Alfandri

By LintangSafriana

51.2K 3.7K 149

"Fa, gimana menurut lo, kalau setelah lulus nanti gue ngelamar Alina?" tanya Andriel dengan wajah bahagia yan... More

#
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
END

6

2.8K 246 15
By LintangSafriana

Alina berlari cepat memasuki kamar Andriel, membuat Alfa yang saat itu tengah menemani Andriel bersama Axel menatap kearah pintu dan mendapati Alina yang tengah memasang wajah panik.

"Andriel?" Alfa menyingkir saat Alina yang entah sengaja atau tidak menyenggol bahu Alfa. Jika tidak ada Axel disampingnya, mungkin Alfa sudah terjatuh kelantai. Alina menyeka air matanya melihat kondisi terkini Andriel. Memang sudah tidak separah waktu Alfa dan Axel menemukannya. Namun sampai sekarang Andriel belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari pingsannya. Padahal ini sudah dua jam terhitung dari Alfa dan Axel membawa Andriel pulang.

"Lo gak papa kan?" Alfa menggelengkan kepalanya dan kembali berdiri tegak saat sadar tubuhnya bersandar pada tubuh Axel. Alfa menghela nafas melihat Alina yang kini berbicara tidak jelas karna isak tangisnya lebih mendominasi suaranya.

"Ikut gue. Ada yang mau gue kasih tahu," bisik Axel. Lalu menarik lengan Alfa menuju balkon kamar Andriel.

Rencananya Axel akan memberitahu Alfa tentang surat yang ia temukan dibawah pohon saat menolong Andriel. Axel dengan ragu menyerahkan surat itu pada Alfa yang dibalas tatapan bertanya dari Alfa.

"Itu gue temuin dibawah pohon. Surat dari orang yang nyelakain Andriel," ucap Axel.

Alfa mulai membuka dan membacanya. Awalnya Alfa masih biasa saja. Namun setelah selesai membaca surat itu, alisnya bertaut. Alfa menatap Axel dengan wajah bingung.

"Selama beberapa hari ini, gue emang lagi nyari orang yang ngirim surat ke Andriel. Gue ngerasa ada yang aneh sama dua surat yang dikirim ke Andriel selama dua hari terakhir. Terus, sekarang apa coba motifnya orang itu nyelakain Andriel kayak gini? Gue ngerasa ini aneh. Setahu gue, Andriel gak pernah punya musuh." Ucap Alfa.

Axel menghela nafas. Menatap surat yang kini berada ditangan Alfa. Sedangkan gadis itu hanya merenung. Alfa melirik kearah Andriel yang masih memejamkan matanya dan Alina yang masih setia menggenggam tangan Andriel dan tangan kirinya mengusap lembut pelipis Andriel.

"Alina... lo gak curiga sama dia?" Tanya Axel, menunjuk kearah Alina yang sedang menangisi Andriel. Lebay sekali dia, Andriel itu Cuma sakit bukan mati.

Alfa beralih menatap Axel. ia kembali melirik kearah Alina dan menatap Alina dengan tatapan datar. Lalu menunduk dan menghela nafas. Jujur, Alfa sesak melihat sikap Alina yang terlalu mengkhawatirkan Andriel saat ini. Cepat sembuh Riel..

"ntahlah..."

***

Alfa mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidurnya sedikit terusik akibat suara bising yang ditimbulkan dari bungkus makanan dan tv yang menyalah.

"lo udah bangun? Gue pikir lo nggak bakal bangun sebelum gue cium..," Alfa menyipitkan matanya. Dan perlahan pandangannya mulai jelas. Ia melirik kearah Andriel yang tengah duduk dan menikmati beberapa snack makanan ringan yang ada dipangkuannya dengan Tv yang menyiarkan siaran ulang film layar lebar heart.

"jam berapa?" Tanya Alfa bangun dan mengedarkan pandangannya keseluruh penjuruh kamar Andriel. Beberapa jam yang lali Alina dan Axel izin pamit pulang.

"10." Jawab Andriel tanpa menoleh. Dia masih sibuk memperhatikan adegan dimana Farel dan Rachel yang sedang memainkan bola basket. Namun ditengah-tengah mereka yang sedang main basket, ponsel Farel berdering menandakan ada telphone yang masuk. Dan disitu terlihat jelas kalau Rachel hanya menghela nafas pasrah dan tetap memainkan bola basket itu dengan asal.

Dan beberapa menit kemudian Farel datang dengan wajah berseri-seri, dia langsung memeluk dan memutar tubuh Rachel. Ia menceritakan bahwa yang tadi yang menghubunginya adalah Luna sang peri kecil. Farel juga mengucapkan banyak terimakasih karna berkat Rachel-lah maka Luna mau membuka hatinya untuk menerima Farel.

'dan Luna bilang, dia juga sayang sama gue dan nggak ada gunanya menjauh dari gue...'

'oooo..'

'kita jadian deh..hihihi..yipee..'

'selamat ya..'

'makasih banget ya Rach..'

'kan itu gunanya sahabat...' Alfa dapat meliat dengan jelas kalau saat mengucapkan itu semua Rachel sangat kecewa.

Tampa sadar Alfa menyerka air matanya yang menetes. Hatinya menyuarakan kalau kisah cinta Rachel dan Farel sama dengan kisahnya dan Andriel. Namun Andriel berharap kalau akhir dari kisahnya tidaklah tragis seperti Rachel yang memilih mendonorkan hatinya kepada Luna demi kebahagian Farel.

"hei!! Lo kok nangis?" tanya Andriel menatap Alfa. "tenang aja, jalan cerita persahabatan kita sama mereka berbeda. Karna emang lo dan gue Cuma sayang sebagai sahabat nggak lebih, benarkan?" Alfa mengangguk kikuk. Lo salah Riel, lo emang Cuma sayang sama gue sebagai sahabat, tidak dengan gue yang udah terlanjur sayang sama lo sebagai perempuan yang menyayangi lawan jenisnya...

"bagus deh..."

"Riel.. lo kapan sadar?" tanya Alfa.

"dua jam lalu, kalau nggak salah.."

"apa lo udah nggak papa? Atau lo masih ngerasah sakit? Kalau iya, kita kerumah sakit aja ya.." tanya Alfa beruntun. Dia menyentuh wajah memar Alfa dan mengelusnya dengan lembut. "siapa yang ngelakuin ini sama lo, Riel.."

Andriel menggenggam tangan Alfa yang berada dipipinya. "gue udah baik-baik aja Fa.." Jawab Andriel tersenyum. Ia bisa melihat jelas kalau saat ini Alfa benar-benar sedang mengkhawatirkannya dan itu membuat hatinya menghangat. Setidaknya Alfa-nya masih sama seperti yang dulu. Yang masih selalu mengkhawatirkannya dan orang yang selalu ia lihat disaat dia sadar dari sakitnya. Alfa akan selalu menemaninya dan menjaganya, sama seperti saat ini.

"Gue gak tahu. Gue nemuin surat itu diatas meja gue. Terus gue kebelakang sekolah sesuai sama permintaan yang ada disurat itu. Pas gue nyampe, tiba-tiba aja ada yang mukul leher belakang gue yang otomatis buat kepala gue pusing banget sampai gue gak bisa bangun. Dan seterusnya gue dipukulin habis-habisan. Habis itu gue gak inget lagi dan pas gue bangun, gue udah ada dikamar ini. Dan lihat lo tidur disamping gue." Jelas Andriel.

"Fa... gue kangen Alina, bisa lo telfonin dia buat gue?" Alfa menatap Andriel datar. Ada yang tiba-tiba jatuh menimpa dadanya yang sesak. Sesuatu yang berat dan besar. Membuat Alfa harus ekstra menarik nafas. Gadis itu menurut dan meraih ponsel Andriel. Mencari kontak Alina dan melakukan panggilan pada gadis itu.

"Oh iya, Fa... Kemarin Cincinyaa udah gue kasih ke Alina, malah aku pakein langsung. Sumpah dia cantik banget." Ucap Andriel.

Gerakan tangan Alfa berhenti sejak saat Andriel menyebutkan cincin. Alfa bisa melihat raut wajah berbinar Andriel. Dan senyumnya yang jauh lebih manis dari biasanya. Laki-laki itu sangat bahagia jika mengingat Alina. Andriel benar-benar jatuh cinta pada Alina.

'Farel apa ini..?'

'Buat Luna Rach..'

'hmm...'

'bagaimana menurut lo Rach...'

'uhh...'

'bagus, nggak?'

'uhhhh?'

'bagus, nggak? Jangan pake bengong, dong.?

'oh!! Bagus...bagus. bagus banget. Buat Luna, ya?'

'iya lah. Masa buat lo, sih..'

Mbak Rachel kita senasib. Orang yang kita sayang sama-sama nggak peka. Tapi aku harap aku nggak berakhir sama seperti mbak. Doakan ya mbak biar Riel mau ngelirik aku...

"yaelah ngalamun ae lo.." ucap Andriel. Ia bahkan memilih mematikan tv nya. Ya dia tau kalau saat ini Alfa sedang baper dengan adegan film didepannya.

"sorry.." Alfa berusaha menetralkan perasaannya dan melakukan panggilan pada nomor ponsel Alina. Lalu, menyerahkannya pada Andriel. Alfa berusaha tersenyum meskipun samar saat menyerahkan ponsel itu pada Andriel. Berusaha terlihat baik-baik saja.

***

Alfa melangkahkan kakinya dengan sangat lamban. Sekarang hari-harinya tak lagi seceria dulu. Saat ia belum menyadari perasaannya sendiri. Sekarang untuk berbagi cerita dengan Andriel pun ia tidak mampu. Untuk kesekian kalinya Alfa menyeka air matanya. Merasakan sesak yang semakin membuatnya kesakitan.

Drtdrtdrt...

Alfa dengan lemas meraih ponselnya. Melihat siapa yang menelfonnya malam-malam seperti ini. Disaat Alfa tengah melangkah pulang. Sendirian.

"Hallo?" Suaranya bergetar. Tapi sebisa mungkin Alfa menetralkannya.

"parah lo ya, pulang nggak bilang-bilang, kan kalau lo bilang gue bisa antar lo, ellah..," Alfa menghela nafas mendengar suara diseberang sana yang terucap secara cepat. Alfa kembali menyeka air matanya dan menjeda jawabannya beberapa detik agar suaranya terdengar normal ditelinga Andriel.

"maaf Riel, lagian tadi gue nggak mau ganggu lo yang lagi ngelepas kangen sama Alina. Lagian lo juga lagi sakit. Dan lo mungkin nggak bis_

'Bisa kok... aws,'

"Riel?" Alfa mengernyit saat mendengar Andriel meringis kesakitan. Mungkin laki-laki itu bergerak secara cepat. Kebiasaan yang selalu Andriel lakukan jika sudah menyangkut tentang Alfa. Ilove you Riel..

'Gue gak papa, Fa. Lo kasih tau gue deh dimana posisi lo, ntar gue jemput,'

"Gak us_"

'Syuuut! Gak usah ngebantah! Gak liat ini jam berapa!! Hampir jam 12 Alfa!! Udah kasih tau aja! Dan sms-in alamatnya..' Andriel membentak Alfa lalu memutuskan sambungan telfon itu secara sepihak.

Alfa menghela nafas lelah. Andriel selalu seperti ini. Mengkhawatirkan keadaan Alfa jika sendirian. Sikap yang membuat Alfa semakin sulit merubah perasaannya. Alfa melangkah turun dari trotoar dan terduduk disana. Sekarang yang Alfa lakukan hanya menunggu kedatangan Andriel menjemputnya.

Menunggu yang entah sampai kapan, Alfa memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangan. Merasakan hembusan angin malam yang dingin. Alfa menyentuh tengkuknya yang terasa dingin. Semakin mengurai rambutnya untuk menyelimuti tengkuknya yang telanjang.

Suasana jalan yang sepi membuat Alfa diserang rasa takut. Padahal sebelumnya gadis itu nekat untuk pulang sendirian dan merasa aman. Tapi sekarang, ia merasa seperti ketakutan. Riel...takuttt...

Sepasang mata itu menatap datar dari jarak beberapa meter menatap Alfa dengan tatapan tajamnya. Laki-laki itu mengepalkan tangannya. Merasa tersaingi oleh Andriel sejak pertama kali ia jatuh hati pada Alfa. Dan dia juga yang sebelumnya memberi pelajaran dan mengikat Andriel dibelakang sekolah.

"Harusnya tadi gue bisa habisin Andriel! Tapi Axel gagalin semuanya. Dan kayaknya lo semakin deket sama Andriel. Apa gue harus pake cara kekerasan lagi buat bikin kalian saling menjauh?" Gumam laki-laki itu mengepal kedua tangannya.

***TBC***

#thx

Continue Reading

You'll Also Like

29.4K 1.1K 102
Sajak dan puisi ini saya persembahkan kepada semua orang yang hatinya pernah dipatahkan, dikhianati orang terdekat dan dikecewakan oleh waktu. Berisi...
5.4K 553 36
"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah...