Happiness

By karaveekaa

6.3M 279K 6.3K

Ayu tak mau bayi dalam kandungannya di aborsi oleh Refan, pria yang menghamilinya sekaligus kekasihnya. Tapi... More

prologusss
1.MENCINTAI BAJINGAN
2. MY LOVE
3. DADDY!!?
4. THIS IS YOUR HUSBAND?
5.BITCH
6. MEMILIH YANG TERBAIK
⚠⚠7.PROMISE⚠⚠
8.MY...SON??? NO!
⚠⚠9. JAGOAN SAKIT⚠⚠
!SANGAT PENTING!
⚠⚠10. LINDU AYAH⚠⚠
⚠⚠11. KEBIASAAN KECIL⚠⚠
⚠⚠12.KENYATAANNYA!!⚠⚠
⚠⚠13. ARGIO LISKIA JUPITER⚠⚠
14. FLASH BACK
15. MAMA BOONG!
16. ALWAYS WITH YOU DADD ❤
17. FLASHBACK WITH ANGGA
DI BACAA !!
18. MARRY ME?
19.SHAVA AND ARGI
20. MY SON!!
21. KEBAKARAN!!
22.AYAH BARU??
23. RESTU AYAH
24. DEA?!
25. WEDDING DAY
26. GADIS CENGENG?
DI BACA!!!
28. FAMILY GOALS
29. THE DOCTOR
30. NEW PROBLEM
31. AYAH...MAMA
32. BUNUH SAJA AKU!
33. DUBAI STORY
34. KISS AND SAD
35. MARISA SICK?
36. SORRY
37. MARISKA AND AYAY
38. DIA
39. MARISKA & AYAY
TOKOH PEMERAN (2)
40. TENTANG MEREKA
41. TEMAN MAIN
42. DIA ANAKKU?
42. MIKA AND DIKA
43. SWEET HUBBY END
INFO PENTING

27.PELUKAN AYAH MAMA

118K 5.7K 84
By karaveekaa

Happy reading...

Sore harinya...

Tok... Tok...

Refan sedang nonton TV dengan Gio. Sedangkan Ayu sibuk berkutat di dapur dengan panci-panci dan lain sebagainya. Ia sama sekali tak mendengar ada suara orang yang mengetuk pintu di depan sana.

Di ruang keluarga.
Gio duduk nyaman di pangkuan ayahnya. Mereka tampak menikmati acara di TV bersama. Sebenarnya bukan mereka, karena Refan tak suka nonton film Upin&Ipin, bukan seperti Gio. Dari tadi Refan terus memohon minta di ganti siaran lain tapi Gio juga tidak mau nonton berita seperti yang Refan inginkan. Jadi sebagai ayah yang baik, Refan mengalah. Yang menyebalkannya, Ketika Refan ingin ke kamar untuk nonton. Gio malah ingin terus nonton dengan posisi dia di pangku ayahnya. maka Refan tak bisa apa-apa selain ikut nonton juga.

Tok... Tok...

Refan mengambil remote TV dan mengecilkan volume TVnya. Wajah Gio langsung berumah kesal.

"Ck ayah jangan di kecilin yah" protes Gio menatap ayahnya tak suka.

"Eh Gi. Kamu dengar suara ketukan pintu tidak?"

Tok... Tok...
Kali ini suara terdengar sedikit keras.

"Iya yah" Gio mengangguk.

"Buka pintunya sana. Ayah tunggu di sini"

Tiba-tiba lewatlah Ayu yang tak sengaja mendengar ucapan Refan.
"Kenapa menyuruh pada anak kecil? Kau ini"

Lalu Ayu menatap Gio.
"Ayo sayang kita buka pintunya" ajak Ayu. Gio pun berjalan bersama Ayu sampai ke pintu depan.

Ketika pintu sudah di buka. Ternyata Shava datang dengan baby sitter nya. Si pengasuh itu tersenyum pada Ayu.
"Selamat sore mbak. Maaf mengganggu, tapi anak majikan saya yang ingin datang ke sini" ucap di pengasuh Shava merasa tak enak mungkin karena ia pikir mengganggu waktu keluarga.

"Argi, ayo kita main!" ajak Shava girang sambil menarik-narik tangan Gio.

Gio langsung mendongak menatap ibunya untuk di minta persetujuan.
Akhirnya Ayu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Boleh. Tapi jangan nakal ya"

"Asik!! Makasi mama. Daah Gio pergi main dulu"

"Dah aunty" Shava melambaikan tangannya sambil berjalan bersama Gio.

Ayu ikutan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Ayu pun langsung menutup kembali pintu rumahnya saat Shava,Gio dan si pengasuh itu sudah pergi.

BRUKK

Kepala Ayu terasa sakit karena menabrak bahu lebar Refan. Pria itu kini malah menatapnya datar.

"Kenapa kau berdiri di situ?" kata Ayu marah-marah.

Refan malah menaikkan sebalah alisnya.
"Kenapa kau tidak lihat? Apa tubuhku kurang besar dan tinggi?"

Merasa tak ada gunanya berdebat dengan Refan. Ayu pun langsung berjalan pergi sambil memutar bola matanya jengah. Lebih baik menyambung lagi pekerjaannya tadi di dapur.

Sesampai di dapur. Ayu merasa Refan juga mengikutinya sampai dapur. Karna ia mendengar suara kursi menderit tergesek lantai. Ayu pun melihat ke belakang. Dan benar saja, Refan memang duduk di kursi meja makan. Ia malah menatap Ayu dengan datar.

"Mau aku buatkan sesuatu?" tawar Ayu saat melihat wajah Refan yang datar. Mungkin dia lelah atau bisa jadi lapar?

"Duduklah dulu. Kau dari tadi terlalu sibuk dengan panci-panci itu" kata Refan dengan intonasi datarnya.

Ayu pun menurut. Ia duduk di hadapan Refan. Ah ya! Tadi saat cuci piring Ayu sedang memikirkan tentang pembicaraan tadi siang dengan Gio di ruang TV.

"Ref. Ini masalah perkataan Gio tadi di ruang keluarga. Aku hanya ingin memastikan sesutu"

"Apa?"

"Kalau dalam pernikahan ini kita hanya mengasuh satu anak saja. Yaitu Gio"

"Apa maksudmu?. Apakah kau tidak lagi mau hamil anakku?"

"Tidak, karena pernikahan ini aku persembahkan hanya untuk Gio. Ini cara satu-satunya agar Putra kesayanganku bahagia"

Refan diam sejenak. Jadi ternyata Ayu tidak mau lagi mengandung anaknya yang kedua. Kenapa? Apakah Gio alasanaya. Ia memang tak berharap dengan kedatangan anak kedua. Tapi ia hanya tak suka Ayu berbicara begitu padanya. Refan merasa di rendahkan di sini.

"Kenapa kau bicara begitu. Apakah karena Gio tidak ingin punya adik?"

"Memangnya kenapa? Kau menginginkan anak kedua?" tanya Ayu sengit. Ia malah tak percaya Refan berkata begitu.

Refan diam lagi.
"Tentu, jika tuhan menghendaki" ucapnya lalu pergi begitu saja. Ia hanya berkata, nyatanya ia tak berharap sama sekali pada anak kedua ketiga atau bahkan keempat.

Untung Refan sudah pergi. Jika tidak mungkin ia bisa melihat bagaimana merahnya wajah Ayu saat ia berkata begitu.

×××××

"Ayo sini dulu mama pakaikan popoknya. Nanti kamu ngompol lagi" Ayu menarik pergelangan kaki Gio hendak ingin memakaikan bocah itu popok.

Jika tidak nanti Gio ngompol di kasur. Kalau tidak di pakaikan popok sebelum tidur, mana mau nanti Gio bangun tengah malam hanya untuk membuang air kecil. Jadi Ayu memakaikan saja Gio popok balita. Selesai mamakaikan popok. Mereka langsung tidur bersama  di atas ranjang king size itu.

Ayu tidur dengan posisi biasanya. Setiap malam Ayu tidur dengan kepala Gio di sandarkan dadanya, karena posisi itu yang Gio sukai. Gio melihat Refan, ayahnya malah tidur membelakanginya.

"Kok ayah tidak peluk Gio ma?" kata Gio sedih.

Ayu tak berani bersuara. Ia hanya diam saja.
"Sudahlah, tidur mama peluk saja" kata Ayu menenangkan.

Gio masih kelihatan sedih. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Oh atau mama bacakan dongeng pangeran kodok ya?" tawar Ayu lagi.

Gio menggeleng tidak mau. Entah kenapa bisa ia menolak di bacakan dongeng kesukaannya itu.
"Ayah! Ayah peluk Gio juga ayah!!" Rengek Gio dengan begitu manjanya sambil memukul-mukul kecil punggung lebar Refan dengan tangan mungilnya.
"Ayah" rengeknya lagi.

Akhirnya Refan berbalik badan.
"Kenapa Gio?"

"Mau tidur di peluk sama ayah sama mama" rengeknya lagi sambil menarik tangan Refan agar berposisi di atas perut Gio.

Refan dan Ayu saling pandang canggung. Refan menghela nafas sambil tersenyum datar.

Mereka pun tidur saling berpeluk pada Gio. Untuk menghindari rasa canggung satu sama lain antara Refan dengannya. Ayu langsung berpura-pura tidur. Ia langsung beraksi, memejamkan matanya seolah ia sudah tertidur.

Perlahan mata Refan terbuka, ia melihat bulu mata Ayu yang lentik itu sedikit bergerak-gerak.
"Aku tahu kau belum tidur"

Dengan keras kepala Ayu masih kekeh menutupkan matanya. Berharap rasa kantuk segera menyerangnya dan mebuatnya tertidur pula detik itu juga.

"Ayolah Ay, kau bukan artis yang aktingnya Bagus" Refan terkekeh.

Ayu langsung membuka matanya kembali dengan malas.
"Kenapa lagi kau ini?" tanya Ayu dengan intonasi tak suka.

"Tidak ada"

"Kalau begitu jangan ganggu aku. Aku mau tidur"

Refan langsung kencengah Ayu. Dan itu membuat wanita itu kesal.
"Ck. Kenapa lagi?"

"Ay bolehkah aku bertanya?" tanyak Refan dengan menatap mata Ayu intens.

Dari mata itu dan nada suaranya, Ayu sama sekali tidak melihat ketidak seriusan.
"Apa?"

"Apakah anakku merepotkanmu saat ia masih dalam kandungan?"

Ah pertanyaan itu!

Pertanyaan Refan membuat Ayu tercengang. Ternyata ia masih mau tau tentang Gio saat dulu masih bersatu tubuh dengannya. Ayu pikir Refan tak mai tau apapun.

"Kenapa kau bertanya begitu?"

"Tidak, aku bertanya karna kau kan sendiri tanpa aku saat itu. Bagaimana denganmu saat nginam?"

Kepala Ayu menunduk sambil tersenyum kecut.
"Gio banyak meminta ini itu saat malam jad-"

"Jadi kau keluar malam-malam dengan keadaan hamil demi memenuhi ngidammu?" Refan membulatkan matanya tak percaya. Baru kali ini ada ibu hamil yang mandiri. Dan semua ini karena kesalahannya.

"Tidak begitu. Aku juga takut keluar sendirian. Jadinya aku berjanji pada Gio, besok aku akan membelikannya untuknya" ucap Ayu agak sedih mengingat masa-masa kesendiriannya. Hamil tanpa seorang suami itu sangat menyedihkan bagi wanita hamil manapun.

Kali ini Refan benar-benar merasa bersalah. Andai dia ada di saat-saat Ayu susah. Mungkin hidup wanita itu dan anaknya tidak akan sesedih itu. Menderita dalam kemiskinan sedangkan ia sendiri bahkan bisa tidur di dalam kolam uang.

"Inilah yang membuatku menerima lamaranmu. Dari Gio masih dalam kandunganku, ia tidak pernah bahagia. Kami hidup miskin, membeli baju setahun tak lebih dari sekali. Keinginan ngidamku kadang tak terpenuhi juga" Ucap Ayu dengan begitu sedihnya mengingat masa-masanya mempertahankan Gio.
"Kadang aku bersyukur keinginan yang Gio minta saat masih dalam kandungan masih mampu kubeli. Tapi kau tahu, pernah sekali aku mengidam ingin sekali memakan pizza. Tapi aku menahannya, aku memberikan anakku pengertian kalau ibunya tak punya uang untuk membelikan keinginanya yang mahal itu. Tapi untung saja aku bisa melalui semua itu" timpal Ayu sambil tersenyum tabah.

Refan begitu merasa bersalah. Ternyata kasihan sekali anaknya saat masih dalam kandungan ibunya yang tak punya apa-apa. Ayu benar, Gio tak pernah bahagia. Ia hanya kaya akan Kasih sayang dari ibunya.

"Ay, ak-aku minta maaf telah meninggalkanmu saat itu sendirian apalagi dalam kondisi hamil anakku. Harusnya aku ada untukmu, menjagamu dan kandunganmu. Bukan malah ingin mengugurkan Gio dan pergi ke London"

Ayu tahu Refan benar-benar merasa bersalah saat ini. Tampak dari matanya yang mulai berkaca-kaca dan nada bicaranya yang begitu terdengar sedih.

"Sudahlah, semuanya telah berlalu" Ayu tersenyum kembali.

"Aku menyesal sekali Ay"

"Sudahlah. Jangan berisik nanti Gio bangun"

Refan menganggukkan kepalanya.
"Terima Kasih banyak ya Ay. Karena kau sudah bersedia memperjuangkan anak kita untuk bisa hidup, menikmati indahnya dunia ini. Mengenal ayah dan ibunya"

"Iya"

Setelah itu.

Canggung.

Mereka berdua sama-sama diam dengan menatap Gio yang tertidur pulas dalam pelukan keduanya.

Sumpah demi apapun. Yang Ayu inginkan saat ini adalah, semoga malaikat penabur rasa kantuk segera memberikannya rasa kantuk dan kemudian dengan segera ia tertidur pulas. Larut dalam mimpi nya yang Indah.

"Ay"

"Hmm. Kenapa, apakah kau lapar? Ingin aku buatkan sesuatu?"

Refan menggelengkan kepalanya.
"Bolehkah aku menciummu?"

Sepertinya pendengaran Ayu salah menangkap ucapan Refan tadi.
"Hahh? Ap-"

Ucapan Ayu terputus ketika mulutnya merasakan sesuatu yang Wangi dan kenyal membekap mulutnya.

Perlahan dapat Ayu rasakan mulut di atasnya itu bergerak pelan. Munafik jika Ayu menolak ciuman ini. Karena Ayu selalu bermimpi bisa berciuman lagi dengan Refan.

"Ayah? Mama?" Dengan suara serak baru bangun tidur Gio mengelurkan suaranya. Kedua tangannya bergerak mendorong dada Ayu dan Refan agar terpisah.

Karena ulah Gio yang mendorong dada kedua orang tuanya dengan pelan menggunakan tangan mungilnya. Ciuman Ayu dan Refan pun berakhir sudah. Refan dan Ayu sama-sama memelotot melihat Gio yang juga tengah menatap mereka dengan bingung.

"Ayah sama mama ngapain?" tanya Gio polos pada ayah dan mamanya.

Seketika pipi Ayu berubah memerah malu. Sedangkan Refan tampak salah tingkah dengan menggarukkan tengkuknya garing.
"Gio melihatnya ya?"

Gio mengangguk sambil tersenyum lucu.
"Ayo ayah dan mama coba lakukan lagi. Itu lucu sekali, Gio suka melihatnya. Ayolah ayolah.... Heuu... Ayolah lagi mama... ayah..." rengek Gio sambil terus memaksa agar orang tuanya mengulang adegan dewasa barusan.

Pipi Ayu semakin memerah.
"Sayang itu tidak boleh di lihat anak sekecilmu. Ayo tidur" kata Ayu dengan tegas sambil memperbaiki letak selimut Gio.

Wajah Gio berubah kecewa. Tapi tak apa, nanti lain kali ia akan meminta ayah dan mamanya melalukan hal seperti barusan. Itu lucu!

×××××

Setelah melihat jam di dinding kamar yang menunjukkan tepat ke angka 6 pagi teng!

Ayu langsung bangun. Beranjak ke dapur. Ia berjalan ke wastafel, mencuci muka dan berkumur-kumur di sana.

Pagi ini Ayu akan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Yah, suami. Ayu tersenyum kecut bila membayangkan kalau akhirnya ia sudah menikah dan memiliki suami. Dan yang membuat Ayu senyum lagi ketika mengingat pria yang menjadi suaminya adalah Refan. Cinta pertamanya yang brengsek itu. Pria yang membuatnya mencintai tanpa berpikir untuk membenci lagi.

Tak lama memasak akhirnya nasi sudah siap. Lalu Ayu berjinjit sedikit untuk mengambil piring di lemari atas kompor. Sialnya lemari itu agak tinggi.

Ayu menghela nafas kecewa karena tak bisa mengambil mangkuk nasi di atas rak lemari itu. Ia pun tak mau menyerah dan berjinjit lagi, bahkan berlompat beberapa kali.

Saat Ayu hanya mendongak menatap mangkuk itu dengan sedihnya. Tiba-tiba Ayu merasakan di belakangnya ada seseorang, dan sebuah tangan besar meraih mangkuk yang berada di rak atas. Tangan besar memagang mangkuk itu berhenti di depan perut Ayu.

"Dasar kecil"

Dengan gugup dan jantung berdebar-debar Ayu mengambil mangkuk itu dari tangan yang sudah pasti milik Refan.

Ayu berbalik dan menatap datar Refan.
"Aku tidak kecil, rak ini saja yang tinggi"

Refan hanya tersenyum miring saat Ayu membela dirinya.
"Lihatlah, tinggimu hanya sebahuku. Jika kita berjalan berdua mungkin kita kelihatan seperti adik abang. Bukan suami istri"

"Tinggiku ini ideal untuk wanita. Dan, terserah kau bicara apa" Ayu tak mau ambil pusing dan langsung memasukkan nasi goreng yang tadinya masih di atas wajan kini ke atas mangkuk besar khusus nasi.

Tak sanggup berlama-lama berdiri. Akhrinya Refan duduk di kursi meja makan.

For god sake! Tubuh mungil memakai apron itu kelihatan begitu seksi di mata Refan. Tangannya yang lincang memotong bawang, lalu memasukkan bawang-bawang itu ke dalam minyak panas untuk di goreng.

"Ay kau kelihatan seksi sekali" ucap Refan reflek.

Ayu langsung berbalik badan menatap Refan.
"Hahh? Kau bilang apa tadi? Aku tidak dengar. Kau ingin nasi?" kata Ayu polos. Ia benar-benar tak mendengarkan apapun karena fokus pada bawang gorengnya.

Refan langsung tersadar kalau dia sudah kelewat batas.
"Ah iya aku mau nasi" kata Refan berkata lain sambil garuk-garuk kepala.

"Tunggu sampai Gio bangun dulu"

"Ah iyaya" pungkas Refan kembali memperhatikan tubuh Ayu yang sedang memasak dari belakang.

Kau begitu sempurna Ay. Entah kapan aku bisa mencintaimu. Batin Refan.

"Ayah! Gendong ayah! Gio mau duduk juga. Tapi kurisnya tinggi, Gio tidak sampai" kata Gio dengan suara keras.

Ayu hanya diam melihat Refan hanya melamun menatapnya.
"Refan! Gio tidak sampai untuk duduk di kursi. Tolong dia sebentar. Hei! Kenapa kau melihatku seperti itu!!"

"Akh! Iyayaya maafkan ayah sayang, maaf" Refan cengir kuda sambil menggaruk tengkuknya.

Padahal Gio sudah lama berdiri di situ meminta tolong pada Refan agar ayahnya itu mau membantunya naik ke kursi. Tapi ayahnya hanya melamun melihat mama yang sedang memasak.

"Oke, ayo kita sarapan!!" kata Ayu dengan girang sambil membawa sajian makanan ke atas meja makan.

Dengan perut keroncongan. Begitu melihat ada makanan di atas meja. Mereka langsung menikmatinya tanpa tunggu lama.

Tbc...

Tinggalkan vote dan comment kalian!

Aku terharu lho. Sampe sejauh ini kalian masih Setia, aighooo 😗😗😗😗
Voment ya

Continue Reading

You'll Also Like

487K 19.9K 35
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.6M 96.3K 65
Mahrendra Yakamuza kehilangan istrinya tepat setelah resepsi pernikahan. 2 tahun setelahnya dia bertemu dengan Reina Almira kakak dari mendiang sang...
33.5K 2.4K 35
SMA Dirgantara menjadi tempat menyimpan kenangan antara Megan dan Ardhan, tujuh tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui tentang kisah cinta mereka...
364K 17.7K 52
Shayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkr...