah terbesit sedikitpun, bahwa inilah awal dari segalanya. Segala yang akan membuat Kayreen mengupas segala masa-masa pahit dua tahun yang lalu. Masa dimana ia terjebak dalam belenggu kepedihan dan kegelapan.

***

Do you believe in love?
Are you sure you will be happy with that?

***



Note:

Part pertama ini udah aku buat semaksimal mungkin biar nggak terlalu boring..

Maaf kalo masih membosankan...

Continue Reading

You'll Also Like

9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
262K 20.8K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...