Witch

By zhrmhfhni

4.8K 389 42

"Mungkin ini berbahaya, bahkan sekarang berakhir menyedihkan. Tapi bagaimanapun aku tetap mencintaimu." . Jar... More

First Met You
I Want to be Your Friend
Unexpected Feelings
Trust Me
Why did you do that to me?
Back to the beginning
You is a person who annoying
CONFESSION
Fall In Love (Part 1)
Fall In Love (Part 2)
Who I am?
It's You
Truth
Nightmare
Last The Witch [END]

Lost In Time

200 16 11
By zhrmhfhni

_oOo_

Sudah setengah bulan terlewatkan, hari demi hari waktu tetap berjalan—tapi tidak ada yang bisa merubah apapun. Sampai saat ini Kwangmin bahkan tak bisa menemukan Yuju yang telah menghilang sejak terakhir kali mereka bertemu. Tak ada dirumah, sekolah bahkan tak datang. Yuju seakan menghilang dari peredaran bumi. Bahkan sebenarnya bukan hanya Kwangmin yang mencarinya, tapi Sangwoon juga tak bisa menemukannya. Tempat yang disukai dan dibenci olehnya, tetap saja tak ada.

Sebenarnya apa yang Yuju pikirkan sekarang? Kenapa ia harus bersembunyi? Apa ia akan bersembunyi sampai gerhana itu akan datang? Jika benar, dia akan menunggu kematiannya yang sia sia.

_oOo_

"Aku pulang..."

Youngmin masuk kedalam kamar mereka, seseorang juga sedang duduk di sofa yang empuk. "Darimana saja hyung?" tanya Kwangmin menoleh kearahnya. "Aku baru saja mengantar Minwoo dan Hyunseong menemui kekasihnya masing-masing. Mungkin akan terjadi salam perpisahan." jawab Youngmin sambil melepaskan jaketnya.

"Apakah aku juga harus mencari Yuju lagi?"

Youngmin menaruh jaketnya dan tercengang "Apa?" langsung menoleh kearah Kwangmin. "Aku merasa, aku tidak bisa diam saja." ujar Kwangmin melanjutkan perkataanya lagi. "Tidak boleh, kau tidak boleh melakukannya. Waktu gerhana sudah dekat. Dia pasti akan baik baik saja memikirkan hal ini. Kenapa kau begitu..."

"Apa hyung pikir ia baik-baik saja? Terjadi pertengkaran hebat waktu itu! Dia pasti masih belum bisa memilih!" Kwangmin langsung saja memotong pembicaraan kakaknya. "Mworago?" Youngmin tak menyangka kalau Kwangmin bisa meninggikan nada bicaranya juga padanya. "Aku yakin dia frustasi. Ditempat kosong tak ada orang lain. Memikirkan apa yang harus dilakukan. Ini adalah waktu yang susah untuknya" Kwangmin masih saja sempat memikirkan bagaimana kehidupan Yuju sekarang.

"Bisakah kau rasakan juga apa yang dia rasakan,hyung?" Kwangmin kini melunak, bagaimana pun dia sama sekali tak bisa terlalu marah pada Youngmin. Kwangmin pun berdiri dari tempat duduknya "Mau kemana kau Kwangmin?" tanya Youngmin merasa urusan mereka belum selesai. Tapi Kwangmin hanya diam dan saja tak menjawab, bahkan dia tetap saja melangkah melewati Youngmin.

Kwangmin menutup pintu kmar dan bersandar padanya. Menghela napasnya dan mulai melamun. Wajahnya sama sekali tampak tak bersemangat.

Neo eddiga? Bogosipeoyo

_oOo_

"Tuan Tuan!!!"

Sunyoul langsung berlari masuk kedalam ruangan dengan tergesa-gesa. "Ada apa?!" Sangwoon merasa sangat terganggu. Padahal ia ingin menikmati kesendiriannya tanp gangguan apapun. "Maaf tuan, tapi ini penting" jawab Sunyoul merasa panik sekarang.

"Ada apa?"

Baru beberapa detik ia bertanya, seseorang langsung saja menerobos masuk kedalam ruangannya. Orang itu mengenakan highkill dan jubah hitam. Sunyoul kaget melihatnya masuk tanpa pemberitahuannya. Sangwoon langsung terpenjat melihat orang itu. Ia langsung membenarkan posisinya dengan tubuhnya yang gemetar.

"Sudah lama tidak bertemu."

"Yuju-ya?"

"Oppa, tinggalkan kami berdua."

Yuju langsung tersenyum miring ketika Sangwoon memanggil namanya. Sunyoul tak ingin juga berlama-lama diantara kontraversi mereka. Ia segera keluar dari ruangan Sangwoon.

"Untuk apa kau datang? Kemana saja kau selama ini? Melarikan diri dari takdir?" tanya Sangwoon sebenarnya khawatir dengannya. "Aku tak mungkin melarikan diri dari takdir. Aku hanya perlu waktu." jawab Yuju dengan nada santai.

"Kalau begitu, apa kau akan menuruti perkataanku?"

"Aniya, aku tetap tidak akan melakukannya."

Ekspresi wajah Sangwoon saat ini berubah menjadi masam. "Untuk apa kau kemari jika hanya membuatku marah?!!" Bentaknya kesal. "Aku kesini memang ingin membuatmu marah. Dan juga, sebenarnya ada pertanyaan untukmu. Tapi mungkin aku tahu jawabannya" kata Yuju terihat tenang. "Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Sangwoon menjadi penasaran.

"Kenapa tidak kau saja yang membunuh mereka? Ahh benar... Bukankah Kwangmin yang kau takutkan? Kenapa kau takut dengannya?" kata Yuju mulai membuatnya suasana memanas. Sangwoon terpenjat mendengar pertanyaan itu "Lalu apa jawabanmu?" katanya ingin tahu. "Aku tak bisa memberitahumu sekarang. Mungkin suatu saat nanti." kata Yuju tersenyum licik dan menatap Sangwoon tajam.

"Sebaiknya aku pergi" Yuju berbalik dan berjalan perlahan meninggalkan ruangan gelap itu. Sangwoon sepertinya menahan emosi, ia meremas kuat tangan kursinya.

"Dia luar biasa."

_oOo_

"Aegyo.. Kenapa kau baru pulang sekarang?"

"Mianhaeyo ahjumma, aku beberapa hari ini harus mengurus sesuatu." Kata seorang gadis tampak kehujanan. Padahal suhu di Seoul sudah sembilan derajat. "Masuklah kedalam ganti pakaian, lalu kembalilah kerumah nanti." kata Bibi seorang pemilik toko aksesoris sambil tersenyum. Gadis itu hanya tersenyum dan masuk kedalam ruangan di toko—tempat istirahat bibi biasanya.

"Annyeonghaesseo"

Dua pemuda tampan kini masuk kedalam toko. Bibi itu langsung menyapa dan melayani mereka sebagai pengunjung. "Donghyun-hyung, kau mau beli ini?" tanya Minwoo kini memerhatikan beberapa aksesoris. "Sepertinya ini cocok untuku." Donghyun mengambil beberapa aksesoris.

"Sepertinya ini akan cocok untu Dandy style-nya Youngmin." ujar Minwoo hanya memilih yang cocok. "Ambil yang itu. Aku akan memberinya pada si kembar nanti." ujar Donghyun masih memilih.

"Pilihlah sesuka hati kalian, ini semua masih baru." kata Bibi pemilik toko itu sambil tersenyum senang. "Ahh bibi sangat ramah. Apa bibi memiliki seorang putri?" tanya Minwoo ingin basa basi. "Ahh aku tak punya anak. Tapi ada seorang gadis yang ku anggap anak." kata Bibi itu sambil tertawa sendiri. "Semoga anak itu sebaik bibi juga." ujar Minwoo juga tersenyum mendengarnya. "Bibi aku beli ini ya.." Ujar Donghyun sudah siap memilih.

"Baiklah.."

-o-o-o-

"Wahh barang ini benar benar bagus!"

Youngmin dan Jeongmin langsung membongkar isi belanjaan. "Bagus bukan aksesorisnya?" Donghyun sebenarnya ingin mengatakan kalau ia pandai memilih, tapi ia sama sekali tak ingin menyombongkan diri. "Wahh ini cocok untuk Dandy style" ujar Youngmin sangat antusias memilih barang. "Yang itu emang sengaja untukmu." kata Minwoo ingat.

"Dimana Kwangmin?" Donghyun kini mengkhawatirkan anak itu. "Dia berada didalam kamarnya." jawab Hyunseong yang dari tadi tiduran di sofa ruangan tengah. Donghyun mengambil beberapa aksesoris—berniat diberikan pada Kwangmin.

Ttokk ttookk..

Terdengar suara pintu terketuk. Kwangmin menoleh kearah pintu. Kini seseorang mulai menampakan batang hidungnya "Apa yang kau lakukan?" tanyanya ingin tahu. "Tidak ada hyung, aku hanya duduk." jawab Kwangmin masih terlihat murung. Donghyun kini duduk ditepi tempat tidurnya "Apa kau masih memikirkannya?" tanyanya memulai topik. "Aku masih belum bisa melupakannya." jawab Kwangmin dengan nada lemas.

"Hyungjung aku juga merindukannya. Dia juga menghilang. Jika kau merindukannya, maka carilah dia. Kau pasti tahu kemana saja ia akan pergi." kata Donghyun tak ingin melihat Kwangmin selalu seperti ini setiap hari. "Aku tidak tahu, dia tidak akan ada disana." Kwangmin sudah lelah mencari.

"Darimana kau tahu tempat yang disukai dan dibenci anak itu?" tanya Donghyun sebenarnya juga penasaran. Dilihat dari kepribadian Yuju, dia sama sekali tak mungkin membicarakan semuanya pada Kwangmin begitu saja. "Aku pernah membaca buku hariannya dulu. Karna itu aku terlalu protektif memikirkannya." jawab Kwangmin juga merasa frustasi.

"Apakah ada seseorang yang dia kenal? Atau pernah ia minta bantuan?" kata Donghyun mencoba mencari solusi. Sayangnya Kwangmin hanya menjawabnya dengan gelengan kepala dan kemudian diam. "Ahh ini gila!" Donghyun juga merasa akan stress sekarang. Kwangmin menoleh kearah aksesoris yang dibawa Donghyun. Ia langsung fokus kearah kantong plastiknya.

"Dimana hyung membelinya?" tanya Kwangmin langsung menyadari sesuatu. "Di Myeongdong, nama tokonya Kkot-man style"jawab Donghyun dengan nada biasa saja. Kwangmin mengutarakan pandangannya kearah lain, ia seperti memutar kembali ingatan yang pernah ia baca.

...Aku terus melarikan diri dari orang itu, penuh ketakutan yang tak terhitung. Bajuku sudah jelek dan koyak. Untung ada seorang Bibi yang menyelamatkan nyawaku. Dia bercerita banyak hal, dia tak memiliki anak tetap punya usaha toko. Kalau tak salah namanya kkot-man style...

"Sepertinya aku tahu..."

"Jika kau tahu, pergilah jangan takutkan apapun." Kata Donghyun memberi Kwangmin semngat. Dengan senyumannya, ia pergi meninggalkan Kwangmin sendirian dalam kamarnya. Tak memikirkan apapun lagi, Kwangmin langsung loncat dari tempat tidur dan mulai membersihkan dirinya.

-o-o-o-

"Permisi..."

Seorang Bibi baru saja ingin mengemas semua aksesoris yang ia jual. Sudah waktu untuk tutup. Kwangmin masuk kedalam toko dengan terburu-buru. "Annyeonghaesseo." Kwangmin menundukan kepalanya seraya menyapa pemilik toko. "Bibi, apa kau mengenal Yuju?" tanyanya kini langsung ke topiknya. "Choi Yuju?" tanya Bibi itu melengkapi namanya. Kwangmin hanya mengangguk penuh harap. "Ahh tentu aku kenal!" jawabnya membuat harpaan lebih

"Jeongmal?! Sekarang dimana dia?"

"Sekarang mungkin dia berada dirumah ku..." Jawab Bibi itu juga ragu. "Bisakah aku pergi menemuinya?" tanya Kwangmin seperti tak ingin melewatkan satu-satunya petunjuk. "Bisa.." Bibi itu mengambil pena dan kertas, ia menulis sesuatu disana dan diberikan padanya

"Ini alamatnya"

-o-o-o-

Udara di seoul saat ini sudah mencapai sebelas derajat. Bahkan hari ini sudah malam hari. Kwangmin terus saja berjalan melawan dinginnya hari. Ia terus mencari sesuai alamat yang tertera didalam kertas itu. Kwangmin memerhatikan sebuah rumah, ia mencocokannya dengan kertas itu "Ahh ini dia!" serunya sambil tersenyum. Tapi sayangnya, rumah itu masih terlihat kosong. "Dia pasti sedang keluar." ujar Kwangmin kini menunggunya.

Baru saja ia mengucapkan ingin menunggu, dia kini sudah melihat gadis yang ia cari. Ia tampak membawa beberapa barang belanjaannya saat ini. "Ahh dingin!" gumam gadis itu sudah cukup merasakan dingin. Ketika ia mengadahkan kepalanya lurus kedepan, gadis itu langsung melihat Kwangmin. Gadis itu terpenjat. Kwangmin berjalan menghampirinya dan menatapnya dalam-dalam.

"Bagaimana kau tahu..."

"Apa yang kau beli?"

Kwangmin merampas belanjaan Yuju dan melihatnya. "Aisshh kenapa kau membeli soju dan ramen? Kenapa bukannya membeli minuman hangat dan makanan yang bagus?" Kwangmin langsung protes, sudah dia duga kalau dia tidak makan dengan baik. "Lebih kau pulang saja." Yuju tak bisa berlama-lama melihatnya, ia merampas belanjaannya dan ingin masuk kedalam.

Kwangmin merasa seperti tak dihargai. Ia langsung menahan lengan Yuju dan menatapnya sambil menghela napas ditengah dinginnya hari. "Apa kau tahu seberapa khawatirnya aku? Aku selalu memikirkan apa kau baik baik saja? Apa kau sudah makan atau apapun itu!" Bentaknya marah. Yuju langsung mengepis tangan Kwangmin "Jangan khawatirkan aku. Aku tak pantas untuk dikhawatirkan." jawab Yuju membalasnya dengan nada marah.

"Sekarang apa yang telah kau pikirkan?"

"Aku berpikir, aku yang memulai dan harus aku yang mengakhirinya."

"Aku harap kau tidak membunuh lagi"

Perkataan itu, membuat Yuju semakin kesal. Ia pun lebih baik segera masuk kedalam rumah dan meninggalkan pria meyebalkan ini sendirian. Kwangmin menghela napas dan berharap semuanya akan baik-baik saja, terutama untuk gadis keras kepala itu.

Yuju baru saja menutup pintunya, wajahnya tiba-tiba memerah. Kelopak matanya juga. Airmata kini mengalir membasahi pipinya. Ia bersandar pada pintu karna tak kuat berdri. "Seharusnya aku menanyakan padanya bagaimana cara mengakhirinya." gumamnya sendirian. Lama kelamaan tangisan itu kini meledak di dalam ruangan itu.

"Aku harus mencaritahunya sendiri.." gumamnya lagi juga tak kuat seperti ini. Ia mengambil ponselnya dalam saku dan mengirimkan sebuah pesan pada Bibi pemilik rumah ini.

Ahjumma, aku sangat berterima kasih padamu.

Aku harus pergi, aku meninggalkan ramen dan soju untukmu

__oOo__

"Dimana aku menaruhnya??"

Yuju membongkar isi lemarinya. Tak heran jika kamarnya kini berantakan. Ia sudah kembali kerumah lamanya. Tak bisa bersembunyi lagi. Yuju mengambil sebuah buku yang bertuliskan tulisan korea kuno, yang ia temukan saat berada di rumahnya. Untung saja dia tak lupa membawanya. Sewaktu kecil, Yuju adalah tipe orang lebih suka membaca dari pada mendengarkan. Apa ini alasan ayahnya menulisnya didalam buku?

Yang membunuh kalian bukanlah wolf, tapi riding hood. Mereka sudah terlalu banyak menyimpang dari kata balas dendam. Aku akan merubah semuanya, riding hood yang sekarang adalah bukan manusia, melainkan seperti siluman lainnya.

Yuju memikirkan cara untuk memulai dan mengakhiri semuanya. Harus ada seseorang sebagai umpan agar mereka semua masuk dalam perangkap yang ia buat. Agar semuanya lebih cepat berakhir.

Aku harap jangan membunuh siapapun...

Bunuh dia... Itu yang harus kau lakukan...

Yuju mengingat perkataan setiap orang padanya. Membunuh atau jangan membunuh. Hidup atau mati. Ia menghela napasnya dan merasakan lelahnya hidup seperti ini. Dia beranjak dari sofanya yang empuk dan berjalan perlahan kearah meja. Mengambil sebuah belati yang kini auranya sudah sangat kuat. "Gerhana akan muncul dua hari lagi." gumamnya sambil memerhatikan belati itu.

Belati itu adalah akhirnya semuanya.

.

.

.

TBC ^^

Part berikutnya the End

Komennya kalau boleh?

Mau Sad ending or Happy Ending?

Continue Reading

You'll Also Like

65.9K 10.5K 15
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
751K 35.7K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
171K 8.4K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...