AQUA World

By PrythaLize

1.2M 166K 43.2K

[Fantasy & (Minor)Romance] Seluruh umat manusia tahu kenyataan bahwa volume air di bumi semakin naik dan mene... More

B
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

5

47.6K 6.6K 2K
By PrythaLize

Dedicated to someone. I updated this for you.
I can't give you anything since you're far away from here.
I also can't give you support for your woe(s).
I never expect you'll be fine, but I wanted you to know, you'll be fine.
So, Happy Born day to You.

Don't read this, if you still haven't feeling better.

***AQUA World***

Namaku Skye.

Hari ini adalah hari tersial dalam hidupku.

Mengapa?

Karena aku tidak pernah menyangka bahwa bumi kini berubah menjadi sangat asing. Bumi bersama air mungkin sudah sangat tidak asing di mataku, tapi bumi bersama air tanpa satupun gedung pencakar langit dan dasar yang semakin jauh adalah hal yang tak pernah kubayangkan selama ini.

Hei, manusia di masa lalu...

Kapan kalian akan berhenti?

*

Aku membuka mataku perlahan, sebelum akhirnya terbatuk-batuk akibat rasa gatal yang teramat sangat pada tenggorokanku. Aku tak melihat apapun selain kegelapan, ah, bukankah aku...

Aku langsung bangkit dalam posisi duduk, memperhatikan lautan gelap di sekitarku dengan waswas. Suara ombak yang terdengar normal, gerakan sampan karet terasa normal, dan kenyataan bahwa aku baik-baik saja membuatku menghela nafas lega.

Aneh memang, menghadapi kondisi seperti ini. Kurasa aku tidak seharusnya merasa lega, tapi aku sadar pula bahwa aku perlu bersyukur.

Tapi dari dasar hatiku yang paling dalam, aku benar-benar merasa lega. Setidaknya, suara maskulin yang kudengar tadi hanyalah mimpi.

Aku masih berada di atas sampan karetku, dalam keadaan terombang-ambing tak tahu menahu tujuan, pasrah kemana sampan karet ini akan membawaku.

Dan semua perkiraan itu terhenti sampai di sana, saat aku memegangi rambutku yang lepek karena basah.

Baru sedetik aku merasa lega, suara gemercik air terdengar di belakangku.

"Kau sudah bangun?"

Suara itu membuatku memekik histeris. Kenyataannya, suara itu membuatku nyaris lupa bernafas saking paniknya. Aku meringsut mundur hingga punggungku mengenai bagian empuk dari sampan, membuat gerakan janggal di sampan. 

Apakah monster laut yang berbicara barusan?!

Tidak ada apapun yang terlihat di depan sana, selain kegelapan dan ombak yang sedikit tampak karena pantulan cahaya rembulan dari kejauhan.

"K-kau siapa?" tanyaku begitu telah mengumpulkan segenap keberanianku. Pertanyaanku ditujukan kepada ombak, awan gelap atau benda apapun yang dapat menyahut perkataanku.

"...Sampanmu."

Kepalaku langsung menunduk dan mataku tertuju pada alas sampan yang kini kududuki. Aku menerjap dan terkagum tak percaya.

"Sejak kapan rubber boat dilengkapi dengan android penyahut?" gumamku.

"Tentu saja tidak, dasar bodoh."

Aku merangkak dengan secepat kilat menuju ujung sampan yang lain saat mendengar asal suara yang berasal dari belakangku. Tak tahu harus melakukan apa, aku melafalkan doa yang kuingat dengan cepat tanpa berani membuka mata dan berbalik ke belakang.

Aku melafalkan doa dengan sangat cepat, sampai aku tak menyadari bahwa aku baru saja melafalkan doa yang biasa kubacakan sebelum makan pil kenyang!

Aku buru-buru melafalkan doa lain yang kuingat. Tentu saja aku bukan melafalkan doa makan agar aku segera dimakan! Aku tidak ingin dimakan!

Dalam bayanganku terbesit kengerian yang luarbiasa menakutkan. Monster itu berada dibelakangku dalam wujud gurita yang memiliki mata bercahaya merah, dengan deretan gigi setajam gigi ikan hiu.

Sekarang dia pasti sedang melambai-lambaikan tentakelnya yang berotot padaku dan matanya mengintip keadaanku. Jika aku melihatnya, dia pasti akan menarikku masuk ke dalam laut.

Aku benar-benar tidak berani berbalik ke belakang. Yaampun, demi apapun yang ada di galaksi ini, aku tidak mau berhadapan dengan monster laut atau apapun itu.

Jantungku berdebar kencang saat aku merasakan pergerakan di sampanku, seperti ada penumpang tambahan di sampan karet ini, aku bisa merasakannya. Itu membuat jantungku berloncat-loncat naik turun tak karuan. Aku segera membungkukan badanku, menutupi telingaku dan memejamkan mataku erat-erat.

"Hei, kau-"

"PERGI!" bentakku dengan keras, tanpa berani berbalik ke belakang. "Aku tidak enak, jangan makan aku!"

Aku benar-benar tak bisa menahan diri saat aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pergelangan tanganku, aku berusaha menarik diri, namun tarikan yang ada di pergelangan tanganku terlalu kuat. Bahkan aku memejamkan mataku sambil berdiri, memberontak melepaskan diri hingga membuat keseimbangan sampan karet oleng.

Aku jatuh di dalam air.

Ah...

Mungkin sudah waktunya aku akan mati.

Di dalam air,

Malam ini,

Di dalam perut monster laut.

Mayatku tidak akan pernah mengambang ke atas, aku akan menjadi serpihan kotoran yang berserakan di air. Tidak akan ada seorangpun yang akan menemukanku.

Dan hal terburuknya...,

"Aku baru saja menyelamatkanmu dan kau memilih untuk masuk ke dalam air lagi?"

Aku belum pernah membayangkan jalan kematianku yang akan menyedihkan seperti ini.

Tubuhku seperti melayang, namun tidak dengan pernafasanku. Aku merasa sesak. Aku sudah mencoba mengapung, namun ombak seolah berlomba-lomba menenggelamkanku. Desirannya terdengar bagai tawa senang karena melihatku meronta mencoba mengapung dan naik meski tak ada peluang hidup.

Ombak mengejekku dan membuktikan itu dengan caranya.

Aku menelan cukup banyak air. Lucunya, aku sempat bereksperimen singkat disaat-saat seperti ini.

Airnya tidak seasin biasanya...

Detik berikutnya, aku merasakan sesuatu menarik pergelangan tanganku ke atas. Aku merasa seperti sedang terjun bebas saat gravitasi bertolak belakang, maksudku.

Aku terbatuk beberapa kali dengan suara keras selama beberapa saat. Hidungku juga terasa pedih karena aku terjatuh dalam keadaan terbalik tadi. Jangan ditanya keadaan jantungku, masih berdebar-debar kencang, rasanya sama seperti saat pertama kalinya aku berhasil berenang sejauh sepuluh meter hanya dalam satu tarikan nafas.

Saat aku sudah lebih tenang dari sebelumnya, aku menarik nafas panjang sebelum membuka mataku (atau mungkin mengintip keadaan). Kupikir monster laut itu sudah pergi tadi, tapi bukan monster laut yang ada di depanku saat ini.

Dia hanya seorang laki-laki.

Aku bisa begitu yakinnya bahwa dia lelaki hanya dengan mendengar suaranya (tadi kukira monster laut sengaja membuat suara maskulin khas laki-laki keren untuk memperdayaku) dan juga wajahnya yang lumayan tampak saat awan-awan mulai memutuskan untuk memusuhi si bulan.

Warna matanya biru kehijauan. Tosca.

"Kau mau mati?"

Kalimat pertama saat kami bersitatap, nada penuh ejekan dan keangkuhan keluar dari bibirnya. Kutepis tangannya dengan kasar dan meringsut mundur saat sadar bahwa aku berada lumayan dekat dengannya barusan.

"Aku tidak akan menyelamatkanmu lagi untuk ketiga kalinya, dengar?" Aku tak tahu harus menyebutnya pertanyaan atau ancaman, tapi ucapannya membuatku yang sedang meringsut mundur, berhenti bergerak.

Aku menggunakan kesempatan itu untuk melihat lelaki itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambutnya terlihat normal, tubuhnya normal seperti laki-laki pada umumnya, kakinya juga normal, tidak bertentakel atau bersirip. 

Aku menarik nafas panjang, syukurlah, dia manusia.

"Hei, bodoh, kau ini bisu atau apa?" tanyanya dengan begitu menyebalkan.

Aku mengangkat daguku. "Maaf saja, tapi aku tidak memintamu menyelamatkanku," balasku lantang.

Percayalah, ini hanya taktik perempuan untuk mengangkat naik harga dirinya. Barusan aku berlagak (bukan berlagak, tapi sangat) ketakutan dan sisi lemahku terlihat oleh orang asing yang bahkan belum kulihat semenit yang lalu.

"Kau berani melawan?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan tajam. "Jangan lupa, aku juga baru menyelamatkan nyawamu, barusan, untuk yang kedua kalinya."

"Kau juga yang membuatku terjatuh. Dua kali, biar kuberitahu," balasku tidak senang. "Siapa kau? Dan darimana kau muncul, huh?"

Lelaki itu menatapku menyeringai, membuatku ngeri. "Aku Ath," sahutnya. "Kau sendiri siapa, huh?"

"Begitukah caramu menanyakan nama seorang gadis, huh?" tanyaku makin tersulut oleh sikap arogan lelaki ini.

Lelaki itu membalas dengan sama kesalnya. "Kau sendiri juga bertanya dengan cara yang sama. Jadi, kau ini siapa, huh?"

"Skye," balasku sedikit ragu.

Aku tidak akan terlihat kalah hanya karena aku tidak mambalasnya kan? Ah, pasti tidak, justru aku akan terlihat makin dewasa karena tidak meladeni sifat kekanakannya... Siapa tadi namanya? Ath, oke, Ath.

"Kau muncul dari air?" tanyaku saat melihat rambutnya masih meneteskan air.

Aku menerjap, tubuhku menegang, lalu aku menyadari betapa bodohnya diriku membiarkannya di sini. "Kau bukan monster laut yang menyamar, kan?" tanyaku menatapnya ngeri.

"Jangan mengada-ngada! Dan jangan menyamakanku yang keren dengan monster buruk rupa!" balasnya sambil memincingkan mata.

"Kau mungkin sedang menyamar! Aku tidak akan mempercayaimu!"

Berhenti mengatakanku terlalu kekanakan, aku hanya melindungi diri. Dulu sempat ada penemuan teknologi baru dimana kau bisa masuk ke dalam tubuh binatang besar dan mengendalikannya. Mereka mencoba penemuan ini pada paus pembunuh (orca) untuk menangkap para penjahat laut yang mencuri sumber daya bahari. Penemuan itu benar-benar mendapat kesuksesan besar.

Siapa tahu di dalam air sana, para monster laut juga mengeluarkan penemuan untuk mengendalikan manusia kan?

Ya, siapa tahu tubuh besar mereka tiba-tiba menjadi elastis dan mengecil untuk bisa masuk di ukuran manusia, kan? Siapa yang tahu?

"Monster laut mengincar manusia yang berlayar. Apalagi...kalau manusia itu, seorang gadis... sendirian pula." Ath mengucapkannya dengan tatapan menyelidik.

Aku melotot ngeri saat mengingat banyaknya kasus kapal yang tenggelam dimasa lalu. Aku bersiap-siap untuk mendorong Ath ke dalam air jika dia berani mendekat, tetapi yang kudapati malah dirinya tertawa geli.

"Kau bodoh, mana ada monster laut di dunia ini!" ucapnya sambil memegang perutnya dan terkekeh geli. "Lagipula, tidak akan ada monster laut yang bernafsu ingin memakanmu. Kau kurus sekali!"

Untuk seperkian detik, barulah aku menyadari bahwa Ath baru saja mempermainkanku, itu membuatku berani mendekat dan memukuli lengannya keras-keras. Namun tampaknya lelaki itu masih saja betah mengejekku dengan tawanya itu.

"Ya, kau tidak tahu kalau kau belum pernah menjelajahi satu dunia ini!" balasku sengit. "Lantas, darimana kau muncul? Apa kau juga tertinggal?"

"Uhm, apa ya?" Mendengar nada bercandanya, justru membuatku melototinya lekat-lekat, dan Ath menjawab lancar setelahnya. "Tadi aku tak sengaja menabrak sampanmu, malam ini gelap sekali."

"Lalu?"

"Aku melihatmu tidur, tapi tubuhmu bergetar, ya sudah, kuisengi sedikit. Mana kutahu kau tiba-tiba menceburkan dirimu ke air?"

"Lalu?" Tubuhku memanas, hampir saja kudorong dia jatuh ke air jika saja dia masih menertawakanku.

"Aku menyelamatkanmu, lalu aku masuk ke air saat melihatmu bangun. Mungkin saja kau masih shock jika melihatku?"

"Lalu mana sampanmu?"

Ath nampak melihat kiri dan kanan, sebelum akhirnya dia menatapku bingung. "Sampanku?"

Bodoh sekali dia! Pastinya sampannya sudah terseret ombak, atau kemungkinan terburuknya, sampannya sudah tenggelam.

Percaya atau tidak, batinku baru saja bersorak kesenangan karena tak ada satupun sampan yang terlihat di tempat gelap ini. Ath memang menyebalkan dan bukan partner petualang yang menyenangkan. Tapi lebih baik berdua daripada sendirian, kan? Horror sekali keadaan seperti tadi!

Tuhaaan, terima kasih sudah mengirimkan katak ini untuk menabrak sampanku! Terima kasih banyak!

"Kau sudah makan?" tanyaku berusaha ramah. Bagaimanapun juga, dia adalah teman baruku yang akan menemaniku berekspedisi nantinya—ya, aku sudah memutuskannya duluan tanpa persetujuannya dan buat apa mengajaknya langsung? Lagipula sampannya sudah hilang.

Ath menjawab dengan sedikit kesal. "Apa? Kau pasti punya pil bodoh itu ya?!"

Aku melotot, tak percaya bahwa ada manusia bodoh yang menyebut pil penyelamat hidup itu sebagai pil bodoh. "Hei! Dengar, tanpa pil kenyang, kau juga bisa mati, bodoh!"

"Berani sekali, kau memanggilku 'bodoh'. Aku tidak makan pil itu, dan aku bisa memakanmu karena aku terbiasa makan daging, kau mengerti?"

Seharusnya, kalian tahu kengerian yang kurasakan. Aku belum pernah bertemu dengan manusia karnivor. Saat aku bayi dulu, Ibuku menumbuk pil kenyang menjadi bentuk bubuk dan melarutkannya bersama air untuk kuminum, dan aku tidak pernah mencicipi daging sekalipun.

Daging adalah makanan termewah, bahkan daging ikan yang melimpah di lautan sekalipun. Hanya beberapa orang saja yang bisa mengolahnya dan memakannya. Dulu, Cheryl pernah mencoba memakan daging dan dia mengalami sakit perut yang berkepanjangan. Kata Ibuku, itu karena perutnya tak terbiasa makan makanan berat.

Tentu saja setelah itu, aku sama sekali tidak berani mencoba meski ada beberapa kali kejadian dimana saat ada undangan jamuan mengundang makan daging, daging ikan tak tersentuh sedikitpun olehku.

Dan Ath—lelaki di depanku ini adalah manusia pemakan daging. Meskipun awalnya aku sedikit tak mempercayainya, namun dari ekspresinya dan nada bicaranya, dia tak terlihat sedang bercanda. Hal itu membuatku menatapnya waswas.

"K-kau bilang aku kurus dan tidak akan membuat monster laut bernafsu ingin memakanku, kan?!"

"Kau masih bodoh ya?" tanyanya dengan nada mengejek yang luarbiasa mengesalkan. "Di bawah sana masih ada jutaan ikan."

Sontak wajahku berubah masam, rupanya Ath sedang mengerjaiku lagi. Melihat larut muka-ku berubah, dia malah tertawa. "Tidak ada yang lucu!"

Meski aku sudah memasang wajah sesangar mungkin, Ath tak kunjung menghentikan tawanya yang terpingkal. Aku bisa melihatnya jelas, karena langit mulai nampak sedikit terang saat matahari menunjukan sedikit bagian dirinya, dan bagian yang lain memantul di air, membuatnya sangat terang.

"Sudah pagi," gumamku sambil meratapi matahari di ujung sana, rasanya matahari baru saja keluar dari dalam air, meski aku tahu matahari bukan muncul darisana.

Ath berdiri, membuat sampan sedikit oleng, aku mendongkak menatapnya dengan sedikit heran.

"...Kalau begitu, aku pergi dulu," gumamnya pelan, namun terdengar begitu jernih di pendengaranku.

Aku tersentak, tak percaya bahwa ia akan mengatakan demikian. "Pergi? Pergi kemana?" tanyaku sedikit panik. Maksudku, aku baru saja menemukan teman. Tentu saja aku tidak mau berhadapan dengan situasi di mana bumi tampak seperti ditinggali olehku seorang. Aku mencurigainya memiliki Rescue Rubber Boat, sebab dia nampak mengoroh sakunya.

Detik itulah aku tahu bahwa dia bukan mengoroh sakunya, melainkan memperbaiki letak mantel tipisnya. Tadi masih begitu gelap, sampai aku tak bisa melihat apapun selain wajahnya, apalagi dia memakai pakaian warna hitam. Tipe pakaiannya sangat berbeda dengan pakaian yang kukenakan, dan aku tidak pernah melihat jenis pakaian itu. Itu bukan pakaian kaum elite, kan?

"Seharusnya siang ini aku sudah bisa sampai, tapi karena aku menemanimu tadi, mungkin aku akan sampai sore nanti," terangnya membuatku menerjapkan mataku bingung. "Aku pergi dulu, oke? Senang bertemu denganmu, Skye. Jaga dirimu baik-baik."

Aku tidak bisa berkata apa-apa, saat Ath melompat masuk ke dalam air, detik berikutnya barulah aku tersadar. Dia sama sekali tak mengeluarkan Rescue Rubber Boat. Dia...,

"Kau berencana berenang?!" seruku langsung menatap ke dalam air dengan cepat, membuat sampan bergerak janggal. "Kau gila?!"

Lalu aku terdiam saat tak melihat apapun lagi di sana. Hanya ada air jernih dan dasar yang masih terlihat kelam, sebab matahari belum menerangi atas kepala. Kuperhatikan lautan disekelilingku, tidak ada apapun.

Aku kembali terduduk melipat kakiku, dengan kening berkerut dan nafas tertahan, aku kebingungan setengah mati.

Jadi, dia benar-benar berniat berenang?!

Aku nyaris menjerit saat tiba-tiba sesuatu keluar dari dalam air, sempat membuatku mengira bahwa monster laut siap melahapku, dan mata biru kehijauan itu menatapku. Dia melipat kedua tangannya dan meletakannya di ujung sampan karet.

"Hati-hati, Skye," ucap Ath dengan nada mengintimidasi. "Mungkin kau benar, aku belum menjelajahi seluruh dunia. Jadi bisa saja, monster laut itu memang ada."

Ingin rasanya aku mengampar kepalanya dan untunglah aku tidak punya cukup nyali untuk melakukan itu. Ucapannya sama sekali tidak akan membantu.

Aku memberanikan diri untuk maju mendekati ujung sampan dimana dia berada, lalu menunduk menatapnya. Setengah tubuhnya berada di dalam air. Lupakan omongan mengerikannya barusan, karena apa yang kutanyakan juga terdengar mengerikan.

"Ath, kau benar-benar akan berenang?" tanyaku. Ath menganggukan kepalanya dengan polos. "Kau bisa kelelahan, lalu kehabisan nafas, tahu?"

"Lalu?" Ath menatapku bingung. "Aku juga tidak bisa naik sampanmu terus-menerus, Skye."

"Mengapa?"

"Aku tidak tahan," gumamnya. "Kau tahu? Aku tidak terbiasa berlama-lama di daratan."

Dan ucapannya itu membuatku terpaku diam. "...Huh?"

Tak terbiasa berlama-lama di daratan itu maksudnya...

Lalu keheningan tercipta, untuk ke sekian kalinya.

***TBC***

19 Februari 2017, Minggu.

[A/N]

Ayolah para readersku yang biasanya jago nebak. Kenapa pada ngira Ath ini duyung? Itu mainstream, pls /apa ini. Jawaban kalian lucu-lucu, sih. Monster laut, Duyung, Dugong :v (saya nda habis pikir, pls), Siluman katak (YampunTvT), kuda nil (LOLOLOLMAO) dan manusia yang bisa jadi tertinggal. Asli, kalian kreatip banget! /Saya sedang tidak menyindir, percayalah.

Kenapa kalian nda coba bikin cerita juga? Kan seru tuh, tokohnya dikendaliin sama kalian. Kalau satu tokoh dipegang Prythalize mah, kalian nda bakal dapat banyak. Paling iya juga cuma minor romance dan kuyakin kalian juga udah mual liat Prythalize yang gabisa roman, HAHAHA.

Maaf ya, gatau kenapa, tapi saya pernah nyoba bikin cerita mainstream karena itu market demand (apalah bahasanya) dan maaf, saya gagal. Bisa ditebak apa yang membuat kegagalan ini terulang, Prythalize yang seharusnya membuat jalan cerita yang smooth, malah berusaha keras membuat alur cerita ga ketebak, ujung-ujungnya dapat alur baru dan tiba-tiba jadi nulis yang lain. Mau contoh? Aqua World contohnya :v

Jadi sekali lagi, maap :v. Maap lho /mundur teratur.

Oh ya, kenalin ATH! Deutragonist di AQUA World. Baik banget kan, saya langsung ngaku kalau dia Deutragonist-nya? ((Engga juga sih, para readers juga tau, kan ya?)). Untuk ending Aqua, saya akan berusaha ga bocor /karena Prythalize sesungguhnya sangat bocor dan tak terkendali. REVIVE juga berlaku, kalian belum kenal deutragonist-nya, tapi kalian udah curiga sama satu orang, benar? /I know right.

Oh ya, apapun level romance yang disajikan Prythalize, kuharap kalian tidak mual. Berlaku untuk LMP-SA, FLASHBACK, DN, Air Train, Lost memories, Aqua dan juga Revive. Oh, sama Full of Fools juga! HIHI.

I love you all <3

Cindyana H

🐳

Continue Reading

You'll Also Like

566K 33.4K 57
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
3.5M 232K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
302K 20.5K 22
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
831K 70.1K 32
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...