Soft Of Voice

Av chusniahne

78K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... Mer

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
FOURTY TWO
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

EP ㅡ 1

451 65 4
Av chusniahne

Seungcheol tak henti-hentinya memeluk Ahrim yang berdiri disebelah ranjang mereka, Seungcheol membawa Ahrim dalam pelukannya, semakin lama semakin erat dan semakin tak ingin lepas. Tak hanya berpelukan, Seungcheol sering menghujani ciuman di kening Ahrim beberapa kali. Hal ini membuat Ahrim terkekeh geli karena melihat kelakuan suaminya yang sangat terlihat manja. Ahrim menepuk punggung Seungcheol perlahan lalu membelainya lembut. "Kau yakin ingin masih seperti ini, Seungcheol?"

Seungcheol mengangguk mantap. Dia terlihat terus menghirup aroma tubuh istrinya yang begitu di rindukannya itu. Sejujurnya Seungcheol ingin marah, tapi ini benar-benar kejutan yang sangat tak terduga. "Aku sama sekali tak berpikir untuk melepaskan pelukan ini Ahrim."

"Aku rasa Sanha menangis, Seungcheol." Ahrim berkata bahwa dia ingin lepas, tapi tubuhnya sama sekali tak menunjukkan bahwa dia ingin melepaskan pelukannya bersama Seungcheol. Keduanya mendengar tangisan Sanha yang cukup keras. "Aku harus menyusuinya sekarang, Sayang."

Mendengar kata 'Sayang' yang keluar dari bibir Ahrim karena hal itu sangat jarang disebut Ahrim, maka Seungcheol mendengus kesal. Menyerah dengan panggilan paling mengesankan dari bibir Ahrim itu. Suara lembutnya langsung menusuk di otak Seungcheol lalu membuatnya ditumbuhi banyak bunga.

Akhirnya setelah hampir lima belas menit pelukan tersebut, Seungcheol mau melepaskannya. Tatapannya sama sekali tak ingin jauh dari Ahrim. Ahrim terkekeh menatap mata Seungcheol yang sembab dan bengkak akibat menangis selama dua hari.

Blak blak blak.

Keduanya kaget dan segera menoleh ke arah pintu. Suara kecil yang dihasilkan dari pukulan tangan ke pintu itu menginterupsi tatapan sendu keduanya. Ahrim dan Seungcheol bisa menebak bahwa itu suara yang dihasilkan oleh Haneul. Putri kecil nan pintar mereka.

"Mama! Papa! Haneul boleh masuk?"

Ahrim tersenyum manis. Seungcheol segera meraih pinggang Ahrim, dia benar-benar tidak ingin jauh dari Ahrim sekarang. Tidak untuk sedetik saja. Ahrim menatap Seungcheol, sedikit memicingkan matanya pada suaminya itu. Seungcheol hanya mengangkat kedua bahunya, sok tidak tahu dengan apa yang dilakukannya. Ahrim terkekeh. Ahrim berjalan bersama Seungcheol menuju pintu kamar mereka yang masih diketuk oleh putri kecil mereka dengan ritme yang sama. Kanan kiri, kanan kiri sambil terus memanggil keduanya.

"Mama! Papa! Mama! Papa! Mam──" Pintu terbuka, Haneul terdiam sambil menyembunyikan kedua tangannya ke belakang badannya. Tatapan Haneul menatap kedua orang tuanya dengan bersinar. "Mama, kata glandma Mama diminta susuin adek, dali tadi nangis, wajahnya melah."

Mendengar hal itu Ahrim langsung melepaskan pelukan Seungcheol dan menepuk pelan pipi Haneul sebelum meninggalkan keduanya dengan tatapan bingung, terlebih Haneul yang tak tahu apapun. "Kok Mama pelgi, Pa?"

Seungcheol tersenyum. Kini dia menundukkan badannya bertumpu pada kedua lututnya, menyejajarkan tingginya dengan putri cantiknya. Seungcheol menarik kedua tangannya dan menangkup pipi Haneul yang gembul dan merah. "Mama khawatir sama adek, Sayang. Haneul kasian sama adek juga kan?"

"Iya, Pa kasian. Adek nangis telus, digendong glandma nggak mau diem. Digendong tante Ayin sama om Jisoo juga nggak mau diem. Oma opa gendong juga. Haneul mau gendong adek juga, Pa. Tapi dimalahin oma, katanya Haneul belum boleh gendong, masih kecil."

Haneul memajukan bibir kecilnya, membuat Seungcheol terkekeh. Seungcheol mengusap lembut rambut lurus setengah ikal milik Haneul, memberinya pengertian bahwa Sanha──adik Haneul──masih sangat ringkih mengingat dia baru berumur beberapa hari. "Sayang, oma bukan memarahi Haneul, tapi oma memberitahu Haneul. Dan benar kata oma, Sanha masih bayi, hanya boleh digendong orang dewasa terutama Mama. Tante Arin juga tidak berani menggendong Sanha, dia baru berani jika seseorang ikut membantunya, contohnya om Jisoo."

"Tapi Tante Ayin tadi memangku Sanha, Pa."

"Itu karena tante Arin belajar, nantinya tante Arin juga akan memiliki adik bayi seperti mama."

Haneul terlihat berfikir lalu mengangguk. Seungcheol langsung menggendong putrinya itu. "Kita lihat mama menyusui Sanha, kau mau, Sayang?"

"Haneul mau, Pa!" Seungcheol langsung menggendong Haneul sambil berjalan menuju kamar Sanha. Selama perjalanan menuju kamar Sanha yang sebenarnya tidak jauh itu, Haneul terus bertanya tentang masa kecilnya. Seungcheol memutuskan untuk masuk ke kamar Haneul, bermain leggo sambil menceritakan masa kecil Haneul. "Pa, dulu Haneul juga sepelti adek Sanha?"

Seungcheol mengulas senyuman manisnya. Menurunkan Haneul dan mulai mengambil leggo pemberian Eunwoo dan Yein ketika di Singapura. Haneul menguap. "Papa Haneul mengantuk."

Seungcheol tersenyum. "Kan Papa belum cerita tentang masa kecil Haneul, kok udah ngantuk?"

"Tapi sudah jam satu lebih, sudah jamnya Haneul bobo siang, Pa." Haneul berkata dengan setengah merengek. Belum sempat Seungcheol menjawab, pintu kamar Haneul terbuka, menampilkan Ahrim sambil menggendong Sanha yang terlelap, wajahnya terlihat masih segar. Seungcheol menoleh ketika Haneul berjalan sambil mengucek mata besarnya. Haneul termasuk orang yang tak bisa ditolerir untuk masalah tidur, dia sama persis dengan Seungcheol. Haneul memeluk kaki Ahrim. "Mama, Haneul ngantuk."

Seungcheol menatap Ahrim yang juga menatapnya lalu terkekeh, Ahrim membimbing Haneul untuk masuk ke kamarnya sambil masih menggendong Sanha. "Haneul tidur sama Papa ya? Mama masih menggendong Sanha, Adek masih rewel."

Haneul hanya mengangguk. "Cuci tangan kaki dan ganti baju ya, Nak." Ahrim berkata yang diangguki lagi oleh Haneul. Ahrim berjalan menuju kursi dekat jendela Haneul, di dekat Seungcheol yang kini merangkul pundaknya. "Seungcheol, bisa kau menidurkan Haneul sebentar? Aku akan menidurkan Sanha dulu baru kita bicara berdua di kamar."

"Bagaimana aku menidurkan Haneul, Sayang?" Ahrim tersenyum manis. Selama empat tahun lebih menjadi seorang papa dari Haneul, Seungcheol sama sekali belum pernah ikut menidurkan Haneul ketika dia tumbuh menjadi anak-anak. Seungcheol baru beberapa kali menidurkan Haneul ketika masih bayi.

"Temani saja dia, dia sudah mengantuk, tak ada setengah jam dia akan tidur. Aku menunggumu," kata Ahrim berdiri lalu mendekati Seungcheol. Mata keduanya masih saling tatap ketika Ahrim terus mendekatkan wajahnya pada wajah Seungcheol. Tangan kanannya diletakkannya di dada kiri Seungcheol. Tanpa aba-aba, Ahrim mencium singkat bibir Seungcheol, hanya diam lalu Seungcheol melumat nya karena tak ingin melewatkan detik yang terbuang. Beruntung adegan mereka tak disaksikan oleh Haneul yang telah kembali dengan kaos berwarna pink dan bergambar ponytail──kuda poni kesayangan Haneul di serial kartunnya sore hari──dan celana panjang bergambar lipstick dimana-mana.

"Aku menidurkan Sanha dulu." Ahrim berkata sambil menepuk pipi Seungcheol. Ahrim membenarkan posisi Sanha yang bergerak. Sebelum keluar kamar, Ahrim mengelus dan mencium kepala Haneul. "Haneul tidur dengan Papa tak apa, kan?"

"Iya, Ma." Haneul mencium bibir Ahrim dengan cepat lalu naik ke ranjangnya. Ahrim segera kembali ke kamar Sanha sedangkan Seungcheol menidurkan Haneul. Mama mertua nya terlihat tertidur di sofa dekat baby box milik Sanha yang dulunya milik Haneul.

Dengan hati-hati Ahrim meletakkan Sanha di baby box miliknya. Menepuk-nepuk pelan pantat merah Sanha yang terbalut kain khusus untuk bayi karena Sanha terus bergerak. Setelah lima menit Sanha kembali tertidur pulas, Ahrim membangunkan mama mertuanya. "Ma, Mama tidur di kamar Mama aja."

Mama mertuanya terlihat terbangun dan tersenyum, membuat Ahrim juga tersenyum manis. "Sanha udah tidur, Ma. Mama mau tidur disini apa ke kamar aja? Ahrim mau ngobrol sama Seungcheol sebentar."

"Mama disini saja, Sayang. Bicaralah pada Seungcheol, Mama akan menjaga Sanha saja."

"Iya, Ma," kata Ahrim sambil tersenyum manis. "Seungcheol sedang menidurkan Haneul dan dia terlihat sangat hancur, Ahrim jadi merasa bersalah."

"Baiklah, temui suamimu, Sayang. Lebih baik kau yang menunggu dari pada dia. Aku yakin dia tak kuasa untuk memelukmu setelah ini." Mama terkekeh diiringi kekehan Ahrim. Ahrim berjalan mendekati mama mertuanya lalu memeluknya erat.

"Makasih udah bantuin Ahrim atas rencana ini ya, Ma. Makasih buat jagain Sanha sama Haneul selama Ahrim di rumah sakit."

Mama mertuanya itu membelai rambut Ahrim sambil melepas pelukannya. Tersenyum manis. "Meskipun Mama kurang setuju awalnya, tapi Mama tahu kau pasti merencanakan sesuatu. Ketika Mama mengerti bahwa kau menguji cinta putraku, dan hasilnya sungguh memuaskan, Mama tidak masalah, Sayang."

Ahrim kembali memeluk erat ama mertuanya. "Pergilah Ahrim, Haneul cukup cepat dalam hal tidur. Arin sudah mengurus beberapa perlengkapan yang tertinggal di bawah bersama Jisoo. Aku sungguh menyukai pasangan itu."

"Aku juga tidak menyangka mereka akan bersama, Ma. Ahrim ke kamar ya, Ma."

Mama mertua Ahrim hanya mengangguk sambil tersenyum. Sejenak sebelum Ahrim keluar, Ahrim menyempatkan diri melihat putranya yang tertidur pulas. Lalu keluar dan berjalan menuju kamarnya. Ahrim tak lupa menyempatkan diri melihat keadaan di lantai bawah. Masih banyak orang di sana, termasuk Yein dan Eunwoo serta putranya, Arin Jisoo, mama dan papanya, dan beberapa teman mereka yang lain. Mereka terlihat bermain permainan uno serta makan camilan. "Semuanya, aku urus Seungcheol dulu ya."

Semuanya mengangguk, tanpa berbicara dan masih melanjutkan permainan mereka. Tepat disaat yang sama sepasang tangan bertaut di perut Ahrim. Pekikan pelan terdengar dari mulut mungil Ahrim karena kaget. Ahrim menoleh dan mendapati suaminya meletakkan dagu tegasnya di pundak kiri Ahrim. Memeluk erat perutnya lalu menggiring istrinya menuju kamar mereka. "Apakah Haneul sudah tidur, Seungcheol?"

"Dia terlalu cepat tidur, Sayang."

Ahrim terkekeh pelan tatkala Seungcheol menutup lalu mengunci pintunya. Seungcheol membalikkan badan Ahrim, menatap matanya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ahrim ikut menatap Seungcheol dengan tatapan penuh cinta pula, kedua tangannya ia tautkan di pundak Seungcheol.

"Bisa beri penjelasan atas kejadian yang lalu, Sayang?" Seungcheol mengecup bibir Ahrim singkat usai mengatakan hal tersebut. Ahrim tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Seungcheol terus tersenyum sambil melihat gelagat istrinya yang menurutnya lucu itu. Seungcheol mencium puncak kepala Ahrim ketika Ahrim menunduk. Membuat darah Ahrim berdesir hebat. "Kau membuatku hampir gila hanya karena kau tak di sisiku selama dua hari, Ahrim. Aku. Benar. Benar. Gila."

"Jadi Seungcheol, kau benar-benar kehilangan aku ketika aku pergi dua hari ini?" Ahrim menatap mata suaminya yang masih sembab. Seungcheol mendekatkan wajahnya pada sisi kanan kepala Ahrim. Napas Seungcheol terasa di telinga kanan Ahrim, hangat dan membuatnya meremang. Lelaki itu menyunggingkan senyum ketika tangannya dengan cekatan menarik tubuh Ahrim hingga terhimpit dengan badannya. Ahrim terperanjat dan sontak merapatkan tautannya.

"Seungcheol! Kau──"

"Aku merindukan apapun tentangmu, Sayang. Bahkan menggodamu pun aku sangat sangat merindukannya."

"Kurasa kau semakin nakal Seungcheol."

"Itu karena kau."

"Bagaimana bisa aku membuatmu lebih nakal?"

"Kau membiarkanku merindukanmu, Ahrim."

"Itu berarti kau benar-benar mencintaiku, Seung──ups aku lupa seharusnya aku memanggilmu dengan──"

Ahrim menggantungkan kata-katanya. Membuat Seungcheol memiringkan kepalanya sedikit ke kanan dan mengangkat kedua alisnya tanda tak tahu. "Dengan?"

"Sayang."










---

yeay!
udahan nih hiatusnya chus huEHE

oiya mau kasi tahu,
em aku masih bingung sama 'Melody' aku entah harus gimana, aku bingung mau gimana karena jujur aja idenya gaada😔😔
tapi gabakal hapus or unpublish kok. masih ada cuma slowupdate bgt.

doakan aku udah semester 3 aja dan kuliahnya makin syusyaaah🙏

note: EP ㅡ Extra Part

Fortsett å les

You'll Also Like

280K 23.9K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
82.2K 10.7K 116
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
106K 7.7K 51
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
271K 21.3K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...