My Brother

נכתב על ידי HanUCBaby

82.2K 7.2K 1.9K

Kyuhyun merasa dibuang. Namun dia mencoba bertahan karena Heechul menjanjikan sesuatu yang hanya akan bisa di... עוד

CH.1
CH.3
CH.4
CH.5
CH.6A
CH.6B
CH.7
CH.8 : Penggalan Masa Lalu
Ch.9
CH.10
CH.11
CH.12
CH.13
CH.14
CH.15
CH. 16
CH. 17

CH.2

5.3K 381 30
נכתב על ידי HanUCBaby

Bau obat menyapa indra penciumannya. Kelopak mata Kyuhyun perlahan terbuka lalu anak itu mengerjap pelan-pelan, membiasakan pupilnya menerima cahaya yang terlampau terang. Langit-langit putih dan suara 'bib' yang berbunyi seirama detik jam membuatnya mendesah tertahan.

Sangat sadar, bahwa tempatnya berbaring saat ini adalah ranjang di rumah sakit. Kyuhyun tidak terlalu memusingkan hal itu sekarang, dia belum punya cukup tenaga untuk melakukannya. Dadanya sakit dan tenggorokannya juga tak jauh berbeda. Menyadari ada selang yang membantunya bernafas, Kyuhyun tahu...dia pasti sekarat tadi.

Kepalanya menoleh pelan-pelan ke sisi kanan ranjang, hanya untuk mendapati seseorang tertidur disana. Kyuhyun tahu kalau itu Kibum, kakaknya yang tertidur dengan posisi tak nyaman. Kepalanya bersandar pada sisi kosong ranjang didekat tangannya yang kini sedang digenggam. Kyuhyun memperhatikan tautan tangan mereka dan dia memilih untuk membiarkannya.

Anak itu kembali menatap langit-langit yang putih bersih. Memutar ulang semua hal yang terjadi diantara dia dan Kibum.

Setahun yang lalu, dia kembali harus diingatkan bahwa dia bukan siapa-siapa. Mungkin Kibum berpikir bahwa dirinya telah berhasil mencegah paman Jae Bum memisahkan mereka. Tapi Kibum terlalu cepat merasa lega, dia sama sekali tidak tahu kalau Jae Bum menjumpai Kyuhyun dan bicara macam-macam.

Kyuhyun masih ingat semuanya, seolah baru kemarin dia dan pamannya bertemu. Dirinya terlalu merasa sakit hingga seluruh kata-kata pamannya terekam begitu jelas dalam ingatan dan juga menohok hatinya.

Kyuhyun sepenuhnya menyadari bahwa Kibum tidak akan pernah bisa meninggalkannya dan juga dia sangat sadar bahwa Kibum sangat menyayanginya. Namun Kyuhyun hanya tidak bisa menerima, dia tidak ingin menjadi alasan hancurnya masa depan kakaknya.

Pamannya bilang, Kibum mengasihaninya sehingga menolak permintaan pamannya untuk tinggal bersama. Kalau boleh jujur, Kyuhyun sebenarnya tidak ingin berpisah dari Kibum. Kalau boleh egois, dia tidak perduli apakah mereka saudara kandung atau bukan. Baginya kini, keluarganya adalah keluarga Cho dan Kibum adalah kakaknya. Dia tidak perduli dengan yang lain, orangtua kandung atau apalah itu... dia ingin tidak perduli.

Namun, sepertinya rasa tidak perdulinya justru menyusahkan Kibum. Dia sadar, jika dia tetap memaksakan diri untuk hidup bersama dengan Kibum maka dirinya hanya akan selalu menjadi beban. Kibum terlalu baik dan terlalu perduli, hingga pada batas dimana Kyuhyun mulai mengerti bahwa maksud pamannya hanyalah agar mereka berdua memiliki hidup yang layak dan terurus, maka akhirnya Kyuhyun berusaha untuk menjauh.

Menjadi dekat hanya akan membuatnya semakin tidak ingin berpisah. Baginya, mulai membenci Kibum satu-satunya cara agar dia sepenuhnya bisa melepaskan Kibum, untuk hidup tanpa kakaknya. Sejak saat dia memutuskan untuk membenci Kibum, Kyuhyun mulai menjaga jarak mereka. Bersikap seolah Kibum tidak ada, dimana hal itu dia lakukan agar terbiasa jika nanti sosok itu sungguh tidak akan ada bersamanya lagi.

Setahun sudah terlewat dan kini waktunya bersama Kibum kurang dari setahun lagi. Perjanjian Kibum dan pamannya masih berlaku, tentu saja. Sebentar lagi Kibum akan lulus dan...selesai sudah.

Sejauh ini mereka memang baik-baik saja ditinggal hidup berdua, tapi sejujurnya itu mempengaruhi kondisi keduanya. Kyuhyun sadar akan hal itu. Terlepas mereka menjalani setahun ini dengan baik-baik saja atau tidak, dia tahu kalau pamannya akan tetap memaksa Kibum meninggalkannya.

Dan Kyuhyun tahu, tak ada gunanya lagi mereka hidup seperti ini. Dia harus mengakui bahwa baik dirinya atau pun Kibum, tentu butuh orang dewasa untuk mendampingi mereka.

Lamunan Kyuhyun terusik begitu jemarinya serasa digenggam lebih erat. Kyuhyun menoleh ke arah Kibum dan mendapati sosok itu sudah bangun dan kini sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Kau baik-baik saja Kyu?" Kyuhyun hanya diam, dia hanya terpaku pada wajah Kibum yang terlihat lelah.

Apa lagi-lagi dia menyusahkan Kibum dan membuat kakak nya itu terbebani?

"Kyu? Apa ada yang sakit? Kau bisa beritahu hyung." Kyuhyun merasakan usapan lembut Kibum di kepalanya. Dia menatap Kibum lebih lembut kali ini, hanya untuk sekedar mengurangi rasa cemas kakaknya.

"...aku..baik.." jawaban Kyuhyun membuat Kibum tersenyum. Dia mengusap pipi Kyuhyun yang basah. Kyuhyun terdiam, dia tidak tahu kalau dia menangis.

"Kita bertemu setiap hari. Aku melihatmu setiap hari dan aku juga mencoba bicara padamu setiap hari...tapi, kanapa aku merasa sangat rindu padamu? Benarkah kita tinggal serumah? Kenapa aku merasa kita begitu jauh sekarang?" Kibum mengucapkan hal itu dengan ekspresi tenang, bahkan kakaknya itu tersenyum kecil setelahnya. Namun mata itu tidak bisa berbohong, Kyuhyun bisa melihat kesedihan dan kepedihan disana.

Hal itu membuat Kyuhyun merasa begitu bersalah. Selain memalingkan wajah agar tidak menatap Kibum, tak ada hal lain yang bisa dilakukannya. Kibum tersenyum miris, terlampau memaklumi segala tingkah Kyuhyun padanya. Dia menghela nafas sebentar lalu tersenyum kembali.

"Aku akan keluar mencari Sungmin hyung, kau tidak apa-apa ditinggal sebentarkan Kyu?" Kyuhyun hanya mengangguk pelan untuk menjawabnya.

Kibum mengusap lengan Kyuhyun sebelum beranjak dari ruangan itu. Meninggalkan Kyuhyun yang kembali larut dalam segala emosi dan pikirannya. Cukup tiga menit kemudian bagi Kyuhyun untuk kembali memikirkan Shim Changmin. Dia butuh bertemu anak itu.

Jika sebelumnya Kyuhyun bilang dia tidak perduli pada keluarganya yang sesungguhnya. Maka sepertinya Kyuhyun perlu menarik kembali pemikirannya itu. Sebab pada nyatanya, kini dia terlalu bekerja keras untuk mencari sosok saudara kandungnya.

Iya, saudara kandung.

Karena itu, Kyuhyun butuh Changmin.

Kenyataan bahwa beberapa hari yang lalu anak itu membuatnya celaka hanyalah salah paham. Justru dia yang mendekati Changmin lebih dulu walau tahu anak itu bermasalah. Tapi Changmin sebenarnya baik,Kyuhyun tahu itu setelah dia mengenalnya. Changmin bersedia membantunya. Mereka hanya sedang sial saat itu karena bertemu musuh Changmin ditengah jalan dan perkelahian tidak bisa dihindari.

Sejujurnya, saat melihat Changmin lari saat dia sedang dipukuli. Kyuhyun sempat berpikir kalau Changmin sungguh kabur meninggalkannya begitu saja. Namun prasangka itu hilang saat dia mendapati Kibum muncul di gang itu dan berdiri didepannya.

Siapa lagi yang memberitahu Kibum jika bukan Changmin? Kibum tidak mungkin punya indera keenam, kan?

Sejujurnya lagi, Kyuhyun bisa saja bertanya pada Sungmin mengenai saudara kandungnya itu. Namun dia sadar, jika dia memang 'boleh' tahu, untuk apa keluarga pamannya menyimpan hal itu rapat-rapat? Yang mana, bahkan Kibum saja tidak tahu menahu tentang itu.

Kyuhyun hanya terlalu beruntung saat itu, saat dia mendengar Yunho berbicara dengan seseorang ditelepon ketika teman kakaknya itu datang kerumah mereka untuk mengerjakan tugas. Dia ada di sisi tembok saat Yunho menerima telepon dengan gelagat mencurigakan. Sebab teman kakaknya itu jelas sekali melirik kesana kemari terlebih dahulu sebelum meletakkan ponsel itu ke telinganya.

Awalnya Kyuhyun tak terlalu perduli dan berpikir itu hanya pembicaraan biasa atau pembicaraan rahasia antar anak remaja, namun sampai saat dimana namanya disebut-sebut. Kyuhyun tertarik untuk menguping.

'Bagaimana pun juga Kyuhyun itu adikmu hyung-ah! Kau tahu? Dia sepertinya kurang sehat hari ini, kau bisa menitipkan obat lewat Sungmin hyung jika kau mau. Aku hanya ingin memberitahumu keadaannya, kau perduli padanya! Aku tahu itu, jadi tidak usah sok misterius!'

Dan setelah itu pada pagi harinya, saat Kyuhyun bangun tidur, dia mendapati beberapa bungkus obat di atas meja belajar di kamarnya, walau Kibum bilang Sungmin yang memberikannya. Namun, tentu saja dia merasa curiga.

Pilihannya jatuh pada Changmin, adik Shim Yunho. Dia tahu, walau Changmin itu biang onar, sebenarnya anak itu baik dan bisa diandalkan. Terbukti dari tanggapannya yang baik saat Kyuhyun menjelaskan situasinya. Awalnya Kyuhyun memang sempat ragu, namun saat satu titik terang mereka dapatkan bersama, maka dia putuskan untuk percaya pada Changmin.

Hari itu mereka mengikuti Yunho yang akan bertemu seseorang, yang kata Changmin semalaman kakaknya itu ribut dengan seseorang itu ditelepon. Changmin tak sengaja mendengar Yunho lagi-lagi membawa nama Kyuhyun dalam pembicaraan mereka.

Karena itulah mereka mengintai Yunho. Mengikutinya sejak keluar gerbang sekolah hingga berjalan cukup jauh dari sekolah. Namun kegiatan itu harus terhenti saat mereka dicegat anak-anak sekolah lain. Yang mana Kyuhyun tangkap, anak-anak itu dan Changmin punya hubungan yang rumit.

Buktinya, tanpa aba-aba dirinya dan Changmin sudah diseret paksa kesebuah gang yang kotor dan Changmin lebih dahulu dipukul. Kyuhyun juga jadi ikut-ikutan dipukuli. Itu menjadi pengalaman pertama Kyuhyun dikeroyok. Dia bisa berkelahi, tapi jika dikeroyok begitu, dia tidak bisa berbuat banyak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sungmin menatap jam dipergelangan tangannya, sudah terhitung dua jam Kyuhyun tertidur dalam pengaruh obat yang disuntikkannya. Menurut perkiraan, mungkin sekarang adik sepupunya itu sudah bangun. Langkah kakinya terbilang pelan karena matanya berfokus pada laporan medis Kyuhyun yang saat ini ada di tangannya. Koridor yang dilewatinya cukup sepi, beberapa keluarga pasien memilih berada di dalam ruangan.

Sungmin mengangkat kepala sebentar, sekedar melempar senyum pada beberapa perawat yang lewat. Lalu setelahnya dia kembali tersenyum lagi dan kali ini disertai dengan bungkukan kecil. Beberapa senior dan profesor lewat disisinya. Mereka bertegur sapa sebentar sebelum Sungmin akhirnya berjalan kembali, masih dengan melanjutkan kegiatan membacanya.

Sekitar belasan langkah setelah itu, Sungmin mengangkat kepala dan menghentikan pergerakannya, dia segera berbalik, hanya untuk segera menahan langkah seseorang yang baru saja melewati dirinya dengan tergesa.

"Profesor!" panggilan serta cengkraman di bahunya membuat sosok itu berhenti dan berbalik dengan wajah tak senang. Namun begitu melihat siapa yang menahannya, kerutan tak senang itu tergantikan dengan pandangan bertanya. Menunggu Sungmin mengutarakan maksudnya.

"Ada yang ingin saya sampaikan!" sosok yang dipanggil profesor itu menghela nafas gusar mendengarnya.

"Dengar Dokter Cho, kau bisa menemuiku di ruangan nanti jika ingin bicara. Aku sedang buru-buru saat ini." Sosok itu sudah akan kembali berjalan namun Sungmin kembali menahan bahunya.

"Astaga! Masalah seperti apa itu sampai kau bertindak setidak sopan ini padaku? Aku tahu umur kita tidak terpaut jauh, tapi tetap saja aku ini atasanmu, aku harap kau tidak lupa itu. Jadi, singkirkan tanganmu sebelum aku marah. " Sungmin lantas menurunkan tangannya dari bahu Profesor didepannya. Beberapa detik kemudian, dia hanya diam, ragu untuk bicara atau tidak.

Membuat orang di depannya itu menatap aneh ke arahnya dengan dahi berkerut. Sekaligus jadi tak enak hati karena sudah berujar sedikit kasar seperti itu.

"Kau bisa menemuiku diruangan nanti. " putus sosok itu akhirnya saat Sungmin tak kunjung bicara. Dia sudah akan berbalik pergi. Namun, kalimat yang tiba-tiba diutarakan Sungmin mampu menahan langkahnya, lagi.

"Adikmu sakit, dia ada disini. Alergi dan asmanya kambuh. Dia hampir saja tidak bisa aku selamatkan. Aku...hanya ingin mengatakan hal itu, hyung."

Sungmin sudah berbalik untuk melanjutkan langkahnya saat sosok yang dipanggilnya 'Profesor' sekaligus 'Hyung' itu justru berbalik sepenuhnya untuk menatap punggungnya. Ekspresi wajahnya tak dapat ditebak, dan detik selanjutnya sosok itu berbalik lagi, bersikap seolah apa didengarnya beberapa saat yang lalu bukanlah hal yang berarti.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sungmin hyung?!" Sungmin mengangkat kepala. Kali ini dia mempercepat langkahnya saat dilihatnya Kibum berlari kecil ke arahnya.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Kyuhyun?" Sungmin langsung saja bertanya seperti itu. Tanpa memperlambat langkahnya, dia segera berjalan tergesa dengan Kibum yang otomatis berusaha menyeimbangkan diri disisinya.

"Tidak ada apa-apa hyung. Aku mencari mu untuk memberitahu kalau Kyuhyun sudah bangun."

"Oh astaga, Kibum!!! Kau hampir membuatku kena serangan jantung! Seharusnya kau tidak memasang wajah panik seperti itu!"

Dahi Kibum mengerut tak setuju. Dia tidak merasa memasang wajah seperti itu. Namun Kibum tidak berusaha membela diri, hitung-hitung mengerjai Sungmin, pikirnya.

Sungmin masuk ke kamar rawat Kyuhyun dan mendapati anak itu tengah menutupi matanya dengan sebelah lengannya yang masih di gips. Sungmin berdehem singkat, namun tampaknya Kyuhyun sama sekali tidak ingin menurunkan lengannya.

"Lengan mu bisa kram Kyuhyun, tolong turunkan tanganmu, saeng"

Hening.

Sungmin menghela nafas dan menyentuh lengan itu, menurunkannya pelan-pelan. Kyuhyun lantas memalingkan wajah, berusaha untuk tidak bertemu tatap dengan Sungmin. Sungmin mendengus geli dan mulai memeriksa keadaan adik sepupunya itu.

"Kondisimu mulai stabil, walaupun begitu, hyung ingin kau menginap di rumah sakit untuk dua hari ke depan"

Mendengar perkataan Sungmin, Kyuhyun lantas segera menatap kakak sepupunya itu dengan dahi berkerut protes. Namun secepat itu pula Sungmin berpaling darinya untuk memeriksa katub penghubung selang oksigen disisinya.

"Gipsmu akan hyung lepas besok sore karena lukamu disana tidak begitu parah dan untuk malam ini kau harus tetap memakai selang oksigen."

Hal kedua yang ingin diprotes Kyuhyun. Dia sangat membenci benda mengganggu yang ada diarea pernafasannya ini. Kyuhyun sudah akan membuka mulut untuk bicara, namun segera diurungkannya saat sakit menyerang dadanya ketika tanpa sengaja dia bernafas lewat belah bibirnya.

"Jangan menarik nafas lewat mulut Kyu, seharusnya kau ingat aturannya. Aku bahkan menyuntikmu tadi, ingat?" Kyuhyun memejamkan matanya sambil meringis, membuat Kibum yang sebelumnya hanya diam mulai bergerak menghampirinya.

Kyuhyun mengumpat dalam hati, menyumpahi Sungmin habis-habisan. Bagaimana mungkin dia tidak ingat? Jika rasa sakit saat Sungmin menyuntiknya itu mampu memaksanya sadar dan jatuh pingsan lagi.

Kyuhyun perlahan merasa nyaman, Kibum memijatinya.Sungmin yang melihat Kyuhyun perlahan mulai jatuh tertidur pun hanya tersenyum kecil. Tertidur dibawah pengaruh obat berbeda nyamannya dengan tertidur atas insting tubuh sendiri. Kyuhyun butuh istirahat.

Sungmin kemudian memandangi Kibum dan Kyuhyun bergantian. Yang satunya enam belas tahun dan yang satunya lagi tujuh belas tahun. Keduanya sebentar lagi naik kelas dan itu artinya Kibum akan meyelesaikan sekolah menengah atasnya segera.

Sungmin menyayangi Kyuhyun, begitu pula Kibum, tentu saja. Anak itu begitu lucu dan polos. Walau terkadang sangat sok dewasa dan juga sok kuat.

Yang paling Sungmin suka adalah wajah merengut Kyuhyun sehabis menangis. Pipi dan hidungnya memerah dan isakan-isakan kecil akan keluar dari bibirnya. Itu sangat menggemaskan, dulu Sungmin merasa kalau membuat Kyuhyun menangis tidak masalah sama sekali. Karena itu, dia sering mengganggu Kyuhyun. Hanya untuk melihat wajah menangisnya yang imut.

"Kibum-ah." Yang dipanggil mengangkat kepala, menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Hyung mohon, ikhlaskan saja..." kata-kata Sungmin membuat mata Kibum membulat terkejut. Kibum lantas segera melihat pada Kyuhyun, memastikan anak itu sudah jatuh tertidur dan tidak mendengar perkataan Sungmin barusan.

"Kita bicara diluar hyung!" Kibum berdiri, membenarkan selimut Kyuhyun dan kemudian melangkah keluar, disusul Sungmin selanjutnya.

Kibum sudah duduk di kursi tunggu yang ada saat Sungmin keluar. Sungmin hanya bisa menghela nafas saat melihat Kibum memalingkan wajah darinya. Lelaki berjas putih itu segera mengambil duduk disisi Kibum dan bergerak merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Detik berikutnya dia menatapi langit-langit koridor yang mulai memudar warna catnya.

"Bisa hyung beri aku alasan kenapa aku harus membiarkannya diasuh orang lain disaat masih ada aku disisinya? Kyuhyun tidak punya siapa-siapa selain aku saat ini, semua ini akan sulit untuknya dan juga...sulit untukku. " Sungmin menyadari nada bicara Kibum yang tenang, itu artinya adik sepupunya itu serius ingin bertukar pikiran dengannya.

"Kibum, hyung sepenuhnya mengerti. Jika dibawa ke sisiku, aku pun tidak akan setuju Sungjin di adopsi orang lain disaat masih ada aku bersamanya.Tapi, jika aku berfikir lebih kritis lagi, itu akan menjadi pilihan tepat baginya. Orangtua asuh akan menjaganya, menyayanginya dan memenuhi segala kebutuhannya. Jangan munafik Kibum, akui saja, kalian kehilangan sosok orangtua diumur semuda ini, kau pikir kami percaya kalian baik-baik saja?

....Katakan padaku, kau kesulitan menyeimbangkan fokusmu pada kewajibanmu belajar dan mengurusi rumah dan juga Kyuhyun, kan? Sebentar lagi kau harus belajar lebih ekstra untuk kelulusan, bagaimana kau bisa membagi waktu antara urusan sekolah dan urusan rumah? Dan Kyuhyun, dia masih sangat muda, bisakah kau memberikan pengarahan padanya? Ada untuknya setiap saat? Mendampingi dan mendengarkan segala keluhannya tentang sekolah seperti yang dilakukan orangtua pada umumnya? Tidak bisa. Karena kau sendiri masih terlalu muda untuk bisa menasehati orang lain. Intinya, kalian butuh orang dewasa. Bahkan aku yang sudah dewasa pun tetap membutuhkan orang yang lebih dewasa di sisiku. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian. Tidak ada maksud untuk memisahkan kalian atau apapun itu. Kalian masih bisa bertemu dan berkomunikasi, kan? Ini demi kebaikanmu dan juga Kyuhyun."

Kibum hanya diam, sedikit banyak dia membenarkan perkataan kakaknya. Dia yang biasa dirawat kini dipaksakan merawat, rasa kehilangan dan perubahan itu jelas terasa. Kibum sepenuhnya mengerti kalau semua itu berpengaruh pada mereka. Kibum akui,nilainya juga menurun walau tidak begitu kentara. Kibum juga harus mengakui kalau gizi mereka jadi tidak teratur, apalagi Kyuhyun, adiknya itu sering mengabaikan waktu makannya dan Kibum tidak seperti orangtuanya yang mampu membujuki Kyuhyun setiap saat. Apalagi mereka punya hubungan yang buruk setahun belakangan ini.

"Seperti apa orangtua asuhnya? Mereka kaya?" Pertanyaan Kibum membuat Sungmin agaknya terkejut. Namun dengan segera dia mencoba tersenyum dan meraih jemari Kibum untuk digenggam, menguatkan anak itu.

"Tidak terlalu kaya, mereka keluarga sederhana yang baik. Mereka tidak memiliki anak tapi mereka tidak ingin sembarangan mengadopsi dari panti asuhan. Mereka menyukai Kyuhyun, dia anak yang baik dan prestasinya bagus. Karena itu mereka bersedia menerima Kyuhyun apa adanya. Walau tidak lumrah mengadopsi anak yang sudah terbilang remaja. Tapi, mereka mau. Kalau kau bersedia, hyung bisa mengajakmu menemui mereka dan kau bisa menilai sendiri nanti. Bagaimana?"

Kibum masih diam sesaat setelah Sungmin menyelesaikan penjelasannya. Detik berikutnya dia menatap Sungmin, dan Sungmin tidak terkejut saat mendapati wajah putih itu sudah basah oleh air mata. Mata adiknya memerah dan isakan kecil muncul begitu saja. Kibum menangis, terlihat begitu rapuh.

"...hyung..hiks.."

"Ne?"

"..a..apa me..mereka tidak bisa mengadopsiku juga hyungie?"

"Kibumie..." lirih Sungmin terkejut. "Oh astaga, kau ini bicara apa?" Sungmin gugup, ini pertama kalinya dia bingung harus bagaimana menanggapi pertanyaan Kibum.

Otaknya otomatis mengatakan 'Tidak! Kau masih punya kami!!!' tapi nuraninya sepenuhnya menyadari bahwa Kibum merasa begitu sakit memikirkan dirinya harus merelakan adiknya hidup bersama orang lain sementara mereka sudah bersama sedari kecil.

"Kyuhyun keluargaku. Aku mungkin memilikimu, Sungjin hyung dan Paman tapi Kyuhyun hanya punya aku. Bagaimanapun aku tidak bisa membiarkannya jauh dariku hyung, aku harus bagaimana? Bisakah hyung katakan pada mereka untuk mengadopsi ku juga? Aku tidak akan merepotkan. Aku hanya ingin tinggal dengan adikku saja. Hyung bisakan???"

"Kibum cukup. Kita bicarakan ini lagi nanti, sekarang temani Kyuhyun, ne? Hyung akan mengambil beberapa pakaian untuknya sekarang." Kibum tidak menanggapi Sungmin. Dia masih menatap Sungmin dengan terisak kecil, tangan Sungmin menghapus aliran air mata dipipinya sedikit kasar.

"Jangan cengeng!" sentaknya. "Kau seorang kakak! Kendalikan dirimu agar adikmu tidak khawatir. Arraseo?"

Mau tidak mau Kibum mengangguk. Sungmin menatapnya sedih, dia mengerti perasaan Kibum karena dia juga punya adik. Terlepas Kyuhyun adik kandung atau bukan, yang jelas mereka sudah bersama sedari dulu.

"Tenangkan dirimu dan segera masuk, ya? Hyung pergi dulu, kalau ada apa-apa segera hubungi hyung atau cari dokter, mengerti?" Dan Kibum hanya bisa mengangguk sekali lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To Be Countinue

NB. Ini publish ulang dan sedikit revisi. Typo, kasih tahu ya, biar diperbaiki.

Bertahap ya, jadi...sabar.

See you~

המשך קריאה

You'll Also Like

381K 31.5K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
198K 16.6K 86
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
36.7K 3.4K 22
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
42.5K 2.4K 23
Jarang tersenyum, sedikit berbicara. seakan Ia hanya menggunakan tatapan matanya sebagai sarana untuk menyampaikan semuanya. namun terkadang melempar...