Save Me Mr. Cool (Complete)

By queenbe_exsly

891K 63.4K 2.8K

Dia GAY??? Raiden Agera Calisto, pria GAY atau penyuka sesama jenis itu adalah suamiku. Pria tampan kaya yang... More

Prolog.
1. Awal dari segalanya.
2. Dan masalah datang.
3. What the hell!
4. Awal yang rumit.
5. Touch.
6. Secret.
7. Meet you.
8. Violette Party.
9. Mr. diktator.
11. Wedding.
12. Problem.
13. AXG Corp.
14. Paris.
15. Gilhive.
16. first day in Paris.
17. Ternyata dia?
18. First night in Paris.
19. Satu kamar.
20. Aku datang.
21. Tanpa diduga.
22. Keluarga Calisto.
23. Raiden secret.
24. Aku tak tersesat.
25. Rex apartemen.
26. Monster!
SAVE ME MR COOL
DATA DIRI dan Contoh Buku.
RESI.
The Fucking Husband.
Miliki aku.

10. Ketahuan.

31.4K 2.7K 127
By queenbe_exsly

Xeena memandang aneh pada Raiden yang tengah duduk dan tersenyum. Kehilangan kontrak atau batalnya kerjasama harusnya membuat Raiden kesal. Tapi yang dilihat Xeena justru sebaliknya. Astaga, dia ini kenapa? Apakah dia masih waras? Dia baru saja membatalkan kontrak yang akan terjadi. Itu berarti dia kehilangan milyaran dolar untuk keuntungan perusahaannya. Aku benar-benar tak mengerti pikirannya.

"Xeena," Raiden menoleh dan memanggil Xeena pelan.

"Ya, Pak."

"Berhenti memanggilku Pak. Kita pergi sekarang,"

"Kemana?" tanya Xeena dengan wajah polos.

"Sarapan. Kau belum makan pagi kan?"

Xeena diam dengan semua perhatian yang Raiden tunjukkan. Melihat punggung Raiden yang telah keluar ruangan dan mulai menjauh dari pandangan Xeena. Xeena berlari kecil untuk menyusul Raiden. Mensejajarkan langkahnya namun sedikit sulit karena langkah cepat Raiden. Hingga Raiden tangan menarik dan menggenggam tangan Xeena. Xeena menatap tangannya yang berada dalam genggaman Raiden.

"Kau tunanganku dan calon istriku, Xeena. Aku melakukan ini agar kau terbiasa pada tatapan semua orang. Jangan salah paham," Raiden berujar dingin dan tetap melangkah keluar perusahaan. Tatapan para pegawainya tak membuat Raiden melepaskan genggaman tangannya.

Xeena seakan tersadar setelah terbang tinggi dan terhempas begitu saja. Menatap datar pada tangannya yang berada dalam genggaman Raiden. Harusnya aku sadar. Pria robot tanpa ekspresi ini tak akan melakukan ini semua dengan tulus. Ah, apa yang aku harapkan dari pria sepertinya. Benar-benar menyebalkan.

Xeena diam dan mengikuti langkah Raiden. Memasuki sebuah mobil dan kembali mengikuti Raiden dalam diam saat mobil Raiden berhenti disebuah cafe. Duduk di depan Raiden dan menunggu sarapan siap.

"Kenapa hanya diam?" tanya Raiden mulai heran dengan diamnya Xeena.

"Jadi kau ingin aku berteriak?" jawab Xeena dingin.

"Lupakan," ucap Raiden tak kalah dingin.

Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan datang. Mereka makan dalam diam dan saling mengacuhkan. Hingga sebuah tangan asing menyentuh pundak Xeena dari belakang pelan.

"Xeena,"

Xeena menoleh dan mendapati Violette tengah berdiri di belakangnya.

"Vio," ucap Xeena pelan sambil bangun dan memeluk Violette sesaat.

Violette hanya diam Karena tatapannya tertuju pada sosok Raiden yang masih menikmati makan paginya. Lalu Violette mengalihkan pandangannya saat Raiden melirik Violette dingin. Violette menarik Xeena untuk menjauh agar dapat berbicara leluasa. Namun saat Violette baru saja melangkah menarik tangan Xeena, Raiden menyapanya dengan sapaan dingin.

"Aradea Violette Chasiel," panggil Raiden dingin.

Violette dan Xeena menoleh. Melihat Raiden yang sudah menarik satu tangan Xeena lainnya.

"Mau kemana, Na? Sarapan pagimu belum kau sentuh," lanjut Raiden menatap Xeena lembut.

Xeena menaikkan satu alisnya pada perubahan Raiden. Suara dan pandangan yang lembut. Untuk beberapa saat Xeena terpaku dan terpesona. Namun otaknya begitu cepat bekerja dengan semua suasana aneh yang tengah ia hadapi.

"Raiden, aku akan membawa Xeena bersamaku," Violette menatap Xeena sesaat berharap jawaban Xeena menyetujui ucapannya. "... benar kan, Na?"

"Maaf Violette, tapi Xeena sedang makan bersamaku," Raiden dengan jelas menolak permintaan Violette.

"Mr. Raiden," protes Violette formal.

"Nona Chasiel, aku tak mengijinkanmu membawa tunanganku bersamamu. Apakah sudah cukup jelas?" Raiden menatap Xeena yang diam dan bingung.

"Honey, apakah kau belum juga memberitahu teman-temanmu bahwa akulah tunanganmu?!" tanya Raiden lembut namun penuh penekanan.

"Hah?" jawab Xeena bingung dengan panggilan Raiden yang terdengar menggelikan untuk Xeena.

Violette yang mendengar itu semua terkejut. Menutup mulutnya dan menatap Xeena untuk menuntut penjelasan. "Na, apa yang dia katakan? Bukankah kau bertunangan dengan Rex Benedict Acacio?"

Kali ini Xeena menatap sahabatnya dengan menggeleng pelan. "Vi, aku ... dia benar. Aku bertunangan dengan lelaki di sampingku. Bukan dengan Rex,"

"Tapi, Na. Saat di acara pesta pertunanganku, kalian...,"

Xeena menunduk sesaat dan kembali mengangkat kepalanya. "Vi, aku ingin menjelaskannya saat itu juga. Tapi kau tak mau mendengar ucapanku hingga semua menjadi salah paham. Aku tak pernah bertunangan dengan Rex,"

"Jadi...," ucap Violette menggantung karena masih shock.

"Jadi, dia adalah tunanganku, Violette. Dan kami akan menikah satu minggu lagi. Benar kan, Honey?" Raiden memeluk pinggang Xeena lembut dan memandang wajah Xeena dengan penuh cinta.

Violette mengambil air putih di meja Xeena dan langsung meminumnya. Duduk di kursi Xeena dengan tangan memegang kepala. "Ya ampun,"

Xeena mengerti keterkejutan sahabatnya. "Vi, maaf."

Violette menatap Xeena dalam. Tiba-tiba rasa iba muncul dihatinya. Kau pasti mengalami hari yang berat Na. Bagaimana mungkin kau menjadi istri dari jutawan London yang gay? Aku tahu kepura-puraannya padamu. Sahabatku yang malang.

"Vi, aku minta maaf. Sorry for-"

Grep! Violette memeluk sahabatnya erat. "Tak apa, kau harus kuat Na. Aku tahu kau sangat menderita. Kenapa kau tak pernah menceritakan kesusahanmu? Aku akan selalu ada untukmu. Ya ampun, sahabatku yang malang. Kenapa nasibmu buruk sekali?"

Xeena semakin tak mengerti saat mendengar semua kata-kata sahabatnya. "Menderita? Siapa? Aku? Sahabatnya yang malang? Apa maksudnya? Aku sangat beruntung seperti menemukan kartu joker dalam hidupku." Xeena tersenyum mengingat uang kontrak yang akan ia terima jika semua sandiwara selesai.

"Tabahkan hatimu Na. Kau harus berjuang untuk merubah perasaannya. Kau harus kuat. Astaga, sahabatku sangat malang." Violette menangis pelan dengan menepuk-nepuk bahu Xeena. Membuat Xeena semakin tak mengerti dengan semua arah pembicaraan sahabatnya.

Raiden yang menyaksikan itu menatap bosan. Tak dapat berbuat apa-apa terlebih pada semua kata-kata Violette yang tak ia pahami. Namun Raiden tersadar akan sesuatu. Membuatnya tersenyum dengan arah pembicaraan Violette. Namun Raiden tak ambil pusing untuk menjelaskan semuanya pada Xeena. Raiden lebih memilih diam dengan senyum tipis penuh arti.

Violette melangkah pergi dengan senyum sedih penuh iba. Sedangkan Xeena masih memikirkan kata-kata sahabatnya yang masih ia cerna. Raiden tersenyum tipis melihat raut wajah Xeena yang masih berfikir keras.

"Tentang pernikahan kita," ucap Raiden memecah keheningan.

Xeena menoleh. "Ya,"

"Lupakan, aku sudah menyiapkan segalanya."

Xeena mengangguk tanpa bertanya lebih jauh lagi. Raiden tersenyum tipis dengan semua hal yang sudah ia siapkan dalam pesta pernikahannya nanti.

"Kita lihat Xeena, Siapa 'dia' yang kau maksud. Aku benar-benar penasaran dengan hal yang coba kau sembunyikan," ucap Raiden dalam hati.

"Xeena," sebuah suara asing lagi-lagi menyapa Xeena.

Xeena dan Raiden sama-sama menoleh pada asal suara. Xeena tersenyum sedangkan Raiden mendesah kasar.

"Rex," panggil Xeena riang.

"Dia lagi," ucap Raiden kesal.

Rex tersenyum dan mendekati Xeena. Menarik salah satu bangku untuk duduk disamping Xeena. Membuat Raiden semakin kesal dengan semua senyum Xeena yang terlihat senang dengan kedatangan Rex.

"Aku selesai, kita pergi sekarang." Raiden bangun dari duduknya. Menatap Xeena dan mengulurkan tangannya.

"Ag-agera, tapi aku-"

"Xeena," panggil Raiden lembut namun menatap tajam.

"Kau bisa habiskan makananmu, Na. Aku bisa mengantarmu nanti," Rex memegang tangan Xeena lembut yang baru saja berdiri dari duduknya.

"Honey, kita harus pergi sekarang." Raiden menekan kata Honey di depan Rex agar membuat Rex berhenti mengganggu Xeena.

"Kau tak harus mengikuti Bosmu, Na." Rex tetap tak peduli pada pandangan Raiden.

"Siapa yang kau bilang Bos, Mr. Acacio? Perlu kau ketahui, wanita di sampingmu adalah calon istriku." Raiden meraih tangan Xeena lembut.

Xeena menatap tak enak pada Rex dan berjalan mengikuti Raiden. Hingga Rex kembali menarik satu tangan Xeena lainnya.

"Dia baru calon istrimu, Mr. Calisto. Bukan berarti dia tak bisa menjadi milikku!" Rex tetap tak peduli pada kata-kata Raiden.

"Apa kau kehabisan wanita di sampingmu hingga kau menganggu calon istriku, Mr. Acacio?" Raiden semakin geram dengan sikap Rex.

"Hal yang kusesali, adalah membiarkan gadis yang aku sukai menjadi calon istrimu, Mr. Calisto!"

Xeena menatap bosan pada perdebatan yang tak berujung. Dua pria di sampingnya sama-sama keras dan egois. Ya ampun, aku bisa gila jika seperti ini. Sebelah kananku pria mesum dan seorang Mr. Diktator yang sangat menyebalkan. Sebelah kiriku, pria gila yang baru saja mengibarkan bendera peperangan dengan pria mesum di sebelahku. Aku akan sangat akan berterimakasih jika Nathan datang menolongku.

Xeena mundur perlahan dari dua pria yang saling bertatap tajam. Mengendap pelan agar suara langkah kakinya tak terdengar oleh mereka. Keluar kafe meski orang-orang menatap aneh padanya. Lalu saat tubuhnya telah benar-benar diluar kafe, Xeena berbalik dan berlari pelan. Menuruni ekskalator dan membaur dengan keramaian. Berkali-kali Xeena menoleh kebelakang, berharap Raiden atau pun Rex tak mengejarnya.

"Huah, leganya. Aku selamat," ucap Xeena sambil mengelus dada.

Xeena berjalan menyusuri ramainya kota London. Menikmati paginya yang sempat kacau namun kini semua mulai kembali normal. Langkah Xeena semakin jauh, hingga sebuah bangunan megah besar nan tinggi membuat Xeena terpaku. "Harrod's" kata itu tertulis jelas di gedung tersebut. Ingatan Xeena berputar pada saat pertama kalinya ia tanpa sengaja mengambil foto Raiden. Lalu beruntun menjadi kejadian yang panjang dalam hidupnya.


"Suatu keberuntungan atau malapetaka? Bertemu denganmu Agera...,"

***

Hari berlalu begitu cepat. Siang ini, Xeena menikmati secangkir coklat dingin di Cameroon cafe. Bukan karena Xeena berpikir telah menjadi orang kaya karena rela membuang uang demi membeli coklat dingin mahal di Cameroon cafe. Tapi karena Violette, sahabatnya. Violette terus mengajak Xeena bertemu untuk membicarakan banyak hal. Namun Xeena tak berpikir jauh tentang hal yang akan sahabatnya bicarakan.

"Na, sorry telat." Violette datang tergopoh-gopoh dan langsung duduk di depan Xeena.

"Tak masalah karena semua ini, kau yang akan membayar," Xeena tersenyum lebar dengan menatap semua hidangan mahal yang telah ia pesan.

Violette ikut tersenyum dan menggelengkan kepala. "Kau masih saja tetap sama, Na. Kau kan sudah kaya, harusnya semua hidangan ini bukan apa-apa untukmu,"

"Kaya? Kaya dari mana?" Xeena berbicara sambil menikmati cake yang di depannya.

"Jangan becanda, Na. Kau sudah menjadi tunangan Jutawan London. Dan kau masih bilang seperti itu?"

Xeena terhenti dengan sendok yang masih berada di mulutnya. "Apa? Coba kau ulangi,"

"Kau telah menjadi tunangan Jutawan London. Dan sebentar lagi akan menjadi istrinya."

"Jutawan London? Dia ... Agera, dia...,"

Violette menaikkan satu alisnya sambil ikut menikmati hidangan yang Xeena pesan. "He'em. Kau calon istri dari Jutawan London. Raiden Agera Calisto, dia pria terkaya di London dan akrab dengan sebutan Jutawan London."

Seketika wajah Xeena menjadi pucat. Kata-kata Violette yang tak ia mengerti saat jauh hari sebelumnya kini mulai Xeena pahami. "Vio, di-dia berarti Gay? Calon suamiku, dia...,"

Violette jadi khawatir dengan perubahan raut wajah Xeena. "Na, kau baik-baik saja? Jangan bilang kau tak tahu bahwa calon suamimu adalah Jutawan London yang pernah kita bicarakan."

Xeena menggeleng kuat. "It-itu berarti dia sangat kaya?"

Violette lebih shock dengan pertanyaan Xeena. Bukan menanyakan tentang kabar calon suaminya yang tak normal. Sahabat di depanya ini malah bertanya tentang kekayaan calon suaminya. Benar-benar diluar dugaan. Violette tersenyum tipis dengan semua hal yang ia pikirkan. Benar-benar sahabatku yang unik.

"Tentu saja. Dia sangat kaya, Na."

Xeena semakin tertegun dan ingat dengan awal sebelum kontrak yang ia tandatangani terjadi. Bayaran mahal hanya untuk menjadi istri kontrak dan palsunya. Belum lagi bayaran kerja menjadi sekretaris yang hanya bertugas menemaninya. Agera, dia benar-benar kaya raya. Dan baginya, aku tetaplah hanya seorang wanita bayaran. Sial!

"Dia pemilik semua tempat perbelanjaan mewah di London. Real estate, Hotel mewah, Resort belum dengan semua aset pribadinya yang tak terhitung." Violette menggambarkan kekayaan Raiden di depan Xeena.

"Itu berarti, Harrod's adal-"

Violette tertawa melihat Sahabatnya yang berbicara dengan wajah bodoh. "Hahaha, tentu saja. Harrod's adalah salah satu miliknya. Harrod's tempat perbelanjaan terkenal di Eropa dan itu adalah miliknya. Camden Market, Oxford Street, Brunswick, Notting Hill, Canada Square London, Bond Street and Mayfair, Boxpark Coven't Garden, King's Road, Westfield London. Itu semua milik calon suamimu, Xeena."

Xeena terbelalak tak percaya. "Bahkan Boxpark?"

Violette mengangguk. "Belum lagi hotel, resort, dan aset pribadi lainnya. Kau bisa membayangkan betapa kayanya calon suamimu."

Xeena hanya diam dan semakin lemas. Itu berarti akan sulit jika menikah secara diam-diam. Itu juga berarti masalah ini akan semakin rumi. Ya Tuhan, kali ini apa yang harus aku lakukan?


Sedangkan Raiden tengah menatap sebuah map di tangannya. Sebuah map yang berisi kontrak kerjasama yang berhasil dari koleganya yang berada di Jepang. Hal itu cukup menganggu saat pemimpin perusahaan tersebut mengatakan sesuatu yang membuat Raiden tak mengerti. Namun salah satu anak buah Raiden menjelaskan segalanya.

Raiden kembali menatap sekotak hadiah perhiasan yang di peruntukkan untuk Xeena. Bahkan sang istri dari pemimpin perusahaan Jepang itu langsung memberikan pada Raiden tanpa perantara. Raiden hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih atas semuanya. Karena kontrak ini, perusahaannya beruntung milyaran dolar.

"Xeena," ucap Raiden pelan dan tersenyum.

"Jadi kau menolong salah satu kolegaku yang kecopetan, dan yang mereka tahu kau adalah kekasihku. Dan lagi, karena dirimu perusahaanku kembali mendapatkan untung." Raiden tersenyum puas dengan hal yang ia dapatkan.

"Kau adalah keberuntunganku, Xeena. Dan aku tak ingin membagi keberuntunganku pada siapapun!" Raiden kembali tersenyum dingin. Namun saat ketukan pintu terdengar menganggu, Raiden mendesah kasar.

Seorang pria masuk dan menunduk pada Raiden. "Tuan Muda, Nonya Besar telah menemui Nona Xeena beberapa hari yang lalu. Dan seperti yang dicemaskan. Nyonya Besar tak merestui pernikahan ini."

Raiden menatap pria tersebut dingin. "Siapa dia bisa mengatur hidup dan pilihanku! Akan aku selesaikan masalah ini sendiri. Cukup persiapkan segalanya agar pernikahan ini lancar."

Pria itu mengangguk dan keluar dari ruangan Raiden. Raiden berpikir sejenak sebelum akhirnya meraih kunci mobilnya.

"Kenapa dia tak mengatakan apapun jika orangtuaku datang." gumam Raiden diantara langkahnya.
























===================================

Pic : Rex Benedict Acacio.

See you in next chapter. 😂😂😂

Salam hangat.

=Ellina Exsli=

Continue Reading

You'll Also Like

Queen of Artanta By ...

Historical Fiction

86.1K 8.7K 14
Spin off; Ken & Cat Bagi sebuah kerajaan, pewaris tahta adalah segalanya. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan kekuasaan, Pangeran Albern y...
2.1M 9.9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
14.9K 338 29
Seorang gadis memcari cinta sejatinya yang dulu menghilang dan akhirnya bertemu setelah sekian lama terpisah Tapi kebahagiaannya tidak bertahan lam...
1.2M 39.8K 7
(Follow sebelum baca) "You're bastard!!" maki seorang perempuan seraya menampar pipi pria yang dianggap gila di depannya. Pria itu memegang pipinya y...