Witch

By zhrmhfhni

4.8K 389 42

"Mungkin ini berbahaya, bahkan sekarang berakhir menyedihkan. Tapi bagaimanapun aku tetap mencintaimu." . Jar... More

First Met You
I Want to be Your Friend
Unexpected Feelings
Trust Me
Why did you do that to me?
Back to the beginning
You is a person who annoying
Fall In Love (Part 1)
Fall In Love (Part 2)
Who I am?
It's You
Truth
Nightmare
Lost In Time
Last The Witch [END]

CONFESSION

308 25 4
By zhrmhfhni

"Ahhh gabjagi!"

Pekik Yuju saat tahu ada seorang pria yang duduk disebelahnya. "Apa yang kau tulis?" tanya Kwangmin memerhatikannya daritadi. Serius sekali untuk belajar, membuatnya berubah dalam beberapa waktu ini. "Ujian sebentar lagi. Aku tidak ingin bermain-main lagi." Kata Yuju merapikan rambutnya yang menganggunya saat membaca. "Wahh aku tak tahu kalau si penganggu bisa belajar." ledek Kwangmin sambil tertawa.

"Kau tahu, buku selalu menjawab pertanyaan yang ku tak tahu. Tapi ada satu yang tak bisa dijawabnya." ujar Yuju sambil menatapnya. "Emangnya apa pertanyaanmu?" tanya Kwangmin bingung. "Ada apa denganmu? Kenapa kau selalu terlihat gelisah memikirkan sesuatu?" tanya Yuju kepada Kwangmin. Sudah lama ia ingin bertanya tentang itu. Tapi dirinya merasa takut untuk menanyakannya.

Sebenarnya semenjak melihat wolf yang terbunuh dan tentang Riding Hood itu, membuatnya sangat terganggu. Seharusnya waktu kejadian bulan sabit waktu itu, ia mengejar Riding Hood bukannya diam. Tapi Ia tak mungkin akan mengatakan semua itu padanya. Ia tak mungkin memberitahu jati dirinya juga. Itu sama saja membuatnya tambah sulit.

"Ahh tidak mungkin, kau saja yang berfirasat seperti itu."

"Firasatku tidak pernah salah."

"Manusia bisa membuat kesalahan pada firasatnya."

Yuju mengalah dan melanjutkan membaca bukunya. "Ohh ya, buku vampire itu, kau tak membacanya lagi?" tanya Kwangmin heran. Terakhir ia membaca buku itu sewaktu pertama kali di halte bus. "Buku itu bersambung-sambung. Disekolah tidak menyediakan banyak semua edisinya." jawab Yuju dengan nada kecewa. Seandainya sekolah punya, ia sudah membacanya sampai habis. "Padahal aku ingin mendengar cerita itu." ujar Kwangmin.

"Kenapa tidak kau saja yang beli dan baca saja?" gerutu Yuju protes. Memang setiap ia membaca buku itu, pasti Kwangmin akan menyuruhnnya menceritakan buku itu. Dia seperti pendongeng untuk anak kecuali sebelum tidur. "Aku tidak suka baca sepanjang itu" jawab Kwangmin mengeluh, jika ia bayangkan rasanya memusingkan. "Baca sendiri saja. Aku bukan pansori." Ucap Yuju menolaknya. "Aku tetap tidak mau. Jadi ceritakan saja." kata Kwangmin mekasa. Yuju langsung menutup bukunya dan pergi melangkah meninggalkan Kwangmin sendirian di koridor sekolah.

"Yyak! Biar aku antar!" Teriak Kwangmin sebelum Yuju pergi lebih menjauh. Tapi sayangnya, Yuju tidak menjawab dan tetap saja pergi meninggalkannya. Kwangmin menghela napas dan membawa helmnya lagi dan melangkah menyusul gadis itu.

Dari balik tembok koridor ternyata Donghyun, Minwoo, Jeongmin, Youngmin dan Hyunseong memerhatikan mereka berdua. "Aku tidak menyangka dia baik pada Yuju" gumam Donghyun merasa aneh. "Beberapa hari ini ia tak seperti biasanya, lebih sering menganggu Yuju." ujar Minwoo juga mengingat kebiasaan mereka dikelas. "Apa mungkin Kwangmin suka dengan Yuju?" tanya Hyunseong hanya menebak saja. "Itu tidak boleh!" Ujar Jeongmin tak setuju.

"Kau suka dengan Yuju juga?" tanya Donghyun bingung. "Jeongmin-ah, aku tahu kau suka dengannya, tapi jangan paksakan dirimu. Itu obsession." Kata Hyunseong sambil merangkul Jeongmin. "Aku hanya mengkaguminya saja. Anggap saja fanboy." jawab Jeongmin dengan santai. "Aiish berhenti bicara, ayo kita pulang.." Youngmin menyandang tas nya dan pergi meninggalkan mereka berlima.

"Kenapa dia begitu?" tanya Jeongmin bingung. "Aku rasa dia juga suka dengan Yuju." ucap Donghyun memerhatikannya dengan tatapan menyelidiki. "Ini gila." ucap Minwoo langsung tercengang. "Gadis itu punya daya tarik tersendiri rupanya." Ujar Hyunseong melirik Jeongmin. "Sudahlah, berikan saja Yuju pada Kwangmin. Aku rasa lebih cocok." ujar Donghyun menyandang tasnya dan melangkah pergi meninggalkannya.

-o-o-o-

Yuju tengah duduk dihalte bus. Ia menunggu bus nya datang sambil memerhatikan jalan. Seseorang datang juga ingin menunggu bus. Ia duduk disamping Yuju sambil membaca sebuah buku. Yuju memerhatikannya. Itu adalah buku kesukaannya, buku tentang vampire. Ia ingin sekali membelinya. Tapi jarak toko buku yang menjualnya sangat jauh. Ia tak mungkin kesana hanya demi sebuah buku.

Tiiitttt tttiiittt

Suara klakson membuat keributan di tengah sunyinya halte. Yuju langsung menoleh kearah motor itu. "Kenapa kau kemari?" tanya Yuju dengan nada cuek. "Kau ingin jalan-jalan?" tanya Kwangmin. "Kemana?" tanya Yuju sebenarnya malas juga pergi. "Ikut saja!!" Bentak Kwangmin seperti pemaksaan. Semua orang yang berada di halte langsung menoleh mereka. Yuju tak suka dilihat oleh orang lain. Ia langsung menunduk dan memakai helm yang diberikan Kwangmin.

Kalau saja orang tak menatapnya begitu, ia tidak akan pergi.

-o-o-

"Sekarang belilah bukumu."

Yuju tercengang saat Kwangmin ternyata membawanya ke toko buku, hanya ingin ia membeli buku itu dan menceritakannya padanya. "Jadi kau memaksaku karna ini?" tanya Yuju dengan tatapan anehnya. "Daripada kau meminjam buku pria yang duduk disamping mu saat di halte. Hahaha" ketawa Kwangmin merasa lucu. "Bilang saja kau ingin juga dicertiakan." ujar Yuju punya alasan lainnya.

"Sudah beli saja, aku sibuk!" Ujar Kwangmin tak bisa berlama-lama. "Tahu diri sendiri sibuk, masih saja mengantarkan orang" gumam Yuju dalam hatinya menggerutu sendiri. Ia pun berkeliling mencari dimana buku-buku itu berada.

Kwangmin hanya menunggunya didekat kasir, ia menoleh kearah earphone yang bergantungan diatas dinding. Terakhir kali ia ingat kalau Yuju merusakan earphone nya sendiri. Dia begitu ceroboh emang.

-o-o-o-

"Ingat! Kau baca bukunya ya, ceritakan padaku besok."

Mereka ini telah berada didepan rumah Yuju, mendengar apa yang dikatakan Kwangmin membuat Yuju mendesis sebal. "Aku bukan pansori" jawabnya dengan tatapan kesal. "Aku tidak mau tahu, ceritakan saja." Kata Kwangmin tak ingin mengalah juga.

Yuju menghela napasnya, ia akhirnya mengalah "Baiklah, akan ku ceritakan besok." jawabnya dengan nada malas. "Bagus!" Kwangmin langsung mengeroboh saku jas nya dan memberikan sebuah plastik kecil. "Apa ini?" Yuju bingung. "Itu earphone, aku membelinya tadi. Aku tahu punyamu sudah rusak." Ucap Kwangmin. "Wahh!!! Makasiihhh!!" Pekik Yuju dengan nada senang. Rasanya ingin sekali ia berjingkrak. "Ya sudah, Masuklah kedalam, aku pergi dulu" Kwangmin menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Yuju sendirian.

"Dia aneh, tapi baik"

__oOo__

Haahh haahhh..

Suara sesakan napas seorang pria yang sedang berlari ditengah hutan yang mengerikan. Ia terus berlari meyelamatkan dirinya dari ancaman. Ia memang tak menoleh kebelakang, tapi firasatnya diikuti membuatnya begitu takut. Wolf itu tersandung oleh akar pohon liar. Ia terjatuh. Kakinya tak bisa bangkit.

Ia menoleh kearah lain dan masih tiarap. Disampingnya ada kaki seseorang yang memakai highkeel berwarna hitam. Saat ia mengadahkan kepalanya keatas, ia melihat seorang gadis memakai jubah merahnya.

"Sudahku katakan, kau akan ku temukan walaupun kau melarikan diri."

Gadis itu mengeluarkan sebuah belati yang sering ia gunakan. "Kau akan mati dengan tenang."

"AAAAKKKHHH!!!"

Riding Hood, dia kembali untuk membunuh wolf lagi. Ia mencabut pisaunya dari tubuh pria itu. Darah mengalir dari ujung pisau. Ia menatap pisau itu, aura semakin kuat. Jika ia dapat membunuh banyak wolf, maka aura pisau itu bisa mengalahkan seseorang yang harus ia bunuh suatu hari nanti. Yuju—Riding Hood, ia langsung meninggalkan jasad pria itu tergeletak ditengah hutan.

Tak lama setelah itu, seperti biasanya. Pahlawan selalu terlambat. Mereka melihat mayat yang tak berdaya sekarang. Ini sudah sekian kalinya mereka hanya meratapi mayat. "Kenapa kita selalu terlambat!!" Pekik Donghyun sudah tak tahan dengan emosinya. Ia merasa ia sudah gagal melindungi mereka semua. Jeongmin, Hyunseong dan Minwoo hanya diam. "Sebaiknya kita berdoa saja." ujar Youngmin terlihat putus asa.

Kwangmin mengempalkan tangannya. Ini sudah tak bisa ia biarkan. "Aku harus mencarinya" ujarnya seperti bergumam. "Apa kau gila?" tanya Youngmin kaget. Kwangmin tak menghiraukannya, ia tetap gegabah pergi mencari Riding Hood itu. "Jo Kwangmin!!" Teriak Youngmin melarangnya. Tapi tetap saja Kwangmin tetap ingin mencarinya.

"Kita tak bisa membiarkannya!" Ujar Donghyun mengejarnya. Youngmin, Hyunseong, Jeongmin dan Minwoo langsung mengikuti mereka.

-o-o-o-

Riding Hood, Yuju tengah berjalan ditengah hutan menjauh dari wolf. Wajahnya masih sama, tertutup oleh jubah merahnya. Memegang pisau itu dengan erat.

"Jamkkan!!"

Riding hood—Yuju—ia langsung terlonjak kaget dan berhenti. Seorang pria yang memanggilnya juga ikut berhenti. Jarak mereka lumayan jauh. "Apa kau Riding hood itu?" tanya Kwangmin, ia akhirnya berhasil mengejarnya. Gadis itu tak berpaling, jika ia berpaling ia akan ketahuan. "Jawab pertanyaanku!" Teriak Kwangmin penuh emosi. Tapi , Riding hood—Yuju—perlahan melangkahkan kakinya ingin pergi.

Kwangmin tak ingin membiarkan Riding hood itu pergi. Tapi saat ingin mengejarnya, sebuah serangan tiba-tiba datang. Beberapa orang datang menghadangnya. Tak tahu siapa gerangan mereka itu. Mereka memakai topeng dan jubah berwarna hitam. Yuju langsung merasa tenang, ia melanjutkan perjalanannya. Ia mengira hari ini tak akan selamat. Untung saja ketua, Kwon Sangwoon mengutus seseorang untuk melindunginya.

Dalam sekejap mata, kabut tebal datang menghampiri. Ia masuk kedalam kabut itu dan kemudian menghilang bersama tebalnya kabut itu. Beberapa orang memakai jubah berwarna hitam itu juga melarikan diri entah kemana. "Aissh!!" Gerutu Kwagmin dengan sangat kesal dan marah. Tiga kalinya Riding Hood lolos darinya

"Aku akan menangkapmu"

__oOo__

"Aku tidak tahu kau akan datang"

Sebuah tempat terlihat sangat megah, seperti sebuah istana. Tempat dimana Riding Hood tinggal dan bersembunyi. Terutama mereka memiliki seorang ketua, Kwon Sangwoon. Ialah pria yang membawa seorang gadis kecil untuk masuk kedalam kehidupan mereka. Belajar bagaimana caranya bela diri dan membunuh orang lain.

"Tentu saja aku harus melindungimu. Kau adalah permata Riding Hood." Ujar Sangwoo sambil menuangkan segelas wine untuk seorang gadis yang ia lindungi tadi, Yuju. "Kau juga harus membunuh wolf tadi." lanjut Sangwoon. "Apa wolf yang mengejarku adalah dia?" tanya Yuju masih tak tahu siapa orang yang memanggilnya. "Mereka ada enam orang, tapi dialah kunci kekuatan wolf." jawab Sangwoon meminum wine nya.

"Kau begitu lambat membunuhnya, Yuju sayang." Ujar Sangwoon dengan sikapnya yang angkuh. "Aku sedang memikirkan cara lainnya." jawab Yuju masih tak meminum wine nya. "Lakukan apapun sebelum gerhana bulan." Sangwoon menaruh gelas wine nya dimeja. "Jangan mengatakan apapun lagi, aku sudah tahu." Ucap Yuju tak suka di ceramahi.

Sangwoon selalu menganggap Yuju adalah kesayangannya, ia memperlakukannya dengan baik dan terkadang menuruti apa yang ia mau selagi ia dapat apa yang ia inginkan. Karna itu ia tak pernah bersikap kasar padanya. "Tidak lama lagi aka nada gerhana bulan. wolf sedang mencari sesuatu yang berharga."

"Berharga? Apa itu?"

Yuju langsung penasaran.

Sangwoo akhirnya mulai menceritakan tentang kalung pemberian dari Ibunya Yuju sendiri. Pearl bead. Itulah yang dilindungi oleh wolf untuk menjadi kuat. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya. "Jangan biarkan kalung ini terlepas darimu. Semakin gerhana datang. Aura pearl bead akan semakin kuat." Ujar Sangwoon memberikan kalungnya. Yuju mengambil kalung itu dan memerhatikannya. Terlihat indah dan berkilau. Tapi ia bingung akan satu hal,

Kenapa ibunya memiliki ini?

__oOo__

"Kau melihat Kwangmin?"

Youngmin sekali lagi mencari-cari anak itu, entah hilang kemana dia saat diperlukan. Yuju menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak tahu. "Aish! Kenapa dia suka sekali menghilang!" Gerutu Youngmin seperti ingin frustasi. "Kau pasti tahu dimana dia, kan?" tanyanya sekali lagi. "Aku serius, aku tidak tahu dimana dia. Mungkin hampir setiap hari kami bersama, tapi tidak sesering itu." jawab Yuju sudah lelah mengatakannya berkali-kali.

"Ahh ya sudahlah, kalau kau bertemu dengannya, katakan temui aku."

-o-o-o-

Cause your body goes boom bara boom~

Yuju tengah enak mendengarkan lagu kesukaannya lagi, kali ini ia memakai earphone baru. Ia mendengarkan lagu Witch sambil berjalan-jalan mengitari taman sekolah. "geojisirago haedo joha, jinshimi aniramyeon eottae~" Yuju bernyanyi dengan santai. Kemudian sebelah earphonenya jatuh. Saat ingin memasangnya lagi, ia mendengar lagu yang sama dengan apa yang ia dengar sekarang. Ia menoleh kearah sebuah bangku panjang ditaman sekolah, seorang pria duduk disana. Kalau diperhatikan dari belakang, Yuju tahu siapa pria itu.

"Kau mendengar lagu ini juga?"

Kwangmin tiba tiba kaget mendengar suara seorang gadis yang ia kenal. "Jangan membuatku kaget seperti itu" Ujarnya memperingatkannnya. "Wae? Kau saja mengagetkanku berkali-kali." Ucap Yuju protes. "Itu beda lagi ceritanya" Kwangmin mulai ngeles.

"Dasar.." gumam Yuju sepintas. Ia mengenakan earphonenya lagi. Kwangmin langsung memegang tangannya "Untuk apa kau menutup telingamu? Lagu yang kita putar bukankah sama?" tanya Kwangmin. "Terus memangnya kenapa?" tanya Yuju dengan nada heran. "Gunakan saja satu ponsel." jawab Kwangmin ingin mendengarkan lagu bersamanya. Karna sikap anehnya itu, Yuju tak ada pilihany mengikuti perkataannya.

Neoneun geochiraseo yeppeo, neo neun wiheomhaeseo kkeulleo

Maebeon dachilgeol da almyeonseo nan neun

Ne jangnane nureuna

Mothal geotdo eobseo, nae jeonburado julge

Naui gyeotte, geujeo gyeotte, geugeomyeon dwae~

-o-o-o-o-

"Aisshh kenapa kau mengikutiku pulang?"

Yuju merasa risih dengan Kwangmin yang mengikutinya pulang kerumahnya. "Kau tahu kenapa Youngmin mencariku? Dia meminjam motorku. Jadi aku lebih baik naik bus." Kwangmin sebenarnya juga malas jalan kaki, tapi apa yang harus ia lakukan? "Kenapa kau tidak ikut yang lain?" tanya Yuju kini berjalan mundur. "Aku hanya ingin mencoba rasanya naik bus." Kwangmin terus saja mencari alasan yang kuat.

Yuju menghela napasnya dan berjalan cepat meninggalkan Kwangmin "Yyak! Tunggu!" Kwangmin berlari mengejarnya perlahan. Ia terus menerus memanggil Yuju. Tetap saja, Yuju tak mendengarkannya, karna ia memanggilnya dengan sebutan yang bermacam-macam bukan namanya. "Choi Yuju!" Yuju langsung menoleh kebelakang.

"Akhh!"

"Woy!!"

Kwangmin tercengang saat melihat Yuju menabrak seseorang. Baju pria itu kotor karna minumannya tumpah. "Mianhaeyo... aku tidak sengaja." Yuju menundukkan kepalanya dengan ketakutan yang luar biasa. "Dimana matamu?! Lihat baju ku kotor! Harganya satu juta won! Ganti!!" Bentak pria itu, wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Temanku sudah meminta maaf, seharusnya kau tak meminta ganti rugi" Kwangmin datang membela Yuju. "Hey kau! Apa kau mau bayar satu juta won itu, hanya untuk gadis bodoh ini?"tanya pria itu. Kwangmin menghela napas "Aku tidak akan bayar pakaian murahan itu." Pria itu langsung kesal dengan mereka.

"Boss!!"

Ternyata Pria itu memiliki anak buah!

"Ohh tuhann.." gumam Yuju mulai ketakutan. "Kau memperburuk keadaan." Ujar Yuju memukul Kwangmin berkali-kali. "Aku tidak tahu kalau dia punya anak buah." kata Kwangmin selangkah demi selangkah mengajak Yuju mundur.

"Hey! Kalian! Tangkap mereka!!"

Anak buahnya langsung bertindak. Kwangmin langsung berbalik dan memegang Yuju serta menariknya untuk lari dari mereka semua.

Mereka terus berlari tanpa henti sepanjang jalan. Bahkan berpikir kalau ini adalah hal yang menegang dalam sebuah film layar lebar. Dikejar oleh penjahat sungguhan. Kwangmin tak pernah melepaskan tangan Yuju, ia mengenggamnya dengan erat sekali "Aku capek!" ucap Yuju sudah merasa tidak kuat. "Aishh! Tahan saja!" kata Kwangmin masih menyeretnya.

"Aku benar-benar tidak kuat!" Kata Yuju akhirnya berhenti. Mereka tidak mungkin harus tertangkap oleh anak buah itu. Kwangmin langsung menoleh kesegala arah. Pandanganya tertuju satu tempat "Ikut aku!!" Kwangmin menarik Yuju lagi kesuatu tempat.

"Dimana mereka?!!"

Anak buah pria itu menuju kebelakang minimarket. Tak ada siapapun disana. Padahal mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri, kalau dua orang itu lari kebelakang. Hanya sebuah tempat tong sampah yang besar. Salah satu pria itu mendekati tong sampah.

Suasana semain deg-degan, jantung berdegup sangat kencang. Kwangmin dan Yuju bersembunyi dibalik tong sampah yang besar itu. Bau sampah bercampur dengan rasa takut. Kwangmin memeluk dan menundukan kepala Yuju yang tampak ketakutan.

"Cari tempat lain saja! Disini bau!"

Ujar Salah satu dari anak buah itu tidak betah ditempat yang kotor. Akhirnya mereka semua pergi meninggalkan tempat itu.

"Ahhh... Hampir saja tertangkap."

Kwangmin melepas pelukannya dan bernapas lega. "Ahh, untung saja" kata Yuju merasa lega. "Terima kasih, aku kira aku akan mengganti uangnya." Ujar Yuju menoleh menatap Kwangmin yang bersandar di dekat tong sampah. "Tidak masalah." kata Kwangmin dengan sikap biasa saja.

"Ahh aku tidak habis pikir apa yang akan ku lakukan setelah menggantinya. Mungkin aku harus mencari pekerjaan untuk bertahan hidup." Ungkap Yuju sambil melamun kearah lain. Kwangmin memerhatikan tingkahnya, memerhatikan wajahnya. Tanpa berkedip sedikitpun. Rasa yang aneh muncul mendesis di sekujur tubuhnya. Ingin mengatakan sesuatu padanya, dan akhirnya sekarang waktunya

"Choi Yuju.."

"Apa hmm?"

"Aku menyukaimu"

"Apa yang kau..."

Yuju yang hanya fokus dengan kakinya yang pegal menjawab sembarangan. Tapi ia sadar. Kalimat itu langsung terputus. Matanya langsung membulat penuh kaget. "Apa?!!" Pekiknya tak percaya. Ia langsung cengo. Setahu dirinya, pria yang disampingnya ini tak akan pernah mengerti perasaan orang lain, dan tak akan mudah suka dengan seseorang. Tapi hari ini mengatakan suka padanya? Apa ini mimpi?

"Kau bercanda.." Ujar Yuju tak ingin langsung dirinya merasa senang. Ia punya pikiran yang bercabang-cabang untuk itu. "Aku serius. Aku menyukaimu." Kali ini Kwangmin mengungkapkannya dengan nada serius. Melihat wajah serius itu tak ada kebohongan terselip. "Kenapa kau bisa menyukaiku? Kapan itu?" tanya Yuju masih tak percaya padanya.

"Aku tidak tahu. Tapi saat bersamamu, kenapa aku merasa kau berbeda. Takut kehilanganmu dan aku nyaman denganmu." kata Kwangmin menjawab pertanyaannya. "Biarkan aku memikirkannya." Yuju langsung berdiri dan perlahan keluar dari persembunyian meninggalkan Kwangmin.

Aku tahu, kau masih belum bisa menerimaku...

-o-o-o-

Kwangmin menghempaskan dirinya disebuah tempat tidurnya yang nyaman nan empuk itu. Ia mulai memandang ke langit-langit kamarnya dan memikirkan hal siang tadi. Yuju tak percaya dengan perkataannya, karna dirinya sendiri membuat gadis itu menyerah. Ahh! Apa yang telah dia lakukan emang bodoh!

"Kwang? Kau sudah pulang?"

Seseorang menampakan batang hidungnya dari balik pintu. "Ohh hyung" Kwangmin langsung membenarkan posisinya dengan duduk diatas tempat tidur. Youngmin masuk kedalam kamar dan tiduran di tempat tidur Kwangmin "Ahh, selagi tidak ada Jeongmin, sudah lama kita tak berdua didalam." ujar Youngmin ingin flashback saat masa kecil mereka. Kwangmin hanya diam. Memang sudah lama mereka tak melakukan sesuatu secara berduaan.

"Kau ingat? Saat orang tua kita masih ada, kita sering bermain dengan teman lainnya. Jika ada wolf yang mengejekmu, aku selalu membelamu." kata Youngmin dengan santai. "Saat itu, sifatmu tak berubah, nakal, hiperaktif." Lanjut Youngmin merasa adiknya tak seperti dulu. "Aku lebih suka mengingat saat itu aku jatuh dari ayunan, tapi yang menangis adalah kau hyung." Ejek Kwangmin sambil tertawa. "Ya, saat itu aku panik. Kakimu juga terluka." jawab Youngmin ngeles.

Baru saja mereka bicara, beberapa detik kemudian suasan berubah menjadi sunyi lagi. Jika ada jangkrik disana, mungkin menjadi penonton mereka. "Ohh ya, apa kau suka dengan Yuju?" tanya Youngmin tiba-tiba. Kwangmin mendengarnya sedikit kaget, tapi ia tetap diam dan memikirkan hal lain.

"Kenapa kau tidak jawab? Kau suka apa tidak?"

" Aku suka padanya."

Kwangmin terlihat seperti seseorang yang pasrah saat mengatakannya. Ya, karna ia masih menunggu jawaban yang tidak pasti itu. "Aku sudah tahu sejak kalian dekat. Kau juga begitu banyak perubahan, kembali ceria." ungkap Youngmin selalu memerhatikannya. Kwangmin hanya menghelakan napasnya. Akhirnya ia ikutan rebahan di samping Youngmin sambil merentangkan tangannya.

"Hyung... Apa yang harus aku lakukan? Dia tidak percaya." Ucap Kwangmin sambil menatap langit langit kamarnya itu. Youngmin menoleh ke Kwangmin yang masih menatap langit langit kamarnya. Baru kali ini Kwangmin ingin menceritakan tentang perasaannya.

"Kau ingin tahu?"

"Iya aku ingin tahu, hyung..."

"Tapi janji belikan aku boneka larva" Kata Youngmin menatap langit langit kamar Kwangmin sambil tersenyum. Kwangmin langsung meliriknya, tak di sangka kakaknya itu masih suka dengan boneka anak kecil. Padahal ia kira hanya menyukai kartun. "Hahaha, jangan dipikirkan begitu dalam. Aku akan membantumu" ujar Youngmin sebenarnya bercanda.

"Tapi kau serius membantuku, hyung?"

"Tentu aku serius!" Sahut Youngmin protes.

__oOo__

"Ahh!! Tidak mungkin!!"

Yuju berteriak sambil menutup telinga dengan bantal. Ia masih tak percaya Kwangmin menyukainya. Berharap itu adalah mimpi ditidur siangnya. Tapi di sisi lain ingin mimpi itu menjadi kenyataan. Wajahnya memerah jika selalu mengingatnya. Yuju berjalan kedapur mengambil minumannya. Dia perlu melancarkan pikirannya. Mungkin ia terlalu stress juga untuk mengingat apa yang dia dengar

Aku menyukaimu

Pikirannya semakin kacau!

"Ahh! Jangan pikirkan hal bodoh Yuju-ya!!

Pekiknya pada dirinya sendiri sambil memukul kepalanya. Setiap ingin melupakannya, malah terus teringat. "Ahh gila!!" Yuju mengacak rambutnya frustasi. Ia senang dengan hal itu, tapi ia masih ragu.

Apa benar pengakuan itu sungguhan atau hanya kebohongan belaka?

Tttiiinggg... ttoonnggg

Suara bel sudah berkali-kali ditekan. Yuju menutup telinganya karna suara bel itu sangat ribut sekali. Sekarang ia berpikir untuk tidak memasang bel lagi dirumahnya. Tapi lebih mengerikan jika seseorang mengetuk pintu rumah, terutama dimalam hari.

"Tunggu sebentar!"

Yuju berlari menuju pintu depannya, ia langsung membukakan pintu rumahnya. Seorang pria telah berdiri didepan rumahnya. "Oppa?" gumamnya bingung kenapa Youngmin kerumahnya. "Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat." Jawab Youngmin sambil tersenyum. "Kemana?" tanya Yuju penasaran. "Yahh suatu tempat, tapi kau harus berpakaian cantik hari ini." Ujar Youngmin terlihat senyum-senyum sendiri. Padahal Yuju memerhatikannya aneh.

"Ahh, aku tidak mau. Aku tidak ada apa waktu untuk itu" Yuju ingin menutup pintunya. "Ehhhh!!" Dengan menaruh kakinya disela-sela pintu dan menahan dengan badannya "Ayolah sekali sajaa" kata Youngmin memohon sambil menahan pintunya. Yuju berpikir sejenak, sementara Youngmin asik memohon padanya, membujuknya pergi. Karna tak punya pilihan, ia menghela napasnya

"Arraseo, Aku pergi."

-o-o-o-

"Kenapa kita ke sekolah dimalam hari?"

Mereka kini berada di didalam sekolah, tepatnya di koridor sekolah. Yuju sudah berpakaian yang sangat cantik malam ini. Dia juga menggunakan makeup yang tak terlalu tebal. "Kau lihat saja nanti" Jawab Youngmin sudah malas dengan semua pertanyaan itu. Sejak di dalam mobil, Yuju sudah menanyakan hal itu dari tadi. Yuju benar-benar jadi penasaran.

Tiba tiba lampu yang berada dikoridor sekolah langsung redup. "Aa!!! Ada apa ini?!!" Yuju kaget dan langsung memegang tangan Youngmin. Ia mulai berpikir ini adalah horror. Apa ada hantu? Apa sekarang ini akan seperti di film? Dihantui oleh makhluk aneh? Tapi, pikiran itu hilang sejenak saat melihat kelopak bunga yang berserakan dilantai koridor sekolah. "Warna merah? Bunga Mawar?"gumam Yuju melihat kelopak bunga yang berserakan.

"Pergilah sana, tidak akan terjadi apapun." ungkap Youngmin menyuruhnya pergi mengikuti bunga-bunga itu. "Kau yakin aku tidak akan apa-apa?" tanya Yuju masih sedikit takut. "Pergi saja kesana!" Youngmin sudah geram dengannya, ia mendorong Yuju perlahan menyuruhnya pergi.

Dengan perasaan yang berdebar-debar ia melangkahkan kakinya perlahan. Terus mengikuti kelopak bunga itu sampai akhirnya jejaknya hilang didekat tangga menuju keatas rooftop sekolah. Yuju tahu maksudnya, ia harus keatas. Perlahan ia melangkah menaiki tangga. Setiba diatas, disana benar benar gelap. Tidak ada satu pun cahaya terkecuali cahaya bintang sekarang.

Yuju menoleh ke sekitar rooftop "Tidak ada orang" gumamnya terus melangkah di atas rooftop. Saat ia memutuskan kembali, ia baru sadar ada seseorang yang berdiri di tepi rooftop. Ia langsung mengurungkan niatnya dan tetap berdiri. Pria itu memutarkan kepalanya Sembilan puluh derajat dan melihatnya. "Kwangmin?" gumam Yuju sedikit kaget dan bingung.

Kwangmin perlahan-lahan menghampirinya

"Kau sudah datang"ucap Kwangmin.

"Untuk apa kau menyuruhku kesini? Kenapa kau ingin bertemu denganku?" ucap Yuju melihat-lihat sekitar yang begitu gelap dan menakutkan. Ia tak suka keluar pada malam hari, kecuali sebuah bulan berada diatas langit. "Maafkan aku menyuruhmu ketempat yang gelap ini" ujar Kwangmin dengan wajah datarnya. "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" tanya Yuju sambil menghela napasnya.

"Aku benar-benar menyukaimu"

Perkataan itu keluar dari mulut Kwangmin sekali lagi. Yuju hanya menghela napasnya sambil menatap Kwangmin "Bukankah waktu itu kau pernah bilang tidak menyukaiku?"

"Aku memang salah mengatakan hal itu padamu. Aku menyesal. Aku terlalu terobsesi padanya. Aku saat itu tidak tahu apa yang aku katakan, aku sangat emosional. Aku menyesal." Ungkap Kwangmin dengan wajah yang serius dengan rasa penyesalan yang ia tahan selama ini. Yuju hanya terdiam mendengarnya, ia sama sekali tak ingin bicara.

Kesalahan dan penyesalan tidak bisa diabaikan, tapi tak bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya. Tapi sekarang, ia hanya perlu isi hatinya. Itulah paling penting baginya. Kwagmin perlahan memegang tangan seorang gadis yang membuatnya jatuh kedalam hatinya. Ia menatapnya dengan tatapan yang meyakinkan dengan pilihannya.

"Aku tahu kau adalah gadis yang menyebalkan, cerewet, pemarah. Tapi melihatmu lebih dalam aku semakin tertarik. Hatiku selalu luluh. Karna itu, bisakah kau mengenggamku?" ungkap Kwangmin meyakinkannya. Yuju hanya menunduk, dia sedikit takut mengambil keputusan.

"Jika tidak, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri, kau bisa berjalan walaupun itu berjauhan dariku. Jika kau benar benar keberatan, silahkan jalanlah dijalan pilihanmu sendiri, aku hanya bisa tersenyum disetiap langkah kaki kebahagiaanku tanpamu.." Perkataan yang kedua ini membuat perasaan Yuju semakin kacau, tapi ia tahu apa yang ia ingin jawab. Kwangmin menggengam tangannya heart dengan penuh harapan.

"Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri. Aku tidak akan berjalan ditempat yang berjauhan darimu." Jawab Yuju dengan tatapan yang tampak mulai berkaca-kaca. Senyuman yang tulus dan manis seperti kembang gula terpancar di wajahnya. Kwangmin langsung menghela napas seraya tersenyum. Tanpa pikir panjang ia langsung menarik Yuju kedalam pelukannya. Memeluknya erat tak ingin kehilagannya.

Prov Yuju

Sejak dulu, aku benar benar berpikir bahwa setiap aku menyukai seseorang, maka orang yang kusukai tidak akan membalasnya. Aku hanya berpikir untuk diam dan berusaha melindunginya secara diam diam, agar ia tidak mengetahui perasaanku yang sebenarnya masih menyukainya. Aku terus berbohong terhadap perasaanku yang sebenarnya menyukainya—tapi aku sekali lagi mengungkapkan padanya bahwa aku masih menyukainya..

Bukan hanya menyukainya... bahkan mencintainya...

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
945K 41.3K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
266K 21.1K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...