Lost Girl (Lost #2)

By Nureesh

43.9K 2.5K 233

Kelsey Eiren tidak pernah berpikir dirinya akan kembali ke kota yang telah menghancurkan hidupnya. Namun keti... More

Author's Note
Prolog
Bab 1 : Tertahan
Bab 2 : Pergi
Bab 3 : Kehilangan
Bab 4 : Penjelasan
Bab 5 : Kepingan Masa Lalu
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 1)
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 2)
Bab 7 : Sempurna
Bab 8 : Dongeng (Bagian 1)
Bab 9 : Hampa (Bagian 1)
Bab 9 : Hampa (Bagian 2)

Bab 8 : Dongeng (Bagian 2)

1.8K 166 11
By Nureesh

"Berhenti mengunyah dan bantu aku, Connor," ucap Kelsey.

Connor menelan pie rasa apel di mulutnya, lalu membalas, "Aku tidak tahu masakanmu selezat ini, Kels. Apa ini yang kau lakukan selama lima tahun menghilang? Memasak tanpa henti?"

Kelsey terdiam sesaat. Apa ia harus menceritakan hal itu pada adiknya? Mengingat hubungan mereka yang kini semakin baik, Kelsey rasa tidak masalah menceritakan tentang hal-hal yang ia lakukan selama pelariannya.

"Aku pergi ke New York," jelas Kelsey. "Di sana aku bertemu dengan seorang gadis; Valerie. Ia memberiku pekerjaan di restoran sepupunya. Pada awalnya aku hanya menjadi pelayan biasa. Namun karena aku tidak kuliah, selain membaca novel aku pun belajar memasak. Dua tahun kemudian aku menjadi salah satu koki di restoran itu."

Connor memberikan satu senyum untuk kakaknya yang semakin terbuka. Mereka benar-benar berusaha untuk mengisi setiap kekosongan karena perpisahan itu. Dan Connor tidak bisa meminta hal yang lebih hebat lagi.

"Cepat panggil Jess dan Cam. Mereka pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk makan gratis. Kau tahu Jess sangat tidak berbakat dalam bidang memasak," ucap Kelsey ringan.

Menggeleng, Connor membalas, "Apa kau lupa? Jess dan Cam pergi untuk mengurus pernikahan mereka."

Benar, Kelsey melupakan kenyataan bahwa sahabatnya akan menikah dalam waktu kurang dari satu bulan. Jess dan Cam sepakat untuk melangsungkan pernikahan mereka dengan sederhana, hanya mengundang orang-orang terdekat. Namun mereka tetap harus mempersiapkan segalanya.

"Aku benar-benar sahabat yang buruk," gumam Kelsey.

"Kau sedang bahagia bersama Hunter, aku yakin Jess mengerti," sahut Connor. "Sama seperti aku yang mengerti. Meski Hunter sudah memonopoli waktumu dengan semena-mena. Omong-omong tentang Hunter, di mana dia saat ini?"

Kelsey tertawa.

"Kau sangat berlebihan, Connor Eiren," balas Kelsey. "Hunter sedang pergi bersama Elec, membeli perangkat audio atau semacamnya. Ia akan kembali sebentar lagi. Ah ya, bagaimana jika kau mengundang Alicia? Makanan ini terlalu banyak untuk kita bertiga."

"Uh ... kau yakin?" tanya Connor.

Kelsey berhenti menata meja, lalu menatap adiknya dengan satu tangan di pinggang.

"Jemput gadismu itu. Rumahnya tidak jauh dari sini, bukan?"

Connor masih terlihat ragu, maka Kelsey menariknya berdiri.

"Cepat pergi. Atau kau tidak akan mendapat pie lagi," ancam Kelsey.

Memutar mata, Connor meraih kunci mobil dan segera melangkah pergi.

Begitu pintu tertutup, Kelsey memutar lagu. Sambil bersenandung, Kelsey kembali sibuk memindahkan masakannya ke atas meja makan. Suara pintu yang terbuka membuat Kelsey tersenyum. Hunter pasti sudah pulang.

"Hunter, makanan sudah siap!" seru Kelsey. "Kita hanya perlu menunggu—"

"Halo, Kelsey...."

PRANG!!!

Piring yang digenggam Kelsey meluncur turun dan pecah berhamburan ketika menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya membeku. Teror membungkusnya tanpa ampun.

"Mengapa kau memasang wajah seperti itu?" tanya Robert seraya membenarkan letak kacamatanya. "Aku datang untuk menepati janjiku."

Kelsey mengambil satu langkah mundur, membuat bibir Robert tertarik membentuk senyum licik.

"Kau tidak perlu khawatir. Rasanya tidak akan sesakit saat itu. Karena aku akan memastikan ... kau menikmatinya."

Robert mengambil langkah demi langkah, memaksa Kelsey untuk semakin melangkah mundur. Puncaknya, Kelsey tersudut. Punggungnya menabrak dinding.

Rasa mual melanda Kelsey dengan hebat. Kepalanya mulai berputar. Kilasan masa lalu membanjirinya. Teriakannya yang teredam.... Tubuhnya yang tidak mampu melawan.... Seruan ibunya juga kata-kata menyakitkan....

Dan darah yang menenggelamkannya.

Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia mematung tak bergerak?

"Kelsey...." Robert berbisik dengan satu tangan menyentuh rahang Kelsey. Memaksa gadis yang terkungkung dalam rasa takut itu untuk menatapnya.

"Kau adalah milikku. Selalu milikku. Bahkan meskipun kau tidak kembali ke kota ini, aku akan menemukanmu di mana pun kau berada...." ucap Robert penuh penekanan. "Gadis pintar. Kau tahu kau tidak bisa menolakku ataupun menyangkalku. Sekarang lakukan seperti yang kukatakan."

Satu tangan Robert yang membelai wajah Kelsey turun ke lehernya, lalu bergerak menuju bagian depan gaun Kelsey. Kepalanya pun menunduk. Membuat Kelsey merasakan dengan jelas napasnya yang beraroma tembakau.

Pada saat itulah kebekuan Kelsey sirna. Ia menjerit dengan kedua tangan yang berusaha menjauhkan Robert darinya.

"PERGI!!!"

Robert terkejut melihat ledakan Kelsey, namun ia bertindak cepat. Kedua tangannya menghalau pukulan Kelsey, hingga puncaknya Kelsey pun terjatuh dan Robert menindihnya di lantai.

"Jadi, kau ingin melakukannya dengan kasar, huh?"

"Lepaskan! Pergi dariku! Lepaskan aku!!!"

Robert merobek gaun Kelsey dengan cepat, lalu tertawa ketika melihat bekas luka di dada gadis itu.

"Aku akan membawamu ke dokter kulit terbaik dan kita akan menyingkirkan kulit cacatmu itu," desis Robert.

Kelsey menangis terisak. Seluruh perlawanannya terasa sia-sia. Ia akan kembali tersakiti.

Biarkan aku mati.... batin Kelsey perih.

Lalu tiba-tiba saja Robert menghilang dari tubuhnya. Kedua tangan pria itu tak lagi meraba Kelsey.

"KAU BAJINGAN!!!"

BUG!

"Kelsey!"

Seruan itu berasal dari Connor. Dengan cepat ia menghampiri Kelsey yang tenggelam dalam sedu-sedan, lalu menyampirkan jaketnya di bahu Kelsey. Sementara Elec yang berdiri di depan pintu apartemen menatap antara Kelsey dan Hunter secara bergantian, sebelum akhirnya menghampiri Hunter.

"Kelsey, kau baik-baik saja. Polisi sedang dalam perjalanan ke sini. Pria itu akan pergi. Kau baik-baik saja...." Bisik Connor menenangkan.

Kelsey membuka mata dan melihat Hunter berdiri di hadapannya dengan tinju yang melayang tanpa henti. Robert tergeletak di lantai tanpa daya, sementara pukulan demi pukulan yang dilancarkan oleh Hunter mengenainya dengan telak.

"Hunter...." Panggil Kelsey di antara isaknya.

Elec berusaha meraih tangan Hunter, namun ia justru terdorong. Ekspresi jengkel mengisi wajahnya. Sungguh, Elec juga ingin memukuli pria brengsek semacam Robert. Namun polisi sudah dipanggil dan jika ia tidak menghentikan sahabatnya yang hampir membunuh pria brengsek itu, semua akan menjadi runyam.

"Hentikan!" seru Elec.

"Hunter...." Isak Kelsey.

Namun Hunter tetap tidak mendengarnya. Hunter kehilangan kendali.

"Aku akan membunuhmu! Kau bajingan sialan!" Teriakan Hunter itu menggelegar. Matanya terbutakan oleh amarah. Kata-kata meluncur keluar tanpa ia benar-benar menyadarinya.

"Kau menyakitinya lima tahun yang lalu! Dan kau berpikir bisa menyakitinya lagi sekarang?! Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu sebelum kau bisa menyakitinya lagi!!!"

A ... apa?

Seluruh tubuh Kelsey kehilangan daya.

Satu pemahaman menyelinap memasuki benaknya yang berkabut. Menghancurkan hal apa pun yang tersisa dalam diri Kelsey.

Hunter mengetahuinya.

Hunter mengetahui tentang malam terkutuk itu. Tentang segala hal yang menjadi mimpi buruk dalam hidup Kelsey.

Pantas saja Hunter menatapnya seperti itu ketika mereka pertama kali bertemu di Paradise. Pantas saja Hunter memahami Kelsey lebih baik dari siapa pun. Dan ... pantas saja Hunter tidak bersedia menyentuhnya. Karena ternyata selama ini ... Hunter sudah mengetahui segalanya.

Tapi bagaimana bisa?

Kali ini Elec menarik paksa sahabatnya untuk menjauh dari Robert. Tentu saja Hunter memberontak, namun Elec sudah memperkirakannya. Karena itu ia menahan Hunter dengan lebih kuat.

"Hentikan," desis Elec. "Kau bisa membunuhnya. Biar polisi yang mengurusnya."

Robert tertawa, lalu meludahkan darah dalam mulutnya.

"Kau gagal," ejek Robert. "Kau sudah gagal sejak kau menolak untuk menolongnya lima tahun yang lalu.... Di tepi jalan dekat hutan lindung, kau ingat? Kau sedang berlari. Kau berhenti karena gadis itu menghampirimu. Namun kau ... melepasnya."

Kalimat itu bagaikan petir yang menyambar bagi Kelsey.

"Apa maksudmu?!" tuntut Connor.

"Mengapa tidak kau tanyakan padanya atau pada kakakmu?" balas Robert dengan seringai jahat.

Hunter terpaku. Ia menoleh pada Kelsey dan melihat gadis itu berdiri dengan tangan bergetar yang memeluk dirinya sendiri.

"Kau tidak menolongku...." Kelsey berbisik dengan mata nanar. "Kau membiarkannya membawaku pergi.... Kau membiarkannya menyakitiku...."

Kini Kelsey mengerti seutuhnya perasaan ganjil yang selalu membayanginya. Kelsey selalu merasa ada sesuatu yang familier dari Hunter. Kelsey merasa pernah bertemu dengannya.

Tentu saja. Karena Hunter adalah pria yang sudah menolak untuk menolongnya.

Tanpa bisa dicegah ingatan Kelsey kembali pada hari ketika ia tersakiti.

"Tolong aku!!!"

Kelsey terus berlari secepat kaki membawanya. Air mata meleleh di wajahnya, sementara isak hampir menelan jeritannya.

"Tolong!"

Bodoh.... Mengapa aku menerima ajakannya untuk minum? Mengapa aku tidak menyadari bahwa ia berbahaya? batin Kelsey penuh sesal.

Kakinya masih tetap berlari. Sebentar lagi hutan lindung yang sangat dikenalnya terlihat. Kelsey hanya harus terus berlari, melewati hutan itu, dan ia akan sampai di rumahnya.

Ia akan selamat.

Lalu suara mobil terdengar di belakangnya. Kelsey menoleh, terbelalak ketika menyadari mobil itu adalah milik Robert. Pria itu mengejarnya!

Maka Kelsey berlari semakin cepat. Ketika hutan lindung itu sudah terlihat di matanya, ada seseorang yang juga sedang berlari ke arahnya. Seorang pria, dengan wajah yang tertutup topi.

"Tolong!" jerit Kelsey. "Tolong aku!"

Kelsey menubrukkan dirinya pada pria itu. Membuat pria itu terkejut dan hampir jatuh.

"Apa yang terjadi?" tanyanya bingung.

Isakan Kelsey kembali di permukaan.

"To ... tolong aku.... Kumohon.... Tolong aku....."

Mobil Robert berhenti di dekat mereka dan Kelsey berjengit. Ia mencengkeram lengan pria bertopi itu lebih keras.

"Ah, maafkan aku," ucap Robert dengan suara ramah. "Putriku sedang marah karena kami terlibat perselisihan kecil."

"Dia berbohong! Tolong aku!" Kelsey berteriak putus asa.

Namun Robert sudah menarik tangannya dan pria bertopi itu tidak melakukan apa pun.

"Seperti yang kau lihat, putriku mabuk," lanjut Robert. "Aku akan membawanya pulang. Maaf karena sudah mengganggumu."

"Tidak!!! Tolong aku!!! Tolong!!!"

Segala perlawanan Kelsey sia-sia. Pria itu tidak menggapainya. Membiarkan Robert menariknya pergi dan setelah itu, Kelsey kehilangan hal paling berharga yang ia miliki....

"Kelsey...."

Hunter mengulurkan tangan, namun Kelsey menepisnya. Amarah membayangi mata birunya dengan jelas.

"Kau membiarkannya menyakitiku!" seru Kelsey penuh emosi. "Dan selama ini ... hubungan kita.... Penolakanmu.... Itu karena kau jijik terhadapku, bukan? Kau tahu apa yang terjadi padaku.... Kau tahu apa yang ia lakukan padaku! Karena itu kau tidak menginginkanku! Kau tidak pernah menginginkanku!"

"Demi Tuhan, Kelsey, dengarkan—"

"Kau berbohong! Kau berbohong padaku!!! Bagian mana dalam hubungan kita yang bukan kebohonganmu?!" jerit Kelsey.

Hunter menggeleng. Wajahnya begitu tersiksa.

"Kumohon, Kelsey...."

"Aku membencimu! Kau tidak lebih baik darinya!"

Setelah mengatakan itu Kelsey berlari keluar dari apartemen. Tidak dipedulikannya teriakan Hunter maupun Connor. Kelsey tahu mereka mengejarnya. Karena itu Kelsey berlari semakin cepat. Tidak ada hal lain yang Kelsey pikirkan selain melarikan diri.

Kelsey terus memacu dirinya tanpa henti. Setelah keluar dari area apartemen, Kelsey berbelok ke arah kanan. Menuju jalan raya yang ia tahu akan ramai dan ia bisa menghilang di tengah kerumunan. Pada saat itulah, sebuah cahaya menyilaukan membutakan Kelsey.

"KELSEY!!!"

Tubuh Kelsey ditarik dengan keras sebelum mobil itu benar-benar menabraknya. Segalanya bergerak begitu cepat. Tubuhnya terhempas, sementara kepalanya membentur sesuatu yang keras. Rasa sakit menenggelamkannya. Hitam tanpa dasar menyambutnya.

Dan sekali lagi, hanya ada kehampaan....

***

"Kelsey!"

Hunter segera bangkit untuk duduk, meraih gadis yang tergeletak di sisinya. Seluruh napas dalam tubuh Hunter terenggut tatkala matanya melihat darah mengalir dari pelipis Kelsey.

Oh ... tidak. Tidak. Kumohon, tidak.... Hunter meracau dalam hati. Kepanikan menyelimutinya secara perlahan, namun pasti.

"Kelsey, kau bisa mendengarku?" ucap Hunter. Suaranya bergetar hebat. "Kelsey!"

"Menjauh darinya!"

Teriakan Connor itu bahkan tidak mampu menembus kekalutan dalam diri Hunter. Kedua tangannya tetap mendekap Kelsey erat, sementara rasa takut terus menggerogotinya. Tak lama kemudian, ambulans datang. Petugas medis membawa Kelsey dan Connor ikut. Meninggalkan Hunter yang membeku di tepi jalan kota Holy.

"Hunter!"

Elec berlari menghampiri sahabatnya, melihat sebuah ambulans pergi menjauh.

"Polisi sudah menangkap pria itu," ucap Elec. "Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban. Hunter masih terkurung dalam sebuah memori gelap yang sudah lama menghantuinya. Menjadi mimpi buruk di setiap malamnya. Namun memori itu kini adalah kenyataan. Kenyataan yang terulang.

Kelsey terluka karena dirinya.

"Dia terluka...." Bisik Hunter dengan mata yang tidak lagi terfokus. "Dia terluka.... Aku melukainya.... Aku...."

Sayatan benda tajam....

Darah yang mengalir....

Dan Kelsey yang menutup mata.

"AAAARRRGGGHHH!!!" Teriakan Hunter itu menyentak semua orang yang berada di dekatnya. Namun Hunter sudah tidak bisa menyadari apa pun karena rasa panik telah membungkusnya dalam histeria. Tangannya menjambak rambut, sementara bibir kembali terbuka. "Aku melukainya! Aku melukainya!"

BUG!

Satu tinju dilayangkan Elec. Tepat mengenai rahang Hunter dan cukup untuk membuat pria itu kembali terfokus.

"Kita tidak memiliki waktu untuk ini! Apa yang sebenarnya terjadi?!" desak Elec.

Hunter mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menarik napas dalam-dalam.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu kalian," lanjut Elec. "Namun Kelsey membutuhkanmu sekarang. Ayo, kita ke rumah sakit."

Tanpa kata Hunter mengikuti langkah sahabatnya. Dalam hati berharap, kesalahan mengerikan yang sudah dilakukannya lima tahun lalu tidak akan terulang lagi....

***  

Yeayyyy gimana? Akhirnya petjah yaaa keponya sama Hunter :p

#kaburgeretElec hihihi

Part selanjutnya aku posting besok ^^ *lagi seneng jadi agak baik wkwkwk

Continue Reading

You'll Also Like

23.8K 626 29
"Ember! Slow down!" I heard the four yell. I stopped suddenly and everyone sprang forward. I started to cry. "Em?" Chandler said placing a hand on...
3.1M 131K 59
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
1.3M 85.4K 67
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
975K 23.6K 43
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...