Stardust

By maharaniii_

399K 41.2K 6.2K

#21 in Teen Fiction (31/01/2018) "Apapun akhir cerita yang kita punya, bagaimanapun akhir yang kita ciptakan... More

SATU - Reza
DUA - Naya
TIGA - Reza
EMPAT - Naya
LIMA - Reza
ENAM - Naya
TUJUH - Reza
DELAPAN - Naya
SEMBILAN - Reza
SEBELAS - Reza
DUA BELAS - Naya
TIGA BELAS - Reza
EMPAT BELAS - Naya
LIMA BELAS - Reza
ENAM BELAS - Naya
TUJUH BELAS - Reza
DELAPAN BELAS - Naya
SEMBILAN BELAS - Reza
DUA PULUH - Naya
DUA PULUH SATU - Reza
DUA PULUH DUA - Naya
DUA PULUH TIGA - Reza
Long Time No See
DUA PULUH EMPAT - Naya
DUAPULUH LIMA - Reza
DUA PULUH ENAM - Naya
DUA PULUH TUJUH - Reza
DUA PULUH DELAPAN - Naya
DUA PULUH SEMBILAN - Reza
TIGA PULUH - Naya
TIGA PULUH SATU - Reza
TIGA PULUH DUA - Naya
TIGA PULUH TIGA - Reza
[EPILOG]

SEPULUH - Naya

12.3K 1.3K 116
By maharaniii_

Pak Amin baru saja meninggalkan kelas XII-IPS 1 dan menutup pembelajaran Geografinya hari ini setelah bel panjang istirahat kedua dibunyikan. Beberapa siswa langsung terlihat ceria kembali karena mereka akan segera mengisi perut dikantin.

"Weh, kantin nggak lo pada?" tanya Irvan pada Naya dan Sekar yang masih duduk santai di kursi mereka masing-masing. Yang ditanya hanya menoleh, Naya sibuk menata bukunya sementara Sekar menggelengkan kepala.

"Lo mau ke kantin nggak?" tanya Naya pada teman sebangkunya kemudian.

Kepala Sekar menggeleng dua kali, kemudian ia sedikit mengerucutkan bibirnya, "enggak, deh. Gue lagi mager."

"Ooh yaudah deh," Naya mengangguk seraya bangkit dari bangku kayunya. Setelah itu, perempuan yang rambutnya dibiarkan tergerai itu menatap Irvan yang masih setia berdiri di samping Fahmi. "Pan? Lo mau jajan, nggak?"

"Iya, mau bareng lo?" tawar Irvan. Kemudian, Fahmi yang baru selesai menutup tasnya langsung menoleh.

"Gabung ajoooon."

"Iya." Naya mengangguk setuju, dan dua detik setelahnya, Dita bergabung dan mengatakan bahwa ia juga tidak memiliki teman untuk makan siang di kantin hari ini. Maka jadilah, empat siswa kelas duabelas IPS satu itu pergi ke kantin dan makan bersama.

Tadinya, Naya memang tidak yakin akan makan di jam istirahat kedua. Karena ia kira kantin akan bejubal seperti hari-hari biasa. Dan ternyata hari ini dugaan Naya salah.

"Lo mau apa?" tanya Dita mulai mendata apa saja yang dipesan teman-temannya.

"Somay," Fahmi menyahut nomor satu. "Minumnya tidak lain dan tidak bukan nutrisari jeruk peras."

"Lo, Nay?"

"Mi ayam deh, sama es teh," sahut Naya seraya menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga.

"Sip. Lo apaan Kolor Ijo?" tanya Dita jutek pada Irvan yang sedaritadi sibuk mengupil tanpa peduli suasana kantin yang padat dengan siswa.

"Anu– Mi Ayam juga. Minumnya es jeruk."

"Oke," sahut Dita yang berbaik hati menawarkan diri untuk memesakan makanan siang ini. Setelah mengangkat ibu jarinya keudara, anak perempuan berambut pendek itu langsung berbalik badan untuk menghampiri penjual makanan sesuai pesanan teman-temannya.

"Tumben, Nay," celetuk Irvan tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

"Apaan?"

"Nggak sama Reza."

Naya reflek tersenyum. Sebetulnya sampai detik ia menghapus senyumnya lagi, perempuan itu tidak tahu apa yang membuat bibirnya tertarik, "kenapa emangnya?"

"Nanya aja."

"Gue tuh ya, tiga tahun mengenal elo, nggak tau kenapa lo sama Reza nggak pacaran aja? Padahal cocok. Lo malah deketnya sama Septian, kan?" cerocos Fahmi dengan gerakan tangannya yang ekspresif.

"Apaan sih bahasa lo kayak Mak Mak Mohabatten," sambar Irvan dengan alis mata mengernyit.

Fahmi menghela napas, "gue kan cuma mengungkapkan yang sebenarnya."

"Ngomong-ngomong, lo nanti pada latihan futsal, kan?" tanya Naya pada kedua temannya. Selain ingin memutar arah pembicaraan, pertanyaan yang baru saja dikeluarkan Naya adalah untuk mengetahui jadwal tim futsal sekolah. Karena Reza termasuk pemainnya.

"Iya."

"Eh, iya! Latihannya dimana dah?" tanya Irvan ketika ia baru ingat bahwa nanti sore akan diadakan latihan futsal seperti rutinitas biasa.

"Di tempat biasa." Fahmi menatap perempuan yang sudah genap tiga tahun sekelas dengannya itu lalu ia mengangkat dagunya sedikit sebelum bicara, "nonton aja, Nay."

"Hah?"

"Nonton," ulang Irvan. "Kan Reza juga latihan tuh!"

Naya tersenyum lagi, kemudian ia mengangguk pelan, "pengennya sih. Tapi gue tuh–"

"Gabung yak? Meja lain penuh!" Suara bariton milik seorang siswa langsung membuat Naya mengadahkan kepala. Berbeda dengan Fahmi dan Irvan yang sudah melihat dari jauh kedatangan orang itu.

"Kelas lo baru keluar, Sep?" tanya Fahmi seraya membiarkan Septian mengambil posisi duduk di samping kanan Naya.

"Iya nih," Yang ditanya mengangguk. "Biasa, Bu Endang. Khotbah dulu."

"Kamu jangan di sini duduknya," kata Naya memberitahu bahwa bangku yang saat ini diduduki oleh Septian sudah di pesan oleh Dita sebelum anak perempuan itu pergi memesan.

"Kenapa emangnya?" Septian menatap perempuan yang baru ia dekati beberapa bulan terakhir itu dengan tampang polos.

"Ini bangkunya udah dipesen Dita."

"Halah, yaudah sih, nanti biar dia nyari bangku lain," kata Septian santai. Dan Naya mau tidak mau mengangguk setuju. Naya tidak terlalu menyimak apa yang dibicarakan tiga lelaki di mejanya setelah itu. Karena jika menyimakpun, Naya akan sulit memahami. Maka perempuan itu menyibukkan diri dengan ponselnya.

Begitu jari telunjuknya menekan tombol power, layar benda persegi itu menyala dan Naya bisa meliha nama Reza muncul disana.

Reza Cabul: Lo dimana?

Reza Cabul: Kok gue ke kelas lo, tapi lo nya nggak ada?

Naya menggaruk pipinya yang gatal sebentar sebelum menggeser layar, memasukkan passcode, dan membalas pesan Reza.

Naya Audiva: Kantin

Naya Audiva: Sini nyusul

Reza Cabul: Mager

Reza Cabul: Gue mau sholat dzuhur

Naya Audiva: Yaudah.

Reza Cabul: Oke😘

Reza Cabul: Eh salah emot

Reza Cabul: Oke💩

Naya tanpa sadar tersenyum geli hanya karena kesalahan emoji yang baru saja dikirim oleh Reza. Perempuan itu lalu mematikan ponselnya dan mulai menopang wajahnya dengan tangan, "kenapa lo? Cengar-cengir."

Teguran dari Irvan membuat Fahmi dan Septian yang sedang sibuk mendiskusikan soal pertandingan bola kemarin malam langsung menatap pada Naya, "nggak apa-apa."

Setelah mendengar jawaban absurd dari Naya, Septian giliran merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Tidak terlalu lama. Setelah memandang layar yang menyala selama lima detik, Septian memasukkan benda itu lagi ke tempat semula.

"SEPTIAN AWAS IH! ITU TEMPAT DUDUK GUE JUGA!" kata Dita kesal begitu ia sampai dengan baki berisi makanan pesanan teman-temannya. Tepat setelah Septian kembali meletakkan tangannya di atas meja.

"Udah lo narik kursi lain, kek!" kata Septian enggan mengalah.

"Ogah!" Dita menurunkan bakinya di atas meja dengan bantuan Naya. "Awas lo, minggir!" usirnya kemudian dengan tangan yang masih sibuk membagi gelas minuman sesuai pemesannya.

Septian berdecak, kemudian ia menghela napas, "aku ke kelas duluan, ya?" kata Septian pada Naya yang duduk di sebelahnya.

"Nggak jadi makan?" tanya perempuan itu. Yang lelaki menggeleng. "Yaudah."

"Sama itu, Nay, apa namanya–" Mata Septian terpejam, ia berusaha mengingat apa yang akan ia katakan. Sementara Naya hanya diam menunggu kalimat selanjutnya, "nanti sore, kalo kita nggak jadi pergi gimana? Soalnya aku nganterin Abangku yang baru balik dari Malang."

"Ooh," Naya mengangguk paham. "Yaudah, lain kali nggak apa-apa." Senyumnya tersungging kemudian.

"Yaudah," Septian membalas senyuman perempuan itu lagi. "Gue duluan, yak!" kata anak lelaki itu seraya menepuk bahu Fahmi dan tersenyum pada Irvan.

"Oke-oke!"

***

Alis mata Naya mengernyit saat Reza memutar setir mobilnya ke arah kiri. Hal itu membuat kendaraan roda empat itu sedikit memperjauh perjalanan menuju lapangan futsal tempat Reza dan timnya akan latihan.

"Kok lewat sini?" tanya perempuan berkaos merah muda itu seraya mengikat rambutnya dengan ikat rambut warna hitam yang selalu setia melingkari tangannya. Reza langsung mengecilkan volume tape mobil yang ia setiri dan menoleh ke lawan bicaranya.

"Iya, sebentar."

Naya diam. Ia tidak lagi menanggapi ucapan Reza. Karena mungkin saja anak lelaki yang lebih muda darinya itu memiliki keperluan lain yang harus diutamakan dibanding langsung menuju ke tempat latihan futsal. Naya sendiri akhirnya memutuskan ikut Reza sore ini sesuai saran Irvan dan Fahmi saat mereka makan bersama di kantin siang tadi. Dan untungnya, Septian juga membatalkan janjinya dengan Naya.

Lagu I Miss The Old You milik Blackbear masih mengalun memenuhi seisi mobil. Naya sendiri tidak terlalu keberatan walaupun ia kurang mengerti selera musik anak lelaki yang duduk di sampingnya.

"Ganti kek," celetuk Naya seraya melipat kakinya naik ke atas jok. Lagu pilihan lelaki dengan jam tangan hitam di tangannya itu masih terus mengalun saat ia menolehkan kepala sekilas.

"Ganti aja."

Setelah mendapat persetujuan, Naya mulai mengganti lagu sesuai keinginannya. Dan pilihannya jatuh pada lagu milik The Chainsmoker.

"Ini mulu," tegur Reza seraya memutar setir ke arah kanan. "Sampe bosen."

Naya menyadarkan punggungnya dengan jok setelah lagu pilihannya mulai mengalun, "biarin," sahutnya kemudian.

"Never face each other. One bed different cover. We don't care anymore," Bibir Reza mulai menyanyikan lirik lagu yang diputar Naya. Sementara yang perempuan reflek tersenyum.

"Two heart still beating. On with different rhythms. Maybe we should let this go."

"We're falling apart still we hold together. We passed the end so we chase forever, cause this is all we know..."

Naya dan Reza sama-sama melantunkan lirik lagu yang sama dari bibir mereka, sampai Naya mulai menoleh ke arah kaca samping dan menyadari bahwa jalanan dan komplek perumahan yang dilewati Reza dan dia saat ini sangat familiar.

"Kok?" tanya perempuan itu seraya menatap Reza bingung.

"Kenapa?"

"Ini perumahan Permata, kan?"

"Iya. Kenapa?" Reza memutar setir ke arah blok H komplek perumahan yang terbilang sering Naya datangi.

"Lo mau kemana?"

Reza menoleh ke arah anak perempuan di sebelah kirinya sekilas sebelum menatap jalanan lurus dihadapannya lagi, "jemput Sekar, lah," sahutnya sembari mulai menganggukkan kepala mengikuti alunan lagu milik The Chainsmoker. Dan didetik setelahnya, Naya mati rasa.

***

Tidak banyak yang dilakukan Naya setelah Sekar membuka pintu belakang mobil dan mulai duduk tepat di belakang joknya. Dalam hitungan detik, Naya berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.

"Lo kenapa?" tanya Reza sambil menoleh sebentar sebelum mengalihkan tatapannya pada jalanan lagi.

"Nay, lo udah liat film yang kemaren gue kasih tau?" cerocos Sekar ceria dari jok belakang.

"Film apaan?" Reza langsung menoleh kebelakang tapi tatapannya sempat melewati Naya yang hanya memberi ekspresi datar.

"Adadeeeeh," sahut Sekar enggan memberi tahu sambil terkekeh.

Reza ikut terkekeh, lalu ia menyisir rambutnya dengan jari sebelum kembali berkata, "film bokep hindi, ya?"

"NGACOOOO!" kata Sekar semakin ingin tertawa. Berbeda dengan Naya yang hanya merespon dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Udah belom, Nay?"

"Hah?" Yang ditanya menoleh ke belakang, "kenapa, Kar?"

"Susah memang berkomunikasi dengan Limbad wanita," sindir Reza tanpa menoleh sama sekali.

"Ssstt!" Naya menempelkan jari telunjuknya di depan bibir. Mengisyaratkan Reza agar tidak terlalu banyak bicara dan fokus menyetir saja. "Apa tadi, Kar?"

"Film nya yang tadi, gimana? Bagus?"

Naya menggaruk puncak kepalanya lalu ia mengembangkan senyuman sampai deret giginya tampak, "Belom gue tonton."

"Seru tau!"

"Iya," Naya mengangguk. "Ntar malem gue tonton."

"Oh iya, Za?" Setelah membalas ucapan Naya dengan senyuman, kini giliran Sekar mengajak bicara Reza. "Katanya punya hadiah buat guee? Mana?"

"Ooh! Iya lupa!" Anak lelaki itu langsung terkekeh dan lagi-lagi, Naya dibuat terkejut dengan pembahasan dua orang yang berada satu mobil dengannya.

Naya menatap Reza dan berganti menatap Sekar sebelum memutuskan untuk bertanya, "Hadiah apa?"

"Nay, bukain dasbor,"

"Nyuruh mulu!" kata perempuan itu dengan alis menyernyit.

Reza berdecak sebelum menoleh kesal, "tolong sih, yaelah."

Dua detik setelahnya, Naya membuka dasbor yang dimaksud Reza dan apa yang ia lihat disana membuat lidah Naya kelu begitu saja.

"Ambilin bege, malah bengong lagi," tegur Reza sambil melirik Naya lewat kaca spion. Dan tanpa menjawab apa-apa, Naya meraih botol susu warna hijau dari dalam dasbor dan memberikannya pada Reza yang tangan kirinya sudah terulur menunggu minuman susu rasa melon itu.

"Nah," kata Reza sembari tersenyum sebentar, lalu ia mengayunkan tangannya ke arah belakang, tepat pada jok dimana Sekar duduk menanti. "Nih, hadiahnya."

"Eh, Indomilk melon!" kata Sekar gembira, lalu senyumnya merekah sempurnah. "Makasih ya, Rezaaaa."

"Sama-samaaa."

Naya tidak bicara apa-apa. Ia tidak memberi komentar ataupun protes atas apa yang dilakukan Reza terhadap Sekar. Tapi dadanya tiba-tiba sesak. Bukan karena apa-apa. Tapi karena Reza baru saja memberikan apa yang Naya sukai kepada gadis lain.

Reza sendiri tidak perlu menunggu sepatah katapun dari Naya ataupun tatapan mata dari gadis itu. Bahkan lewat bahasa tubuh dan cara Naya berkali-kali menyelipkan anak rambut ke belakang telinga sudah bisa membuat Reza mengerti bahwa anak perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.

"Oi?" Lambaian tangan kiri Reza di depan wajahnya membuat mata Naya reflek terpejam. Kemudian anak perempuan itu menghela napas dan menoleh ke arah cowok yang hari ini memakai jersey futsalnya tanpa bicara apa-apa. "Kenapa lo?"

"Iya, kenapa sih?" tambah Sekar. "Anteng amat. Biasanya paling heboh."

"Gak papa," balas Naya singkat.

"Halah," Reza bicara tanpa menoleh. "Boong mulu lo. Heran dah gue."

"Apa yang boong sih? Heran mulu lo."

"Ya lagian," ada jeda. "Lo kenapa diem aja?"

"Gue lagi puyeng."

Reza langsung menoleh dengan mata menyipit, "Puyeng kenapa?"

"Mabok kendaraan kali."

***

Author Notes:

Akhirnya. Ehe. Bisa update juga. Sibuk daftar2 kuliah, dll.
200+votes dan 60+comments for the next yaaaa

Sampai ketemu dengan Naya dan Reza di bab SEBELAS:)

Much love, Rani

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
356K 31.7K 50
Memiliki rasa cinta sepihak selama satu tahun membuat Noah dihadapkan pada dua pilihan; menyerah atau bertahan. Dan ketika dia memilih untuk bertaha...
1.6K 287 13
Sebut saja Jema, gadis pelupa, cerewet dan moody-an yang baru saja menduduki kelas 10 tersebut tahu-tahu harus mengikuti ekskul karate yang sama seka...
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...