Just be Mine [Sudah Terbit]

By beliawritingmarathon

7.1M 384K 16.1K

[Sudah Terbit - Tersedia di toko buku] Just be Mine "Kenapa juga gue harus suka sama lo?" a novel by PIT SAN... More

Prolog
[Part 1] Kita Perlu Bicara!
[Part 2] The Sassy Girl Adela
[Part 3] Sial Bertubi-tubi
[Part 4] Signature
[Part 5] No Choice
[Part 6] Saran Teman Baru
[Part 7] Semakin Kukejar Semakin Kau Jauh
[Part 8] Hide and Seek
[Special Part] 1 Bulan BWM
[Part 9] Perfect Escape
[Part 10] Berbalik Keadaan
[Part 11] Mengejarmu
[Part 12] Kupon yang Hilang
[Part 13] Kupon Misterius
[Part 14] Curiously
[Part 15] Sengatan Aneh
[Part 16] Arlov
[Part 17] You are Something
[Part 18] Keraguan
[Part 19] Menanti Pembuktian
[Part 20] Pembuktian
[Part 21] Adela Kupon
[Part 22] Ada yang Hilang
[Part 23] Manis
[Part 24] Bersaing
[Part 25] Tidak Biasa
[Part 26] Escape Together
[Part 27] The Real Competition
[Part 28] Patah Hati
[Part 29] Please Don't Leave Me!
[Part 30] Cewek Keras Kepala!
[Part 31] Tanya Hati
[Part 32] Not Special
[Part 33] Break
[Part 34] Memory
[Part 35] Perasaan Aneh
[Special Event] #TanyaPenulisBWM
[Part 36] Heartbeat
[Part 37] Kejutan Menyakitkan
[Part 38] First Meet
[Part 39] Confession
[Part 40] Jalan Bareng
[Part 41] Jarak
[Part 42] A Laugh
[Part 43] Janjian
[Part 44] Mercy
[Part 45] Always Beside You
[Part 46] Kejutan
[Part 47] Terbaik Untukmu
[Part 48] Kencan
[Part 49] Far Away
[Part 50] Missing You
[Part 51] Perasaan ini Masih Tetap Ada
[Part 52 - END] Berbuah Manis
Info Terbit + Extra Part + Novel Gratis "Just be Mine"
Pengumuman Testimoni & Side Story
Pengumuman Testimoni (Final) & Sekilas Side Story
[Wira's Side Story] [1] Semakin Sulit Semakin Menarik
[Wira's Side Story] [2] Hampa
[Wira's Side Story] [3] Jealous
[Info] Sebagian Cerita Akan Dihapus
Sneak Peek Novel "Just be Mine"
[Wira's Side Story] [4] Celaka
Open Pre Order
Pengumuman dari Bentang Belia Part I
Undangan Wattpad Gathering
Belia Writing Marathon Batch 2
Informasi Penting ;)

[Wira's Side Story] [5] Kemajuan Pesat

53K 1.6K 95
By beliawritingmarathon


“Ini, Bang. Saya bayar double. Sekarang pulang, ya. Cari penumpang lain aja. Masih pagi juga.”

“Tapi nanti yang ngorder saya marah-marah kalo saya nggak datang.”

“Udah, Abang nggak usah khawatir. Yang ngorder itu pacar saya. Dia lagi marah sama saya, makanya nggak mau saya jemput, malah order ojek online. Pokoknya Abang balik aja sana. Saya lagi usaha biar pacar saya nggak ngambek lagi sama saya.”

Setelah didesak berkali-kali oleh Wira, akhirnya driver ojek itu pergi tanpa mengantar penumpang.

Tidak berapa lama kemudian, yang ditunggu muncul juga. Saras keluar dari pintu pagar dengan susah payah. Wira buru-buru menghampiri dan membantu memapah cewek itu.

Saras yang baru menyadari Wira ada di dekatnya, langsung menepis tangan cowok itu dengan angkuh. “Lo ngapain di sini?”

“Ya jemput kamu. Aku kan udah bilang kemarin, kalo aku akan antar jemput kamu tiap hari ke sekolah. Biar gimana pun, kaki kamu jadi sakit begitu karena aku.”

“Nggak usah! Gue udah pesan ojek online! Minggir!” Saras menyingkirkan Wira dari hadapannya, kemudian matanya menyapu keadaan sekitar. Ia bertanya-tanya dalam hati di mana abang gojek pesanannya. Padahal beberapa saat lalu Saras menerima SMS bahwa ojek pesanannya sudah sampai di depan rumahnya.

Beberapa saat kemudian Saras menoleh curiga ke arah Wira. Pasti cowok itu berulah lagi. “Lo keterlaluan banget, sih!” kesalnya, ketika menyadari sesuatu.

“Yaudah, jangan marah-marah lagi. Sekarang aku antar kamu ke sekolah, dari pada kamu telat, kan?”

Saras mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia kemudian melirik jam tangannya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memesan ulang ojek online. Ia pasti akan terlambat.

Wira membantu memapah Saras mendekati motornya. Kali ini cewek itu tidak melakukan perlawanan, hingga membuat Wira tersenyum diam-diam.

“Peluk pinggang aku, biar kamu nggak jatuh,” kata Wira begitu ia dan Saras sudah siap di atas motor.

“Nggak usah aneh-aneh, deh. Gue ada ulangan di jam pertama, nih. Buruan!” kesal Saras.

“Kaki kamu kan lagi sakit, jadi nggak seimbang duduknya. Pegang pinggang aku biar aku nggak khawatir kamu jatuh.”

Saras tidak merespons. Ia terlalu gengsi untuk melakukan hal yang diminta Wira.

“Aku nggak akan berangkat sebelum kamu pegangan yang erat,” ancam Wira.

Sedetik kemudian tangan Saras sudah melingkar di pinggangnya. Walaupun cewek itu hanya memegang kantong jaketnya, sudah cukup membuat Wira senang bukan main. Wira tahu, sesungguhnya cewek itu tidak membencinya, hanya saja terlalu gengsi untuk menyadari perasaannya sendiri.

Wira berusaha memancing obrolan dengan Saras selama dalam perjalanan, walaupun tidak ada satu pun yang direspons cewek itu. Namun hal itu sama sekali tidak membuat Wira patah semangat. Membuat cewek itu tidak marah padanya saja sudah cukup baginya.

Saras turun dari motor dengan hati-hati ketika Wira sudah mengantarnya sampai sekolah. Wira ikut turun dan membantu cewek itu berjalan hingga ke gerbang.

“Gue nggak salah lihat, nih? Bunga diantar Kumbang ke sekolah. Wow.” Nana heboh sendiri melihat pemandangan di depannya. Ia menyikut Kiki di sebelahnya agar temannya itu juga melihat pemandangan langka itu.

“Gila, pake mantera apa tuh cowok sampe berhasil nganter Saras ke sekolah?” kata Kiki takjub.

Keduanya langsung menghampiri Saras yang masih dipapah oleh Wira.

“Ehem,” Nana pura-pura batuk di belakang Saras.

“Padahal kemarin ada yang marah-marah nggak jelas, eh sekarang malah berangkat bareng.” Suara Kiki ikut menggoda.

Saras langsung memaksa Wira menjauhkan tangannya. “Lo udah bisa pulang sekarang. Makasih,” katanya datar pada Wira.

“Yakin kamu bisa jalan sendiri? Mau aku antar sampai kelas kamu?” tawar Wira.

“Duh, so sweet banget, sih.” Nana makin heboh di belakang Saras. Ia dan Kiki sama-sama menatap iri dengan perlakuan manis Wira pada Saras.

Saras yang mulai merasa risi dengan situasi yang ada, akhirnya menoleh ke belakang. Ia memberikan tatapan peringatan pada dua cewek yang tidak bisa diam itu.

“Ya udah, aku pulang. Nanti siang aku jemput, ya,” kata Wira akhirnya. Ia kemudian ikut menoleh pada Nana dan Kiki yang berada tidak jauh darinya. “Titip my princess, ya girls,” Wira kemudian berbalik pergi setelah menghadiahi dua cewek itu sebuah kedipan mata.

Nana dan Kiki kompak menahan napas dibuatnya. Sementara Saras kini menahan malu setengah mati. Cowok itu seenaknya saja menyebutnya princess.

“Ya ampun, Sar. Kalo lo nggak mau sama dia, biar buat gue aja,” kata Nana. Tangan kanannya kini memegang dadanya sendiri. Detak jantungnya masih tak karuan akibat kerlingan cowok itu.

Saras melirik Nana dan Kiki dengan tatapan tidak suka. Kedua temannya itu masih menatap kepergian Wira tanpa kedip. Saras langsung pindah posisi di antara kedua cewek itu, kemudian merangkul Nana dan Kiki masing-masing di kiri dan kanannya.

“Buruan bantu gue jalan sampai kelas!” Saras memaksa Nana dan Kiki untuk menyudahi kekaguman dua cewek itu akan sosok Wira.

“Kaki lo kenapa, Sar?” tanya Kiki yang baru menyadari ada perban di kaki Saras.

“Iya, lo kenapa, Sar?” Nana juga baru menyadari.

“Astaga, kalian baru sadar? Padahal dari tadi gue jalan udah pincang-pincang, kalian baru tanya sekarang. Dari tadi perhatiin apa, sih?” kata Saras kesal.

Nana dan Kiki hanya terkekeh pelan, kemudian mulai melangkah masuk ke gerbang sekolah sambil membantu memapah Saras.

--<><>--

Wira menepati janjinya. Ia mengantar dan menjemput Saras ke sekolah setiap hari. Awalnya Saras pikir cowok itu melakukannya hanya sampai kakinya sembuh. Namun, rupanya tidak. Wira masih mengantar jemputnya walau kakinya sudah sembuh sejak seminggu yang lalu.

Wira: Besok mau dijemput jam brp?

Saras: Nggak usah. Kaki gw udah nggak sakit lagi. Gw bisa berangkat sendiri.

Wira: Aku antar jemput kamu bukan karena kaki kamu sakit atau nggak. Tapi, biar aku bisa lebih dekat sama kamu.

Saras tidak langsung membalas. Biasanya, ketika menerima chat bernada gombal dari cowok itu, kata-kata makian dari mulut Saras secara spontan akan terlontar. Namun kali ini berbeda. Hatinya menghangat membaca kalimat yang dikirim Wira barusan. Untuk kali pertama, cowok itu berhasil membuatnya tersenyum lebar.

“Ada yang lagi kasmaran, nih.”

Suara menyebalkan dari arah pintu kamar, membuat senyum Saras sirna dengan cepat. Ia menoleh dan mendapati Risa sedang bersandar di pintu kamarnya yang terbuka lebar.

“Ternyata benar kata pepatah, jatuh cinta bisa bikin orang jadi gila,” lanjut Risa. Gadis itu hobi sekali menggoda kakaknya.

“Siapa yang lagi jatuh cinta?” sangkal Saras.

“Ya, Kak Saras, siapa lagi?”

“Sok tahu lo. Udah, tidur sana. Ganggu aja!”

Risa akhirnya pergi, namun masih saja menggoda kakaknya dengan pura-pura sedang bersenandung.

“Jatuh cinta, berjuta rasanya.”

Saras menahan kesal sebisa mungkin. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada Wira?

TBC

Haiii, makasih banget buat kalian yang masih ikutin cerita Wira ini. Dan makasih buat yang suka dan kemarin saranin buat bikin cerita Wira tersendiri.

Karakter Wira ini memang lovable banget, seru buat dibuat cerita. Wira's Side Story ini mungkin akan berakhir sekitar 1-2 part lagi. Tapi tenang, kalian akan dihibur sama cerita baru yang karakter tokohnya aku buat nggak kalah tengil dari Wira.

Mampir yuk ke work pribadiku. Judul ceritanya "My Ice Girl". Aku jamin kalian jatuh cinta setelah baca part 1.

Ini aku kasih cuplikan singkatnya:

“Gue nggak suka sama cowok player!”

Malik tersenyum sambil mengangguk, pura-pura paham dengan jawaban Dara barusan. Jelas ia bukan kriteria cowok yang disukai cewek itu. Mantannya banyak di sekolah ini, begitu pula di sekolah lain.

“Gue nggak suka sama cowok yang suka bikin onar!”

Lagi-lagi Malik hanya mengangguk sambil tersenyum. Bukan Malik Yuda Dewanta namanya bila sehari saja tidak buat onar di sekolah. Mulai dari bolos, nongkrong di kantin selama jam pelajaran atau pun membuat gaduh di kelas-kelas.

“Gue nggak suka sama cowok yang banyak gaya!”

Kali ini Malik tidak mengangguk, namun masih tersenyum sambil menatap cewek itu lekat-lekat.

“Intinya, gue nggak suka sama lo!” tegas Dara pada Malik, dengan nada penuh penekanan.

“Udah selesai ngomongnya?” tanya Malik dengan gaya santainya.

Dara heran dengan reaksi Malik. Sudah jelas ia baru saja menolak pernyataan cinta cowok itu secara terang-terangan, namun cowok itu sama sekali tidak terlihat tersinggung dengan ucapannya.

“Gue mungkin memang nggak bisa sepenuhnya ngerubah sifat dan sikap gue buat jadi cowok yang lo suka. Tapi, gue bisa buat lo suka sama apa yang nggak lo suka!”

Dara membulatkan matanya mendengar pernyataan Malik barusan.

“Gue jamin, lo nggak akan nolak ketika gue nembak lo sekali lagi!” ucap Malik dengan sangat percaya diri. Senyumnya tidak pernah pudar dari wajahnya. “Bye, Cantik!” Ia kemudian berbalik meninggalkan Dara yang masih menatapnya dengan kening berkerut.

Yang ngikutin JBM dari awal pasti hapal cover ini sempat aku pakai di awal-awal cerita JBM. Dari pada nggak kepake, aku pakai lagi buat cerita baruku.

"My Ice Girl" part 1 baru aja aku posting di work pribadiku pitsansi. Mampir ya. Kalo kalian suka, bisa jadi aku sering-sering update.

Jangan lupa tungguin novel "Just be Mine" yang akan terbit sebentar lagi, yaaa... Tungguin juga give away yang akan aku share di sini dan di IG-ku (@pitsansi)

Btw, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Salam,
pitsansi

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 242K 37
[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy ya...
6.2K 601 14
@Afan DA5 @cantikaputrikirana by: Najwa "Cerita tentang seorang gadis bernama Cantika Putri Kirana yang menikah dengan sahabat nya sendiri yang berna...
9.5M 336K 46
[CERITA INI SUDAH DITERBITKAN] Dia, seperti Caramel Macchiato. Dibalik tawanya, dia sedih. Dibalik keceriaannya, ia menyimpan luka. Semua orang hanya...
13.5M 340K 20
#1 in Teen Fiction [09-05-2017] Berjuta cerita cinta terukir di dalam dunia. Akan ada setiap harinya tetesan air mata, tersiksanya hati dan terjera...