Couldn't Back

By eMikoe

212K 13.7K 217

- Clarissa Permata Wardana - Dia yang akhirnya harus sendiri karena ditinggalkan orang-orang yang dicintain... More

-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
- 8 -
-9-
-10- (REV)
-11- (REV)
- 12 -
- 13 -
- 15 END -
- 16 Extra -

- 14 -

10.4K 800 8
By eMikoe

Lanjuuuuuut...

"Kamu sudah siap, Hon?" tanya Genta setelah membukakan pintu mobil di samping bangku kemudi. Ya... ini sudah seminggu dan Genta akan menepati janjinya untuk mempertemukanku dengan adik tersayangnya itu.

"Sebelum ke rumah adikmu, bisakah kita mampir sebentar? Aku ingin menjenguk seseorang," pintaku membuatnya tak jadi menyalakan mesin mobil.

"Siapa?" tanya Genta penasaran.

"Kerabatku. Aku tidak pernah mengunjunginya, dan aku dengar beliau sedang sakit. Bisakah kamu mengantarku ke rumah sakit tempatnya dirawat?"

"Apapun untuk Cintaku..." senyum Genta mengembang. Maaf aku membohongimu.

*

"Dimana kerabatmu dirawat?" tanya Genta setelah kami sampai di parkiran rumah sakit.

"Ruang VIP." Aku lihat wajah Genta sedikit menegang. Apa mungkin dia tahu bahwa ibu kandungnya sedang dirawat di sini?

"Lantai berapa dan kamar nomor berapa?" Aku tahu dia semakin ragu dengan pertanyaannya.

"Entahlah! Aku belum pernah menemuinya. Biar aku hubungi kerabat yang lain," ucapku sambil memegang ponsel dan berpura-pura meminta kerabat lain untuk memberitahukan keberadaannya.

Aku sudah tahu dari Mommy. Bahkan Mommy sempat mengajakku kemarin ke rumah sakit ini, tanpa Genta tahu. Aku terkejut saat melihatnya. Benar-benar jiplakan Mommy. Semuanya mirip. Hanya saja wanita yang sedang berbaring saat itu terlihat lebih kurus dan pucat. Tapi aku yakin dia wanita yang bahagia, karena dikelilingi orang-orang yang mencintainya.

Mommy memperkenalkanku pada Om Anthony, suami adiknya yang sedang dirawat dan ketiga anaknya saat itu. Sepertinya mereka sudah tahu tentang siapa Genta. Walaupun jarak usia mereka jauh berbeda. Yang pertama, seorang laki-laki berusia 20 tahun. Sedang melanjutkan study di London, dan terpaksa kembali karena Tante Dania sedang sakit. Yang kedua juga lelaki. Usianya baru 16 tahun. Masih SMA. Mereka berdua benar-benar tampan. Mirip sekali seperti Om Anthony versi muda. Dan yang terakhir, perempuan lucu yang masih kelas 6 SD. Kalau dia, aku sungguh melihat cetakan Mommy dan tante Dania yang memang benar-benar mirip. Rasanya bahagia berada di sekeliling mereka. Mereka membawa kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya. Dan sedikitpun tak ada raut kesedihan di wajah mereka. Aku tahu mereka sebenarnya sedang menutupi kesedihan itu demi si Kecil yang terus menangis setiap melihat ibunya.

"Dimana kamarnya?" tanya Genta tak sabar setelah kami masuk ke dalam lift bersama.

"Ikut saja!" ajakku sedikit kesal. Ada apa dengannya? Dia tidak seperti biasa.

"Kenapa kamu mengajakku ke sini?" tanya Genta tak percaya, setelah kami berada di depan ruang VIP yang aku tuju.

"Kamu tahu ini kamar siapa?" tanyaku menyelidik.

Genta hanya diam tidak menjawab. Aku lihat keraguan di dalam matanya. Tanpa ragu aku memegang tangannya erat. Memberi kekuatan pada dirinya yang penuh kebencian.

"Kamu sendiri yang mengatakan padaku untuk berdamai dengan masa lalu. Bisakah kamu melakukannya? Setidaknya untuk dirimu," bisikku memeluknya erat.

"Tapi..." Dia masih terlihat ragu.

"Kamu tahu kenapa aku selalu menolak lamaranmu?" Genta menggeleng tidak yakin. "Bukan karena lamaran yang tidak romantis, apalagi tidak adanya cincin berlian saat kamu melamarku. Bukan karena itu. Tapi karena kamu masih belum jujur pada perasaanmu." Dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang aku tidak tahu berarti apa.

"Kamu tahu tempat ini dan siapa yang ada di dalamnya, membuktikan bahwa kamu sebenarnya peduli dan ingin sekali berada di sana menemani ibumu."

"Tapi dia telah membuangku," suara Genta bergetar. Aku tahu dia sedang menahan tangis.

"Tidak ada yang dibuang, Sayang!!! Saat beliau melahirkanmu diusianya, apa yang bisa beliau lakukan untuk membahagiakanmu? Apa kata orang tentangmu yang bahkan masih suci? Dan beliau tidak akan rela jika kamu tersakiti." Genta menatapku dengan air mata yang hampir menetes di pipinya.

"Temuilah! Curahkanlah apa yang selama ini ada di hatimu untuknya!" ucapku kemudian menepuk pundaknya untuk segera masuk ke ruangan dimana tante Dania dirawat.

"Temani aku!" Dia menarik tanganku untuk ikut masuk ke dalam.

Di dalam sudah ada Andrew, anak pertama maksudnya anak kedua tante Dania setelah Genta. Ya... Genta adalah anak kandung Om Antony dan tante Dania yang juga saudara kandung ketiga bersaudara itu.

"Kak Genta sudah datang?" tanya Andrew berdiri dari sofa di ruangan ini. Dia bermaksud untuk pergi meninggalkan ruangan, memberi waktu untuk kami berada di dalam.

Aku lihat Genta sudah mendekat ke arah dimana tante Dania tertidur lelap. Infus dan alat bantu pernapasan sudah terpasang di tubuhnya. Aku hanya melihat mereka dari jauh saja. Tidak ingin mengganggu waktu Genta bersama dengan ibu kandungnya.

"Kamu tahu tante Dania sakit apa?" tanyaku mencoba memberitahukan Genta. Aku yakin dia pasti sudah tahu, hanya saja aku ingin memastikan dari mulutnya.

"Hmm... Jantung." Ya, tante Dania terkena serangan Jantung. Aku dengar dari Mommy ini terjadi sejak dia mendengar kedatangan Genta yang dulu menghilang karena terbongkarnya kebohongan mereka saat itu.

Sejak hilangnya Genta, tante Dania menjadi sosok yang pemurung dan sering hilang kesadaran. Itu dipicu karena beliau tidak pernah menjaga kesehatannya sejak Genta melarikan diri dari rumah. Bahkan aku dengar, kabar Genta kembalipun harus dirahasiakan dari dirinya. Dan entah darimana beliau bisa tahu tentang kedatangan Genta dan ketidakhadiran Genta yang tak kunjung mendatanginya setelah dia kembali ke Indonesia.

"Karena beliau selalu mengkhawatirkanmu. Beliau merasa bersalah padamu dan masa lalunya. Bisakah kamu memaafkannya?" Genta terdiam tidak menjawab pertanyaanku.

"Mom!! Ini Genta, Mommy Dan!" bisik Genta di teling tante Dania. "Genta kembali! Genta minta maaf karena meninggalkan Mommy Dan sampai seperti ini." Genta menangis sambil memeluk tangan tante Dania. Menciumi tangannya sampai terlihat air mata membasahi tangan kurus dan pucat itu. Aku masih tidak berani mendekat. Aku ingin Genta mencurahkan isi hatinya.

"Genta sayang Mommy! Jadi, Mommy bangun ya! Mommy belum kasih Genta penjelasan dan pelukan." Aku lihat mata tante Dania bergerak sedikit. Dari jauh aku melihat, tapi ini benar nyata. Tante Dania sadar. Setelah seminggu dirawat dan tak sadarkan diri. Aku lihat matanya berkedip. Apa ini keajaiban? Apa memang Genta yang selama ini ditunggunya?

"Mom?!" panggil Genta meyakinkan penglihatannya. Cepat-cepat aku menekan tombol panggil perawat di ruangan ini. Dan tak berapa lama beberapa suster dan seorang dokter sudah masuk ke ruangan VIP.

"Terima kasih, Tuhan!" ucapku memanjatkan syukur. Genta sudah memeluk pinggangku erat. Dia pasti bahagia.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Genta setelah dokter memeriksa keadaan tante Dania.

"Pasien sudah sadar, hanya saja masih butuh istirahat."

"Bisakah kami menemaninya?" tanyaku.

"Tentu saja! Tapi jangan membuatnya telalu banyak bicara!" ucap Dokter kemudian pergi meninggalkan ruangan kami.

"Mommy sadar, Kak?" tiba-tiba Andrew muncul dan menghampiri kami setengah berlari. Ada raut bahagia di wajahnya.

"Bisakah kita bicara sebentar?" pintaku pada Andrew. Maksudnya agar kami bisa memberi waktu untuk Genta dan tante Dania bersama.

"Baik, Kak!" ucap Andrew setelah mencium kening ibunya, tante Dania.

*

"Maaf karena membuatmu sedikit menjauh dari Genta dan tante Dania," ucapku kemudian setelah kami berdua sudah keluar dari ruangan.

"Drew yang harusnya berterima kasih, karena kak Ica sudah membawa Kak Genta datang ke sini. Kalau begitu, Drew telepon Daddy dan yang lain dulu ya, Kak!" ucap Andrew kemudian menjauh dariku.

"Hon! Masuklah!" pinta Genta setelah membuka ruangan VIP tak berapa lama aku menunggunya di luar.

"Kenapa?"

"Aku ingin memperkenalkan calon istriku pada Mommy Dan!" Genta menarikku masuk, ikut ke dalam ruangan.

"Siapa Genta?" tanya tante Dania saat melihatku masuk ke dalam ruangan.

"Orang yang aku cintai, Mom! Wanita yang ingin sekali aku nikahi," ucap Genta mendekat ke arah tante Dania berbaring.

"Kalau begitu, calon mantu Mommy?" ucap tante Dania, kemudian memintaku untuk mendekat padanya.

"Terima kasih telah menjaga Genta selama ini. Pasti karenamu dia mau menemui Mommy. Terima kasih, Sayang!" ucap tante Dania memintaku untuk memeluknya.

"Genta datang karena keinginannya, Tan!" ucapku sambil memeluknya.

"Mommy! Panggil aku Mommy. Pasti kakakku juga meminta panggilan yang sama sepertiku," tebak tante Dania tepat sekali. Aku dan Genta sudah tertawa mendengar ucapan tante Dania yang terlihat bahagia.

"Baik, Mom!"

"Mom! Mommy salah kalau Ica yang menjaga Genta. Tubuh sekecil itu tidak akan mampu, Mom!! Akulah yang menjaganya." Mommy Dan tertawa mendengar ocehan Genta yang tidak mau kalah. Suara tawa Mommy Dan membuat aku bahagia. Aku mohon kebahagiaan itu akan tetap seperti ini selamanya...

TBC

Maaf cuma 2 part minggu ini... aq janji bulan ini pasti selesai kok. Kayaknya 1 part lagi untuk bisa selesai masih kurang ya... cuma akan aq usahakan deeeh bisa selesai bulan depan..

Thanks for reading ya!!

Continue Reading

You'll Also Like

20.2K 2.4K 38
Kesal lantaran sang anak selalu mengacaukan rencana perjodohan yang ia siapkan, Reny nekat membuat undangan atas nama Arane sang anak. Bermula dari s...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
126K 7K 27
Viola adalah gadis lulusan SMA yang entah kenapa seberuntung itu menempati posisi admin di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang elektronik d...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...