Secret Admirer

By Viraosh

4.2K 485 1.4K

Sebutlah aku pemuja rahasiamu. Tanpa surat, cokelat, ataupun bunga, hanya sebuah perasaan tersirat yang tak b... More

1.Laura Isabella Pieter
2.Hari Pertama Sekolah
3.Siapa sih dia?
4.Sensi
5.Salah Paham
6.Reyhan Yudha Arjhuna
7.Canggung
9. HomeAlone
10.Penyelamatan
11.Peringatan
12.Pulang
13.Rasa bersalah
14. Cast
15. New Friend
16. Dari Mata
17. Ada Rasa

8.Ditinggal

188 26 48
By Viraosh

"Laura! Anggian!" teriak Sandra dari arah tangga.

Sandra melihat Gian bangun terlebih dahulu. Sedangkan Laura? Bahkan pintu kamarnya tak terlihat tanda-tanda akan dibuka.

"Kak.. Umi mau bicara sama kamu bentar.. Sini." Sandra menyuruh Gian duduk di sofa bersamanya. Gian mengangguk lalu duduk di samping Sandra.

"Gimana tadi sekolahnya? Lancarkan?"

"Lancar kok Umi.." Gian mulai mengeluarkan hapenya. Barang kali ada pesan line masuk.

Cklek

Pintu kamar Laura terbuka. Ia menguap lalu berjalan dengan malas kearah ruang keluarga dimana Sandra dan Gian berada.

"Laura udah bangun ya? Sini duduk samping Umi.." pinta Sandra, Laura pun berjalan ke arahnya.

"Masih sore ya? Kirain udah pagi." kata Laura mendudukan dirinya di samping Sandra.

Sandra menoleh ke arah Laura. Ia menatap dengan pasti gerak-gerik Laura yang menurutnya aneh.

"YaAllah Ra, tangan kamu kenapa?" Sandra menyentuh tangan Laura. Gian menoleh sejenak namun tak bersuara.

"Gak papa Umi. Cuma luka kecil."

"Luka kecil kok sampe di perban segala." Sandra mencoba menyelidik, karna tak mungkin itu luka kecil.  Laura pun menatap Gian.

Laura memang menyembunyikan luka di tangannya dari kemarin. Ia tak mungkin punya keberanian untuk berbicara.

Kemudian, Laura hendak bersuara. Namun Sandra dengan cepat berkata dulu.

"Jujur.."

Sandra melihat kearah Laura dan juga Gian secara bergantian. Kemudian ia melihat Laura menghela napas pelan.

"Kemarin kena injek sama pacarnya kak Gian." Gian menatap Laura tajam.

Sandra menatap Gian bingung.

"Kok bisa Gi? Eh bentar.. Kamu punya pacar? Kok gak bilang-bilang Umi?"

Laura menatap Gian lalu menyeru kata "mampus." Namun lirih.

"Gian udah gak punya pacar."

"Lah si Angela?" ucap Laura

"Udah gue putusin." jawab Gian enteng.

"Buset! Kapan?"

"Semalem."

"Kok bisa?"

"Bawel lo ah."

"Udah-udah Umi bingung ngeliat kalian gini. Yaudah jangan permasalahin lagi." Sandra memijit keningnya yang tidak pusing.

Laura dan Gian pun mengangguk. Setelahnya Laura menatap Sandra bingung.

"Umi kok rapih banget?"

Sandra menoleh kearah Laura. Benar ini alasannya untuk memanggil kedua anaknya.

"Iya tumben juga manggil kita buat kumpul." kini berganti Gian yang berkata.

Sandra menghela napas pelan. Ia kemudian tersenyum, walau rasa khawatirnya masih ada dengan keadaan Laura.

"Umi mau pamit.."

"Lah?!" pekik Laura

"Kemana?" tanya Gian datar.

"Umi mau nyusulin Abi ke malaysia. Kasian dia disana sendiri ngurusin perusahaan.."

Gian menaikkan sebelah alisnya.

"Terus.. Umi gak kasian sama kita?"

Laura hanya mengangguk mengiyakan kata-kata kakaknya.

"Bukan gitu, Gi, Ra.. Umi cuma mau bantu pekerjaan Abi kalian. Tenang aja, Umi disana cuma dua minggu kok, Gak lama.."

"Hmm.." Gian hanya menjawab kata-kata Sandra dengan gumaman. Sandra menoleh kearah Laura.

"Hmm.." Laura mengikuti apa yang kakaknya lakukan. Jujur ia tak rela jika harus di tinggal selama itu. Mengingat kelakuan kakaknya yang senang bermain dan lupa waktu.

"Yaudah. Umi pamit berangkat ya.."

"Sekarang Umi?" kaget Laura.

"Iya sayang.." Sandra mengelus surai Laura lembut.

"Biar Gian yang nganter."

Gian masuk kedalam kamarnya. Dan keluar mengambil kunci mobilnya.

"Rara ikut."

"Udah gausah. Lo jaga rumah aja." Laura menatap kesal ke arah Gian. Ia memicing matanya.

"Pokoknya aku ikut. Titik!"

"Iya-iya semua ikut." kata Sandra mencoba melerai anak-anaknya.

Gian memutar bola mata malas. Kemudian berjalan menyeret koper milik Sandra yang berada di lantai bawah.

"Kopernya biar Gian yang bawa." Teriak Gian.

***

Laura dan Gian pun akhirnya sampai dirumah. Langit sore kini berganti gelap. Laura berjalan kearah dapur. Ia mengusap perut datarnya. Lapar.

"Kamu laper?" tanya Gian dengan nada lembut yang membuat Laura jijik melihatnya.

"Kalo di tanya tuh jawab." sindir Gian meminum air yang ia ambil di kulkas.

Laura diam. Ia tak menggubris kata-kata kakaknya. Ia masih kesal karna kejadian kemarin.

Gian melihat Laura membawa roti kemeja makan pun mengikutinya dari belakang.

"Kamu marah sama kakak?"

Laura tak menggubrisnya. Ia sedang kesusahan untuk membuka tutup selai dengan tangan kirinya. Gian yang melihatnya pun merebut selai itu dan membukanya.

"Sini." Gian mengambil roti Laura. Lalu ia mengoleskan roti itu dengan selai cokelat. Dan menyerahkannya ke tangan Laura.

"Makasih."

Laura menerima roti di tangan kakaknya. Tak lupa ia mengucapkan kata terimakasih walau ia sedang kesal dengan kakaknya.

Laura memakan rotinya. Gian menatap Laura yang sedang makan layaknya orang kelaparan pun, terkekeh.

"Masih laper nggak?"

Laura menoleh. Ia telah mengahabiskan tiga roti yang terletak di meja makan.

"Iya kak.." lirih Laura, pasalnya Laura memang tipikal gadis yang suka makan. Disaat semua gadis memilih untuk berdiet ia malah sebaliknya.

"Mau makan apa? Biar kakak yang masakin." Gian berjalan ke arah dapur. Kini berganti Laura yang terkekeh geli.

"Pfftt.. Bwaahahaha.." Gian menoleh saat suara tawa Laura menggelegar. Laura berkata lagi "Emang kakak bisa masak?" Gian menyilakan kedua tangannya di depan dadanya.

"Lo ngeremehin gue?"

Laura diam.

"Masak apaan yang kak Gian bisa?"

Gian berfikir sejenak. Lalu tersenyum senang.

"Masak air."

Gubraak

Laura hampir terjungkal dari kursi saat mendengar jawaban sang kakak.
Lalu ia pun berdiri.

"Udah serius-serius malah jawabnya becanda, dasar kakak macem apa lo?"

"Macem cogan.." Gian melihat Laura hendak pergi. Ia pun mengikuti adiknya. "Mau kemana?" tambah Gian.

"Tidur."

"Oh. Yaudah.. Gue anter sampe kamar."

"Gausah sok manis deh kak. Lo kira ini drama korea?"

"Lah tontonan lo kan itu? Gue cuma mau mastiin lo tidur dengan baik."

"Oke.. Lo boleh masuk kamar gue asal..?" Laura menaikan satu alisnya. Gian memutar bola matanya malas.

"Asal apa?"

"Asal lo miror dulu udah mirip sama Lee Minho belom. Kalo belom? Jangan ngarep deh bisa masuk. Bye.." Laura masuk kamarnya dan menutup dengan segera sebelum kakaknya itu menerobos ingin masuk.

"Sialan lo Ra!" teriak Gian. Laura hanya tertawa menanggapinya.

***

Laura nampak gelisah. Ketika ia tidur ia terus melihat ke arah jendela. Ia merasa takut. Entah ini perasaannya atau memang benar. Ia melihat bayangan laki-laki di dekat jedela kamarnya.

Laura bangun dan berjalan keluar kamar. Ia berjalan dengan cepat ke arah kamar kakaknya.

Tok

Tok

Tok

"Kak Gian buka pintunyaaa.." teriak Laura di balik pintu kamar sang kakak.

Gian yang memang belum terlelap pun tak terbangun dari ranjangnya. Ia pura-pura tak mendengar teriakan Laura mengingat kejadian tadi, membuatnya malas.

"YaAllah kak Gian! Laura tau kakak belom tidur. Cepet bukain."

Gian berdecak, lalu ia pun membuka pintu kamarnya. Bisa dilihat tubuh Laura yang gemetar entah kenapa dan dengan cepat pula Laura memeluk kakaknya. Ia menangis.

"Ra, lo gak papa kan?" Gian mencoba menenangkan tubuh Laura.

"Aku takut kak.." lirih Laura. Gian tau adiknya memang penakut level akut, jadi ia harus memakluminya.

"Kenapa? Takut tidur sendirian? Atau mau tidur sama kakak aja, disini?"

"Mau."

"Mau apa?" Goda Gian. Laura berdesis.

"Rara tidur sini ya sama kak Gian yang ganteng, tapi--"

"Udah gausah sok manis. Tidur-tidur aja." potong Gian

"Siapa yang sok manis?" Laura merebahkan tubuhnya di ranjang Gian. "Gue kan belom selese ngomong kak." Gian pun ikut tidur di ranjang sebelah Laura.

"Emang apaan lanjutannya?"

"Tapi boong. Itu lanjutannya,hahahah.."

"Anjir lo Ra." Gian hendak melayangkan pukulan namun Laura sudah terlelap lebih dulu.

"Ya ampun adek gue pelor amat." Gian mengelus surai Laura lembut.

"Night ya dek.."

Setelah mengatakan itu Gian pun ikut terlelap disamping Laura.

Vomment :*

Continue Reading

You'll Also Like

147K 2K 32
Nagkataon naman na ang dumating na jeep ay lima nalamang ang kasya, kaya nauna ng pumasok si mama sumunod naman sina kuya tanner, mac at kuya Cedric...
26.7K 1.9K 16
|ongoing| Ivana grew up alone. She was alone since the day she was born and she was sure she would also die alone. Without anyone by her side she str...
134K 4.4K 55
'Dysfunctional: not operating normally or properly' That was one way to describe Clara Campbells family. Dysfunctional; not operating properly. That...
Riptide By V

Teen Fiction

322K 8.2K 116
In which Delphi Reynolds, daughter of Ryan Reynolds, decides to start acting again. ACHEIVEMENTS: #2- Walker (1000+ stories) #1- Scobell (53 stories)...