Save Me Mr. Cool (Complete)

By queenbe_exsly

891K 63.4K 2.8K

Dia GAY??? Raiden Agera Calisto, pria GAY atau penyuka sesama jenis itu adalah suamiku. Pria tampan kaya yang... More

Prolog.
1. Awal dari segalanya.
2. Dan masalah datang.
3. What the hell!
4. Awal yang rumit.
5. Touch.
6. Secret.
7. Meet you.
8. Violette Party.
9. Mr. diktator.
10. Ketahuan.
11. Wedding.
12. Problem.
13. AXG Corp.
15. Gilhive.
16. first day in Paris.
17. Ternyata dia?
18. First night in Paris.
19. Satu kamar.
20. Aku datang.
21. Tanpa diduga.
22. Keluarga Calisto.
23. Raiden secret.
24. Aku tak tersesat.
25. Rex apartemen.
26. Monster!
SAVE ME MR COOL
DATA DIRI dan Contoh Buku.
RESI.
The Fucking Husband.
Miliki aku.

14. Paris.

22.6K 2.1K 78
By queenbe_exsly


Rex mengantarkan Xeena sampai di depan Mansion Raiden. Melihat wajah Xeena yang masih tertidur pulas, membuat senyum di wajah Rex kian mengembang.

"Harusnya aku yang melihat wajah cantik dan senyummu setiap hari, Na." Rex mengelus wajah Xeena sesaat.

Suatu pergerakan kecil karena elusan tangannya membuat Rex menahan napas meski hanya sesaat. Namun saat mata Xeena tetap terpejam, Rex bernapas lega.

"Na, kita sudah sampai. Hei, kau bisa mendengarku?"

Hening, Xeena tetap terlelap dengan pulasnya. Rex tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Keluar dari mobil dan berputar menghampiri pintu tempat Xeena duduk. Membuka pelan dan mengangkat tubuh Xeena dengan sangat hati-hati. Menutup pintu mobil dan berjalan memasuki halaman mansion Raiden.

Dengan langkah pelan Rex berjalan santai. Tak memperdulikan tatapan para pelayan Raiden yang telah berlari masuk kedalam karena kaget. Rex menatap wajah Xeena sekali lagi. Lagi-lagi senyum itu terkembamg di bibir Rex.

"Benar, saat kau tak bahagia bersamanya maka aku akan datang menjemputmu. Menjemput calon istriku yang terlewat karena kesalahanku."

Rex masih tersenyum menatap wajah Xeena yang berada dalam gendongannya. Hingga tak terasa kaki Rex telah sampai pada pintu mansion megah dengan seorang pria yang menatapnya sangar.

"Apa yang kau lakukan pada istriku, Acacio!" Raiden menatap Rex sesaat lalu beralih pada wajah Xeena yang masih terlelap di gendongan Rex.

Suara berat terdengar sangat dingin di telinga Rex. Rex menoleh dan mendapati Raiden yang tengah menatapnya benci. Rex tersenyum tipis dan menatap wajah Xeena sekali lagi. "Mengantarkan calon istriku yang telah terlewat," ucap Rex dengan jelas.

Seketika wajah Raiden kian membeku saat mendengar kata-kata Rex. Guratan marah terlihat jelas di wajah tampan Raiden. "Brengsek! Beraninya kau mengatakan Xeena sebagai calon istrimu saat dia telah menjadi istriku!"

Rex tertawa sumbang. "Itu lah kenyataannya, Mr. Calisto! Dan perlu kau ketahui, saat kau membuatnya menangis sekali saja atau membuat hidupnya tak bahagia, maka aku akan datang menjemputnya! Menjemput dan merebut hal yang seharusnya menjadi milikku sejak dulu!"

Dengan guratan marah Raiden merebut tubuh Xeena yang berada dalam gendongan Rex. "Bermimpilah, Mr. Acacio! Hal yang telah menjadi milikku tak akan mudah aku berikan pada orang lain! Lebih tepatnya tak akan pernah!"

Rex sedikit terkejut saat Raiden merebut Xeena secara kasar. "Ssssttt, hati-hati. Kau bisa membangunkannya," tangan Rex refleks terulur mengelus rambut Xeena sesaat.

Melihat Rex yang tak menanggapi perkataannya, Raiden semakin emosi. Namun saat melihat sikap lembut Rex pada Xeena, hati Raiden mencelos. Raiden dengan spontan mendekap erat tubuh Xeena. Menjauhkan dari tangan Rex yang terulur keudara. "Terimakasih karena telah mengantarkan istriku pulang. Kurasa kau tak mempunyai kepentingan lain, bukan? Maka pergilah dari rumahku sekarang juga!"

Rex sama sekali tak terkejut mendengar kata-kata Raiden. Hal yang wajar jika Raiden bersikap seperti itu, karena jika Rex di posisi Raiden  maka Rex akan melakukan hal yang sama.

"Na, aku pergi dulu. Katakan apapun yang menganggu pikiranmu karena aku selalu ada untukmu." ucap Rex jelas dengan tersenyum menatap wajah Xeena.

Raiden mendesah kasar. Bagaimana tidak? Saat istrinya berada dalam dekapannya, pria lain datang dan masih berani mengatakan itu semua. Hal itu membuat Raiden kesal bukan main. Namun lagi-lagi Raiden hanya bisa pasrah.

"Sudah selesai? Bisa kau pergi sekarang?" Raiden menatap dingin Rex.

Rex pun hanya menatap datar wajah Raiden. "Peringatanku bukanlah sebuah omong kosong belaka, Raiden! Jika aku melihatmu menyakitinya, maka bersiaplah untuk kehilangan Xeena selamanya!"

Tanpa ingin mendengar jawaban Raiden, Rex berjalan meninggalkan rumah Raiden. Sedangkan Raiden menutup pintunya dengan kasar. Menatap wajah Xeena yang bergerak sesaat dan berjalan membawa Xeena kedalam kamar. Meletakkan tubuh Xeena secara kasar karena merasa kesal dengan tingkah Xeena. Duduk di pinggiran tempat tidur dan melihat wajah Xeena sekali lagi.

"Kenapa kau begitu sulit aku kendalikan? Kenapa kau harus bertemu dengannya? Ya ampun, kau membuatku pusing, Xeena!"

Raiden mengusap wajahnya dan kembali menatap wajah Xeena. "Apakah kau begitu berarti untuknya? Apakah dia benar-benar kekasihmu? Apakah kalian benar-benar sepasang kekasih? Calon istri yang terlewat? Menggelikan!" Raiden mengeratkan giginya saat mengingat kata-kata Rex.

"Merebutmu karena dari awal kau miliknya?" senyum sinis Raiden kian terkembang. "Bermimpilah, Acacio! Karena aku tak akan melepaskan Xeena dengan mudah! Tidak, karena dia hanya akan tinggal di sangkar emasku!"

Raiden semakin mendesah kesal saat semua perasaan bercampur menjadi satu. "Kau hanya akan bersamaku karena aku tak akan melepaskan hal yang telah menjadi milikku! Kau tetap akan bersamaku dan menuruti semua perintahku! Selamanya! Kau hanya akan jadi bonekaku, Xeena! Ya, boneka keberuntunganku!"

Raiden menarik selimut dan menutupi tubuh Xeena. Menyentuh wajah Xeena ragu meski tangannya sudah diatas wajah Xeena. Lalu Raiden menarik kembali tangannya tanpa menyentuh wajah Xeena sedikitpun. "Bagaimana pun besok kita akan pergi ke Paris. Dan aku tak menerima penolakan, Xeena!"

Raiden melangkah meninggalkan kamar, menutup pintu pelan dan kembali keruang kerjanya. Menyelesaikan beberapa dokumen hingga sebuah telepon membuatnya berhenti menatap layar monitor di depannya.

"Apa yang kau temukan?" tanya Raiden langsung saat telepon itu sudah tersambung.

"Erian Statesfied, sekarang dia bekerja di AXG Corp setelah berhenti bekerja di perusahaan Gilhive."

Raiden menaikkan satu alisnya. "AXG Corp?"

"Benar, Tuan. Dan selebihnya informasi tentangnya masih dalam penyelidikan."

"Baiklah, lanjutkan penyelidikan. Aku ingin tahu semua tentangnya. Tentang keluarga Gilhive dan orang-orang yang berada di sekitar istriku! Dan untuk kepergianku ke Paris besok, aku mau semua lancar tanpa ada kendala sedikitpun!"

Raiden menutup teleponnya dan kembali berpikir. "AXG Corp? Salah satu Perusahaan terbesar di Eropa dan dunia. Kenapa semua informasi tentang keluarga Gilhive dan Xeena begitu tertutup rapat. Semua sangat rapi hingga hampir tak ada celah,"

***

Pagi ini udara terasa begitu dingin. Raiden menatap jam di pergelangan tangannya. Lalu menatap semua koper yang telah di bawa oleh orang-orang suruhannya. Sebuah ketukan pintu membuat Raiden menoleh pelan. Seorang pria setengah baya masuk dan menunduk hormat.

"Mr. Raiden, pesawat dan segala keperluan untuk ke Paris telah siap,"

Raiden mengangguk dan kembali menatap jam di pergelangan tangannya. "05:30 menit pagi hari," ucap Raiden pelan.

Raiden melangkah dan tersenyum pada pria paruh baya yang ada di dalam ruangan kerjanya. "Terimakasih Paman, aku akan membawa istriku sendiri. Paman bisa menyiapkan pekerjaan yang lain,"

Pria tersebut mengangguk dan undur diri dari ruangan Raiden. Raiden menutup pintu ruangan kerjanya dan masuk ke kamar Xeena. Melihat tubuh Xeena yang masih nyenyak di balik selimut yang menutupi tubuhnya. Raiden mendekat dan menggulung tubuh Xeena dengan selimut, lalu mengangkat tubuh Xeena dalam gendongannya.

"Aku tak menyentuhmu karena ada selimut yang menutupi tubuhmu," ucap Raiden datar dengan senyum tipis dan melangkah meninggalkan kamar dengan Xeena di dalam gendongannya.

Raiden turun kelantai satu dan keluar menuju mobil yang telah disiapkan. Raiden meletakkan tubuh Xeena di dalam mobil dengan hati-hati. Lalu beralih arah hingga duduk di samping Xeena. Menyalakan mobil dan melaju menuju pesawat pribadi yang telah disiapkan. Raiden tersenyum puas dengan semua rencananya. Saat Xeena terbangun, pasti pesawat tengah terbang menuju Paris. Ya, Raiden memilih berangkat amat pagi karena tak ingin berdebat dengan Xeena. Dan semua berjalan sesuai rencananya.

Lima belas menit kemudian mobil Raiden terparkir pada kawasan luas miliknya. Raiden turun dan menatap pesawat yang telah siap terbang dan hanya menunggu kedatangannya. Raiden kembali tersenyum dan berjalan menuju pintu mobil tempat Xeena berada. Raiden menatap wajah Xeena yang masih terlelap. Lalu dengan pelan mengangkat tubuh Xeena kedalam gendongannya. Baru satu langkah Raiden berjalan, Xeena yang berada dalam gendongannya membuka mata.

"Ahkkkk, Agera! Apa yang kau lakukan padaku?" Xeena begitu terkejut melihat tubuhnya di gulung dalam selimut dan berada dalam gendongan Raiden.

Raiden berjengkit kaget karena teriakan Xeena. "Sial! Kenapa harus sekarang?"

Xeena meronta dari gendongan Raiden, membuat Raiden sulit melangkah dan harus berhenti.

"Turunkan aku Agera! Kau mau membawaku kemana!"

Raiden dengan mudahnya melepaskan tangannya begitu saja. Hingga akhirnya tubuh Xeena terjatuh dengan keras.

"Ahkkk, sakit!" lenguh Xeena keras dan berusaha melepaskan diri dari dalam selimut yang menggulung tubuhnya.

"Kau menyuruhku melepaskanmu," ucap Raiden tanpa rasa bersalah.

Xeena bangun dan menatap sekelilingnya. Pada hamparan luas dan satu pesawat yang sudah siap berangkat. Xeena menatap Raiden bingung. "A-agera, ada apa semua ini? Kita ada dimana? Kau akan membawaku kemana?"

Raiden tersenyum tipis. "Paris. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Hari ini kita akan pergi kerumah orangtuamu, Xeena."

Xeena menatap benci Raiden. "Aku tak akan pergi. Sudah kukatan aku tak akan pergi, Agera!"

Raiden menatap wajah Xeena dingin. "Dan sudah kukatakan, Xeena! Aku tak membutuhkan pendapatmu dalam pilihanku! Kita akan tetap pergi ke Paris hari ini juga!"

"Kau," ucap Xeena benci. "... benar-benar manusia robot tanpa perasaan!"

Xeena melangkah menjauh dari Raiden namun dengan cepat Raiden menangkap tangan Xeena.

"Jangan coba-coba melawanku, Xeena! Kau tahu aku bisa melakukan apapun pada perusahaan Ayahmu."

Deg! Hati Xeena mencelos. Ya, itu lah Raiden. Selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Xeena menatap Raiden iba. "Kumohon, Agera! Aku tak ingin pergi ke Paris. Jika kau ingin pergi ke Paris, kau bisa pergi sendiri tanpa diriku bersamamu!"

Raiden tertawa sumbang dan entah kenapa itu membuat Raiden semakin terlihat dingin dan tak berperasaan. "Aku telah memutuskan untuk pergi bersamamu, Xeena. Jadi, cukup turuti semua perintahku tanpa alasan! Karena aku tak menyukai penolakan!"

"Agera,"

Raiden menarik tangan Xeena untuk melangkah bersamanya. Sedangkan Xeena tetap meronta dan berontak dari genggaman tangan Raiden.

"Agera...! Agera...! Kumohon, Agera. Tidak, aku tak ingin pergi,"

Raiden tetap diam dan tak memperdulikan teriakan permohonan Xeena.

"Agera...! Kumohon Agera!"

Raiden tetap menarik tangan Xeena hingga masuk kedalam pesawat. Memeluk tubuh Xeena saat Xeena ingin memberontak dan kabur melarikan diri darinya. Perlahan pintu pesawat tertutup rapat. Xeena membeku saat menyadari tangan Raiden tak lagi menahan tubuhnya.

"Ag-ge-ra," ucap Xeena pelan dengan terbata-bata.

Raiden tak lagi memperhatikan Xeena. Duduk di salah satu bangku pesawat dengan tenang. Menantikan pesawat terbang dengan perasaan puas yang begitu menguasai pikirannya. Xeena berjalan tertatih dan menatap jalan yang ia lewati begitu cepat berlalu. Ya, pesawat mulai berjalan sebelum akhirnya terbang.

Xeena terduduk sedih saat pesawat yang ia tumpangi benar-benar telah terbang. Raiden datang menghampiri dan mengulurkan tangannya pada Xeena. Xeena menatap kosong tangan Raiden.

"Kau, begitu tega padaku, Agera!" ucap Xeena dingin.

Raiden hanya tersenyum tipis. "Jangan berlebihan, Xeena! Kita hanya pergi mengunjungi orangtuamu selama dua hari!"

Xeena bangun dan menatap benci pada Raiden. "Aku membencimu, Agera. Sangat membencimu!"

"Dan itu bukan masalah bagiku, Xeena! Apa kau pikir aku akan terganggu? Kau sangat salah, Xeena. Perlu aku ingatkan, kita hanya sebatas kontrak. Tak lebih, karena tahun depan kita akan berpisah,"

Xeena tersenyum kecut, entah kenapa hatinya begitu sakit saat mendengar Raiden mengatakan itu semua. "Itu bagus, kurasa tak akan ada yang sanggup hidup bersama manusia robot tanpa ekspresi sepertimu, Agera!"

Xeena berjalan dan duduk di salah satu bangku pesawat dengan kasar. Sedangkan Raiden kembali menatap kedepan tanpa mempedulikan Xeena sedikitpun.

"Benar, kau sangat benar Xeena. Tapi aku juga tak membutuhkan orang lain dalam hidupku! Karena aku sangat suka hidup sendirian!" ucap Raiden dalam hati.

Raiden bangkit lalu ikut duduk di samping Xeena. Menikmati sarapan pagi yang telah disiapkan oleh pramugari pribadinya. Xeena langsung menatap kesal pada Raiden.

"Kenapa kau duduk di sampingku?" tanya Xeena kesal.

Raiden menatap datar wajah Xeena. "Kau bahkan belum cuci muka dan gosok gigi. Kau perempuan terjorok yang pernah kukenal." Raiden kembali melanjutkan sarapannya tanpa mempedulikan raut kesal wajah Xeena.

Xeena hanya bengong mendengar perkataan Raiden. Namun ia juga tak menyalahkan kata-kata Raiden. Dengan langkah kesal Xeena bangun dan melewati Raiden. Berjalan menuju belakang dengan umpatan kesal.

"Menyebalkan!" umpat Xeena terdengar jelas di telinga Raiden.

Raiden tersenyum tipis saat Xeena sudah jauh darinya. Sangat tipis hingga Raiden sendiri tak menyadarinya. Melihat wajah Xeena yang kesal, suatu hiburan tersendiri untuk Raiden. Sedangkan Xeena telah selesai membasuh wajahnya. Kembali berjalan dan memperhatikan sekitarnya.

"Kosong?" ucap Xeena pelan.

Xeena baru saja menyadari bahwa di dalam pesawat yang ia tumpangi hanya ada dirinya dan Raiden sebagai penumpang. Xeena menatap Raiden dari belakang dan menganggukan kepala pelan.

"Benar saja, ini pasti pesawat miliknya. Ada tulisan Calisto Grup dimana-mana. Ahh, harusnya aku menyadari ini lebih awal. Tentu saja dia tak akan rela duduk bersama dengan penumpang lain dalam pesawat umum. Dia benar-benar pria menyebalkan!"

Xeena kembali duduk di tempat awalnya. Memandang Raiden yang masih menikmati sarapan paginya. Saat suapan Raiden tertahan karena Raiden menatap Xeena sesaat, Xeena dengan santainya menyunggingkan senyum manis pada Raiden.

"Kita hanya benar-benar dua hari kan di Paris?"

Raiden hanya mengangguk dan kembali menatap kedepan setelah menyelesaikan sarapan paginya. Xeena mengambil sepiring roti yang telah di sajikan lalu memakannya dengan sesekali menatap Raiden. "Ya ampun, bagaimana bisa dia hanya diam dan menatap ke depan? Dia benar-benar dingin!"

Dilain tempat, Rex juga tengah tersenyum menatap koper ditangannya. Wajah Xeena yang tersenyum terbayang jelas di mata Rex. Lalu saat orang kepercayaannya datang, Rex dengan santainya menuju sebuah bandara dengan pesawat pribadinya yang juga telah siap untuk terbang.

"Benar, aku hanya perlu mengunjungi Paman Alex untuk bertemu denganmu, Xeena. Mungkin aku akan kembali ke Itali untuk beberapa saat, tapi aku tetap akan menemuimu di Paris, Xeena. Jadi bisakah kau menungguku?"














===================================

Seee you in next chapter,  😂😂😂

Salam hangat, 😁😀😊

=Ellina Exsli=

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.9M 92.2K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
265K 17.1K 45
The most wanted sebagai pembunuh bayaran... The last princess sebagai pewaris sah tahta kekaisaran... Dia juga adalah adik perempuan sorang preside...
118K 10.3K 55
Spin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hi...