Faire L'amour (#Wattys2017)

By my_melodyminuet

6.2K 801 292

Berawal dari, tabrakan seorang cowok, berandal+selalu kena hukuman. Sebenarnya modus cowok sudah biasa untuk... More

Perkenalan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17

14

211 24 26
By my_melodyminuet


Hari ini hari Jumat. Penilaian musik akan dinilai hari ini. Semua anak sejak pagi berlatih. Mereka datang pagu hanya untuk berlatih musik. Sampai-sampai ada yang ditegur oleh guru piket karena terlalu berisik. Jika hari ini angggota tidak siap tampil, maka nilai musik akan dikurangi banyak.

Tentu siapa yang mau, bisa-bisa tidak naik kelas hanya karena pelajaran musik tidak tuntas. Jika satu orang dalam kelompok tidak kompak maka nilai akan dikurangi bersama-sama sehingga hasilnya juga akan sama. Palingan ujung-ujungnya salah-salahan. Ya seperti itulah.

Rachel berlatih dengan serius ditambah bantuan Dion. Semoga hari ini sukses!! Rachel sudah tak sabar. Teman-temanya juga sudah siap. Saat pelajaran musik tiba, semua anak kelas 10B dipanggil keruang musik untuk tampil. Didalam sana berisik sekali, sampai Bu Lista masuk dan memulai pelajaran.

"Baik anak-anak. Kelompok 1 silahkan maju dan menerangkan lagu apa yang akan dimainkan. Ingat, ini penilaian jadi kalian harus sungguh-sungguh."

Semua anak menengguk ludah. Anggota kelompok satu maju, mereka menyanyikan lagu daerah yang berjudul 'Getuk'. Diiringi oleh gitar dan kahon. Lalu kelompok dua, mereka menyanyikan lagu pop yang berjudul 'Dia-Anji' .

Sampai kelompok Rachel dipanggil. Aldo, Aldi, Cerry sama-sama menengguk ludah. Tentu mereka grogi, begitu pula Rachel. Sebelum maju, mereka bersatukan tangan. "Kita bisa!" kata Aldo. 

"Iya!" semua menjadi yakin. Mereka maju. Semua mata tertuju pada mereka.

Bu Lista menaikkan kacamatanya. "Rachel, silahkan." kata guru itu.

Rachel mengangguk sopan. "Selamat pagi Bu Lista dan teman-teman. Kami akan memyanyikan lagu 'We Don't Talk Anymore' . Selamat menyaksikan."

Semua sudah siap. Rachel menghitung. "Satu dua tiga!"

Iringan kontras dari piano, gitar, dan kahon sangat enak. Perpaduannya sangat harmonis. Juga suaranya, semua sangat fokus kepada mereka. Semua anak bertepuk tangan meriah. Ikut bernyanyi. Bangga sekali.

"Woww. Keren banget!! One more time!!" suara riuh satu kelas saat penampilan selesai. Bu Lista berdiri dan bertepuk tangan.


"Terima kasih." Rachel dan teman-temannya menundukkan kepala berterima kasih. Mereka meletakan alat musiknya dan kembali duduk.

Aldi merangkul Cerry dan Aldo merangkul Rachel. Mereka sangat senang. "Kita hebat!" kata Aldi.

Cerry dan Rachel ikut senang. "Iya!"

Mereka duduk dipojok. Ikut menyaksikan penampilan selanjutnya. Rachel melepas rangkulan Aldo karena Cerry menatapnya tak suka.

***

Bryan bermain basket dilapangan. Pelajaran olahraga sangat disukai oleh cowok-cowok itu. Dibagi menjadi dua tim.  Bryan, Gerald, berada di tim 1 bersama teman-teman yang lain. Dan Julio, Rey, dan Albert berada dikelompok 2 bersama yang lainnya.

Bryan mendapat operan dari Gerald. Bryan melempar kedalam ring, dan mendapatkan poin 2. Dinyatakan tim 1 menang dalam permainan ini. Bryan berjalan ketengah lapangan. Diikuti Julio, Gerald, Albert, dan Rey.

"Untuk kali ini tim lo menang!" kata Albert sambil minum air.

"Udah biasa," Bryan menepuk pundak Albert. "Santai aja, permainan biasa."

Seorang cewek berjalan kearah perkumpulan cowok ditengah lapangan itu. Membawakan handuk kecil dan botol air. Cewek itu mendekat kearah Bryan lalu menepuk lengan Bryan.

"Bryan," panggil cewek itu.

Bryan dan teman-temannya menengok kearah cewek itu. Bryan menatap cewek itu. "Kenapa?" jawabnya datar.

Cewek itu memberikan handuk dan botol air itu kepada Bryan. Bryan menatao cewek itu, lalu menatap barang-barang yang dibawa cewek itu. Bryan mengambilnya keras. Mengambil handuk itu dan mengelap ke mukanya yang sudah berkerikat.
Ia menenggak minuman itu.

"Bryan lo bagus mainnya.." puji cewe itu. Dinda. Cewe itu bernama Dinda. Dinda adalah gadis cantik, seksi, tajhir, dan diincar banyak cowok.

"Dia doang nih yang dipuji?" Julio berjalan mengitari Dinda lalu berdiri disebelah Dinda dan merangkulnya. "Gue nggak? Kan gue juga main? Lagian Bryan udah ada yang punya."

Dinda menghempas tangan Julio. Julio , Gerald, Rey, dan Albert pura-pura kaget. "Woawww!" Julio melihat tangannya. "Santai aja Neng! Kasar amat!"

Dinda menatap Julio jutek. Dinda hanya menyukai Bryan sejak pertama MOS. Dinda menatap wajah Bryan kembali. Mengambil handuk tadi dari tangan Bryan dan mengelapkan kemuka Bryan.

"Modus! Modus!" sindir Rey. "Rachel! Rachel! Cowok lo diganggu! Hahaha!"

Dinda menatap sinis Rey. Lalu kembali mengelap wajah Bryan.
Bryan menatap Dinda tajam. Ia mencengkram tangan Dinda. Dan menghempasnya keras agar tak menyentuh mukanya.

Memang Bryan tak suka dengan cewek yang memegangnya tanpa izin. Sikapnya selalu dingin kepada cewek apapun. Terkecuali Rachel. Orang yang ia sayang, yang hanya ada dihatinya seorang.

"Jangan berani-berani nyentuh gue!" Bryan berjalan kearah kantin.

Rey, Gerald, dan Julio berjalan kekantin mengikuti Bryan. Sedangkan Albert masih berdiri disebelah Dinda. Cowok itu mengacak rambut Dinda lalu pergi meninggalkan Dinda.

Dinda melipat kedua tangannya didepan dada. "Whatever! Bryan it's mine! " Dinda tersenyum miring.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi. Banyak anak yang pergi kekantin. Juga ada yang berbincang-bincang dikelas masing-masing. Aldo, Cerry, Rachel, dan Aldi berencana makan dikantin bersama. Mereka berjalan menuju kantin dari ruang musik.

Cerry dan Rachel yang akan memesan makanan dan minuman. Aldo dan Aldi akan mencari tempat duduk. Cerry akan memesan makanan sedangkan Rachel memesan minuman.

Cerry membawa makanannya satu persatu kemeja yang ditempati Aldo dan Aldi ditengah kantin. Rachel dan Cerry membawa minuman bersama.

"Thanks Chel. Lo ngerti gue," kata Cerry.

Rachel tersenyum mengangguk. Sedang asik mereka berjalan ke meja, tiba-tiba ada orang yang menabrak Rachel. Minuman yang dipegang Rachel tumpah kebajunya semua. Cerry kaget segera ia meletakan minuman itu dan membantu Rachel meletakan minuman itu.

"Eittss sorry sorry." kata cewek itu sambil menutup mulutnya. "Tumpah yaa?" cewek itu membuka kipasnya lalu mengipasi wajahnya.

Dari nada bicaranya saja sudah ketahuan kalau dia sengaja. Rachel menarik nafas. Rachel menatap tajam cewek berbaju olahraga itu. "Mau lo apa?!" Rachel maju selangkah. "Lo ngajak ribut?!"

Cewek itu menutup kipasnya. "Iya! Kenapa?!"

Cewek itu menarik rambut Rachel dengan keras. Membuat Rachel berjerit kesakitan. Rachel tidak mau kalah, ia juga menarik rambut cewek itu. Cerry sudah mencoba melerainya. Tapi mereka berdua malah menjadi tontonan. Anak-anak malah memotretnya, seakan kejadian ini hanya satu tahun sekali.

Rachel mengambil gelas minuman tadi, lalu menyiramnya ketubuh cewek itu.

"SIALAN!" Cewek itu mengangkat tangannya dan melempar satu tamparan kewajah Rachel.

Rachel menutup wajahnya. Ia sangat ketakutan.

"Mau ngapain Din?! Lo mau nampar Rachel?!" Bryan menahan pergelangan tangan Dinda. "Lo nyari masalah mulu ya!"

Rachel pernah mendengar suara ini. Suara ini tidak asing ditelinganya. Rachel membuka wajahnya dan melihat Bryan berdiri dihadapannya.

"Apaan sih lo?! Dia duluan yang mulai!" Dinda mengempas tangan Bryan. "Kok lo jadi belain dia? Liat nggak baju mahal gue basah?!" Dinda sok dramatis agar dikasihani.

Tapi Cerry tidak diam, "Ratu drama... Lo mau buktinya?! "

"Ada apa ini?" Suara guru yang sangat dikenal. Suara Bu WID. Guru kesiswaan. Semua anak langsung bubar dari tempat itu. Begitupula Bryan. Bryan kembali kemeja tempat teman-temannya dan dirinya duduk.

Dinda menjadi sangat dramatis. "Ibu, dia nyiram saya pakai jus bu."

"Diam! Kalian berdua ikut Ibu ke ruang BK. Hanya boleh 1 saksi dari satu pihak. "Bu WID berjalan keluar dari kantin.

Rachel menggigil. Dinda berjalan dibelakang mengikuti Bu WID dengan satu saksi yaitu temannya sendiri. Yang sudah dipastikan akan memutar balikan fakta. Rachel bergetar, tangannya dan hatinya sangat takut.

Cerry mengelus badannya. "Tenang Chel, ada gue." Cerry menggenggam tangan Rachel agar hangat. "Jangan takut."

Mereka berdua berjalan keluar dari kantin. Bryan mengejar dari belakang. "Rachel!" panggilnya.

Mereka berdua berhenti melangkah dan berbalik badan. Bryan membawa jaketnya. Bryan memakaikan jaketnya kebadan Rachel. "Nih lo pake biar hangat."

"Tapi nanti jaket lo------"

Bryan memotong pembicaraan Rachel. "Nggak papa. Asalkan lo hangat, gue bakal relain jaket kesayangan gue buat lo." kata-katanya sangat lembut. "Gue anterin sampai ke ruang BK ya,"

Rachel mengangguk. Mereka bertiga kembali berjalan. Rachel tersenyum kecil, jaket yang dipakainya sekarang adalah jaket kesayangan Bryan. Yang selalu dipakainya. Dan tidak boleh disentuh, atau dipakai oleh siapapun. Tapi buat Rachel sangat boleh dipakai. Rachel sangat tersentuh. Ternyata Bryan nggak seburuk yang ia kira.

***

Suasana menegangkan terjadi diruang BK itu. Hanya ada Rachel, Cerry, Dinda, Gia dan Bu WID didalam sana. Bu WID memegang penggaris yang terus dipukuli ditangannya. Rachel menunduk karena seram.

"Jadi, bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Bu WID.

"Tadi si Rachel nyirem saya Bu terus saya dijambak Bu." cerocos Dinda.

"Bukan saya Bu. Dia yang duluan. Eh lo! Gue nggak kenal lo siapa! Kenapa lo nganggu gue?!" Rachel mencoba membela dirinya.

"Cukup. Saya ingin bertanya kepada saksi." Bu WID menunjuk penggarisnya kearah Cerry. "Kamu Cerry. Kamu yang bersama Rachel. Coba kamu jelaskan."

"Jadi Bu, saya dan Rachel baru saja memesan minuman. Kami ingin ke meja tempat kami duduk. Tiba-tiba Dinda menabrak Rachel keras, dan membuat minuman yang dipegang Rachel tumpah. Dinda malah mengejeknya. Saat Rachel bertanya, tiba-tiba Dinda menjambak rambut Rachel. Pasti Rachel juga akan melawan Bu. Nah karena Dinda terlalu keras menarik rambut Rachel, Rachel ngambil gelas jus, dan menyiram Dinda Bu."

"Bu tapi Rachel yang mulai Bu. Temen saya nggak salah Bu. Kita hanya lewat biasa." Bela Gia.

"Baik, terima kasih Cerry. Gia diam dulu. Ibu sudah mengerti."  Guru itu menarik nafasnya. "Jadi Rachel kamu punya masalah apa sama Dinda? Atau kamu Dinda punya masalah apa sama Rachel? Kalian tahu, jika kalian ribut seperti ini karena hal yang tidak jelas, bisa-bisa nama baik sekolah kita tercemar."

"Jadi disini yang salah adalah Dinda. Dind kamu harus meminta maaf kepada Rachel. Disini masalah tidak harus dibawa kemana-mana. Nanti Dinda harus memungut sampah-sampah disekolah ini. Hukuman berlaku sampai besok. " kata Bu WID.

" Tapi Bu, Rachel juga salah. Kok saya doang Bu?" Dinda mencoba mengelak.

"Tunggu dulu Dinda. Ibu belum selesai berbicara. Sedangkan Rachel, kamu harus membersihkan taman didalam sekolah ini. Kalian impas. Tidak ada yang membantah!"

Rachel dan Dinda menunduk. "Baik Bu," jawab mereka berdua.

"Dinda ayo minta maaf. Rachel juga. Jangan seperti anak kecil."

Dinda menatap Rachel sinis. Rachel menatap Dinda tajam. Dinda mengulurkan tangannya sambil membuang muka. Rachel menjabat tangannya. Sombong banget! Ini ulah lo! Rachel menggumel.

"Kalian berdua harus berganti pakaian agar tidak masuk angin. Pinjam baju di UKS. "

Rachel dan Dinda mengangguk. "Baik Bu."

"Kalian boleh keluar dari ruangan ini." Bu WID membuka pintu ruang BK.

Semua anak yang menonton kejadian didalam ruangan itu langsung bubar entah kemana. Rachel dan Dinda berjalan keluar dari ruangan itu. Diikuti Cerry dan Gia.

Aldo, Bryan dan Julio berdiri disana. Rachel dan Cerry berjalan kearah mereka.

"Lo nggak papa Chel?" tanya Bryan.

"Tadi Bu WID ngomong apa? Dia kasih hukuman apa?" cerocos Julio.

Bryan ingin menyumpel mulut Julio dengan tisu. Rachel tersenyum , "Nggak papa. Tadi Cerry udah bantu gue. Gue dikasih hukuman bersihin taman. Nggak papa lah, taman doang." jawabnya mencoba semangat.

"Tenang gue bakal bantuin lo Chel!" Aldo, Julio dan Bryan serempak menjawab.

Cerry menepuk bahu Rachel. "Gue juga Chel! Semangat!"

Rachel tersenyum, "Thanks guys."

"Sampai kapan?" tanya Aldo.

"Sampai besok doang. Nggak papa lah," Rachel tersenyum.

"Yah tapi nanti pulang telat donggg." Rengek Julio. Julio bergelendot ditangan Bryan. Bryan menjauhkan kepala Julio dan wajahnya.

"Hahaha!" Mereka tertawa bersama.

***

Rachel, Cerry, Aldo, Bryan, Julio, Gerald, Albert sudah berada ditaman belakang sekolah. Mereka siap membersihkan taman itu. Tidak terlalu kotor, karena taman ini sangat terawat. Menurut Rachel, ia sangat beruntung mempunya teman seperti mereka. Yang selalu membantu.

"Guys! Ayo bantu Rachel bersihin taman ini! Dengan begitu kita bjsa cepat pulang!" kata Bryan yang memandu mereka. "Julio, Albert lo berdua bersihin selokan. Gerald, gue bersihin kolam. Rachel, Cerry, Aldo kalian bersihin sampah-sampah ditaman ini. Gimana? Setuju?"

"Setuju!" jawab mereka serempak.

Dengan cepat mereka langsung melakukan perkerjaan sesuai tugasnya masing-masing. Disini lah mereka bersenang-senang. Karena sudah memakai baju anti pelindung, mereka sesekali bermain. Seperti, Albert mendorong Julio masuk keselokan.

"AL! GILA LO! DORONG GUE! NANTU KALI GUE MATI GIMANA?!" Julio kaget setengah mati.

Albert tertawa berbahak-bahak. Begitu pula yang lain. Albert tersenyum jahil. "JUL! ADA KECOAK! ITU!" Albert menunjuk benda yang tidak bergerak itu.

Julio meloncat, dan berteriak histeris. "MAMA! KECOAK! KYYAAA!" Julio sudah sangat ketakutan.

Tawa Albert kembali berderai, bahkan lebih ngakak dari yang tadi. Yang lain menggeleng-geleng kepala, dan ikut tertawa. "Santai aja Jul! Nggak ada kok! Ahahaha!"

Gerald masuk kedalam kolam. Saat Bryan ikut masuk kedalam kolam, ikan-ikan berkumpul didekat kakinya. Bryan menjerit, takut kalau ikan-ikan tersebut menggigit kakinya. "MAMA! IKAN! IKANNN! TAKUT GUE!" Bryan gemetaran dan takut.

Gerald melihat Bryan tertawa, tingkahnya sama seperti anak berumur 2 tahun yang takut dengan ikan. "Gila Bry! Lo udah segede gaban gini masih takut sama ikan?! Hahaha!" Gerald menepuk bahu Bryan. "Malu kali! Ada Rachel!"

Rachel menggeleng menatap Bryan. Bryan menyengir lebar. Setiap orang pasti punya kekurangan. Ya begitulah manusia, pasti ada yang ditakutkan.
Rachel terus menyapu daun-daun yang berjatuhan.

Entah kenapa daun-daun itu malah terus beterbangan setelah dikumpulkan. Padahal angin saja tidak ada. Cerry dan Rachel mengela nafas, mengelap keringatnya karena dari tadi rasanya sia-sia mereka menyapu. Saat Rachel dan Cerry melihat siapa pelakunya, ternyata Aldo, Aldo mengipasi daun-daun yang telah dikumpulkan dengan kipas sate.

"ALDO!" pekik Cerry.

Aldo berlari disekitar taman. Cerry ikut mengejarnya. Rachel menggeleng. Tapi ada benarnya juga sih. Saat Aldo berlari mendekat kearah Rachel. Rachel membuang sapunya. Lalu menarik lengan Aldo. "Lo harus nyapu! Aldo!"

"Ampun. Iya deh gue bantuin." Aldo meminta maaf. "Maaf, gue bantu tenang."

Rachel dan Cerry menatap bersama lalu tersenyum jahil. "Ogah! Lo aja! Kan lo yang buat berantakan!" ucap mereka berdua.

"Dih! Ya udah. Biar gue yang kerja." Aldo pasrah. Wajahnya menjadi cemberut.

Rachel dan Cerry tertawa. Mereka berdua mencubit pipi Aldo. "Jangan baper elah! Kita bantuin kok!" ucap Rachel.

Mereka bertiga kembali mengerjakan tugasnya. 1 jam kemudian, semuanya kelar. Mereka semua berkumpul ditengah taman. Berbentuk lingkaran. Albert mengipasi dirinya yang kelelahan, bergantian memutar. Bryan datang membawa minuman untuk mereka semua.

"Nih minum." Bryan meletakan minuman yang dibawa ditengah-tengah mereka. Bryan memisahkan minuman untuk Rachel. "Nih Chel buat lo." Bryan memberikan minuman itu kepada Rachel.

Rachel tersenyum, lalu mengambil minuman itu. "Thanks,"

"Rachel aja, perhatian banget! Lah gue? Asal aja yang penting ada. Gue iri sama Racheellll," rengek Albert dan Julio.

Bryan menyodorkan minumannya ke Albert. Baru saja Albert ingin mengambilnya, ditarik kembali oleh Bryan.

"Dih! Kirain mau ngasih!" Albert cemberut. Bryan tertawa.

Ting! Salah satu dari ponsel mereka berbunyi. Mereka membuka ponsel masing-masing dan tidak ada pesan masuk diponsel mereka. Bryan membuka ponselnya dan terdapat pesan masuk dari.............Bang Dion?

~Dion
> Adek gue kemana? Anterin dia Bro. Jangan pulang sore-sore. Thanks.

Bryan melirik jam dipergelangan tangannya. Pantes. Bryan membalas pesan Dion.

~Bryan
>Ok bang.

Bryan mengambil tasnya, "Chel ayo balik . Abang lo nyariin lo." Bryan berdiri.

Rachel mengangguk lalu mengambil tasnya dan berdiri, "Gue balik dulu ya Guys. Thanks atas bantuannya hari ini. Bye!"

"Gue balik. Jangan balik lama-lama, serem ni sekolah kalo malem-malem. Bye!" Bryan menarik lengan Rachel.

***

R

achel merentangkan tubuhnya diatas kasur. Rasanya lelah sekali hari ini. Sudah dihukum, untungnya ada yang membantu. Rachel duduk ditengah kasur itu. Memangku guling. Mengambil novel kesukaannya yang belum selesai Rachel baca.

Tok! Tok! Tok! Lia mengetuk pintu, lalu masuk kekamar Rachel. "Sayang, kamu lagi ngapain?"

Rachel melihat mamanya, "Lagi baca novel Ma,"

Lia berjalan ketempat tidur Rachel. Lalu duduk ditepi kasur itu. "Kamu nggak ganti baju dulu?" Lia mengelus rambut Rachel. "Mama mau bicara sama kamu. Kamu ganti baju dulu sana."

"Ah iya, oke Ma." Rachel beranjak dari tempat tidurnya. "Bentar ya Ma."

Rachel membuka lemari baju, mengambil baju santainya dan masuk kekamar mandi. 10 menit kemudian, Rachel keluar dari kamar mandi dan duduk kembali ditempat tidur. "Kenapa Ma?"

"Kamu pacaran sama siapa?" Lia to the point. "Hm? Mama tahu lho,"

Rachel menyengir, lalu mengambil tangan Lia dan menggenggamnya. "Mama.... Hehehe, Mama tahu dari bang Dion ya?"

Lia mencoel pipi Rachel. "Kamu ya, kecil-kecil udah pacaran. Sama siapa?"

"Hehehe, sama Bryan Ma." Rachel menyengir. "Emang kenapa Ma? Oh iya, tadi Bryan bilang besok kita diundang ke rumah dia. Ada apa ya Ma?"

Lia tersenyum teduh, "Iya, Papa sama Mamanya Bryan kenal sama Mama sama Papa. Dan katanya anak Mama yang cewek pacaran sama anaknya. Mama kaget, lho." Lia menggelitik perut Rachel. "Kamu nggak kasih tahu Mama ya .."

Rachel merasa geli, Ia terus tertawa. "Udah Maaa, maaf aku nggak kasih tahu. Jadi kita diundang Ma?" Rachel menatap Lia serius. "Ini bukan acara yang kayak di TV itu kan? Yang mantunya harus main kerumah untuk tunangan? Atau dijodohin gitu?  Aku nggak mau ya Ma."

Lia melotot. "Ya bukan lah, kamu mikirnya terlalu jauh. Tuh kan, jangan mikir jauh-jauh sayang. Kita cuma dinner bareng keluarga Susanto." Lia tertawa kecil.

"Ya udah, kamu besok mau pakai apa? Harus dress ya sayang. Yang sopan."

"Iya Ma. Aku nggak tahu Ma, masa harus pakai dress sih. Kan cuma acara biasa." Rachel memang tidak begitu suka memakai dress jika ke acara yang tidak resmi.

"Hei. Kamu cewek sayang. Sekarang kamu ikut Mama kekamar Mama." Lia berdiri daru kasur. Lia menarik lengan Rachel. "Ayo sayang. Biar Mama pilihin baju yang pas buat kamu."

"Iya Ma." Rachel berdiri dan mengikuti Lia ke kamarnya.

Lia masuk kedalam kamar. Lalu membuka lemarinya. Rachel terpesona melihat isi dari lemari orangtuanya itu. Hanya baju Mamanya yang ada disana. Banyak sekali dress yang indah dengan motif-motifnya.

Lia mengambil satu persatu dressnya. Lalu menyocokkanya ketubuh Rachel.
"Ini semua dress Mama waktu SMA, masih bagus. Mama nggak sering pakai dulu."

Rachel mengangguk. Ia merasa sangat bosan dengan hal ini. Hanya Lia yang sangat sibuk. Akhirnya Lia menemukan dress yang pas untuk anaknya. Dress yang tidak terlalu mencolok warnanya, juga tidak terlalu ribet akan motifnya. Dress  berwarna biru tua dengan pita dipinggangnya. Sangat cocok untuk tubuh Rachel yang lumayan tinggi, dan wajahnya yang oval.

"Wahh cocok banget! Kamu pakai ini aja besok!" heboh Lia. "Gimana menurut kamu sayang?"

Rachel tersenyum. Ikut setuju dengan dress pilihan mamanya. Warnanya terlalu tidak mencolok, dan tidak terlalu aneh. Rachel juga suka dengan dress pilihan mamanya. "Bagus Ma. Aku suka."

"Ya udah besok kamu pakai ini ya. Ini bawa kekamarmu." Lia memberikan dress itu kepada Rachel.

Rachel mengambil dress itu. "Okeyy Maa, aku balik ke kamar dulu ya." Rachel berjalan keluar dari kamar orangtuanya.

"Oke sayang. Jangan lupa nanti turun makan malam!" kata Lia.

Rachel mengacungkan jempolnya kebelakang. "Sipp!"

Rachel masuk kembali kekamarnya. Meletakan dress itu di lemarinya dan kembali pada novelnya ditempat tidur.

Ting! Ponsel Rachel berbunyi dan bergetar. Rachel melirik ponselnya dan mengambil ponselnya. Tertera nama Bryan disana. Rachel segera membuka pesan itu.

~Bryan
>Udah kasih tahu ke ortu lo belom? Gue ditanyain mulu nih sama nyokap gue. Jawab.

Rachel memanyunkan bibirnya. Ketahuan deh kalau Rachel jarang sekali memjawab pesan Bryan. Alasannya, pertama jika pesan itu tidak penting maka Rachel tidak akan membala. Kedua, membalas pesan yang tidak penting akan menyita waktu berharga Rachel. Ketiga, jika memang tidak ada pulsa Rachel tidak akan menjawab pesan itu karena gagal mengirim.

~Rachel
>Iya, udah.

Rachel meletakan ponselnya dikasur, dan lanjut membaca novelnya.

***

Bryan terus memegangi ponselnya dengan erat. Saat ponselnya bergetar, Bryan langsung membuka ponselnya, dan membaca pesan balasan dari Rachel. Bryan mengela nafas lega, gawat jika Rachel tidak membalasnya.  Sebab saat ini Bryan sedang dalam introgasi kedua orangtuanya. Bryan duduk dihadapan kedua orangtuanya sekarang. Papanya-Edward menatap Bryan serius. Suasana tegang sedang terjadi dirumah ini. Seram sekali.

Claudia melepas kacamatanya, "Udah kamu kasih tahu belum?"

Bryan mengangguk. "Udah, Ma."

Edward menurunkan koran yang dibacanya. "Kamu kenal sama anaknya?" tanya Edward. "Kamu pacaran sama Rachel ya?"

Bryan menengguk ludanya. Waduh ketahuan deh. Jari Bryan terus mengetuk pahanya. "I..... Iya Pa. Bryan pacaran sama Rachel." Bryan menganbil nafasnya dalam-dalam. "Rachel udah bantuin Bryan belajar. Nilai Bryan disekolah jadi bagus. Dan Bryan udah jarang dapet poin ,Pa."

Edward menutup korannya. Lalu menepuk bahu anaknya. Senyum terbit diujung bibir Edward. "Anak pintar. Jangan terlalu gitu deh, Papa nanya doang."

Claudia tertawa melihat anaknya tertuduk. Mungkin takut. "Sayang kamu kenapa? Papa sama Mama nggak bakal marah kok. Namanya juga anak muda." Claudia mengelus rambut Bryan.

Bryan mendongak. Lalu memanyunkan bibirnya. "Ahh Papa! Mama! Bryan udah takut setengah mati. Kirain Mama sama Papa bakal marahin Bryan."

Edward tertawa. "Kamu ini. Ya sudah, yang penting pesannya sudah tersampaikan kekeluarga Rachel kan?" Edward tersenyum jahil. "Cantik nggak Rachelnya?"

Claudia langsung menatap Edward tajam. Lalu mencubit lengan Edward keras. "Papa mau naksir sama pacar anak kita? Awas aja!" Claudia cemberut lalu berbalik membelakangi Edward.

Edward berjerit kesakitan. Cubitan Claudia memang paling tidak bisa dikalahkan siapapun. Cubitannya membuat biru, dan membuat nyeri yang tidak akan hilang selama 2 hari.

"Aww! Yah Mama... Papa nggak akan berpaling dari Mama. Kan Mama yang paling cantik." Edward memelas.

Bryan menatap datar kedua orangtuanya. Masih ada aja orangtua yang kayak begini. Ngambek-ngambekan. Kayak anak muda aja. Pikir Bryan.

Bryan berdeham keras. Membuat kedua orangtuanya berdiam dan menatap Bryan. "Pa, Bryan udah sampaikan ke Rachel. Dan Rachel sudah bilang ke orangtuanya."

Bryan melanjutkan bicaranya. "Pa, Ma emang kita mau ngapain sih? Dinner? Buat apa? Kapan Papa sama Mama kenal sama orangtua Rachel?" pertanyaan bertubi-tubi ditanyakan Bryan.

"Satu-satu dong sayang." kata Claudia. Claudia masih tidak mau menatap Edward. "Jadi orangtuanya Rachel itu teman kantor Papa. Nah karena nilai kamu sudah bagus karena bantuan Rachel, Papa sama Mama ngajakin keluarga Rachel dinner dirumah kita."

Bryan mengangguk tanda mengerti. "Ohhh jadi gitu."

"Ya udah. Kamu temenin Mama belanja ya sayang," Claudia serius. "Nggak boleh nolak."

Bryan kaget. Belanja? Huh! Bryan menghela nafas kecewa. Bryan memang tidak suka menemani orang belanja. Apalagi kalau perempuan, pasti lama dan ribet. Bryan cemberut, yang seharusnya ia bisa bermain game didalam kamar dan mencapai level tertinggi digame itu malah tertunda. "Iya deh Ma. Aku temenin."
Pasrah Bryan menyerah.

Claudia tersenyum, "Ya udah kamu ganti baju dulu. Abis itu kita pergi."

Bryan berdiri, mengangguk dan berjalan berputar menuju kamarnya. 

"Sayang kamu nggak marah kan?" Edward mencoel pipi Claudia.

Claudia masih membuang muka. "Menurut Papa?"

Edward tersenyum lalu memeluk Claudia erat dan mencium kepalanya. Ia tahu, Istrinya akan luluh jika diperlakukan seperti ini. "Maaf ya...." katanya lembut.

Claudia membalas pelukan Edward dan tersenyum mengangguk. "Iya Pab Mama maafin."

Bryan mengintip orangtuanya yang dibawah itu. Bryan mengangguk lalu menggeleng. Ternyata sama. Mama dipeluk luluh, kok kita sama ya Pa? Pikir Bryan. Llau ia menyengir dan berjalan kekamarnya.

***

Bersambung...... See you guyss. Thanks ya yang udah mau nge-vote👍.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
481K 52.8K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 220K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.7M 77.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...