Empress Kwon

By ikedesyaaa

121K 6.4K 139

Sepasang bayi kembar perempuan dipisahkan oleh takdir yang berbeda. Jika takdir itu diibaratkan tali yang pan... More

PROLOG
ISTANA GEMPAR
KEHAMILAN PERMAISURI DAN LAHIRNYA PUTRA MAHKOTA
GWEN = KWON
KWON DAN MILITER
KWON JATUH CINTA
CHANA MENDAPAT PEMBEKALAN PUTRI MAHKOTA
SELIR AGUNG DI FITNAH
KESEDIHAN CHANA
CHANA BERGURU
TERBUKANYA RAHASIA KWON
PUTRA MAHKOTA NAIK TAHTA
HIDUP BARU SI KEMBAR
KAISAR JATUH CINTA
FESTIVAL TOPENG MUSIM PANAS
CHANA DAN LANG
BULAN BARU
CHANA MENYERANG
DOAKU UNTUK IBU
TERSENYUMLAH
AKHIR CERITA CHANA
HIDUP BAHAGIA
SELAMATNYA KWON
KWON HINGGA CHANA

BULAN YANG MEREDUP

2.5K 187 8
By ikedesyaaa

Kwon kembali ke kediamannya dengan gontai. Langkahnya lemas bahkan berjalannya pun tertunduk. Ia benar-benar lemas. Begitu banyak kejutan hari ini. Bahkan untuk melangkahkan kakinya ke teras kediamannya pun ia tidak kuasa. Ia terduduk lemas di teras kediamannya. Dayang Tal menghampiri Kwon dan membimbingnya masuk. Dayang Tal juga menyuguhkan teh hangat untuk Kwon agar perasaannya lebih tenang.
"Dia sudah tahu semuanya, Bi..". Dayang Tal mengangguk pelan dan dari wajahnya tersirat keprihatinan melihat kedua saudara kembar ini. Ia meraih tangan Kwon seraya berkata, "Putri Chana akan segera mengerti... Anda bersabarlah".
"Aku telah menyakitinya... Aku sudah menyakitinya...". Kwon menangis pecah. Dayang Tal merangkul Kwon lembut dan menenangkannya.

Dayang Tal memberitahu Kwon bahwa tadi ketika ia mencari Chana, Chana tiba-tiba kembali dengan wajah masam dan langkah tergesa. Ia langsung mengurung dirinya di kamar dengan membanting pintunya. Dayang Tal sudah mencoba untuk membujuknya keluar kamar karena ia ingat bahwa Chana belum mengisi perutnya dengan apapun seharian ini. Dan bahkan hari sudah senja begini Chana masih tidak mau membuka pintu kamarnya. Kwon mengetuk pintu kamar mereka bedua pelan. Ia tahu Chana pasti ada di dalam, mengurung diri dan menangis sejadi-jadinya. Kwon yang mempunyai keterampilan bela diri langsung mendobrak pintu kamarnya karena Chana tidak kunjung membuka pintu. Chana tidak kaget pintu kamarnya didobrak begitu mengingat Kwon memang memiliki keterampilan bela diri. Chana duduk menghadap meja yang membelakangi Kwon.
"Makanlah.. Kau belum mengisi perutmu sama sekali..", pinta Kwon lembut.
"Lalu kau apa? Sudah makan enak dan santai bersama Kaisar, Calon Permaisuri?"
"Chana.."
"Kau mau bilang apa? Kau mau menjelaskan padaku bahwa ini semua bukan kemauanmu begitu? Kau dan dia.... Sama tidak bergunanya.."
"Chana, aku berusaha untuk mengembalikan posisimu di hati Kaisar. Namun jalan ini memang bukan aku yang mau. Aku tidak punya pilihan lain dan aku memang tidak bisa memilih"
"Aku tidak percaya bisa bersaudara dengan perempuan penjilat spertimu.."
"Kasar sekali ucapanmu Chana!"
"Ingatlah, apa yang kau lakukan padaku lebih kasar daripada apa yang aku ucapkan barusan".
Kwon mendekat ke Chana dan menyentuh pundaknya, "Chana.. Kenapa..".
"Jangan sentuh aku!", sentak Chana sambil menepis sentuhan Kwon.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu! Aku tidak sudi!". Hati Kwon semakin sakit melihat respon kasar Chana. Chana berubah menjadi orang yang tidak ia kenal.
"Aku mempertaruhkan nyawaku untuk kembali kesini dan merebut cintaku! Ya memang benar impianku adalah menjadi seorang Permaisuri dan aku berjuang keras untuk itu. Kau tahu berapa banyak nyawa yang aku korbankan untuk itu? Bahkan aku juga menempatkan ibu angkatku dalam bahaya dan kau tahu kan... Ibu angkatku mati sia-sia karena aku! Aku sudah berjuang sampai sekarang dan kau... Kau hanya perempuan sampah yang mengatasnamakan takdir untuk merebut semua yang seharusnya menjadi milikku!".

PLAK! Satu tamparan keras melayang ke wajah Chana.
"Kau begitu picik, Chana.."
Chana tak bergeming setelah ditampar Kwon dengan keras.
"Kau... Bukan bertujuan untuk membersihkan namamu. Kau.. Berniat balas dendam pada Ibu Suri.."
"Sudahlah, kau tidak perlu menjadi mausia yang munafik. Di negri ini mana ada orang yang menolak gelar permaisuri? Kau bisa membuat dunia bertekuk lutut di hadapanmu dengan gelar itu. Jika kau menolaknya, kau sungguh munafik".
"Chana. Kau..."
"Sekarang pilihlah, aku yang pergi atau kau yang pergi?".
"Chana! Aku tahu kau sangat kecewa sekarang.. Tapi apakah perlu berbuat demikian?"
"Hanya pilihlah!!", teriak Chana membentak.
Kwon semakin merasa tertekan. Chana sudah kehilangan akal sehatnya. Jauh didalam hatinya, Kwon tidak mau terjadi apa-apa pada Chana. Ia satu-satunya yang berharga sekarang. Ia adalah adiknya. Untuk sekali lagi, perasaan Kwon diuji.
"Tetaplah disini, aku yang akan pergi.."
Kwon berbalik dan meninggal Chana di kamar itu. Kwon berjalan menjauhi kediamannya entah tidur dimana dia malam ini. Ia tidak punya tujuan yang penting ia menjauh dulu dari Chana. Itu agar Chana juga merasa tenang.

Akhirnya Kwon memberhentikan kakinya pada perpustakaan khusus Kaisar. Dulu Kaisar berpesan bahwa perpustakaan ini bebas untuk Kwon singgahi. Hanya Kwon dan Kaisar saja yang boleh masuk ke perpustakaan itu. Ia memilih ke perpustakaan Kaisar karena jika ia kembali ke ruangan pemberian Kaisar ia menduga pasti pemimpin kerajaan itu sudah sigap menunggunya disana. Batinnya sekarang perlu diistirahatkan, untuk itu lah dia membutuhkan tempat yang sunyi. Ia berharap kesunyian bisa membawa ketenangan pada jiwanya. Hari ini begitu panjang pagi Kwon. Banyak sekali kejutan-kejutan yang diluar perkiraannya. Ditambah lagi kejutan-kejutan itu merundung masalah yang cukup pelik. Pada awalnya jika Kwon boleh berharap keterpaksaan ini jangan lah diambil hati oleh Chana apabila Chana mengetahui ini semua. Kwon berharap Chana sekali lagi bisa mengerti meskipun pasti susah baginya. Namun masalah ini juga susah untuk keduanya. Si kembar itu sedang diuji kekuatannya.

Esok harinya udara sangat dingin pagi itu. Kwon terbangun di perpustakaan khusus Kaisar akibat udara dingin itu. Ia lalu bergegas keluar dari ruangan itu untuk melayani Kaisar seperti biasanya. Tapi Kwon tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dipikirannya menemui Tan sekarang bukanlah tindakan yang tepat. Chana masih terguncang jika ada orang melihatnya dekat dengan Tan, itu hanya akan membuat masalahnya dengan Chana makin runyam. Dirinya tidak mau adiknya itu makin jauh dengannya. Maka dari itu Kwon memutuskan untuk berjalan-jalan untuk menyendiri. Ia tidak punya tujuan ketika melangkahkan kakinya di tengah udara dingin itu. Tanpa ia sadari musim begitu cepat berlalu. Ia bahkan harus menyilangkan tangannya di dada untuk menahan dingin. Ia terus berjalan tanpa tujuan. Hingga akhirnya ia sampai pada sebuah danau kecil. Kwon duduk di sebuah batu yang ada di pinggir danau itu. Ia pandangi air di danau yang menampakkan wajahnya itu.
"Kwon?". Tiba-tiba ada suara berat yang mengagetkannya. Kwon menoleh ke asal suara itu dan membalakkan matanya lebar-lebar.
"Padawan Lang... Eh maksudku Panglima Lang.."
Laki-laki yang naik pangkat itu tersenyum tipis.
"Prajurit tetaplah prajurit...", ucap Lang singkat namun bermakna.
Kwon tersenyum mendengarnya, sejenak ucapan seniornya di militer itu mengingaatkannya pada saat dirinya menjadi bawahan laki-laki yang sekarang menjadi panglima itu.
"Ada bintang yang sama di istana membuatku sedikit kesulitan untuk membedakan kalian... Namun jika kau ada disini, aku bisa langsung mengenalimu bahwa kau adalah Kwon. Karena Chana tidak mungkin keluar dari kamarnya dengan kondisi perasaan yang kacau seperti itu"
"Kau dari kediamannya? Dia masih belum mau menemui siapapun?"
"Tidak satupun..."

Keduanya terdiam sejenak dan sama-sama memandang lurus ke arah air danau yang menampakkan wajah mereka berdua.
"Apa kau sudah benar-benar melupakan Dalyan?", tanya Lang seperti berusaha mengorek ingatan Kwon. Dari pertanyaannya sekilas nampaknya Lang berpihak pada Chana, namun di hatinya ia sungguh ingin tahu apakah Kwon masih menyimpan perasaan pada kekasihnya yang dulu itu.
"Aku masih mencintanya..."
"Lalu kenapa kau menerima pinangan Kaisar?"
"Karena aku tahu jika aku menolak Kaisar, sama saja aku membunuh Dalyan. Aku meskipun tidak bia menjamin keselamatan dan kehidupannya, setidaknya aku bisa menjauhkannya dari bahaya itu saja sudah membuatku lega..."
"Kau bisa keluar dari istana jika kau mau. Kau hanya seorang dayang, Kaisar pasti bisa membebaskanmu..."
"Apa kau bisa menjamin Kaisar bersedia melakukan itu untuku? Apa kau bisa menjamin Kaisar akan tulus melakukan itu untukku?", tanya Kwon pada Lang.
Lang terdiam. Pikirnya melayang. Ia tahu betul watak Kaisar. Kaisar memiliki watak tegas dan ambisius sama seperti almarhum ibunya. Ia pikir betul pikiran dan langkah yang diambil Kwon. Kabur tidak akan ada gunanya. Menjauh juga tidak ada fungsinya. Menghilang juga tidak ada manfaatnya.
"Aku percaya Dalyan pasti akan hidup bahagia meski tanpa aku..."
"Dia sudah menikah sekarang"
"Benarkah?"
"Ia mempunya putri, namanya Seona. Istrinya adalah putri dari kerabat ayahnya yang sama-sama bekerja di Serikat Dagang Ming"
"Aku senang mendengarnya....", ucap Kwon tulus.


Tan bekerja seperti biasanya. Tapi dengan absennya Kwon hari ini membuatnya sedikit gundah gulana. Rasanya ada yang berbeda. Namun ia bisa memakluminya. Kwon pasti menjaga perasaan Chana dengan cara menjauhi dirinya. Ia bisa terima itu. Ia sadar pasti sangat sulit bagi Kwon untuk melalui ini semua. Ia percaya Kwon pasti bisa melalui ini semua karena Kwon adalah wanita yang kuat dan tangguh. Disisi lain ia sangat merasa berdosa karena melukai hati dan perasaan Chana. Ia merasa seperti seorang laki-laki tak bependirian dan mudah berbalik-balik perasaannya. Disisi lain ia memang sudah jatuh cinta dengan Kwon. Ia ingin sosok wanita yang kuat untuk menjadi permaisurnya. Ia sadar menikahi Kwon atau menikahi Chana sama-sama tidak membawa kekuatan bagi istana. Baginya pernikahan bukanlah satu-satunya cara untuk memperkuat kerajaan. Pernikahan kerajaan hanya cara-cara politis untuk mengikat simpatisan sebuah kekuatan dengan istana, untuk efek kekuatan kerajaan poin itu tidak ada dalam pernikahan. Pernikahan tidak sesignifikan kekuatan prajurit dan senjata jika melihat sisi memperkuat relasi. Tan bukan tipe pemimpin yang mau 'merawat orang asing dengan mengatasnamakan gelar' di dalam istana. Baginya memiliki selir bisa mendatangkan keuntungan bisa juga mendatangkan kerugian. Keuntungan yang bisa didapat adalah ia bisa dengan mudah mengenal daerah-daerah asal selirnya berasal, selain itu ia bisa dengan mudah pula mendapat simpati dan dukungan dari rakyat daerah tempat selirnya berasal. Kerugiannya adalah jika selir itu mempunyai maksud lain ketika sudah resmi menjadi selir Kaisar, maka akses untuk menggulingkan pemerintahan dan menggelar kudeta makin besar peluangnya. Bahkan kemungkinannya untuk berhasil juga sangat besar. Tan masih ingat bagaimana susah payahnya berperang dengan rakyatnya sendiri ketika Tragedi Hainan dulu terjadi, itu adalah mimpi yang paling buruk. Ia menilai hal itu bisa terjadi karena dipicu mendiang Kaisar yang mempunyai selir dan permaisuri sekaligus. Permaisuri yang cemburu dan ambisius serta keluarga yang tidak dibentuk atas dasar cinta hanya akan melahirkan kecemburuan-kecemburuan yang mendatangkan kehancuran bagi negri itu. Maka dari itu baginya, ia harus berani untuk memutus rantai kebudayaan yang menurutnya kurang tepat itu untuk mencegah perpecahan terjadi.
"Yang Mulia, jajaran Gubernur baru saja mengirim dokumen ini untuk anda...", ucap Kasim Jang yang entah kapan sudah berada disamping Tan.
"Petisi....", gumam Tan membaca dokumen dari jajaran gubernur itu.
"Apakah berhubungan dengan rencana pernikahan anda, Yang Mulia?"
Tan mengangguk pelan.
"Yang Mulia.... Bukankah akan lebih baik jika Yang Mulia mempertimbangkan petisi ini sebelum mengambil keputusan lebih jauh? Pernikahan anda akan berdampak pada istana dan pemerintahan. Jika Yang Mulia kehilangan simpati dan dukungan dari gubernur maka siapa yang akan membantu pekerjaan anda memimpin negri ini Yang Mulia?", ujar Kasim Jang khawatir.
"Calon permaisuri bahkan ketika sudah menjadi permaisuri pun tidak ada hubungannya dengan ini, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa mengatasinya..."
"Tapi Yang Mulia....."
"Keluarga dari masing-masing Gubernur mendapatkan pendidikan gratis dan akses yang mudah untuk keluar masuk serta mendapatkan pengobatan cuma-cuma dari istana. Setiap bulan bahkan istana harus rela berbagi makanan dan kebutuhan untuk masig-masing keluarga gubernur yang berpencar di seluruh bagian negri. Bahkan mereka tidak mendapat apapun dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat setiap bulannya. Para gubernur mengandalkan kekuatan dan kekayaan istana untuk bertahan hidup jadi bagaimana bisa mereka menyerang balik istana hanya karena aku tidak memilih satu dari putri mereka untuk aku jadikan calon selir dan permaisuri? Hal itu tidak sepadan dengan apa yang selama ini istana beri pada mereka. Membuat petisi seperti ini tidak ada gunanya. Aku tidak perlu mengemis meminta dukungan mereka, langsung saja cabut pemberian yang selama ini kita berikan pada mereka".
"Tapi mereka bisa saja menyerang istana Yang Mulia"
"Mereka tidak akan memiliki sumber dana untuk menggalang prajurit yang banyak. Aku sudah memerintahkan Serikat Dagang Ming untuk mengawasi kekayaan mereka masing-masing. Semuanya masih batas wajar.... Aku bisa membuat mereka percaya pada Kwon dan mau menerima Kwon untuk menjadi permaisuri selanjutnya...."
"Yang Mulia... Keputusan anda terlalu beresiko. Keutuhan negri adalah hal mutlak. Memilih dayang Kwon menjadi permaisuri selanjutnya hanya akan memecah belah rakyat. Oleh karena itu sebaiknya Yang Mulia mempertimbangkan isi petisi para gubernur itu dan mempertimbangkannya. Bagaimanapun juga gubernur adalah pembantu raja, tanpa adanya pembantu bagaimana Yang Mulia bisa mengerjakan semua pekerjaan pemimpin Yang Mulia"
"Lalu kau memintaku untuk menuruti keinginana para gubernur dan memperistri salah satu dari putri mereka begitu? Bagaimana bisa? Aku tidak mungkin mmanfaatkan kekuasaanku untuk menjadikan binatang diriku sendiri dan mereka. Apa bedanya aku dan binatang jika ketulusan sejati saja aku tidak bisa memilikinya!"

Kasim Jang terdiam mendengar Kaisar sudah mulai meninggikan suaranya seperti itu. Ia menunduk sambil berpikir bagaimana bisa seorang dayang merubah seorang Kaisar yang dulunya memegang teguh ajaran-ajaran istana dan kebiasaan-kebiasaan mendiang kaisar terdahulu kini berubha menjadi seseorang yang memiliki pendapatnya sendiri dan amat keras dengan pendiriannya. Dengan cara apa Kwon merubah Tan sampai seperti itu?

"Kau boleh pergi..."

Kasim Jang memberikan salam dan mundur meninggalkan tuannya itu sendirian. Ia berjalan kesal sambil mengepalkan tangannya penuh emosi. Baginya ia sudah bisa memprediksi akan jadi apa negri ini jika Kwon betul-betul menjadi permaisuri yang baru dan melanjutkan keturunan istana. Akan ada banyak perpecahan dan banyak pertentangan. Bahkan baginya tidak menutup kemungkinan Kaisar Tan akan dilengserkan alias kudeta besar-besara. Apabila Kaisar Tan berhasil dilengserkan, maka dirinya akan berakhir dipenjara dan dirinya tidak akan mendapat apapun dari istana. Kaisar bisa saja meremehkan kekuatan gubernur-gubernur yang membuat petisi itu dari sudut pandang materi, namun dirinya tahu berapa banyak kekayaan para gubernur yang tidak terpantau oleh Serikat Dagang Ming. Serikat Dagang Ming juga tidak memiliki kekuatan militer unuk pertahanan, jadi akan sangat mudah untuk mematahkan mata-mata serikat dagang bentukan mendiang kaisar sebelumnya itu. Kasim Jang merasa terdesak. Ia dirundung ketakutan. Ketakutan akan kekalahan dan kurungan penjara. Ketulusannya pada Kaisar sudah semakin terkikis akibat keputusan-keputusan Kaisar yang mendahulukan perasaannya daripada kepentingan bersama. Baginya ia tidak bisa diam saja.

Chana masih mengurung dirinya dalam kamar. Sudah dua hari ia tidak makan dan menolak siapapun yang masuk dalam kamarnya. Ia terus menerus mengurung diri dan menolak semua yang mencoba mengusik kesendiriannya. Sementara itu Dayang Tal masih setia menunggu di ruang tengah kediaman mendiang Selir Agung itu. Ia bukannya tidak khawatir dengan keadaan Chana. Justru ia sangat sedih melihat keadaan Chana. Beberapa tumpuk makanan sudah ia coba antarkan untuk Chana tapi semuanya berakhir dengan lemparan dan bantingan tangan Chana. Semua makanan itu hancur dan tidak bisa dimakan lagi. Dayang Tal mengenal betul sosok Chana. Jika Chana sudah bertindak demikian berarti masalah yang dihadapinya sangat berat dan tidak bisa ia temukan solusinya selain pasrah dan menerima. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu Chana agar Chana tidak merasa kesepian di kediamannya. Kwon sendiri bukannya tidak tahu keadaan Chana yang seperti itu. Ia tahu semuanya dari Dayang Tal, meskipun sekarang sudah tinggal terpisah, tapi Dayang Tal kerap mengunjungi kediaman Kwon dan menceritakan bagaimana Chana beberapa hari ini setelah masalah itu terjadi. Kwon pun tidak bisa berbuat banyak. Ia takut Chana akan semakin membencinya. Ia tidak bisa apa-apa lagi selain membiarkan Chana merenung dan menikmati kesendiriannya sejenak meski ia tahu bahwa itu membutuhkan waktu yang lama. Ia mencoba sabar dan tegar menghadapi ini semua namun ia tidak tinggal diam. Seperti sore itu Kwon memberanikan diri menghadap Tan setelah dua hari ia tidak melakukan tugasnya.

"Dayang Kwon datang menghadap Yang Mulia....", ucap penjaga ruangan Kaisar.
"Ya, masuklah..", ucap Tan antusias.
Tan lalu berdiri dari singgasananya dan langsung memeluk Kwon ketika Kwon berada beberapa langkah dari pintu.
"Aku merindukanmu... Sangat", ucap Tan sambil mempererat pelukan itu. Kwon membalas pelukan itu sejenak lalu berusaha melepaskannya. Raut wajah Tan berubah setelahnya.
"Tenanglah, tidak ada yang melihat kita disini..."
"Hentikan semua kekonyolan ini...", ujar Kwon tegas pada Tan. "Apa? Kau bicara apa?"
"Akhiri saja sampai disini. Aku tidak mau menjadi permaisuri". Mendengar ucapan Kwon itu Tan langsung histeris dan mencengkram bahu wanita yang ada didepannya itu.
"Kau. Bilangah padaku siapa yang menerormu. Kenapa kau seperti ini? Siapa yang menerormu? Kau pasti melakukan ini karena ada yang menyuruhmu kan? Siapa yang melakukannya? Chana? Salah satu gubernur itu? Siapa katakanlah aku akan memberi mereka pelajaran!"
"Tidak ada.", ujar Kwon singkat. "Tidak ada yang menyuruhku. Semuanya ku lakukan karena keinginanku sendiri. Jadi ku mohon hentikan ini semua. Aku tidak mau menjadi permaisuri, maafkan aku".
Kwon langsung meninggalkan tempat itu tanpa pikir panjang dan mendengar persetujuan Tan. Terkesan egois namun Kwon sudah mengumpulkan keberaniannya untuk berkata seperti itu pada Tan. Yang diucapan Kwon benar-benar dari hatinya. Ia tidak ditekan apalagi disuruh oleh siapapun. Semuanya ia lakukan demi Chana. Ia tidak mau harus memilih antara Chana atau Tan karena keduanya saling ia cintai, namun jika memang diharuskan memilih, Kwon akan memilih adiknya.

Tan masih terdiam ditempatnya bediri. Baginya ia yakin bahwa Kwon melakukan itu semua pasti karena Chana. Chana pasti sudah memaksa Kwon untuk menghentikan pernikahan ini, padahal sebentar lagi Kwon akan mendapatkan pembekalan Permaisuri. Tan tidak bisa diam saja dan langsung bergegas ke kediaman Chana. Dayang Tal yang berjaga di ruang tengah kediaman itu begitu terkejut dengan kedatangan Kaisar yang tiba-tiba bahkan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
"Yang Mulia..", ucap dayang tua itu sambil membungkuk dan tanpa memandang wajah kaisarnya itu.
"Dimana Putri Chana? Aku ingin menemuinya..."

Segeralah Dayang Tal memanggilkan Chana di kamarnya. Tapi Tan tidak bisa diam dan berlambat-lambat ria lagi. Ia tahu bahwa Chana akan menolak kehadirannya sama seperti ia menolak kakaknya, jadi sebelum ia mengalami penolakan yang sama maka langsung saja ia masuk ke kamar Chana. Dayang Tal membiarkan dua orang itu bicara dari hati ke hati dan menutup pintu kamar tuannya itu.

"Apa yang sudah kau lakukan pada Kwon?"
"Apa maksud anda?"
"Kau pasti sudah menekannya dan memintanya untuk tidak menjadi permaisuri kan? Akui saja!"
"Aku tidak mengerti", ujar Chana lemah karena tidak memakan makanannya selama dua hari.
Tan mendekati Chana dan mencengkram bahunya.
"Aku tidak akan menyerah pada Kwon. Kau baiknya tidak usah mengusik hubungan kami. Kau hanya masa lalu tahu dirilah! Kau tidak pantas menjadi dia. Hiduplah dengan caramu sendiri". Setelah mengucapkan kata-kata kasar itu Tan meninggalkan Chana di dalam kamarnya. Chana semakin sedih dan terpukul. Chana memang benar-benar tidak tahu menahu atas apa yang terjadi antara Kwon dan Tan sehingga Tan bisa bertindak demikian. Mengancam apa? Mengusik apa? Betapa kasarnya ucapan Tan yang barusan itu.

Continue Reading

You'll Also Like

811K 75.7K 49
Semuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahka...
8.9K 864 55
"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggel...
12.8K 1.6K 48
Dianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimbe...
65K 4.7K 42
"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk...