Alfandri

By LintangSafriana

50.7K 3.6K 149

"Fa, gimana menurut lo, kalau setelah lulus nanti gue ngelamar Alina?" tanya Andriel dengan wajah bahagia yan... More

#
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
END

7

3K 262 25
By LintangSafriana

"yaelah tau semalam lo niat pulang sendiri, mending lo hubungi gue. Jadi semalam beneran lo diantar Andriel?"

Alfa menghela nafas. Axel kembali menemuinya pagi ini dan menanyakan bagaimana cara Alfa pulang kemarin. Dan betapa terkejutnya Axel setelah mengetahui kalau Alfa pulang diantar Andriel yang nyatanya sedang sakit.

Alfa meletakkan tasnya diatas meja, lalu meraih buku paket mata pelajaran pertama. Menghiraukan Axel yang kini kembali menarik bangku Andriel untuknya duduk. Laki-laki itu masih memasang wajah terkejut dan tak percaya dengan semua jawaban Alfa.

"Pagi Alfa?"

Alfa dan Axel secara bersamaan menatap kearah seorang gadis yang baru saja datang. Alfa hanya menghela nafas samar dan kembali membaca buku dihadapannya. Sedangkan Axel masih membalas dengan senyuman.

"Oh iya Alfa? Gimana? Andriel udah baikan?" Tanya Alina. Gadis itu menghadap kebelakang, kearah Alfa yang sibuk dengan buku dihadapannya.

"Tadi malam nganterin Alfa pulang." Alfa segera menatap Axel dengan tajam. Dengan bodohnya Axel menjawab seperti itu. Dan tidak memikirkan bagaiman perasaan Alina yang kemungkinan besar akan cemburu. Hey Alfa! Jangan mikirin perasaan Alina. Tapi pikirin perasaan lo sendiri!.

"Ng-nganterin Alfa pulang? Tapi pas aku pulang kayaknya dia belum siuman?" Tanya Alina.

Axel baru saja akan membuka mulut ketika kakinya secara cepat diinjak Alfa dan ditahan dengan kakinya . Axel segera menatap kearah Alfa dan mendapat tatapan tajam dari gadis itu yang langsung membungkam mulut Axel. Apaan si lo. Ucap Axel bertanya kepada Alfa dengan gerakan mulut tanpa suara. diam atau gue bakal sunat lo. Ancam Andriel tampa suara.

Alfa tersenyum kearah Alina yang saat ini memang wajah cemburu. "Enggak kok, gue dianter sama Bunda Nita," ucap Alfa.

Alfa merasakan kaki Axel bergetar dan menepuk-nepuk lengan Alfa untuk melepaskan injakan kakinya. Dan untung Alfa mengerti.

Alina tersenyum samar, lalu mengalihkan pandangan kearah pintu kelas. Dimana Andriel terlihat melangkah pelan dengan luka lebam hampir diseluruhh wajahnya. Namun luka itu sama sekali tak mengurangi ketampanan yang ia miliki.

"Sakit tahu!" Ketus Axel saat Alfa melepaskan injakan kakinya. Ia menunduk dan membersikan sepatunya dari bekas injkan Alfa. "Fa.. nggak usah colek-colek bisa kali, kalau mau main colek-colekkan nanti aja kalau udah Halal..." ucap Axel tampa menoleh kearah siapa yang telah mencolek bahunya.

Andriel merasa geram sama ucapan Axel, hatinya seperti tidak trima kalau Alfa akan menjadi gadis halal bagi pria lain. "Bangku gue woi!!" triaknya kesal."he, siapa lo seenaknya duduk dibangku gue? Dan apa maksud lo yang mau ngehalalin Alfa-gue ha? Modal apa lo ngomong gitu?" tanya Andriel menggebu-gebu. Ia tidak memperdulikan tatapan Alina bahkan rasa sakit disekujur tubuhnya.

Axel menutup telinganya dengan kedua telapak tangan saat suara Andriel menusuk gendang telinganya. Axel segera memutar kepalanya kebelakang dan mendapati Andriel yang kini berdiri dibelakangnya seraya berkaca pinggang. Mengangkat satu alisnya.

"bermodal hati dan cinta gue yang telah terisi penuh dengan nama Alfa. Cinta itu nggak butuh modal yang besar, cukup dengan keyakinan, kepercayaan dan cinta yang tulus itu lebih dari cukup untuk gue ngelamar Alfa buat jadi binik gue, ibu dari anak-anak gue, dan mantu dari mak gue." Jawab Axel dengan percaya diri. Ia menatap Alfa yang hanya memasang wajah datar. " gue balik kekelas ya Fa, ntar istirah gue datang dan kita kekantin bareng." Axel tersenyum dan mengelus sekilas pipi tembem Alfa yang telah menirus.

Alfa,Alina dan Andriel mentap langkah Axel yang telah menghilang ditelan tikungan pintu kelasnya.

Andriel merasah ada yang salah dengan perasaannya ketika ia mendengar ucapan Axel. Hatinya seolah tidak terima kalau nanti Alfa akan menjadi istri dari pria itu. Hatinya sungguh-sungguh tidak terima, tapi kenapa?

Sementara Alina hanya diam. Hatinya sedikit tidak terima ketika kekasihnya Andriel seperti cemburu mendengar ucapan Axel.

Alfa hanya menghela nafas dan memasang wajah datar mendengar ucapan ngelantur Axel. Lalu ia mengalihkan tatapannya kearah Andriel yang telah duduk dibangkunya dengan posisi kepala berada diatas meja yang berbantalkan kedua lipatan tangannya, sementara Alina hanya menggerakkan tangannya mengelus rambut tebal Andriel.

Ia mengambil penanya dan selemabar kertas.

Gimana keadaan lo Riel? mengapa wajah lo semakin pucat? Apa gue bisa gantiin rasa sakit yang lo derita Riel? Kalau bisa maka gue dengan sukarela menggantikan rasa sakit yang lo rasa, gue siap Riel. Karna gue benar-benar nggak sanggup ngelihat lo yang lemah dengan wajah pucat ini, gue nggak sanggup Riel.....Riel apa lo tau perasaan gue sama lo? Apa lo tau Riel, kalau Alfanya lo sungguh sangat mencintai lo, sungguh sangat-sangat menyayangi lo Riel. Tapi mirisnya lo nggak cinta gue, lo Cuma cinta sama Alina. Gue benci Alina, Riel. Gue benci dia. Karna gara-gara dia lo berubah sama gue, Andriel nya Alfa berubah. Nggak akan adalagi Rielnya Alfa, karnah sekarang hanya ada Andrielnya Alina. Gue benar-benar benci dia Riel, dia ngerebut lo dari gue. Kata orang bahagia itu sederhana,hanya dengan melihat orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain, maka kitapun akan ikut bahagia. Tapi bagi gue orang-orang yang mengatakan itu adalah orang-orang munafik Riel, karna apa? Gue nggak pernah ngerasa bahagia ketika ngelihat loe tersenyum dan tertawa dengan Alina. Gue Cuma ngerasa kalau hati gue sakit Riel, rasanya gue mau triak didepan muka lo dan ngungkapin apa yang gue rasa. Tapi gue takut Riel, kalau gue ngungkapin itu semua maka lo akan ngejauhin gue, lo akan semakin jauh melangkah ninggalin gue Riel. Gue takut Riel... Riel kalau gue bisa milih gue akan milih gue nggak akan pernah cinta ama lo Riel. Dan itu artinya gue nggak akan pernah ngerashin apa artinya sakit hati, kecewa, dan merasa kehilangan. Tapi hati gue nggak bisa Riel, hati gue nggak bisa milih sama siapa dia akan menetapkan pilihannya. Disini, dihati ini, gue selalu nyebut nama lo, tapi yang ada lo malah ngecewain hati gue Riel, lo bikin hati gue sangat-sangat kecewa dan itu semua karna lo Riel!!!!!!!!!!! Gue benci lo yang perhatiiin gue tapi lo hanya mencintai Alina gue benci itu Riellll.... I hate you Riel but I love you so much.

Alfa memejamkan matanya dan segera menyembunyikan wajahya pada lipatan tangan yang ia buat diatas meja. Dan dibalik lipatan tangan itu ada tangis yang kembali pecah untuk mewakili perasaan kecewanya dengan keadaan dan takdir yang telah mempermainkan hatinya, mempermainkan cintanya dan mempermainkan hidupnya...

***

"wajah lo pucat banget Riel.." ucap Alfa menyentuh wajah Andriel. "rasanya pasti sakit banget ya, apa gue bisa ngelakuin sesuatu biar lo cepat sembuh Riel?" tanya Alfa polos. Ia benar-benar tidak tega melihat wajah pucat Andriel.

Saat ini mereka berdua sedang duduk dibangku kantin yang tampak ramai dengan siswa-siswi yang berkeliaran. Alina? Gadis itu tadi permisi ijin kektoilet. " gue nggak papa Fa, lo nggak usah terlalu khawatirin gue lagi. Karna sekarang gue udah milikin suster pribadi yang ngurus gue dengan sangatbaik."

"siapa?"

"Aliana." Alfa diam. Dia seharusnya sadar diri kalau Andriel yang didepannya ini sekarang bukan Andrelnya lagi, tapi Andrinya Alina.

"Sayang? Bisa gak sih sekali-kali kita itu dikantin cuma berdua?" Tanya Alina yang langsung duduk disamping Andriel. Ia melirik sekilas kearah Alfa yang memasang wajah datar. "sayangg..." lirih Alina manja kearah Andriel.

Apa Riel? Lo mau ngusir gue, kalai iya. Maka gue ngucapin selamat buat lo dan Alina karna udah berhasil buat gue sadar diri kalau gue bukan siapa-siapa lo lagi. Alfa berdiri ketika ia menatap mata Andriel yang mengisyaratkan pengusiran secara halus kepadanya.

"Axel...." triak Alfa berlari meninggalkan Andriel dan Alina.

Andriel masih menatap punggung Alfa yang menjauh. Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba muncul didalam hati Andriel. Ia baru menyadari kalau ia baru saja mengusir Alfa dengan cara tidak langsung. Maaf Alfa... maafin Rielll....

***

Hembusan angin tampak menerbangkan rambut Alfa yang terurai dengan indah. Alfa terduduk disebuah bangku panjang disamping sekolah, tepat dibawah sebuah pohon rindang yang tumbuh subur.sesekali tangannya bergerak menghapus bulir-bulir air matanya yang sejak tadi tidak mau berhenti menetes.

"cih, nangis lagi. Lo hobbynya nangis ya?" Alfa menoleh kearah sumber suara itu. Ia melirik Axel yang telah duduk disampingnya. "Jujur sama gue. Lo suka sama Andriel-kan?" tanya Axel menatap tepat dimanik mata Alfa.

"Fa, kenapa sih, lo masih aja bertahan buat gak ngomong sama Andriel soal perasaan lo? Sampai kapan lo akan nyembunyiin ini semua, ha? Lo akan semakin sakit jika lo selalu mendam perasaan lo Fa. Dan ya, kalau gue bisa saran seharusnya lo ngelirik gue Fa, gue sayang dan cinta sama lo dengan tulus. Lo nggak perlu kalau gue bakal ngingkarin janji sama seperti Andriel ngingkarin janjinya. Bacam? Kolam? Dan terakhir cincin."

Alfa memejamkan matanya, membiarkan air matanya jatuh. Axel kembali mengingatkannya pada janji-janji Andriel yang sudah diingkari oleh Andriel. Axel kembali mengundang rasa sesak itu datang, membuat Alfa kian terisak.

Axel meraih kedua tangan Alfa dan kemudian mengusap air mata Alfa dengan sangat lembut. Lalu merengkuh tubuh mungil Alfa kedalam pelukannya. Membiarkan Alfa menangis dalam pelukannya. "Maaf. Gue cuma gak mau lo sakit. Gue peduli sama lo," lirih Axel.

"Tapi gue sayang sama dia, Xel. Gue selalu berusaha buat ngilangin perasaan gue, gue selalu berusaha buat benci sama dia. Tapi gue gak bisa, gue gak bisa, Xel." Suaranya bergetar. Alfa melepaskan semuanya, semua perasaannya. "Apa gue emang nggak pantas buat dapat balasan dari Andriel, Xel. Apa sebegitu tidak ada artinya persahabatan kita dimata dia, gue benci dia tapi gue juga sangat mencintainya Xel." Ucap Alfa semakin terisak. Ia semakin mempererat pelukannya pada Axel. Sesekali ia merasakan bisikan-bisikan lembut Axel dan usapan sayang pada punggungnya.

***

Alfa melangkah memasuki kelas dengan tangan yang sesekali mengusap sisa-sisa air matanya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Andriel yang kini berdiri dihadapannya. Alfa melirik kebelakang dan mendapati bangku Alina kosong.

"Minggir Riel, gue mau lewat." Ucap Alfa. Suaranya masih terdengar serak.

Andriel tak menyingkir, malahan Andriel menggenggam kedua tangan Alfa

Alfa menepis tangan Andriel, dan duduk dibangkunya.

Andriel melangkah mendekat, duduk dibangkunya dan menatap Alfa dengan mengernyitkan alisnya. "Lo kenapa? Lo sakit?" Tanya Andriel.

Iya! Sakit hati gara-gara lo! Jerit Alfa. Membatin. "gue baik-baik aja. Oh iya, Alina mana?" Tanya Alfa mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Alina? Ada dihati aku." Jawab Andriel sedikit bergurau. Namun gurauan itu hanya membuat Alfa tersenyum tipis "Gak kok, Alina lagi keruang tata usaha. Ada urusan dia." ucap Andriel, yang mendapat anggukan dari Alfa.

"Fa, gimana menurut lo, kalau setelah lulus nanti gue ngelamar Alina?" tanya Andriel dengan wajah bahagia yang nggak biasa ia tutup-tutupi.

"Lo mau nikah muda?" Tanya Alfa. Ia berusaha membuat suaranya netral dan dengan sekuat tenaga ia membendung air matanya.

"Iyaa... mungkin gue udah terlalu cinta sama Alina. Hati gue benar-benar udah mantap mau ngelamar dia,Fa. Gimana?" Tanya Andriel lagi.

"yaudah lamar aja, kenapa nanya sama gue?"

"Fa.. Lo itu salah satu orang yang paling gue sayang setelah Ayah Bunda. Kalau lo gak setuju, gue gak akan bisa nikah sama barbie Alina gue." Gue nggak setuju Riel!!!!!!

"Kalau lo nikah, gimana sama gue, Riel?"

Andriel diam mentap Alfa, yang tampak sangat-sangat kecewa. "Lo_"

"Gimana sama gue, Riel? Lo gak mikirin perasaan gue?" Suara Alfa bergetar.

"Fa..," desis Andriel.

Alfa menunduk. Membekap wajah sembabnya dengan kedua telapak tangan. Sesekali tangannnya juga bergerak memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak.

Andriel beranjak dari duduknya, merengkuh tubuh sahabatnya dan memeluknya sangat erat. Meminjamkan dadanya untuk tempat Alfa menangis. Lagi. "kenapa sama lo, Fa, kalau lo nggak siap, gue nggak bakal ngelamar Alina."

**TBC***

please tinggalin comment dan vote buat next chapter..

#thx

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 60.6K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.5K 496 15
Biasanya, orang tua akan menamai anak mereka dengan nama-nama benda sekitar yang terdengar unik; tumbuhan, bunga, benda-benda langit, atau sebuah fen...
4.2K 551 26
cerita pendek tentang Yasmin dan lika-liku kehidupannya. Yasmin seorang gadis remaja yang jatuh cinta pada senior di sekolahnya. Karena cintanya, ia...
5K 514 21
Fatya Bella Aurora, inilah kisah ku yang penuh drama layaknya cerita di dunia orange. Alih-alih menjadi gadis ideal dan berprestasi aku hanyalah wani...