Witch

By zhrmhfhni

4.8K 389 42

"Mungkin ini berbahaya, bahkan sekarang berakhir menyedihkan. Tapi bagaimanapun aku tetap mencintaimu." . Jar... More

First Met You
I Want to be Your Friend
Unexpected Feelings
Trust Me
Why did you do that to me?
Back to the beginning
You is a person who annoying
CONFESSION
Fall In Love (Part 1)
Fall In Love (Part 2)
Who I am?
Truth
Nightmare
Lost In Time
Last The Witch [END]

It's You

212 19 0
By zhrmhfhni



"kau sudah ada disini, Aku baru saja selesai"

Baru saja ia selesai berdandan, seorang gadis harus buru-buru membukakan pintu dan menyapa seorang pria didepan pintunya, bahkan ia langsung mengajaknya pergi. "Untuk hari seperti ini, apa yang ingin kau lakukan?" tanya pria itu, Kwangmin ingin mengajaknya jalan-jalan. Yuju menoleh langit pada pagi hari ini, rasanya sinar mentari saat ini senang menyenangkan hatinya "Apa kau punya sepeda?"

"Kau mau bersepeda?" tanya Kwangmin ingin memastikan. "Tapi aku ingin melakukan sesuatu yang romantis juga." ujar Yuju juga memikirkan hal lain. "Tenang saja, bersepeda juga hal yang romantis." jawabnya dengan percaya diri seakan-akan sudah tahu apa yang ingin ia lakukan pada pagi hari ini.

"Kalau begitu ayo pergi."

-o-o-o-

"Neon geugosseseoseo nareul tto bulleonaenda.. nareul bogo seulpheoneun mallago neoui barami nae eolgulreul manjigoganda~"

Donghyun memetik gitarnya dan bernyanyi sendiri dengan nada yang merdu. Hyungjung seakan-akan terlena mendengar suaranya yang bagus. Hari ini ia sedikit kurang baikan. Karna itu Donghyun datang kerumahnya. Tapi rasa sakit itu menghilang mendengar lagu darinya.

"Aku mau kau menyanyikan lagu ini.." Kata Hyungjung memberikan sebuah album CD pada Donghyun dengan nada manja. "Apa semua lagu dialbum itu harus aku nyanyikan?" tanya Donghyun memerhatikan albumnya. "Kalau kau mau, boleh saja" jawab Hyungjung sambil tersenyum.

"Kau lihat saja, aku akan menunjukan yag terbaik." kata Donghyun membalas senyuman itu. Ia beranjak, menaruh gitarnya, lalu menghidupkan CD playernya. Menyetel dengan volume tak sampai dari full.

Papkhon gateun kkottipi jeo nophi narayo

saranghanda malhamyeon nan jeongmmal nokayo

Donghyun bernyanyi lagu K-Will – Love Blossom, bahkan ia mengeluarkan gerakan lucunya, walaupun hampir sama dengan tarian lagu itu. Hyungjung merasa terhibur, ia tertawa melihat pria didepannya itu bertingkah aneh. Bahkan Donghyun juga mengajaknya menari dan melompat sambil bernyanyi

Mungkin terlihat gila, tapi menyenangkan.

-o-o-o-

"Hyunseong-ah!"

Hyunseong berhenti berlari dan menatap gadis didepannya itu. "Kenapa kau terlambat!" Ucap gadis itu menatapnya dengan penuh kekesalan. "Maaf, tadi aku harus mengantar Jeongmin dan Minwoo kesuatu tempat." jawab Hyunseong ngeles. "Ya sudah.." sahut Dasom dengan nada pelan.

"Baiklah, ayo main!"


Hyunseong mulai memantulkan bola basketnya. Dasom hanya mendesis sebal dan ingin merebut bolanya. Dengan cepat Hyunseong mengangkat bolanya keatas ingin mengerjai Dasom "Turunkan bolanya!" ujar Dasom dengan nada kesal. Tak menghiraukannya, Hyunseong memasukan bola itu kedalam ring.

"Yyak! Kau curang Hyunseong-ah!"

Dasom menatapnya dengan wajah yag kusut, bibirnya dimayunkan. "Hahaha jangan seperti itu" Hyunseong tertawa keras melihatnya. Ia bahkan tak bisa mengontrol tawanya. "Shim Hyunseong!!" Dasom mengamuk, Hyunseong langsung melarikan diri menghindarinya

"Awas kau kalau dapat!!"

-o-o-o-

-o-o-o-

"Apa dia masih belum mau datang?"

Sudah sangat lama ia menunggu seseorang ditengah-tengah taman. Tapi seseorang yang ingin ia temui tidak datang sampai sekarang. Apa gadis itu sedang melanggar janjinya? Tapi setahunya gadis itu selalu menepati janjinya. Karna itu ia masih menunggu.

Kini waktu selah berlalu lagi, kali ini lebih lama. Minwoo menoleh kearah jam tangannya. Ini sudah lewat dari batas yang di janjikan. Seharusnya gadis itu datang kemari sekarang "Apa dia lupa?" gumamnya memikirkan hal yang tidak-tidak. "Apa semudah itu melupakan janji?" lanjutnya merasa kesal sekarang.

"Oppaaa!!!" Seorang gadis berlari sambil mendekatinya. Ia hanya menoleh sekilas lalu berpura-pura tak tahu. "Mianhae, tadi ada masalah kecil" ujar gadis itu terlihat kelelahan setelah berlari. "Ini sudah batas dari yang kau janjikan." Minwoo menuntutnya. "Aku minta maaf, aku tidak bermaksud seperti itu." jawab Sowon akhirnya merasa tak enakan.

"Ya sudahh" Minwoo pergi begitu saja berjalan duluan tanpa menunggunya. Sowon dengang cepat mengejarnya dan melangkah disampingnya "Oppa marah?" tanyanya dengan nada ragu. "Tidak" jawab Minwoo dengan nada cuek terhadapnya. "Kalau tidak kenapa cuek begitu?" tanya Sowon merasa sangat bersalah.

Minwoo langsung menghentikan langkahnya, Sowon mendadak berhenti juga mengikutinya. Ia menghela napasnya dan menatap Sowon dengan perasaan kesal "Kenapa setiap kita membuat janji kau sedikit terlambat. Kau tak tahu betapa berharganya kehadiranmu. Kapan kau akan peka?" tanyanya dengan nada kesal. Ia bingung harus bagaimana lagi.

"Peka?" ujar Sowon bingung dibagian kalimat ambigu itu. Sekali lagi Minwoo menghela napasnya dan mengusap kepalanya frustasi "Dengarkan aku baik-baik." ucapnya mulai dengan nada serius. Sowon menatap matanya dalam-dalam, seperti ingin tahu.

"Aku menyukaimu, bisakah kau mengerti?"

"Apa??"

Matanya langsung terbelalak, Sowon tercengang mendengarnya. Ia sama sekali tak tahu hal ini "Serius?" ucapnya mengeluarkan pertanyaan bodoh itu. Minwoo menghela napasnya dan mengambil sesuatu dari sakunya, menarik tangan Sowon dan meletakannya di tangannya. Sebuah benda kecil berbentuk lingkaran kini berada dihadapannya.

"Tadinya aku ingin memberikanmu cincin ini, tapi sepertinya tidak bisa. Ambil saja untukmu sekarang." ucap Minwoo dengan nada dingin, tatapannya seperti orang yang sedang marah sekarang. Sowon hanya memerhatikan cincin itu dengan perasaan yang sedikit aneh. Minwoo menghela napasnya lalu berbalik meninggalkan Sowon.

"Oppa! Oppa!!"

-o-o-o-

"Kau saja yang naik."

Kwangmin hanya memerhatikan Yuju yang memegang sepeda biasa itu. "Aku tidak mau! Aku maunya digonceng" kata Yuju protes dengannya. "Aku sedang malas." jawabnya melemaskan badannya. "Terus kenapa kau mengajaku kemari jika kau tidak mau!" protes Yuju menatapnya dengan sebal. Padahal ia ingin naik sepeda, lalu digonceng oleh Kwagmin, itu mungkin hal yang romantis seperti di drama korea biasanya.

"Aku hanya ingin melihatmu naik sepeda saja." kata Kwangmin mencari alasan lain. Membujuknya untuk membawanya dengan sepeda mungkin susah, cara satu-satunya adalah meluluhkan hatinya, membuat dirinya langsung tak akan menolak tawarannya lagi "Ya sudahh, aku tidak mau. Aku mau cari pria yang bisa menggoncengku naik sepeda." Wajahnya yang cemberut itu hendak ingin meninggalkan Kwangmin

"Hey! Mau kemana?" Dengan gerakan refleks, Kwangmin langsung menahan tangan Yuju. "Aku mau cari orang yang bisa menggoncengku!" kata Yuju dengan nada kesal. Tak ada pilihan lain, dari pada gadis gila ini jalan dengan pria lain, lebih baik ia mengalah "Baiklah, ayo naik."

Mata Yuju langsung bersinar "Serius?" tanyanya hanya ingin memastikan. Kwangmin mengambil sepedanya, lalu naik. "Cepatlah" Dengan perasaan senang, Yuju menaiki sepeda. Kwangmin mulai mengayuh sepeda itu perlahan.

Perlahan-lahan Kwangmin mulai melaju cepat, tapi keseimbangan tak pernah ia sesuaikan. Setiap kali mengendarainya, selalu oleng entah kemana. Bahkan menabrak pohon pun bisa. Kali ini sepedanya tiba-tiba ingin jatuh. "Yyak!!" Kwangmin langsung menahan sepeda yang hampir terjatuh. "Lebih baik aku turun saja" kata Yuju tak sanggup berlama-lama. "Tidak boleh!" Kwangmin mulai mengayuhkan sepedanya lagi, sepedanya masih berjalan dengan baik.

"Sebentar lagi sepeda ini akan goyang lagi" sahut Yuju sambil terkekeh karna ia tahu perkiraan yang sudah terjadi tadi. Beberapa menit kemudian sepeda itu mulai goyang tak menentu "Kaann sudah ku bilangg.." ia tertawa karna prediksinya benar. "Hahaha biarkan saja." Kwangmin hanya tertawa, ia mengabaikan dirinya yang memang tidak begitu mahir bersepeda. "Kau bisa mengendarai motor, kenapa sepeda tidak bisa." tanya Yuju merasa aneh. "Karna kau berat. Hahahaha" Kwangmin tertawa sepuasnya dengan candaan itu. "Dasar!" Yuju memukulnya pelan sambil terkekeh.

"Eh eh eh eh!"

"Aaa Kwangminn!"

Sepeda itu semakin tak tertentu arah, ia berbelok menabrak semak-semak. Untung saja Kwangmin menahan sepeda itu dengan kedua kakinya "Aku turun!" Yuju buru-buru turun dari sepeda sebelum semakin terjatuh "Untung saja kau tidak membuat kita jatuh kesungai" ujarnya merasa beruntung. "Kau mau naik lagi?" tanya Kwangmin dengan nada ingin tertawa. "Aniya, Aku ingin lihat kau naik sepeda karna tidak pandai, atau aku yang berat." ujar Yuju dengan tatapan menyelidiki.

"Okelahh." hanya kalimat itu yang ada dipikiran Kwangmin saat ini. Yuju berlari menjauhinya lalu berhenti kira-kira empat meter darinya "Cobalahh!!" Teriak Yuju dari kejauhan. Kwangmin mulai menggayuh sepedanya perlahan, berusaha menyeimbangkan diri. Tapi tetap saja sulit baginya, sepeda itu berbelok kearah semak-semak lagi "Auu!". Lepas sudah, kini Yuju tertawa melihatnya dan berlari mendekatinya.

"Ternyata memang kau yang tidak mahir"

_oOo_

Sowon rasanya ingin tidur saat ini, tapi entah kenapa ia selalu gelisah sendiri. Ada perasaan aneh meliputi dirinya dan bimbang. Membuat dia sedikit khawatir dengan seseorang. Mungkin karna kejadian tadi siang. Ia tak menepati janji sesuai jadwalnya.

Sowon menoleh kearah meja di dekat tempat tidurnya, melirih sebuah cincin yang tergeletak disamping ponselnya. Cincin itulah yang membuatnya makin bimbang. Menerima atau menolak? Itu jawaban yang harus ia katakan. Ia membenarkan posisinya, duduk diatas ranjangnya. Mengambil cincin itu dan memerhatikannya. Seriuskah dia menembaknya? Apa dia benar-benar tulus? Jadi selama ini dia menyimpan perasaan? Pertanyaan itu mulai keluar dari pikirannya.

"Haruskah aku menjawabnya sekarang?" gumamnya mulai bingung. Ia masih ragu untuk menjawab "Yasudah lah.." ia menaruh cincin itu kembali. Tapi saat ingin menarik selimutnya, pikirannya mulai lagi. Ia tak bisa begini terus, bahkan satu hari saja tidak bisa. Sowon langsung mengambil ponselnya dan mencari nomor Minwoo lewat whats app.

Senyuman kini terukir di wajah indahnya, Sowon tersenyum senang karna ia bisa lega mengungkapkan perasaannya.

Aku mendapatkanmu

-o-o-o-

Yuju menghempaskan dirinya di tempat tidur. Ia benar-benar lelah hari ini. Tapi bagaimanapun, kenangan sudah terukir indah didalam ingatannya. Ia sangat menyukai hari ini. Bisa bersama Kwangmin seharian, hanya karna sepeda saja.

Cause your body goes boom bara boom...

Suara aneh muncul ditengah keheningan dalam ruangannya, suara ponsel berbunyi. Ya, suara berbeda dari sebelumnya karna ia mengubah lagunya. Yuju segera beralih mengambilnya dan melihat nama panggilannya. Ia langsung tercenga, Ketua Riding Hood, Kang Sangwoo menelponnya? Dengan malas ia mengangkat panggilan itu.

"Yeobseo?"

"Kenapa kau belum melakukan apa yang ku suruh!!"

Dengan cepat Yuju menjauhkan ponselnya sebelum gendang telinga pecah akan suara bentakan itu dari dalam ponselnya. "Aku masih tidak tahu siapa yang harus aku bunuh. Bau mereka semua sama saja" jawabnya mencari alasan lain. "Kau harus ingat! Wolf telah membunuh orang tuamu!" suara bentakan itu kembali lagi untuk menyadarkannya. Walaupun ia tahu, Yuju adalah gumiho, selama ia tak tahu, rencananya harus beres.

"Jika kau tidak melakukannya, aku akan membuatmu bisa melakukannya" Suara itu semakin terdengar horror. Tapi Yuju langsung berpikir dengan akal sehat, emangnya siapa dia mengaturnya tiap hari? Dia saja bukan ayahnya. "Aku bukan anak kecil lagi yang bisa kau ancam seperti itu!" bentak Yuju dengan kesal.

"Kau lihat saja"

Panggilan itu akhirnya berhenti. Tangan Yuju mulai gemetar, rasa takut meliputi dirinya "Apa yang akan dilakukannya nanti?" gumamnya mulai khawatir. "Dia tidak mungkin membunuhku, dia sangat membutuhkanku sebagai pelindungnya." gumamnya lagi berpikir lagi.

-o-o-o-

"Kau begitu yakin Yuju-ya, Aku akan melakukan hal kelemahanmu.."

Disebuah ruangan yang gelap dan hanya tersinar, yang hanya di cahayai beberapa lilin di ruangannya. Sangwoon menoleh kearah pasir waktu yang terletak diatas mejanya. Pasir waktu menghitung kapan saat gerhana bulan akan terjadi. Pasir itu tinggal setenga, berarti itu semua dalam kurun waktu yang singkat.

Jika Yuju tidak membunuh klan wolf itu maka mereka akan dalam bahaya.

_oOo_

"Kenapa kau menyuruhku datang kesini?"

Kwangmin menarik Yuju duduk disebelahnya sambil memberikannya sebuah roti "Aku hanya ingin berdua disini, aku tahu kau lapar. Makanya ku belikan roti." ucapnya sambil memberikan roti pada Yuju. "Aku tidak lapar, kau saja yang makan." jawab Yuju dengan nada lesu, seperti orang yang banyak pikiran. "Apa kau sedang sakit?" tanya Kwangmin menatapnya dengan heran. Sejak tadi pagi ia seperti tak ada semangat. "Aku tidak bisa makan saat memikirkan sesuatu"

"Ada apa? Apa yang kau pikirkan?"

"Ahh Aniya.. itu rahasia, kau tidak boleh tahu. Lagian aku tidak memikirkan hal yang macam-macam. " Jawab Yuju sambil tersenyum. Tapi Kwangmin menatapnya dengan aneh dan curiga. Yuju menghela napasnya "Kau tidak percaya?" tanyanya memasang wajah cemberut. "Aku percaya, kapan kau berbohongkan" Kwangmin mengacak rambutnya sambil tersenyum lebar. Ia merasa ingin sekali mencubit pipinya kalau bisa, tapi pastinya Yuju akan marah besar.

Yuju hanya menatapnya dengan biasa saja, mungkin ia tak pernah berbohong, tapi kali ini mungkin ia memiliki kebohongan yang sangat luar biasa.

"AAAKKKHHHH!!!!!!"

Suara teriakan itu menggentarkan semua orang yang ada disekolah. Kwangmmin dan Yuju saling menoleh. Mereka berdiri dan mengikuti yang lain berlari menuju kesuatu tempat. Penasaran mereka ingin tahu sangat tinggi. Sebenarnya ada apa disekolah? Kenapa seseorang berteriak seperti melihat hantu?

Semua orang berkumpul didepan sekolah, mereka sama sekali tak bisa melihat karna banyaknya kerumunan yang datang sambil menatap sesuatu dengan mengerikan. Donghyun, Minwoo, Youngmin, Jeongmin dan Hyunseong sudah ada disana. Mereka berdua langsung menerobos masuk kedalam keramaian.

"Ya ampuunn."

Kwangmin kaget melihat pemandangan yang sangat mengerikan itu. Yuju melihatnya begitu kaget, bahkan ia menutup mulut dari perasaan kagetnya. Seorang gadis kini sudah tergeletak dengan luka dibagian kepalanya. Banyak darah yang mengalir keluar dari kepalanya yang pecah itu. Badannya kini terasa lemas melihatnya. Perasaannya langsung campur aduk.

Yuju menoleh keatas dan melihat sesosok orang yang sepertinya ia kenal. Ia tanpa pikir panjang, tanpa sepengetahuan yang lain pergi meninggalkan tempat itu berlari masuk kedalam sekolah.

Dengan cepat Yuju menaiki tangga, ia benar-benar terburu-buru untuk sampai keatas rooftop sekolah. Setibanya diatas, ia melihat seseorang berjubah hitam disana. Kang Sangwoon berdiri dengan santai disana. "Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau membunuh manusia?" tanyanya dengan nada marah. Jika ia bisa mengamuk sekarang, akan ia lakukan. "Sudah ku katakan, jangan bermain-main denganku." ucap Sangwoon tersenyum licik padanya. "Jika kau tidak melakukan apa yang kusuruh, ku akan membunuh banyak manusia." lanjutnya mengancam.

"Bagaimana caranya? Aku masih belum bisa menemukan siapa orangnya?!" Bentak Yuju sudah kesal padanya. Ia sama sekali tidak tahu cara mengetaui siapa wolf yang harus dia bunuh. "Kau akan bertemu dengan orang itu. Nanti adalah bulan purnama, lakukanlah hal seperti biasanya... Saat itu kau akan bertemu dengannya..." jawab Sangwoon memberinya petunjuk.

"Kau sudah tahu siapa orangnya? Kenapa kau tidak memberitahuku?!" Kali ini ia sudah berada diluar batas kesal. Kalau dia tahu, kenapa harus terus menerus mencari tahu? Membuang-buang waktu! "Lebih baik kau mengetahuinya sendiri dari pada mendengarkanku." ucapnya dengan nada horror. Perlahan, ia menghilang begitu saja dari hadapan Yuju, seperti debu diterbang oleh angin.

"Kenapa dia tidak ingin memberitahuku sekarang?"

-o-o-o-

"Tuann.."

Seseorang menghampiri dan meyambutnya kembali dari luar. Sangwoon hanya menatap pemuda itu. "Darimana saja tuan?" tanya pemuda itu ingin tahu. "Persiapkan beberapa orang, kita akan melindungi riding hood berharga kita malam ini" ucap Sangwoon merasa akan ada kejutan besar.

"Apa yang akan terjadi?" tanya Sunyoul jadi merasa sedikit khawatir. "Kau akan tahu sendiri. Kau juga perlu ada disana untuk membawanya" sahut Sangwoon percaya dengan dirinya. Sunyoul hanya terdiam, mungkin sesuatu akan terjadi akan membahayakan dirinya. Mungkin sebentar lagi, gadis itu akan tahu siapa dirinya.

_oOo_

Langit kini sudah gelap gulita, hanya sinar rembulan yang muncul dimalam hari. Yuju masih belum mempersiapkan dirinya. Ia masih memikirkan hal tadi, sulit untuknya menentukan pilihan. Sambil menghela napasnya, ia bangkit dan melangkah perlahan mendekati sebuah meja, membuka laci, mengambil sebuah kotak berukuran kecil. Perlahan ia membuka kotak itu dan mengambil sesuatu—sebuah belati—yang memiliki aura, tidak bisa dikendalikan oleh siapapun kecuali dirinya.

Keraguan itu masih ada didalam hatinya

_oOo_

Sinar rembulan menerangi kegelapan dalam hutan yang tak ada pencahayaan sedikitpun. Inilah bulan purnama, terlalu terang sampai hutan bisa sedikit terlihat keadaaannya. Ditengah hutan, riding hood—Yuju—ia berhenti pas pada sinar rembulan. Ia mengadahkan kepalanya menatap rembulan itu. Matanya yang tadinya berwarna hitam, kini berubah menjadi warna biru. Aura didalam tubuhnya mulai mengelilinginya.

"Aish! Dimana mereka"

Sesosok wolf tengah menelusuri hutan, mencari kelompoknya yang entah pergi kearah mana. Ia tak bisa menemukan siapapun disana. Seharusnya ia tak pisah dari kelompoknya disaat bulan muncur. Ini hal paling mengerikan baginya.

Kreeekkk

Suara itu terdengar tajam ditelinganya. Dahan pohon yang terinjak dan patah. Berarti ada seseorang yang berjalan ditengah hutan ini. Wolf itu menoleh kebelakang dengan penasaran. Tubuhnya gemetar dan jantungnya semakin berdegup dengan cepat. "Nuguseyo?" Tanyanya melihat seseorang menggunakan jubah merahnya. Ia sama sekali tak bisa menatap wajahnya. Wajahnya tertutup oleh kepala jubahnya.

"Seharusnya kau lihat dulu siapa lawan bicaramu"

Orang itu langsung menunjukan matanya yang tajam. Ia berlari menyerang wolf itu. Dengan cepat wolf itu menangkis setiap serangannya, bahkan melakukan serangan balik terhadapnya. Tapi dari tiap langkah dan geraknya, orang itu seperti ingin bermain sebentar, membuatnya kelelahan.

"Kau akan mati sekarang" Dengan gerakan yang gesit, ia memberanikan diri mendekati wolf.

"AKKHHH!!!!"

-o-o-o-

"Suara apa itu?"

Mata seorang pemuda kini membulat penuh, ia sedang asik mengerjakan tugas yang harusnya di kumpul esok pagi. "Apa itu suarah wolf?" tanya Donghyun hanya menebak saja. "Apa sekarang bulan purnama?" ujar Kwangmin bertanya-tanya dalam hatinya. "Aku rasa begitu" Hyunseong membenarkan perkataannya.

Donghyun tak bisa menerima hal ini lebih lama, ia harus melindungi kaum nya, bukannya membiarkan mereka semua satu persatu mati ditangan orang yang tak jelas. Ia langsung berlari keluar dari rumah "HYung!!" Pekik mereka semua serempak. Mereka langsung mengikutinya.

Disebuah hutan yang lebat nan gelap itu, Donghyun terus mencari jejak. Sampai langkahnya terhenti melihat sebuah mayat tergeletak di antara pepohonan. "Kuraanggg ajaarrr!!!" Teriaknya penuh kemurkaan. Riding hood kini berhasil membunuh satu orang lain.

"Hyung.." mereka tiba menyusulnya. Hyunseong, Minwoo, Jeongmin dan Youngmin meratapi mayat itu. Rasa penyesalan dan marah mulai terlukis diwajah mereka. Terutama Kwangmin, ia adalah orang yang emosional untuk masalah yang seperti ini, tangannya kini mulai menggempal erat

"Aku tak akan biarkan dia lolos!!"

"Kwaanggmiinn!! Janggaann!!"

Bentak Donghyun menghentikannya, tapi Kwangmin adalah tipikal orang yang sulit diatur, ia akan melakukan apapun yang ia mau demi membalaskan emosinya. "Kwangmin!!" Youngmin langsung pergi mengikutinya yang sudah pergi sangat jauh. "Youngmin!" Donghyun langsung mengejar anak kembar yang menyusahkan itu. "Hey!! kaliaaann!!" Jeongmin, Hyunseong dan Minwoo ikutan pergi mengejar mereka.

-o-o-

Riding hood tetap harus berlari menghindari wolf itu. Ia melakukan hal gegabah lagi. Jika ia ketahuan, maka dia akan binasa sekarang. Perasaannya sangat takut, jantung begitu berdegup kencang saat berlari.

"Tunggu!!"

Langkahnya langsung terhenti. Dia ketahuan! Kini wolf itu ada dibelakangnya? Ini hal yang paling menegangkan dari pada membunuh beberapa wolf yang tak bersalah itu. Bahkan ia memikirkan cara bagaimana melarikan diri darinya saat ini.

"Kau Riding hood bukan? Siapa kau sebenarnya?!"

Kwangmin, ialah orang yang membentaknya saat ini. Perasaan degdegan makin menjadi-jadi. Darahnya mendesis hebat akan ketakutan. Riding hood sama sekali tak berkutik dari tempatnya. Perlahan selangkah demi selangkah Kwangmin kini mendekatinya dengan perasaan gemetar dan keingintahuan sangat besar. vb

Sebuah benda melesat cepat hampir mengenainya, Kwangmin langsung menghentikan langkahnya. Ia melirik kebawah dan melihat sebuah panah yang telah dilepaskan. Beberapa orang berjubah hitam kini membentengnya dari riding hood "Cih! Kalian lagi" gumamnya dengan kesal.

"Minggir! Kalian menghalangi" Suara perintah dari seseorang, membuat orag itu memberi ruang padanya. Ialah tuan mereka, ketua Riding hood—Sangwoon, berjalan mendekati riding hood itu. Diikuti oleh seorang pemuda yang langsung menatap riding hood cemas. "Kau baik-baik saja?" tanya Sunyoul memastikan. Riding hood sama sekali tak bicara apapun. Sangwoon kini beralih menatap Kwangmin dengan tatapan tajam.

"Sudah lama kita tidak bertemu..."

"Apa dia bagian darimu?!"

Tanya Kwangmin langsung keintinya. "Siapa dia?! Siapa dia sebenarnya?!!" lanjutnya dengan begitu emosional. Kemarahan dan ingin tahu kini bercampur menjadi satu. "Sabarlah, little riding hood kami ini juga ingin tahu siapa kau." jawab Sangwoon dengan nada santai.

Donghyun, Youngmin, Hyunseong, Jongmin dan Minwoo berada disaat yang tepat. Disaat puncak pemanasan dimulai. Mereka juga sedikit kaget melihat seorang ketua terbesar riding hood yang mereka takuti selama ini ada dihadapan mereka. "Wahh, sepertinya kalian semua berkumpul" ucap Sangwoon sambil tersenyum evil.

"Riding Hood kau ingin tahu dia siapa?"

Sangwoon membalikan badannya mendekati riding hood masih terdiam. Sunyoul memerhatikan wajahnya dengan sedih. Tampaknya masih ragu ingin tahu. Sangwoon tersenyum licik dan kembali menoleh mereka. "Riding Hood sepertinya masih tidak ingin bertemu dengan kalian, terumata.."

"...Jo Kwangmin!"

Mendengar nama itu, Riding hood langsung tercekat. Rasanya ada sesuatu yang mencekik lehernya. Ia benar-benar shock, matanya membulat penuh. Tubuhnya makin gemetar. Napasnya kini mulai terasa sesak. Ingin sekali ia mengeluarkan air mata untuk saat ini, di tempat ini.

"Kau ingin tahu siapa Riding Hood ini?!"

Dengan cepat, riding hood langsung memegang tangan Sangwoon "Jangan beritahu dia" bisiknya langsung memohon. Sangwoon hanya tersenyum sinis kepadanya, ia kembali menatap Kwangmin yang menunggu jawabannya.

"Akan ku beritahu dia!"

"Sangwoon!!"

Riding hood itu langsung marah padanya. Tapi Sangwoon sama sekali tak mempedulikannya.

"Riding Hood ini adalah seseorang yang pernah keluargamu lukai.. Jadi tidak masalah jika ia balas dendam." Ucap Sangwoon memeganggal kalimat bicaranya. Ia sengaja agar mereka semakin penasaran.

"Katakan! siapa?!"

.

.

TBC


*Gambar yang ada hanya ilustrasi yaa xD

Don't forget vote ^^

Maaf agak lama ya, diriku sibuk soalnya u.u)

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
40.6K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
9.8M 882K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...