Destiny.

By damomost

2.5K 110 4

Semuanya sudah di atur. Dia kehilangan orang yang dia sayang,tapi saat itu juga dia mendapatkan kasih sayang... More

chapter 1
chapter 2
notice
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 17
chapter 18

chapter 16

91 6 0
By damomost

Jane Pov

Sekarang aku dalam perjalanan pulang ke hotel. Setelah tadi adu mulut dengan Adeli. Ku lihat Adel di dalam kamar sedang berkemas. Tunggu,apa yang dia lakukan?

"Kau sedang apa?" Tanya ku sambil meraih lengannya. Dia berhenti sebentar atas kegiatannya,lalu menatap ku tajam.

"Bukan. Urusanmu." Jawab nya tak kalah tajam dengan tatapan nya. Dia melepas genggaman tangan ku dan kembali berkemas.

Aku masih bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Adel mendadak seperti? Aku tidak merasa melakukan kesalahan. Aku bahkan selalu membiarkan mereka-Adel dan Justin-berdua.

"Apa yang terjadi dengan mu? Kenapa kau begitu marah seperti ini? Apa aku berbuat salah? Aku tidak merasa berbuat salah dan semacamnya." Aku bertanya tapi dia masih sibuk dengan koper nya.

"Kau masih bertanya salah mu apa? Sebaiknya kau berpikir apa yang sudah kau perbuat." Dia selalu berhenti dan menatap ku tajam,lalu menjawab pertanyaan ku. Itu sakit.

"Oke. Apapun itu aku minta maaf." Aku seperti sudah tidak ada kata sabar lagi saat ini. Aku benar-benar terbawa emosi.

"Kau pikir hanya dengan minta maaf cukup? Kau tahu,jika penyakit ku sudah dalam masa kritis,aku lebih baik mati daripada harus menderita seperti ini."

"Kenapa kau membawa penyakit itu?" Aku membentak. Adel sempat kaget.

"Jadi penyakit ini membawa masalah untuk mu? Bukan begitu? Baiklah. Aku akan pergi,aku akan menjauh dari mu Jane. Aku tidak akan mengganggu mu dengan penyakit ini lagi."

"Pergilah! Dan jangan pernah kembali!"

Adel tercengang mendengar ucapan ku. Dia menggeleng kan kepala nya beberapa kali. Setelah nya dia keluar membanting pintu itu keras.

Adel pergi. Aku tak tahu pasti dia akan pergi kemana. Kuharap dia masih bisa berpikir jernih dan pulang kerumah.

Aku sadar,apa yang telah kulakukan sama sekali tidak benar. Aku bahkan membentak dan lebih parah lagi mengusirnya. Setiap orang punya batas kesabaran bukan? Ya begitupun aku.

Aku masih bertanya pada diriku sendiri. Apa yang telah ku perbuat? Apa yang telah kulakukan? Aku benar-benar bingung saat ini.

Frustasi. Mungkin ini yang sedang kurasakan. Aku mengusir adik ku sendiri yang dalam keadaan tidak sehat dan pulang tengah malam begini. Betapa bodohnya aku.

Aku men-dial nomor Austin.

"Hei? Ada apa malam-malam begini?" Terdengar suaranya dari sebrang sana.

"Kau sedang apa?" Tanya ku tanpa menjawab pertanyaan nya.

"Aku sedang berkumpul bersama teman-teman ku. Kau kenapa Jane? Suara mu terdengar tidak biasa."

"Aku jelaskan nanti. Kau ada dimana? Aku ingin menemuimu."

"Aku di club dekat tengah kota,kemarilah."

"Tunggu aku beberapa menit oke?"

"oke."

Aku hanya butuh teman. Bukan Justin. Kurasa aku memang butuh Austin saat ini.

Aku mengambil jaket ku lalu berangkat dan mengunci pintu kamar hotel.

***

Aku sampai di salah satu club. Jujur aku tidak suka pergi ke tempat seperti ini. Tapi untuk sekarang,aku hilangkan fakta itu.

Aku melihat tangan melambai. Kulihat Austin disana bersama beberapa pria dan wanita yang sedang mengobrol. Aku menghampirinya.

"Hey." Sapa nya yang kubalas dengan senyuman.

"Hey." Aku menyapa teman-temannya.

"Kau teman Austin itu ya? Oh ternyata dia benar,kau memang cantik." Ujar salah satu teman nya. Austin hanya tertawa sambil menyikut lengan teman nya tadi.

"Jadi kau kenapa malam-malam begini?" Tanya Austin akhirnya. Entah kenapa dari niat ku untuk bercerita tentang Adel jadi hilang. Aku jadi malas membicarakan nya.

"Masih tentang Adel." Jawab ku seadanya. Berharap Austin mengganti topik dan tidak menyuruh ku menjelaskan.

"Baiklah,aku pikir itu sudah biasa. Kau memang ada masalah bukan dengannya?" Aku mengangguk. "Kau mau minum?" Lanjut menawarkan botol beer di tangannya.

Aku mengangguk. "Boleh." Austin menuangkan sebotol beer ke dalam gelas kecil. Aku langsung mengambil nya dan meminumnya.

Austin seperti tau aku sedang sangat frustasi. Dia terus menuangkan minuman itu untuk ku. Dan aku tidak menolak. Mungkin aku memang butuh minum.

Setelah beberapa gelas beer ku minum,aku merasa kepala ku pusing berdenyut-denyut. Aku menyenderkan kepala ku di sofa. Austin melihat ku dan bertanya-entah apa yang ditanyakannya aku tidak dengar. Aku melihat nya buram. Dan setelah itu semuanya gelap.

***

Aku terbangun. Mengerjap kan mata ku berkali-kali. Ku rasakan ada tangan melingkar di perut ku. Aku menoleh ke samping nya. Kulihat Austin terlelap.

Aku tau benar apa yang terjadi. Aku pingsan karna beer semalam dan terbangun di kamar yang jelas-jelas bukan kamar hotel ku.

Alih-alih marah karna sekarang aku terbangun di samping Austin,aku malah biasa dan sama sekali biasa saja. Mungkin aku sudah gila.

Austin membuka matanya perlahan.

"Hey kau sudah bangun?" Tanya nya sambil memeluk ku dengan lengan nya yang masih di perut ku.

"Ya." Jawab ku singkat.

"Bagaimana tidurmu?" Tanya nya lagi masih belum sepenuhnya membuka mata.

"Aku tidak tahu."

"Baiklah,aku masih mengantuk. Aku akan tidur lagi." Austin mengecup pipi ku sejenak lalu kembali tidur.

Aku bangun dan mencari ponsel ku. Aku melihat jaket ku dan mengambil nya.

16 misdcall

9 message

Saat ku lihat siapa yang sebanyak itu menghubungi ku,ternyata semua nya adalah Justin. Pesan dan panggilan tak terjawabnya. Hampir semua isi nya sama yaitu menanyakan; aku dimana. Aku mengabaikan pesan-pesan itu. Dan kembali tidur karna kurasakan pening yang masih menjalar di kepala ku.

***

Aku sudah sampai di lobby hotel ku. Austin yang mengantar ku. Dia memilih mengantar sampai kamar meskipun aku sudah melarang nya.

Aku berjalan menuju kamar ku. Kulihat Justin sedang berjongkok di depan pintu kamar hotel ku. Apa yang di lakukannya disana?

"Justin?" Aku memanggil nya saat sudah di depannya. Dia mendongak dan langsung bangun. Setelah itu yang terjadi Justin memukul wajah Austin kencang sampai dia jatuh tersungkur.

"Justin apa yang kau lakukan?!" Aku berteriak kaget,tak percaya melihat apa yang Justin lakukan.

"Bajingan!" Ku dengar Justin memaki Austin. Dia hampir memukul wajah Austin kedua kalinya tapi gagal karna aku menghalangi nya dan terjadilah pukulan itu mendarat di pipi ku. Sakit.

"Jane! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau malah membela bajingan kecil itu!" Bentak Justin tapi sekarang dia tampak khwatir melihat darah keluar dari bibir ku.

"Dia bukan bajingan,dia teman ku." Ucap ku memaksa kan diri padahal sebenarnya bibir ku sakit sekali.

"Teman? Dia telah meniduri mu dan kau bilang teman?!" Justin kembali membentak ku. Kupikir dia akan meminta maaf dan tidak membentak lagi,tapi ternyata aku salah.

Austin membantu ku bangun.

"Bukan urusan mu. Kau tahu,aku sangat frustasi saat ini. Aku butuh teman dan bukan bentakan." Ucap ku marah. Karna memang aku tidak bisa di bentak seperti itu,terlebih oleh Justin yang notabene nya adalah sahabat ku.

"Kenapa harus dia? Kenapa bukan aku?" Tanya Justin heran.

"Karna kau sama saja akan mengingatkan ku tentang Adel. Aku butuh seseorang yang jauh dari permasalahan Adeli. Mengerti." Aku masuk ke dalam kamar hotel ku dan meninggalkan Justin mematung disana.

Sejenak aku berpikir betapa bodohnya aku saat ini. Tapi aku benar-benar frustasi. Aku sempat melupakan tentang Adel tadi saat bersama Austin. Tapi sekarang,aku kembali mengingat dia yang pergi dan entah sekarang ada dimana.

Aku memang bodoh.

………………

Continue Reading

You'll Also Like

513K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
62.1K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
135K 10.5K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...