Voice Later (Koe Adote) ✔

De inflakey

115K 9.4K 376

Voice Later : The voice that can't be heard ~ COMPLETE [18 Feb 2017] BOOK 1 -------- WARNING ------- ... Mais

Kata Pengantar
BAB 1 : PROLOG
BAB 2 : Tokyo
BAB 3 : School
BAB 4 : Blushing?!
BAB 5 : Suka?
BAB 6 : Cocok?
BAB 7 : Kiss?
BAB 8 : Date?!
BAB 9 : Going Out?
BAB 10 : Christmas Gifts
BAB 11 : What Happen With Rui?
BAB 12 : Who?!
BAB 13 : Hospitalization
BAB 14 : Fragments
BAB 15 : Chocolate Valentine
BAB 16 : Not a Date?
BAB 17 : Daiki Past~
BAB 18 : Daiki is a Monster?
BAB 19 : Take Care~
BAB 20 : Rival?
BAB 21 : Date with Mother In Law!!
BAB 22 : Kekasih?
BAB 23 : Game!
BAB 24 : Game Set!
BAB 25 : Beautiful Rui~
BAB 26 : Just Do Anything~
BAB 27 : Sorry~
BAB 28 : Riku -san~
Afterwords

BAB 29 : End of the Beginning

3K 267 7
De inflakey

Voice Later

Bab 29

==== presented by kimkey2305 ====

Rui merapikan tas khusus sekolahnya kemudian berjalan sedikit menuju lemari yang memiliki cermin didepannya menatap bayangannya yang terpantul dalan lemari tersebut.

Tampilan yang saat ini saat terpantul adalah dirinya yang mengenakan seragam sekolahnya dimana blazer khusus sekolahnya menutupi sweater cream dan kemeja putihnya. Rui terlihat sedikit merapikan kerah blazer serta dasinya yang diselipkan pada belakang sweater ceeamnya, blazernya pun terkancing rapi.

Rui menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman manis dibibir mungilnya. Tak lupa Ia sedikit merapikan rambutnya kemudian menepuk kedua pipinya pelan beberapa kali. Rui membuka lemari dihadapannya meraih syal merah maroon dari dalam lemari menutup kembali lemari tersebut menggantungkannya pada lengan kirinya.

"Yosh!"ujarnya dengan keyakinan dan semangat.

Rui kemudian mulai menggerakkan kakinya berjalan mengambil tas sekolahnya yang berada diatas meja belajarnya dan berlalu keluar dari kamarnya tersebut. Rui menyusuri lorong kemudian berjalan menuruni tangga dan langsung menemukan bibi, paman, Fumio dan Chie yang sudah menunggunya dimeja makan.

"Ohayou Rui -chan"sapa Youko yang sedang menyiapkan meja makan untuk sarapan.

"Ohayou bibi, paman, fu -chan, Chie"ujar Rui dengan senyumannya sembari berjalan menuju meja makan yang mendapatkan anggukan kecil serta senyuman dari setiap nama yang mereka sebutkan, meletakkan syalnya pada sandaran kursi dan meletakkan tasnya pada sisi kiri tempat duduknya.

"Baik ini-"ujar Youko yang meletakkan mangkuk berisi nasi untuk Rui dihadapan Rui.

"Terima kasih ba -chan. Itadakimasu~"ujar Rui yang saling menyatukan tangannya kemudian mengambil sumpitnya dan bersiap untuk melahap sarapannya.

"Melihat Rui yang menyapa dan mengucapkan selamat makan rasanya aneh sekali"ujar Chie yang saat ini duduk dihadapan Rui. Rui sedikit kaget kemudian memberikan senyuman manis pada Chie.

"Aku juga belum terbiasa. Tapi rasanya dari dulu aku ingin mengatakan hal seperti ini hehe"jawab Rui yang sedikit mengeluarkan semburat merah dipipinya.

"Baik baik~ Cepat kalian makan dan pergi sekolah. Kalian tidak boleh telat, kalian sekarang senior bukan?"ujar Youko yang sudah mengambil posisi duduknya. Rui mengangguk pasti dengan semangat kemudian melahap sarapannya.

Setelah mereka usai dengan sarapan, mereka beranjak dari meja makan dengan Rui yang sebelumnya melingkarkan syal yang Ia bawa pada lehernya. Merekapun tak lupa untuk pamit kepada Youko kemudian beranjak pergi meninggalkan kediaman Hayasi tersebut.

Rui ditemani Fumio serta Chie menyusuri jalan menuju stasiun kereta, beberapa orang sudah banyak yang mengisi stasiun tersebut. Rui menahan langkahnya menatap tempat yang tak jauh dihadapannya, sebuah tempat dimana disana pertama kalinya Ia melihat Daiki berdiri menunggu kedatangannya bersama Fumio dan Chie. Tempat yang terlihat tenang dan nampak gambaran Daiki yang berdiri disana dengan rambutnya yang melambai diterpa angin musim gugur yang lalu.

'Kalau Daiki ada, dia mungkin berada diujung sana menunggu kami'batin Rui yang masih terus memangdang tempat tersebut.

"Rui?"suara Fumio memanggil Rui yang sedaritadi diam menatap jauh tempat yang Ia maksud.

"Keretanya akan berangkat, ayo!"ujar Fumio menggerakkan kepalanya kearah kereta mengisyaratkan pada Rui. Rui menatap kaget pada Fumio yang di sebelahnya terdapat Chie yang sedang memeluk lengan kanan Fumio, menatap kearahnya dengan bingung juga.

"Ma... maaf"ujar Rui yang kemudian menyusul Fumio dan Chie yang sedikit jauh dari tempatnya berdiri. Ruipun tersenyum kepada Fumio dan Chie kemudian meraih lengan kiri Fumio memeluknya layaknya yang dilakukan oleh Chie, Fumio dan Chie terkekeh karena tingkah Rui.

"Aku punya dua adik kecil sekarang"ujar Fumio disela berjalannya mereka membuat Chie dan Rui tertawa dengan candaan Fumio tersebut.

"Kalau tidak seperti ini kalian terlihat sepert pasangan kekasih, haha"canda Rui.

"Rui -chan bicara a... apa"protes Chie yang dengan semburat merah dipipinya, Rui terkekeh yang melihat reaksi Chie. Fumio pun ikut tertawa dan juga menggoda Chie yang semakin memberikan rona merah dipipi Chie.

Mereka memasuki kereta dan mendapatkan tempat duduk yang pas untuk mereka bertiga, menunggu kereta sampai pada tujuan mereka sembari bersendau gurau bersama.

Setelah sampai pada stasiun tujuan mereka, mereka turun dari kereta dan kembali berjalan kaki. Sampainya didepan stasiun mereka bertemu dengan Chio dan Yoshio yang kemudian mereka saling menyapa satu sama lain dan berjalan bersama menuju sekolah mereka.

Mereka sampai didepan gerbang sekolah kemudian berjalan masuk memasuki gerbang sekolah ditemani dengan pohon bunga sakura yang merekah disepanjang perjalan mereka, beberapa kelopak yang berwarna merah mudapun terlihat berjatuhan diterpa angin sejuk musim semi.

"Ohayou~"suara Junko dari belakang mereka membuat mereka membalikkan tubuhnya melihat Junko yang sedang berdiri melambaikan tangannya pada Rui dan lainnya, disampingnya pun terdapat Jiro yang menunjukkan senyumanya sebagai sapaannya. Junko dan Jiro teelihat berjalan menghampiri mereka.

"Aku harap kita sekelas lagi"ujar Jiro pada Rui ketika sudah dekat, Rui tersenyum dan mengangguk setuju atas ucapan Jiro.

Mereka berjalan menuju tempat dimana banyak siswa dan siswi berkumpul bersama layaknya sedang melihat sesuatu. Didepan mereka terdapat papan pengumuman yang besar yang terdapat nama-nama para siswa dan siswi sebagai tanda dimana kelas mereka yang akan mereka tempati setahun kedepan.

Rui, Chie serta Jiro berdiri didepan papan khusus untuk kelas dua sedangkan Fumio, Yoshio, Chio dan Junko mencari nama mereka pada papan pengumuman khusus kelas tiga. Dalam sekejab Rui dapat menemukan namanya pada barisan class 1 menandakan Ia akan melanjutkan semester berikutnya pada kelas 2-1. Sedangkan Jiro dan Chie masih mencari nama mereka, Rui melirik kearah mereka dan ikut membaca nama-nama pada papan tersebut.

"Tsk! Kita tidak bersama. Aku di class 3"ujar jiro yang telah mendapatkan namanya pada Rui.

"Rui -chaaan~ aku di class 5"rengek Chie pada Rui, membuat Rui terkekeh.

"Kita tidak sekelas"ujar Chie yang langsung memeluk Rui, Rui tertawa pelam kemudiam mengelus kepala Chie untuk menenangkannya.

Beralih pada Fumio, Yoshio, Chio dan Junko yang berada pada papan nama khusus kelas tiga.

"Haaaa~ aku tidak percaya dari 7 kelas aku berada di kelas 7"suara berat Fumio diikuti ekpresi serta hawa redupnya seakan tak percaya apa yang baru Ia baca.

"Nah~ nah~ yang penting kau mendapatkan kursi dikelas tiga"ujar santai Yoshio menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Fumio.

"Tch!"decak Fumio sembari menghampaskan tangan Yoshio kasar dari kepalanya.

"Orang pintar sepertimu membuatku kesal"ujar kesal Fumio, Yoshio hanya menunjukkan senyuman khasnya.

"Class 5. Jauh sekali dari Class 1"protes Chio.

"Tenang ada aku"ujar Junko yang ternyata namanya berada pada barisan yang sama dengan Chio.

"Tsk! Tidak mau denganmu"ucap kesal Chio.

"Ayolah Chio -chan aku sama saja dengan Yoshio"ujar junko yang menggoda Chio.

"Tidak mau. Kau manusia mesum yang mengerikan"ujar Chio yang mendekat kearah Yoshio sedangkan Junko mengejarnya seakan ingin memeluk Chio.

"Junko kau mengerikan"ujar Yoshio yang menahan bahu Junko dengan tangannya memghentikan pergerakan Junko.

"Eh?! Yoshio aku hanya ingin memeluk Chio dan mengucapkan mohon keja sa-"

"Ehem!"suara batuk tersebut menghentikan ocehan Junko membuat mereka semua menghadap keasal suara itu. Jiro, Rui dan Chie berdiri tak jauh dari mereka dengan Jiro yang baru saja berdehem menatap kearah Junko tajam.

"Jiro -chan aku-"

"Kita mau masuk lebih dulu"ujar Jiro yang lagi-lagi memotong perkataan Junko, tak menatap Junko mengalihkan pandangannya kearah Yoshio.

"Aku juga mau masuk"ujar Fumio yang berjalan menghampiri Rui dan mengajak Rui untuk berbalik dan berjalan bersamanya

"Aku juga"Yoshio yang menarik tangannya dari bahu Junko dan jalan bersama Chio.

"Hey! Jangan tinggalin aku"ujar junko yang mengejar Yoshio dan lainnya yang sudah jalan lebih dulu.

Mereka kembali berjalan memasuki gedung dan menuju loker sepatu mereka masing-masing mengganti sepatu mereka dengan uwabaki khusus sekolah mereka. Melanjutkan perjalan mereka dengan arah yang terpisah karna gedung untuk kelas tiga dan dua berada digedung berbeda.

Rui memasuki kelas lebih dulu dan membuatnya berpisah dengan Chie dan Jiro yang kelasnya berbeda dengan Rui. Rui menggeser pintu kelasnya dan mendapatkan beberapa siswa dan siswi yang sudah menempati beberapa tempat dan saling mengobrol.

Rui menatap beberapa kursi yang masih terlihat kosong kemudian matanya tertuju pada kursi kosong pada baris ketiga dan kedua dari jendela.

'Duduk dipinggir jendela saat musim dingin nanti pasti akan dingin'pikir Rui sembari berjalan menuju pasangan meja serta kursi yang menarik perhatiannya tersebut.

Rui duduk dikursi tersebut kemudian menggantungkan tasnya pada sisi kiri meja dan melepaskan syal merah maroon dari lehernya.

"Ohayou~ Miyamoto -kun. Kita sekelas lagi"suara itu muncul dari depan Rui, Rui nampak kaget dengan seorang yang muncul dihadapannya duduk pada kursi didepan mejanya. Rui menatap bingung pada anak laki-laki dihadapanya.

"Kau tidak ingat denganku? Kita sekelas saat kelas satu"ujar anak tersebut, Rui terkekeh kecil.

"Tentu aku tidak lupa. Kau berada diperingkat kedua bukan, Sagawa -kun"ujar Rui dengan senyuman manis diwajahnya.

"Eh? Aku kira kau tidak mengingatku"ujar anak laki-laki dihapadapannya yang bernama Sagawa tersebut.

"Yoroshiku onegaishimasu, Sagawa -kun"ujar Rui masih dengan senyumannya.

"Eh? Yoroshiku Miyamo- Eh?!-"suara Sagawa yang berubah jadi teriakkan kaget menatap Rui membuat seluruh yang berada didalam ruang tersebut menatap kearah mereka, Rui pun menatap kaget kearah Sagawa.

"Mi... miyamoto -kun k... kau. Su... suara mu"ujar Sagawa yang tergagap. Rui kembali terkekeh kemudian mengangguk.

"Miyamoto -kun berbicara"ujar kembali Sagawa.

"Apa ada yang salah denganku berbicara?"tanya Rui pada Sagawa. Sagawa memberikan antara mengangguk dan menggeleng.

"Miyamoto -kun itu bukankah yang tahun kemarin berkomunikasi dengan tulisan?"ujar salah satu siswa yang ikut bergabung antara Sagawa dan Rui.

Rui pun mengangguk sebagai jawabannya dan pada akhirnya semua siswa mendatangi ketempat duduk Rui mengajak Rui untuk berbicara, Rui pun terlihat antusias saat mendapatkan beberapa obrolan dari teman-teman sekelasnya. Tanpa terasa waktu untuk mereka berkumpul di auditorium sekolah untuk upacara pembukaan tahun ajaran baru.

Rui bersama teman-teman sekelasnya yang barupun mulai membentuk barisan untuk memasuki auditorium, pada sisi yang berbeda terdapat Jiro dan Chie yang baris dengan teman sekelas mereka masing-masing. Tak luma Fumio, Yoshio, Chio, dan Junko yang berada pada sisi khusus untuk para kelas tiga dengan mereka yang berbaris sesuai dengan kelas mereka masing-masing.

Mereka duduk pada kursi yang disediakan untuk kelas mereka masing-masing. Dengan suasana tenang kepala sekolah memulai kata sambutan baik untuk siswa baru atau para murid yang sudah naik kelas, kemudian memperkenalkan beberapa guru dan sedikit memberikan pidato.

Tanpa terasa upacara pembukaan tersebutpun usai dan para murid kembali berbaris dan menuju kelas mereka masing-masing duduk pada kursi yang sudah mereka pilih menunggu wali kelas mereka untuk memasuki ruang kelas, Rui pun sempat berpapasan dengan Jiro dan Chie.

Hari semakin siang namun angin sejuk musim semi masih terus terasa sepanjang hari. Jam istirahat makan siangpun tiba, Ruipun meraih tasnya untuk mengeluarkan kotak makan yang bibinya berikan sebelum mereka pergi dari rumah.

"Miyamoto -kun kau membawa bekal?"ujar Sagawa yang berada didepannya, Rui mengangguk dan meletakkan kotak bekalnya diatas mejanya.

"Rui!"suara Jiro dari pintu kelasnya membuat baik Rui dan Sagawa pun menolehkan kearah pintu.

"Kau akan makan siang diluar lagi?"tanya Sagawa. Kembali Rui mengangguk dan berdiri dari duduknya meraih syalnya dan mengenakannya dilehernya. Sagawa pun ikut berdiri dan berjalan bersama Rui menuju pintu dimana Jiro menunggu Rui.

"Maeda -kun kau bahkan sekarang ikut makan diluar bersama Miyamoto -kun"ujar Sagawa pada Jiro.

"Tidak seberuntung kau yang sekelas dengan Rui"ujar Jiro membuat Rui serta Sagawa terkekeh kecil.

"Sawaga -kun kami permisi"ujar Rui pada Sagawa begitupun Jiro yang memberi isyarat pada Sagawa, Sagawa pun menganguk dan membiarkan mereka pergi.

Rui dan Jiro pun beranjak meninggalkan kelas tersebut berjalan menuruni tangga menuju sisi gedung ditempat dimana mereka menghabiskan waktu jam makan siang bersama. Yoshio, Fumio, Chio dan Junko berdatangan satu persatu mengisi tempat tersebut dan melahap bekal makanan mereka.

"Rui -chan kau akan pergi lagi hari ini?"ujar Chio yanh melahap bentonya, Rui yang sedang mengunyah makanannya mengangguk sebagai jawabannya untuk pertanyaan Chio.

"Sampaikan salamku padanya"ujar junko, Rui lagi-lagi mengangguk sebagai jawabannya. Mereka kembali melahap makan siang mereka dengan dibumbuhi percakapan kecil dari mereka.

Hari semakin sore, waktu sekolah pun berakhir menghamburkan tiap siswa dan siswi dari dalam kelas menuju keluar gedung sekolah. Rui terlihat berjalan sendiri dengan syal merah maroon nya yang memberikan kehangatan pada lehernya, memegang kuat tali tasnya yang tergantung pada bahu kanannya.

Rui meraih saku kanan blazernya mengeluarkan sebuah ponsel touchscreen dengan gantungan yang nampak tak asing lagi untuknya. Rui menekan tombol home pada ponsel tersebut menyalakan layar ponsel tersebut memperlihatkan jam 4 sore kurang beberapa menit. Rui kembali memasukkan ponsel tersebut kedalam sakunya dan melanjutkan perjalanannya.

Dalam perjalanannya Rui nampak singgah pada jajanan yang dijual pada mobil truk kecil, Rui membeli beberapa imagawayaki pada mobil truk kecil tersebut. Setelah usai membeli Rui kembali meneruskan perjalanannya menuju kesuatu tempat hingga kakinya terhenti saat dia sampai pada suatu gedung yang besar, tak jauh dari gedung tersebut terdapat tugu yang bertulisan M University Hospital

Rui memasuki gedung tersebut melalui pintu otomatis berjalan masuk dengan seikit memberikan sapaan kepada beberapa perawat yang berpapasan dengannya. Rui berjalan menuju lift menunggunya terbuka lalu naik untuk mencapai lantai tiga gedung tersebut, lift berbunyi dan terbuka ketika sampai paa lantai yang dituju oleh Rui. Rui kembali berjalan menyusuri lorong dan berhenti pada pos perawat khusus lantai tersebut.

"Otsukare -sama"ujar Rui menyapa beberapa perawat yang berada di balik meja pos tersebut.

"Otsukare Miyamoto -kun"ujar beberapa perawat secara bersamaan, mereka nampak mnyuguhkan senyuman untuk Rui begitupun Rui yang membalas senyuman mereka.

"Ini untuk kalian"ujar Rui memberi satu bungkusan imagawayaki keatas meja pos perawat tersebut.

"Terima kasih Miyamoto -kun"ujar perawat yang terlihat usainya lebih tua dari yang lainnya.

"Setiap kau kemari, kau selalu membawakan makanan untuk kami"ujar lainnya pada Rui, Rui tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Ini bukan masalah. Aku permisi dulu"ujar Rui memberikan sedikit bungkukkan kemudian kembali berjalan melewati beberapa pintu dan berhenti pada pintu dengan plat nomot 306.

Rui menghembuskan napasnya kemudian maraih knop pintu dan mendorongnya kedepan, Rui menatap seseorang yang sedang duduk diatas ranjang rawat yang juga sedang menatapnya dengan senyuman lembut ditangan seseorang itu nampak terdapat sebuah buku. Orang tersebut menutup buku tersebut dan menaruhnya pada sisi kanan kakinya dan menyambut Rui.

"Okaeri~"suara lembut itu menyambut Rui, senyuman Rui bertambah lebar.

"Ta... tadaima~"ujar gugup Rui dan berjalan masuk sembari menutup pintu yang sedaritadi masih Ia tahan dengan tangannya.

Chikafuji Daiki...

Orang yang berada tepat diatas ranjang sana duduk dan menyambut Rui yang berjalan menghampirinya, senyuman baik dari Daiki maupun Rui tak lepas dari bibir mereka. Seakan sedang berbicara dalam pemikiran masing -masing mereka tak ingin untuk saling melepaskan.

"Kau bawa apa?"tanya Daiki saat melihat Rui yang menaruh sebuah bungkusan plastik diatas meja nakas samping kanan ranjangnya.

"Imagawayaki"ujar Rui sembari melepaskan syal merah maroon dari lehernya, meletakkan syal tersebut diatas tasnya yang sudah Ia taruh sebelumnya dilantai didepan meja nakas.

"Kenapa tidak pulang dulu?"tanya Daiki memperhatikan Rui yang ternyata masih mengenakan pakaian seragam sekolahnya.

"Nanti akan kesorean datangnya"ujar Rui yang meraih bungkusan yang Ia bawa sebelumnya.

"Aku membelikan berbagai rasa. Ada kacang, keju, kari, ken-"

"Kalau beli cukup satu atau dua rasa saja"ujar Daiki yang memotong perkataan Rui, Rui terlihat menggembungkan pipinya seakan kesal akan protes yang dibuat oleh Daiki. Daiki yang melihatpun hanya bisa menghela napasnya tak sanggup untuk protes lebih.

"Berikan yang kacang"ujar Daiki yang menyodorkan tangannya, Rui nampak tersenyum dan membuka sebuah kotak didalam bungkusan plastik tersebut dan mengambil imagawayaki yang menurutnya isi kacang.

"Ini"ujar Rui memberikan satu buah imagawayaki kepada Daiki.

"Terima kasih"ujar Daiki mengambil imagawayaki tersebut dari tangan Rui, Rui tersenyum dan mengangguk mengambil posisi duduk pada kursi yang tersedia.

Daiki mulai melahap penekuk tersebut dengan menggigitnya, namun tanpa Ia duga isi dari dalam penekuk tersebut keluar tanpa diduga mengisi tangan serta sekitar mulut Daiki. Ruipun menatap kaget dan panik saat mendapatkan isi penekuk tersebut keluar tanpa diduga seperti itu, Rui dengan cepat mengambil alih imagawayaki tersebut dan menaruhnya kembali kedalam kotaknya kembali kemudian menarik beberapa tisu yang berada diatas nakas dan mengelap wajah Daiki yang belumuran dengan isi dari penekuk tersebut.

"Kau tidak bisa membedakan kacang dan custard?"ujar Daiki dengan nada kesalnya. Rui menatap Daiki panik menggeleng cepat sembari membersihkan tangan Daiki.

"Atau kau sengaja?"ujar Daiki, kembali Rui menggeleng cepat.

"Ti... tidak. Aku pikir itu kacang"ujar Rui membela diri.

"Karna itu jangan membeli berbagai rasa seperti itu. Kemari"ujar Daiki mengisyaratkan Rui untuk mendekat, Ruipun dengan ragu mendekat karna tak berani untuk menolak.

"Kena kau haha"ujar Daiki yang berhasil menaruh sisa-sisa custard dari tangannya kewajah Rui, Rui melebarkan matanya menatap kaget Daiki.

"Daiki"pekik Rui yang mendapatkan tawa renyah dari Daiki.

"Ahahaha"tawa Daiki.

"Kemari aku tambah lagi"ujar Daiki yang mulai menarik Rui.

"Tidak. Seragamku bisa kotor"tolak Rui yang berusaha untuk menjauhkan wajahnya.

"Tinggal dicuci"ujar Daiki.

Daiki kembali mengotori wajah Rui dengan custard, Ruipun tak mau kalah dan membalas perlakuan Daiki padanya membuat mereka berdua tertawa bersama atas apa yang telah mereka lakukan.

Sebenarnya apa yang hilang bukan bearti tidak dapat ditemukan selamanya, mungkin satu hari suatu saat suatu bulan suatu tahun nanti kau akan dapat menemukannya.  

Sebenarnya apa yang tak terdengar bukan bearti tidak dapat didengar selamanya, mungkin satu hari suatu saat suatu bulan suatu tahun nanti kau akan dapat mendengarnya.

Untuk mendapatkan semuanya bukan bearti kau harus lari dari kehidupan, bukan bearti kau harus bersembunyi pada kegelapan yang semakin lama semakin menelanmu.

Semuanya tidak akan berarti.

Suara Rui yang selama ini hilang dan tak terdengar akhirnya dapat ditemukan dan di dengarkan. Kegelapan yang menelannya pun sirna karena sebuah cahaya yang sangat terang yang datang dari seseorang yaitu, Daiki.

Tentu semuanya bukan bearti berakhir disini, kegelapan selalu bisa menghampiri setiap manusia bahkan kepada sang cahaya sekalipun.  

= Voice Later Ending =

== FIN ==

kimkey2305 ~ In

Lebih lanjut silahkan baca Afterwords >>

Continue lendo

Você também vai gostar

22.5K 1.3K 33
📝Sesuatu telah berlaku ketika misi penyamaran yang membawa satu-satunya perkara yang tidak pernah dia fikirkan. 👫Character hanya pinjaman dan sesun...
5.9M 238K 49
[ 1st BOOK = ARS ] ___________________ Dia berbahaya. Dia penuh dengan misteri. Dia penuh dengan muslihat. Dia... Danny Asyraf Lee. Mafia yang digeru...
105K 5.5K 57
'I was enchanted to meet you' Pertemuan yang tidak diduga, walaupun hanya sementara namun memberi kesan kepada Qaira Alana, seorang perempuan yang be...
Anthem De hlovate

Ficção Geral

92.2K 4.7K 77
Everybody has a past. Everybody lives a present. And everybody deserves a future. Published April 2013, ISBN 9789670508629 Goodreads : https://www.g...