The Last Heirs 2 : Aristide K...

By BlueSkyLina

455K 10.4K 513

Yemi, perempuan tomboy. Ia dihadapkan rentetan masalah semenjak kepindahannya ke Asrama. Belum lagi pertikaia... More

1
2
3
4
5
6
8
9
10
Nggak penting
Promosi
Pengumuman

7

13.1K 992 44
By BlueSkyLina

Yemi menghela nafas bosan melihat para Ginko yang mulai berlatih dengan senior mereka, sedangkan dirinya hanya duduk diam sambil mengamati di bawah pohon ridang.

"Kau tidak berlatih?" Aris menghampiri dirinya lalu mengambil duduk disampingnya.

Yemi menggeleng, matanya tak lepas memandang teman-temannya yang sedang berlatih.

"Dimana kakak pendampimgmu?" tanya Aris kembali.

Yemi mengangkat bahunya acuh, "entah."

Aris mendengus diiringi senyum, "kau ini." sebelah tangannya mengusap kepala Yemi.

Yemi menepis pelan tangan Aris "aish, rambutku jadi berantakan sekarang. Apa yang salah sih kalau aku tidak latihan." ujarnya sambil membenarkan rambutnya.

"Setiap kalian latihan nanti akan dilaporkan kepada kepala sekolah untuk dicek sejauh mana perkembangannya. Walau sekolah ini adalah sihir tapi sistemnya sama seperti sekolah pada umumnya. Jika kau berbuat ulah, kau akan dikenakan hukuman. Aku sudah membaca riwayat dirimu di sekolah dulu."ujar Aris menaik-turunkan alisnya.

Yemi menatap Aris menantang, "lalu, apa yang akan kau lakukan dengan kepadaku. Kau pikir dengan kau sebagai senior aku takut? Maaf nyaliku tidak sekecil itu"

Aris tertawa renyah, " sudah ku duga kau berbeda dengan wanita yang banyak ku temui."

"Dilihat dari segi mana pun aku ini wanita. Perluhkah aku menunjukannya"

"Hahaha...bukan begitu maksudku. Sifatmu itu berbeda dari wanita kebanyakan, yang aku tahu mereka itu manja, cengeng, merepotkan, dan rumit." jawab Aris seraya mengacak rambut Yemi.

"Sudah ku bilang jangan mengacak rambutku." Yemi membetulkan rambutnya kembali" kebanyakan dari kami menggunakan perasaan dari segala tindakan yang dilakukan berbeda dengan lelaki yang memikirkan segala sesuatu dengan logika. Seberapa kuat orang pun mereka pasti pernah menangis termasuk aku."

"Oke, oke, aku mengalah. Kenapa kita jadi membicarakan ini?" Tanya Aris sambil tertawa kecil.

Yemi melirik Aris, " kau yang mulai duluan"

"Oh,oh, salah satu sifat wanita juga tak mau kalah," Yemi menatap Aris tajam. " baiklah, aku minta maaf."

Mereka terdiam beberapa saat, Aris menoleh ke samping menatap Yemi sejenak lalu menghembuskan nafas. " Kenapa bukan aku yang dipilih elemenmu? Aku jadi iri pada seseorang yang menjadi kakak pendampingmu sekarang." ujar Aris seraya menatap lekat Yemi.

Yemi menoleh membalas tatapan Aris, ia terdiam. Tak tau harus menjawab apa. Akhirnya keduanya hanya diam dengan mata saling menatap. Seakan ada magnet yang membuat mata mereka saling memaku satu sama lain. Tatapan mata Aris seakan menyiratkan sesuatu yang membuat Yemi bertanya-tanya dalam hati. Sepoi-sepoi angin seperti melodi yang membuat mereka semakin hanyut dalam ilusi mata yang menggetarkan jiwa.

"Ariiis, kamu di panggil Mr. Andes " seorang perempuan yang memakai jubah coklat menghampiri keduanya.

Yemi tersadar dan langsung memalingkan wajahnya. Jantungnya berdegub kencang dan dia menjadi serba salah. Sementara Aris yang merasakan kecanggungan diantara mereka berdehem sebentar.

Perempuan itu seakan tersadar dari situasi yang terjadi, "maaf, sepertinya aku menganggu suasana romantis kalian. Hehehe...perkenalkan namaku Olivia. Kau bisa memanggilku kak Olif." ujar Olif ramah kepada Yemi.

Yemi mengangguk sambil tersenyum memperkenalkan dirinya juga. "Yemi."

Dengan keusilannya, Olif menatap Aris jahil sambil berbisik kepada Yemi namun dapat didengar oleh Aris"hati-hati saja Yemi, Aris ini playboy jangan mudah percaya dengan yang ia katakan. Walau wajahnya tampan dan ramah, sudah banyak wanita yang patah hati gara-gara salah menafsirkan sikapnya itu. "

Aris mendelik mendengarnya, "hei, Oli. Apa kau lupa kartu Asmu ada padaku?" Aris menaikkan alisnya mengejek.

Olif menghentakkan kakinya kesal, "iya aku tau! Jangan panggil aku Oli. Yemi aku tadi hanya berbohong, Aris itu orangnya baik, pintar, tampan, dan ramah." ucap Olif setengah hati, berbanding terbalik dengan wajah Aris yang mengekspresikan kemenangan.

"salam kenal Yemi, kapan-kapan kita bicara lagi ya. Tapi tidak dengan orang ini." Olif memandang Aris datar kemudian ia beranjak pergi.

"Jangan percaya omongan dia. Aku tidak seperti itu.
Ayo cari kakak pendampingmu. Bukankah ini hari pertamamu belajar?" tanya Aris diantara kebisuan mereka.

Yemi mengangguk malas, "kenapa aku yang harus mencarinya?" Ia menunjuk dirinya

"Karena kau yang memerlukan mereka."

Yemi tertunduk lesu, setelah menghela nafas beberapa kali ia pun beranjak berdiri dan melangkah pergi.

"Yemi." panggil Aris

Yemi menoleh ke belakang.

"Semangat!" Ucap Aris seraya mengepalkan tangannya di udara dan menghadiakan Yemi sebuah senyuman, yang dibalas Yemi dengan anggukan.

Dari kejauhan Sandra menatap sinis Yemi. Yemi mengacuhkannya dan berjalan melewatinya tak peduli.

"Tak ku sangka kau bisa menggoda kakak kelas juga, selain berkelahi dengan mereka." Desis Sandra dengan keras supaya orang-orang disekitarnya mendengar.

Yemi menghentikan langkahnya, ia menatap Sandra menilai " ternyata kau memperdulikan diriku juga, tapi maaf aku tak membutuhkannya. Sebaiknya kau memperdulikan hidupmu yang tak karuan itu"

"Apa? Kau pikir aku peduli denganmu? Heh, hanya orang bodoh yang mengerti dirimu." dengus Sandra tak suka.

"Oh, kalau begitu bisakah kau menyingkir dari hadapanku? Sejak melewatimu aku mencium bau-bau tidak enak." ujar Yemi sinis seraya mengipasi wajahnya dengan tangan.

Sandra mendelik tajam, tangannya terangkat hendak menjambak rambut Yemi. Namun urung karena kehadiran Aris.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Aris

"Ah, tidak. Aku tadi melihat kutu di bahu Yemi" Sandra pura-pura tersenyum dan membersihkan bahu Yemi menggunakan tangannya.

Yemi mengelak dari sentuhan Sandra, " sejak kapan aku memiliki kutu"dengusnya sebal, setelah mengatakan itu ia pun pergi dan meninggalkan keduanya.

Sandra mengendus tubuhnya, "apa benar ya aku busuk?"

###

Yemi terus berjalan kedepan. Ia memandang pohon-pohon sakura yang tumbuh subur di bibir jalan. Melihat ribuan kelopak bunga sakura yang bermekaran membuat hatinya menghangat. Ia tak begitu merasakan panasnya terik matahari di siang ini karena terhalang ranting-ranting pohon sakura yang menjalar menutupi di atasnya.

Jalan setapak yang terbuat dari batu pualam ia telusuri perlahan sambil menikmati pemandangan sekitar. Rasanya sayang jika pemandangan seindah ini harus dilewatkan begitu saja. Ia berjongkok memungut bunga sakura yang terjatuh. Ia mengusap lembut pada setiap kelopak bunga sakura dan menciumnya. Aroma segar dan harum mengisi paru-parunya. Yemi membawa bunga sakura itu pergi bersamanya.

Sebelum ini, ia tidak tau ada tempat seindah ini di The VaWer Academy. Kedatangannya kemaripun untuk mencari seniornya setelah bertanya-tanya pada murid Samino.

Setelah sampai pada penghujung jalan, ia disuguhkan pemandangan danau buatan dengan airnya yang jernih seperti kristal. Ia mengedarkan pandangan, rimbunan pohon pinus tampak berdiri menjulang dari arah utara. Suasana hijau dan asri melingkupinya kali ini. Disini begitu tenang dan sepi.

Yemi melangkah ke arah danau. Ia meletakan bunga sakura itu di atas air. Perlahan-lahan kakinya ia celupkan setelah melepas sepatu dan kaos kakinya yang ia letakkan disisinya. Dingin langsung menyelusup ketika kakinya menyentuh air. Ia memejamkan mata menikmati rasa dingin itu perlahan merayap ke kulit arinya hingga ke kulit terdalam.

"Ku dengar elemenmu adalah air"

Yemi terkejut mendengar suara yang tiba-tiba dari arah belakangnya. Tubuhnya berjengit dan oleng gara-gara reaksi terkejut itu. Ia kehilangan pijakan, tubuhnya melayang dan akan jatuh.

Refleks matanya terpejam, lama Yemi menunggu air itu akan membungkus tubuhnya. Tapi itu tidak terjadi karena ada lengan kokoh melingkari pinggangnya. Yemi membuka mata dan langsung bertatapan dengan pemilik iris merah kehitaman. Hembusan angin menerbangkan helaian rambut yang ia gerai. Pandangannya tertutup karena poninya yang panjang.

Pria itu dengan tangannya yang besar menyibak poninya yang menghalangi pandangan mata mereka. Yemi tak mampu menggerakan seinci pun tubuhnya. Matanya terpaku pada mata itu. Jarak wajah mereka sangat dekat, hingga Yemi dapat mencium aroma mint yang dikeluarkan dari tubuh pria yang mendekapnya ini. Belum lagi hembusan nafas Kean yang menerpa kulit leher telanjangnya, terasa panas dan membuatnya merinding.

"ceroboh." ucap Kean dingin sambil menarik Yemi ke darat.

Seakan tersadar dari lamunannya, Yemi menatap Kean sengit " Kau bilang apa barusan?"

"ceroboh." ulang Kean tanpa perasaan.

Yemi membelalakan matanya tak terima, "hei! Aku hampir jatuh tadi juga gara-gara kau! Seandainya kau tidak bersuara tiba-tiba, mungkin kejadian tadi tidak akan terjadi"

Kean berjalan tenang meninggalkan Yemi yang mencercanya. Kemudian melompat naik ke atas dahan pohon yang besar. Dari bawah ia melihat Yemi yang menghampirinya dengan wajah marah. Ia memasang posisi untuk tidur.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Yemi dari bawah.

"Tidur." jawab Kean dengan mata terpejam.

Yemi mendengus sebal, " aku tidak datang kemari untuk melihatmu tertidur, Tuan Sok Tampan!"

Sudut bibir Kean tertarik ke atas, yang masih dengan mata terpejam." oh, kalau begitu silakan pergi. Kau masih ingatkan jalan pulang."

Yemi merengut kesal, ia menatap Kean sinis. "seharusnya kau mengajariku."

Kean mengganti posisinya duduk sambil melirik ke bawah, menyeringai. "aku bukan guru dan aku tidak pernah bercita-cita menjadi guru. Jadi untuk apa aku mengajarimu."

"Dasar menyebalkan!" umpat Yemi kesal, "aku minta ajari Aris saja." gadis itupun berbalik hendak pergi.

Namun tangannya dicekal, tubuhnya diputar secara paksa. Dan dalam sekedipan mata ia sudah berada dalam dekapan.

Yemi memalingkan wajahnya ke arah lain karena wajah Kean tepat didepannya yang hanya menyisakan beberapa senti saja, "A-apa-apaan? Lepaskan."

Tangan pria itu meraih dagunya, wajah mereka kembali sejajar begitu juga bibir mereka. Yemi yakin jika salah satu diantara mereka maju barang sesenti, ah...dia tidak mau memikirkannya.

"Kenapa? Kau takut" ulang Kean lagi dengan menatap lekat matanya.

Nafas pria itu menerpa sebagian wajahnya, bulu ditengkuknya langsung berdiri. Yemi memejamkan matanya berusaha tenang, matanya melihat ke bawah, "Ti-tidak. Tentu saja tidak! Kau sendiri tidak ingin mengajariku. Kenapa marah?"

Kean diam. Yemi menepis tangan pria itu dan berbalik pergi.




Tanpa kata dan peringatan, Kean mencium bibir Yemi. Ia memanggut, melumat dan mengecap setiap rasa bagian bibir Yemi.

Mata Yemi melotot pada Kean yang terpejam menelusuri bibirnya. Ia memberontak, mendorong tubuh Kean dengan tangannya yang kecil. Namun tak menghasilkan apapun. Malah Kean mendorong tengkuknya maju, memperdalam ciuman. Menggigit-gigit kecil bibirnya.

Nafas mereka memburu, Kean melepaskan ciumannya tanpa melepas pelukannya. Matanya menatap bibir Yemi yang bengkak karena ulahnya. Jarinya menyentuh bibir Yemi, mengusapnya lembut.

Yemi menepis jari pria itu dan memandang Kean nyalang. "Kau gila!"

"aku memang gila" Kean berujar santai.

"Tubuhku dan hatiku hanya untuk mateku, brengsek!" teriak Yemi marah.

Sementara Kean tersenyum, " benarkah? Aku yakin matemu tidak akan marah jika aku hanya menciummu"

"kau!" Yemi mengangkat tangannya seketika tanpa sepengetahuannya air di danau yang berada di belakangnya menjulang tinggi mengikuti gerakan jarinya.

Kean memperhatikan semuanya, tampaknya Yemi tengah dalam amarahnya. Ia menjauh bebarapa langkah. Dengan wajah datar ia menatap Yemi menantang.

"Rasanya aku ingin menjelajahi tubuhmu dengan bibirku. Dan aku pikir itu bukan hal besar dan matemu pasti mengijinkannya"pancing Kean

"Kau pikir aku murahan! Aku akan membunuhmu!" tunjuk Yemi kesal ke arah Kean dan air itu langsung menyerbu Kean secepat kilat.

Sedangkan Yemi terpaku melihat air yang lewat di atasnya seperti selendang.

Kean menghentakkan kakinya ke tanah, tanah dibawahnya langsung melindunginya dan membentuk bola.

Dengan mata kepalanya sendiri Yemi melihat air itu menghujami bola yang terbuat dari tanah, retakan sedikit retakan terlihat namun bola itu tidak pecah. Cipratan dari air itu mengenainya. Setelah air itu habis, tanah itu kembali seperti semula dan Kean baik-baik saja tidak terluka sedikit pun.

Kean dengan wajah datar berkata "baiklah, hari pertama berhasil. Kuncimu pada emosi"

Yemi mengerutkan alisnya bingung " maksudnya?"

Apa yang barusan terjadi? Ciuman tadi? Apa hanya aku sendiri yang bingung?

###

Tbc...

Ini untuk minggu ini untuk^^, mumpung lagi rajin hehehe...

Continue Reading

You'll Also Like

66.1K 4.1K 23
15+ [Slow update] Tanpa dia sadari, mulutnya mengangga karena rasa takjub. Morea mengira itu seekor siberian husky dengan ukuran tubuh yang tidak nor...
1M 69.1K 42
SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS! Highest Rank : 1st in werewolf ( 07-07-18.) 2nd in werewolf ( 22-04-17.) "Karena hanya yang pernah ditinggalkan yang t...
1.4M 49.2K 11
Warning! 🔞 Genre: Romansa - fantasi Hidup Virenzia Dalcom berakhir di tangan suaminya sendiri. Dia terpaksa meminum racun yang diberikan suaminya, D...
13.1K 1.4K 27
sequel dari mate is mine..... na jisung alpha muda yang masih harus berjuang untuk membuktikan bahwa dirinya mampu dan berhak untuk menggantikan...