"Namanya?" Chrysan memegangi kepalanya.
"Namanya?" Chrysan menggelengkan kepalanya.
"Namanya?" Chrysan mulai menangis
"Aku tidak ingat namanya, Aku tidak ingat." Chrysan mulai menangis sembari memegang kepalanya.
"Hongbin-aa, aku tidak ingat namanya. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya."Chrysan mulai histeris.
"Gwenchana, Gwenchana." Hongbin meraih Chrysan dalam pelukannya.
"Ingatlah pelan-pelan, Gwenchana." Hongbin mengusap punggung Chrysan.
Chrysan sedikit lebih tenang ketika Hongbin mengusap punggungnya.
"Aku berdosa padanya. Aku bahkan melupakan namanya." Chrysan memeluk erat tubuh Hongbin.
"Semua itu bukan salahmu." Ucap Hongbin sembari memegang dua pipi Chrysan. "Kau sama sekali tidak bersalah."
Chrysan kembali memeluk Hongbin dan membenamkan wajahnya di dada Hongbin.
Hongbin mengusap punggung Chrysan, agar gadis itu merasa tenang.
***
Kepada kenangan burukku, bisakah kau memaafkanku atas segala kesalahanku? Bisakah kau pergi dan tak kembali.
Bisakah kau memberiku ruang baru untuk merasakan hal bernama kebahagiaan?
***
Chrysan turun dari mobil Hongbin, Gadis itu hanya berdiam diri dengan kepala tertunduk.
"Ayo masuk, ini rumahku." ucap Hongbin sembari meraih tangan Chrysan dalam genggaman jemarinya.
"Ada siapa dirumah?" tanya Chrysan. Hongbin menoleh diiringi senyum manis yang menampakkan lesung pipinya.
"Aku tidak tahu harus bagaimana jika bertemu orang tuamu atau saudaramu." Chrysan melingkarkan tangannya dilengan Hongbin.
"Tidak ada siapapun, aku tinggal bersama Taekwoon Hyung." jelas Hongbin
"Orang tuamu?" tanya Chrysan
"Orang tuaku ada di Busan." Hongbin mengacak pelan rambut Chrysan.
Chrysan mengangguk-angguk pelan tanda mengerti. "Kau duduklah." Hongbin menyuruh Chrysan duduk di sofa ruang tamu. Tapi, Chrysan tidak melepaskan tangannya dari lengan Hongbin.
"Duduklah, aku akan mengambilkanmu minum." ucap Hongbin.
"Aku akan ikut denganmu." Chrysan semakin mengeratkan pegangannya.
"Tch." decih Hongbin kemudian tertawa.
Hongbin membuka Kulkas. Chrysan melepaskan pegangannya dan melihat isi kulkas. Gadis itu berjongkok didepan kulkas.
"Tidak ada susu pisang?" tanya Chrysan masih dengan mata menjelajah isi kulkas.
Hongbin berjongkok dibelakang Chrysan. "Tidak ada." ucap Hongbin sambil meletakkan dagunya di pundak Chrysan.
"Wae?" Tanya Chrysan karena Hongbin meletakkan dagu dipundaknya.
"Aku lelah." ucap Hongbin. "Biarkan aku sebentar." lanjut Hongbin
"Apa besok masih ada jadwal syuting?" Tanya Chrysan.
"Hm." desah Hongbin
Chrysan berputar dan memeluk Hongbin. "Kau terlihat sangat lelah." ucap Chrysan sembari mengusap punggung Hongbin.
"Aku sangat lelah. Tapi setelah melihatmu aku merasa lebih baik." ucap Hongbin
"Kemarin aku melihat dramamu." ucap Chrysan.
"Benarkah?" Hongbin menatap Chrysan.
Chrysan mengangguk. "Tapi, aku lihat kau sangat menikmati adegan ciumanmu." Chrysan mempoutkan bibirnya.
"Kau cemburu?" Hongbin tersenyum
"Tentu saja aku cemburu." Chrysan beranjak dan duduk disofa.
"Tapi, aku hanya mencintai Kim Chrysan. Semua itu tidak ada rasanya." ucap Hongbin kemudian duduk disamping Chrysan.
"Aku tersanjung, tuan Lee." Chrysan tersenyum kemudian menonton TV
Hongbin memutar tubuh Chrysan menghadap ke arahnya. Kemudian menarik dagu gadis itu dan menciumi leher Chrysan.
"Apa kau sangat menyukai leherku?" tanya Chrysan sembari memundurkan badannya.
"Lehermu terasa manis." Hongbin menyunggingkan smirknya dan kembali meraih tengkuk Chrysan.
Chrysan memejamkan matanya merasakan kecupan demi kecupan yang Hongbin berikan.
Gadis itu mulai terbuai ketika Hongbin menyecap bibirnya. Gadis itu memejamkan matanya. Namun, Hongbin melepaskan ciumannya sepihak, membuat ruang hampa pada Chrysan yang masih memejamkan matanya.
Hongbin memegangi kepalanya, Laki-laki itu merasakan nyeri yang cukup kuat hanya karena sekelebat bayangan yang tiba-tiba muncul dikepalanya.
"Kau baik-baik saja?" Chrysan memegangi pundak Hongbin. Butiran keringat dingin mengalir dari pelipis dan kening Hongbin.
Chrysan berlari ke arah dapur, mengambilkan Hongbin air putih dan membawanya pada Hongbin.
"Minumlah." Tangan Chrysan bergetar karena takut. Chrysan tidak pernah melihat Hongbin yang seperti ini.
Hongbin mengangkat wajahnya, mendapati wajah Chrysan yang pucat ketakutan. Hongbin mengusap kepala Chrysan pelan diiringi senyum samar.
"Maaf, Karena membuatmu takut. Aku tidak apa-apa." ucap Hongbin pelan.
"Aku akan menelepon Taekwoon Oppa." Tangan Chrysan masih bergetar.
"Tidak usah, aku sudah membaik." Hongbin menarik tangan Chrysan dan membuat gadis itu mendekat.
"Peluk aku, kau hanya perlu memelukku." ucap Hongbin pelan.
"Katakan padaku jika terjadi sesuatu yang buruk." Chrysan mengusap punggung Hongbin.
Hongbin mengangguk pelan. Di balik punggung Chrysan, Hongbin meneteskan air matanya.
***
Flashback
"Apa yang akan kita lakukan pada anak ini?"
"Kita tidak boleh ketahuan telah memperkosanya."
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
"Aku akan mengunci ingatannya, aku ingin dia hancur ketika sudah dewasa." Laki-laki itu tersenyum manis.
Laki-laki itu mendekat ke arah Hongbin kecil yang terkulai lemas dilantai. "Hongbin-aa, dengarkan Hyung. Kau akan melupakan semua yang terjadi hari ini. Kau tidak akan ingat sama sekali. Kau akan membenci wanita yang menyentuhmu, kau akan menganggap dirimu menyukai laki-laki ketika beranjak dewasa. Buatlah dirimu seperti itu." Laki-laki itu tersenyum sadis.
"Terkunci." Hongbin kecil tertidur setelah kalimat itu.
***
To be Continue..