Roulette 「COMPLETE」

By 24mcgn

40.3K 4.2K 307

1... 2... 3... 4... Bang!!! "Aku yang memilihmu, Jeonghan. Jadi ikutilah permainanku." - Seungcheol "Cih! Das... More

Prolog
Chapter 1 : It's Only The Beginning
Chapter 2 : Found Ya!
Chapter 3 : Two Different Purposes
Chapter 4 : He's Too Kind
Story's Explanation
Chapter 5 : Hidden Intent
Chapter 6 : Talk
Chapter 8 : "4"
Chapter 9 : Trust
Chapter 10 : Bond Between Us
Chapter 11 : Secret
Chapter 12 : The Storm [nc-21]
Chapter 13 : Danger
Chapter 14 : Rouge
Chapter 15 : Bad Omen
Chapter 16 : Last Minutes
Chapter 17 : Weeping Night
Chapter 18 : A Difficult Task
Finale : Decision
Epilogue 1
Epilogue 2

Chapter 7 : Game Start

1.8K 186 9
By 24mcgn

Preview

Aku mengatakannya dengan menunduk. Bukannya aku memaksa, tapi aku hanya merasa ini sudah tugasku. Kuhela nafasku ketika sejenak kemudian dapat ku dengar langkah kakinya yang semakin mendekat dan berhenti. Aku bisa menebak, dia tepat berada di sebelahku saat ini.

"Kau benar, tapi aku masih tak ingin melibatkanmu saat ini. Jadi menurutlah. Dan-"

Kurasakan tangannya berada di pipiku. Ia membuatku melihat ke arahnya secara paksa. Membuatku menatap tepat di matanya. Lagi-lagi aku tersihir oleh matanya.

"-kau tak seperti biasanya. Kurasa suasana hatimu sedang buruk.  Akan sangat bahaya jika aku membiarkanmu mengambil pekerjaan ini. Istirahatlah, Jeonghan. Selamat malam."

S.Coups mengecup pelan dahiku ketika ia selesai mengatakannya. Membuatku terdiam dan hanya melihatnya yang sudah mulai menjauh. Ya, ia berjalan menuju pintu dan berpamit untuk pulang. Aku ingin membalas ucapannya-atau setidaknya memakinya karena ia menciumku tanpa izin-tapi tak ada satu suara pun yang dapat ku keluarkan. Lidahku serasa kaku dan mataku hanya dapat mengikuti kemana ia pergi. Telingaku hanya dapat menangkap suara pintu yang tertutup dengan sedikit keras. Dan semua perkataannya serta tingkahnya kembali berulang di otakku. Seharusnya dia tak perlu mengatakan itu kan? Ya kan? Ataupun mengecup keningku? Kututup sedikit mulutku dan kutundukkan wajahku ketika aku merasakan tubuhku memanas.

"Sialan kau, S.Coups."

Sumpah serapah pelan kuucapkan. Karena aku tau, permainannya ini bukan hal yang sederhana.

***

Jeonghan POV

Sudah seminggu aku tak menemui S.Coups ataupun Jisoo. Ah... untuk S.Coups karena memang dia tak menghubungiku. Jadi untuk apa aku menemuinya? Sedangkan Jisoo... aku tak dapat menghubunginya lagi. Entahlah. Akhir-akhir ini kurasa ia begitu sibuk. Dan aku tak ingin ikut campur lagi. Untuk pertama kalinya hidupku terasa sangat tenang. Terasa santai dan tak memiliki beban.

"Pagi, Cantik."

Kudengar sebuah suara yang sangat ku kenal menyapa telingaku. Membuatku menoleh dan menatapnya sengit.

"Sejak kapan kau jadi menjijikan, Wonwoo-ya?"

Wonwoo hanya tertawa mendengar perkataanku dan menarikku memasuki kelas. Seperti biasa, orang-orang masih saja memanggilku secantik malaikat. Membuatku ingin tertawa. Bagaimana ekspresi mereka dan apa yang akan mereka katakan ketika mereka melihat diriku yang sesungguhnya. Diriku yang tak pantas disebut cantik dan lebih pantas disebut menjijikkan.

Aku sedang melihat ponselku ketika aku ingat ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada sahabatku. Terlebih mengenai kedekatannya dengan Mingyu. Sejak kapan mereka dekat? Dan setauku, sahabatku ini bukan orang yang mudah di taklukan. Tapi ternyata seleranya sama saja. Dia mudah juga ditaklukan oleh seseorang seperti itu.

"Wonwoo-ya, sejak kapan kau dekat dengan Mingyu?"

Pertanyaanku yang tiba-tiba membuat Wonwoo langsung menoleh ke arahku. Dapat kulihat wajahnya yang menegang. Tak seharusnya ia seperti itu kan? Bukankah ia bisa sedikit lebih santai? Lagipula pertanyaanku bukan pertanyaan yang aneh. Hanya tiba-tiba saja.

"Ah... kami mulai dekat beberapa hari yang lalu. Itu karena kami bekerja di tempat yang sama."

Bekerja? Setauku Wonwoo paling tak mau jika di suruh menggerakkan tubuhnya.

"Kau bekerja?"

"Ah... y-ya. Aku bekerja di... restoran. Bersama Mingyu."

Aku hanya menjawabnya dengan oh saja. Jawabannya yang sedikit tergagap membuatku sedikit curiga. Sepertinya ada yang di sembunyikannya. Tapi, siapa peduli. Mungkin ia tak mau tau kalau mereka memang sedang dekat. Dan mungkin... mereka sudah lama kenal. Masa bodoh.

Kuletakkan kepalaku di atas meja saat percakapan kami selesai. Baru kali ini aku merasa tak betah di kampus. Jujur aku ingin hari ini segera selesai. Tubuhku terasa lelah walaupun tak ada aktivitas berat yang kujalani.

"Hey, Jeonghan-"

Kudongakkan kepalaku ketika kudengar suara sahabatku. Maaf, aku terlalu malas untuk menjawab.

"-Kau pergi dengan "orang itu" di hari ulang tahunmu?"

Hanya kuanggukkan kepalaku. Anehnya, Wonwoo memberi tanggapan seolah itu hal yang wajar.

"Aneh saja. Kekasihmu mendatangi apartemenku malam itu."

Eh? Mendatangi apartemen Wonwoo? Bukannya Jisoo mengatakan kalau mereka berpapasan? Kuberikan pandangan penuh tanda tanya. Karena yang benar saja, pernyataan mereka berbeda. Dapat kulihat Wonwoo menghela nafas saat ini. Kurasa ia mengerti dengan tatapan yang kuberikan.

"Jisoo, mendatangi apartemenku dan mencarimu. Dan itu hampir tengah malam. Awalnya kukira Mingyu karena ia lah yang mengantarku pulang dan mungkin ada barangnya yang terbawa olehku. Tapi saat pintu terbuka, yang kulihat ternyata kekasihmu. Saat itu, dia menanyakan dimana dirimu dan kujawab mungkin kau sudah tidur di apartemenmu dan tak ada urusannya dia ke tempatku. Awalnya dia terlihat tak percaya tapi aku berhasil meyakinkannya. Karena yah... kau bilang kau tak mau Jisoo tau masalah soal "orang itu", ya kan? Dan kurasa, malam itu dia sedikit aneh. Jika dia bertugas, dia akan memakai pakaian yang jadi ciri khasnya kan? Tapi malam itu tidak. Dan benar saja, saat aku bertanya apa dia bertugas, dia menjawab tidak."

Kalau kuingat lagi, pagi itu Jisoo sedang memakai pakaian bertugasnya. Dan sepertinya ia juga tak menungguku di apartemen semalaman. Mungkin saja ia baru saja sampai apartemenku beberapa menit sebelum aku datang. Tak ada yang aneh dari caranya berpakaian. Tapi kenyataan bahwa Jisoo mendatangi apartemen Wonwoo membuatku sedikit kaget. Tak biasanya ia bertindak seperti ini. Khawatir? Bisa jadi.

"Jisoo... mungkin terlalu lelah. Akhir-akhir ini ia sibuk. Jadi ia khawatir karena aku tak kunjung pulang."

Wonwoo hanya mengangguk saja. Seolah ia mengerti situasi yang sedang terjadi. Walaupun kuakui, aku sedikit tak suka jika kekasihku itu bisa mengunjungi apartemen Wonwoo tapi tak bisa menghubungiku sedikit pun.

Suara jatuh yang keras membuatku menoleh, memotong percakapan kami. Mataku mendapati seseorang yang tengah terduduk. Sedikit jauh dari tempatku, tapi dapat terlihat jelas apa yang terjadi. Terlihat jelas seseorang itu-entah siapa-dikepung oleh empat orang dan kepalanya di benturkan ke dinding. Tubuhnya yang jatuh setelah benturan itu di pukul dan di tendang. Brutal. Aku tak tau apa yang terjadi diantara mereka tapi mereka memukuli seseorang saat ini. Berani sekali. Ini masih di kampus dan siang hari, tapi hal seperti ini... memangnya mereka tidak takut? Aku saja hanya melakukannya malam hari di kegelapan. Wonwoo yang di sebelahku pun hanya bisa menatap horror. Dan kalau tak ada yang menghentikan... bisa-bisa kami semua di hukum.

"Hei, sampah. Bisakah kalian berhenti? Membuat keributan saja."

Bibirku spontan mengucapkan kata-kata yang tak biasanya kuucapkan di kampus. Ah... aku kelepasan. Karakter asliku keluar sendiri. Yasudahlah... sekalian saja menggertak. Kuhampiri mereka dengan tatapan dingin yang biasa kuberikan saat menghabisi mangsaku. Aku sebisa mungkin mengontrol emosiku karena aku tak boleh kelepasan kali ini. Kalau tidak, aku akan menghabisi mereka satu-persatu.

Tatapan mereka yang bertemu denganku menyiratkan perasaan yang sangat marah. Dude, aku tak tau masalahmu tapi, segera enyahlah dari tempat ini. Beberapa detik setelah kami bertatapan, mereka pun melangkahkan kakinya meninggalkan korbannya. Bahkan salah satu dari mereka sempat berdecih sebelum meninggalkanku bersama korbannya. Dapat kulihat sebuah pecahan kaca dari lensa kacamatanya. Bingkainya bahkan terlihat bengkok. Sepertinya tak sengaja terinjak. Hah... pasti anak lemah korbannya.

"Kau tak apa?"

Hanya anggukan yang kudapatkan sebagai jawaban. Ah... pasti anak itu kesakitan sampai tak bisa bicara. Kasian juga. Kacamatanya juga rusak. Apalagi... eh? Kok... wajahnya seperti pernah lihat?

"Kamsahamnida."

Ia langsung berdiri dan berbalik setelah ia mengucapkan terima kasih. Membuatku menjadi terdiam. Bukan. Bukan karena kelakuannya yang tak sopan. Tapi, karena suara dan wajahnya yang sangat familiar dengan seseorang. Dia mirip seseorang. Seseorang yang cukup familiar rasanya.

Sebuah tepukan pada pundakku menyadarkanku dari lamunan. Kulihat Wonwoo lah yang menepuknya. Ia memberikan tatapan yang tak dapat ku deskripsikan. Antara kaget atau khawatir... atau... entahlah. Aku berdiri dan menghadapnya, akan berlalu pergi. Jujur, aku tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapku saat ini. Masa bodoh jika mereka mengejekku karena aku menolong seseorang. Seburuk apapun aku, aku juga masih memiliki rasa belas kasih terhadap orang yang tak mencari masalah denganku. Bedakan dengan sampah-sampah itu.

"Kau hebat sekali. Tapi lain kali, jangan sampai berurusan dengan mereka lagi, Jeonghan-ah."

Ucapannya membuatku terdiam dan membalikkan badan. Ingin ku balas ucapannya saat dia menatapku. Tatapan yang mengatakan bahwa aku harus menghindar jika sifat asliku tak ingin terbongkar. Dan apa yang kulakukan. Aku hanya menggaruk leherku yang tak terasa gatal karena mengerti.

"Hah... baiklah. Terima kasih telah mengingatkan."

Wonwoo hanya tersenyum dan kembali menyeretku masuk kelas. Aku yang kembali duduk di bangkuku merasakan sesuatu yang bergetar. Ah... semoga saja ini kabar dari kekasihku. Sebuah pesan yang masuk membuatku kembali tertunduk lesu. Lagi-lagi bukan darinya tapi dari S.Coups. Ia mengatakan bahwa ia memintaku datang ke taman kota sore ini. Baiklah... sepertinya perburuan akan dimulai kembali.

Aku memberi tahu Wonwoo tentang rencanaku hari ini. Ah... tenang saja, Wonwoo sudah tau semua yang kulakukan dan dia akan tutup mulut. Pemberitahuanku kali ini tentunya, meminta bantuannya. Apalagi kalau untuk merahasiakan rencanaku hari ini dari Detektif Kepolisian Super Sibuk. Ah... semua itu agar ia tak mengganggu saja. Bayangkan kalau hari ini aku bertemu Bos Besar dan dia tiba-tiba datang dan ikut campur? Melayang saja nyawa dan kepalaku.

***

Disinilah aku sekarang. Di taman kota yang cukup ramai. Aku hanya duduk saja karena S.Coups memang menyuruhku untuk mencari tempat duduk. Dia yang akan mencariku sendiri. Kumainkan ponselku sambil menunggunya datang. Awas saja kalau terlalu lama. Aku sudah merelakan waktuku beristirahat hanya untuk menemuinya.

"Sudah lama menunggu?"

"Tidak."

Kudongakkan kepalaku untuk melihatnya. Cukup aneh hari ini. Ia memakai hoodie dan masker yang hanya memperlihatkan matanya. Bahkan poninya dibiarkan menutupi dahinya. Ah... mungkin ia hanya ingin menyembunyikan identitasnya.

S.Coups langsung saja duduk di sebelahku dan terlihat merogoh saku jaketnya. Ia mengeluarkan sebuah amplop dan menyodorkannya padaku. Dia duduk disebelahku tapi berbicara melalui surat.

Segera saja kubuka amplop itu dan benar saja ada berisi dua benda. Segera ku ambil surat yang ada di dalamnya dan membacanya. Mungkin saja, ada beberapa hal yang tak dapat disampaikan kepadaku. Apalagi kami berada di wilayah publik. Terlihat polisi sedikit saja, habislah kami.

To : YJH

Aku tau kau akan menganggapku aneh saat ini. Tapi aku tak memiliki pilihan. Kalau kau membaca surat ini ketika bertemu denganku, berarti ada sesuatu yang penting yang harus kukatakan saat kita di ruang publik. Dan jika kau menerima surat dari bawahanku, maka kau tau bahwa aku tidak sedang berada di tempatku. Entah dalam pertemuan, pelarian, ataupun bahaya. Ingatlah itu. Karena aku tak akan mengulanginya lagi.

Akan kujelaskan dengan singkat. Anggotaku telah melakukan beberapa penyusupan ke dalam gangster Wonho. Apa yang ku dapatkan, cukup mengejutkan. Karena selama ini mereka yang mengedarkan obat-obat itu. Intinya perkataan Namjoon benar. Salah satu dari mereka bahkan mengatakan bahwa mereka hanyalah "distributor". Hanya atasan merekalah yang tau "produsen"nya. Dengan kata lain, hanya Wonho yang tau. Kau tau kan maksudku, Jeonghan?

Ku minta kau menyusup dan mendapati informasi itu. Karena anak buahku sudah banyak yang hilang.

Lakukan semuanya dengan berhati-hati. Jangan sampai ia mengetahui identitasmu. Jangan sampai kau ikut ke markas mereka. Atau kau hanya ingin kepalamu itu terpenggal oleh mereka.

Tugas pertamamu dimulai malam ini. Temui ia di bar tempat biasa ia berkunjung diatas pukul 8. Bar area 4, Ollpheist. Berhati-hatilah. Jangan ceroboh dan membuat masalah. Jangan sampai ketahuan ataupun terbunuh.

Sebuah surat yang itu akhirnya kulipat dan kumasukan ke dalam amplop kembali. Aku menyimpannya di dalam saku jaketku saat ini. Hahaha... kali ini tugasku menantang juga. Terlebih, karena aku harus menahan diriku untuk menghabisi nyawa Wonho. Walaupun melihatnya berlumuran darah akan terasa menyenangkan.

"Tak ada yang akan kau katakan lagi?"

"Jangan ceroboh. Tahanlah emosimu. Jangan sampai kau menghabisinya. Mengerti?"

Kuanggukkan kepalaku. Aku tak sebodoh itu. Aku tau, hidup matiku bisa saja terjadi karena kecerobohanku kali ini. Dan aku akan menjadi seseorang yang tak berguna jika aku tak mendapat informasi apapun. Masa bodoh dengan kepolisian. Mereka seolah telah melepasku dengan sulit dihubunginya Jisoo. Toh mereka tetap akan mendapat untung ketika aku sudah mati-matian menaruh nyawaku di ujung tanduk.

Tak ada percakapan lagi hingga S.Coups saat ini sudah berdiri dan akan melangkah pergi. Dari posisiku yang masih duduk ini, entah mengapa aku dapat melihat sedikit luka... lebam? Iya, di dekat pelipisnya. Kenapa aku baru sadar? Padahal sejak tadi, ia duduk di sebelahku. Jujur, aku sebenarnya ingin bertanya, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat. Lagipula aku harus bertugas malam ini.

"Ah, dan Jeonghan... foto Wonho ada di amplop itu. Dan satu hal lagi, jika ada seseorang mengikutimu setelah kau bertemu dengannya, datanglah tempat yang ramai atau sangat ramai dengan tenang. Hubungi aku dan terus lah berjalan sampai orang itu menghilang. Entah kau mau kabur atau bersembunyi agar orang itu menghilang. Beritahu posisimu dan aku akan menjemputmu. Sekali lagi, jangan ketahuan kau menghubungiku."

Aku hanya mengangguk dan ia hanya tersenyum. Percakapan kami yang langsung selesai membuatnya berjalan meninggalkanku dengan cepat, punggungnya semakin menjauh. Hah... baiklah. Rasanya malam ini akan menjadi malam yang melelahkan.

Normal POV

Malam ini jam sudah mendentingkan sembilan kali loncengnya, saat sebuah taksi berhenti di sebuah bar yang masih saja ramai. Sesosok laki-laki keluar dari taksi itu dan segera membayar. Caranya berpakaian memang tak mencolok, tapi paras wajahnya yang cantik menjadikan ia sorotan. Jeonghan segera melangkah pergi menuju bar itu, tak memedulikan tatapan orang disekitarnya. Kakinya dengan mantap melangkah menuju bar yang akan menjadi saksi tugas pertamanya. Bar mewah dengan penanda besar bertuliskan, Ollpheist. Wajahnya terlihat tenang saat Jeonghan memasuki tempat itu tanpa ragu-ragu. Beruntung, walaupun cukup mewah, tapi tak ada penjaga di luar. Mungkin karena bar ini salah satu milik keluarga mafia.

Mata Jeonghan mencari-cari sosok yang dibicarakannya dengan S.Coups tadi sore. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan seseorang bernama Wonho itu. Ia dengan mudah menemukannya terduduk di kursi bar karena rambut peraknya yang mencolok. Setelah melihat bahwa kursi di sebelah mangsanya kosong, Jeonghan langsung saja melesak ke kursi kosong itu. Dalam hatinya ia merasa senang karena ia benar-benar beruntung saat ini.

"One shot of cold whiskey, please."

Jeonghan tanpa basa-basi langsung memesan minuman yang ia tau akan membuatnya mabuk. Hanya segelas dan itu tak masalah pikirnya. Lagi-lagi ia tak peduli dengan lingkungannya. Ia tak butuh waktu lama hingga akhirnya pesanannya datang. Jeonghan segera menenggaknya habis, hanya menyisakan es batu yang belum sempat mencair. Sekali tenggak ia lakukan. Terlihat seperti profesional kan? Ia bahkan tak memperhatikan jika seseorang di sebelahnya ini sedang memperhatikan ulahnya.

"Kau hebat kekeke. Biasanya orang akan tersedak saat melakukan sekali tenggak."

Sebuah suara yang tentunya sedikit membuat kaget Jeonghan. Membuatnya menoleh setelah ia mendengar perkataan itu. Ia menyadari, sepertinya orang disebelahnya itu sedang mabuk. Jeonghan hanya tersenyum ketika ia mendapati bahwa Wonho lah yang berbicara padanya. Bukan perkataan yang menjadi fokus Jeonghan kali ini, tapi tampang orang yang ada dihadapannya ini. Untuk seorang bos besar, Wonho memiliki tampang yang cukup manis juga. Begitulah pikiran Jeonghan kali ini.

"Orang baru? Aku belum pernah melihatmu."

Jeonghan hanya mengangguk. Sebuah permulaan yang bagus menurutnya. Karena Wonho sepertinya orang yang suka bercakap-cakap. Di dalam kepala Jeonghan saat ini, ia memikirkan cara agar Wonho dapat akrab dengannya dan ia akan segera memanfaatkannya. Terlebih, mangsanya kini tengah mabuk.

"Siapa namamu?"

"Ishihara. Lee Ishihara."

Jawaban yang cepat. Dan entah darimana Jeonghan mendapat nama itu, tapi nampaknya orang di depannya ini mudah sekali percaya. Terlihat dari cara ia menganggukkan kepalanya beberapa kali. Jeonghan sebenarnya berniat memesan minuman lagi sebelum ia menjalankan rencananya. Tapi ia terhenti ketika salah satu tangannya di tahan oleh Wonho.

"Kau lihat meja besar disana? Mau main sebentar?"

Tangan Wonho yang bebas menunjuk sebuah meja besar yang di kerubungi banyak orang. Sepertinya mereka sedang berjudi. Jeonghan pun dengan senang hati setuju. Ia merasa bahwa ini akan menjadi awal keakraban mereka. Bagaimana mungkin ia tak ingin memanfaatkan kesempatan ini? Bahkan dia tak perlu bersusah payah untuk mendapatkan hasil yang ia inginkan.

"Tentu."

Wonho hanya tersenyum ketika mendengarnya. Ia segera saja menarik Jeonghan menuju meja itu. Kedatangan mereka sepertinya membuat keterkagetan yang menyelimuti ruangan. Benar saja, seketika semua orang berhenti bermain dan menunduk hormat pada Wonho dan Jeonghan. Membuat Jeonghan sedikit tersenyum. Dia berpikir, tak ada salahnya kalau ia sedikit berkorban untuk mendapatkan banyak informasi atau setidaknya berusaha untuk menyusup dan memperoleh informasi. Yah... Jeonghan benar-benar beruntung kali ini. Sepertinya rencananya akan berjalan bagus.

Checklist pertama, mendekati Bos Besar Wonho, Sukses.

***

Ah... akhirnya bisa update. Lama ya? Iya, saya harus ubah storyline dulu soalnya. Dan karena ini juga udah minggu ujian. Tetep update kok :)

Yasudah, saya mau balik belajar lagi

Selamat dinikmati
Stay tune and please vomment :)
Thankies for reading :)

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 1.1K 25
Seungmin yang hanya bekerja sebagai pegawai perusahaan travelling yang tiba² mendapatkan tugas untuk mengajar dan mengurus Chan yang berasal dari seb...
72.8K 6.1K 20
Hanya tentang kehidupan seorang Yoon Jeong Han ketika seseorang memasuki keluarganya. Orang yang akan menggantikan posisi ummanya serta seorang sauda...
30.9K 4K 14
bxb! seneng dan ribetnya chanhee di keluarga kecilnya.
8.8K 876 21
si alis tebal bermuka lempeng dengan aura misterius itu namanya seungcheol. choi seungcheol. --- semesta merestui pengajuan ikatan mati pada benang...