Forbidden Love

Av emondemon

361K 12.8K 627

Werewolves... Vampires... Demons... Angels... Slayers... and the forbidden love(s) between them.. Mer

Prologue
Holy Shit! It's not happening! 1
Holy Shit! It's not happening! 2
Holy Shit! It's not happening! 3
Holy Shit! It's not happening! 4
Holy Shit! It's not happening! 5
Holy Shit! It's not happening! 6
Holy Shit! It's not happening! 8
Holy Shit! It's not happening! 9
Holy Shit! It's not happening! 10
Holy Shit! It's not happening! 11
Holy Shit! It's not happening! 12
Holy Shit! It's not happening! 13
Holy Shit! It's not happening! 14
Holy Shit! It's not happening! 15
Holy Shit! It's not happening! 16
Holy Shit! It's not happening! 17
Holy Shit! It's not happening! 18
Holy Shit! It's not happening! 19
Holy Shit! It's not happening! 20
Holy Shit! It's not happening! 21
Holy Shit! It's not happening! 22
Holy Shit! It's not happening! 23
Holy Shit! It's not happening! 24
Holy Shit! It's not happening! 25
Holy Shit! It's not happening! 26
Holy Shit! It's not happening! 27
Holy Shit! It's not happening! 28
Holy Shit! It's not happening! 29
Holy Shit! It's not happening! 30
Holy Shit! It's not happening! 31
Holy Shit! It's not happening! 32
Holy Shit! It's not happening! 33
Holy Shit! It's not happening! 34
Epilogue

Holy Shit! It's not happening! 7

9.3K 413 3
Av emondemon

Seminggu berlalu.

Vic masih belum menemukan cara bagaimana memutus hubunganku dan Drake.

Frekuensi Vic menghabiskan waktu di luar rumah, semakin meningkat sejak dia berjanji mencari cara untuk membantuku. Sebelumnya, setiap hari, Vic menghabiskan waktu setengah hari di luar rumah. Sekarang, setiap harinya, Vic menghabiskan waktu hampir seharian di luar rumah.

Mungkin, kamu bertanya-tanya mengapa Vic menghabiskan setengah harinya di luar rumah? Well, seperti yang kamu tahu, Vic adalah half-angel. Dia mempunyai kesempatan untuk menjadi angel sepenuhnya saat dia berumur 22 tahun, yang berarti tiga minggu lagi. Vic mengambil kesempatan ini dan berusaha mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya. Selama ini, dia selalu menemui angel-angel lain untuk berlatih agar nantinya bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Aku tentu saja merasa senang karena Vic akan menjadi angel sepenuhnya nantinya. Aku tahu ini adalah keinginannya sejak dulu. Namun, di sisi lain, aku merasa kehilangan. Jika nantinya Vic menjadi angel sepenuhnya, dia akan tinggal bersama angel-angel lain dan aku tidak akan sering bertemu dengannya. Walaupun begitu, aku tahu aku tidak boleh egois. Jadi, aku tidak pernah mengatakan keberatanku pada Vic mengenai keinginannya.

Nataela masuk ke dalam ruangan.

"Pagi, Amy." Sapanya, berjalan menuju kulkas.

"Pagi." Sapaku, mengangguk.

Jangan merasa bingung kenapa Nataela berada di dalam rumah kami.

Semenjak Nat berubah menjadi half-vampire, lingkungan di sekitarnya berubah sikap padanya. Aku dan Vic berusaha membantu semampu kami tetapi tetap saja, hanya Nataela yang tahu bagaimana keras hidupnya selama seminggu ini.

Dia hampir saja dipaksa berhenti menjadi slayer karena tidak ada tim yang mau satu tim dengannya. Timnya yang lama mengeluarkannya karena mereka tidak bisa percaya pada Nat. Dia lalu memutuskan untuk bergabung denganku dan Vic.

Di dalam organisasi slayer, ada aturan yang mengatakan bahwa satu tim harus tinggal dalam satu rumah. Ini dilakukan agar hubungan dalam satu tim dapat lebih solid. Jadi, Nat pindah dan tinggal bersama kami. Aku tentu saja, lebih dari senang memiliki teman di rumah. Setidaknya, aku tidak sendirian di rumah yang menurutku terlalu besar ini.

Selain itu, selama seminggu ini, aku dan Nataela semakin dekat. Mungkin karena kami berdua mengalami pengalaman tidak menyenangkan dengan para slayer yang lain atau mungkin karena kami mengalami kejadian penculikan Adena bersama-sama atau mungkin karena Vic hampir selalu meninggalkan kami berdua atau mungkin karena kami tinggal dalam satu atap dan satu tim. Dia selalu bercerita kepadaku saat mengalami masalah, entah mengenai tugasnya menjadi slayer atau proses adaptasinya menjadi half-vampire. Aku juga semakin lama semakin mendapati diriku terbuka padanya.

Berbeda dengan Nataela, kehidupanku berjalan dengan normal selama seminggu ini. Kalau saja, aku tidak terus-menerus teringat Drake dan ingin bertemu dengannya. Tiga malam terakhir ini, aku tidak bisa tidur selayaknya karena gelisah. Sepertinya, semakin aku berusaha mendorong Drake dari pikiranku, semakin kuat keinginanku untuk bertemu dengannya.

Aku menatap layar di depanku dengan separuh kesadaraan saat Nat bercerita mengenai masalahnya.

"Aku butuh tablet darah." Katanya, meraup makanan di dalam kulkas. "Kurasa aku tidak berpikir panjang ketika mengizinkan vampire itu mengubahku. Sekarang, aku benar-benar tidak tahu dimana harus membeli tablet darah. Apa kamu tahu dimana membelinya?"

Suasana hening sebentar.

Sebenarnya, aku mendengar Nat berbicara tetapi aku tidak tahu dia membicarakan apa. Ucapannya tidak sampai diproses di otakku yang sudah penuh dengan berbagai pikiran. Aku terlalu capek dan terlalu mengantuk untuk dapat mencerna ucapannya.

Aku merasakan Nat duduk di sampingku.

"Amy?" tegurnya, melambaikan tangannya di hadapanku.

Aku tersadar. "Huh?" ucapku, menoleh.

"Kamu tahu dimana aku bisa mendapatkan tablet darah?" tanyanya.

Aku menggeleng lemah lalu kembali menatap layar dengan tatapan kosong. Kali ini otakku berhenti bergerak. Sepertinya otakku mengalami kerusakan karena overload.

"Kamu tidak tidur lagi?" tanyanya, perhatian.

"Hanya beberapa menit." Jawabku.

Beberapa menit jelas bukan jam tidur yang layak bagi siapapun.

Jangan salah. Sebagai seorang slayer, aku tidak pernah mengeluh dengan jam tidurku yang jelas lebih kurang daripada orang-orang yang bukan slayer. Oleh karena itu, aku benar-benar tidak butuh jam tidurku berkurang lagi karena aku terlalu sibuk menekan emosiku yang bergejolak liar dan membuatku gelisah setiap waktu.

"Apakah kamu sedang menyukai seseorang?" celetuk Nat.

Aku terdiam selama beberapa detik. Otakku memproses ucapan Nat dengan sangat lambat.

"Apa?" ucapku, menatapnya.

"Kamu terlihat gelisah, seperti rindu pada seseorang." Katanya, menggodaku.

"Rindu?" ulangku, terkejut sekaligus shock. Mana mungkin aku rindu pada Drake! Umm... benar kan? Gulp. Aku tertawa untuk menutupi rasa gugupku. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja."

"Amy, kamu sadar kalau bersikap aneh selama seminggu ini?" tanyanya. "Aku tidak begitu mengenalmu sebelumnya tetapi aku tidak pernah sekalipun melihatmu melamun. Akhir-akhir ini, kamu sering tidak bisa tidur, gelisah, dan melamun. Seperti memikirkan sesuatu. Terkadang, aku melihat tatapan matamu berubah sendu. Jadi kupikir kamu sedang merindukan seseorang."

Caranya mengucapkan 'seseorang', menarik perhatianku. "Apa maksudmu dengan 'seseorang'?" tanyaku, cepat.

Nataela menyerigai. "Aku tahu ada... sesuatu yang terjadi pada saat kita diculik." Katanya, dengan nada jahil.

Kedua mataku melebar. Mulutku terbuka setengah.

Nat tahu soal aku dan Drake?

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Lagipula kalau aku ingin membocorkannya, aku sudah membuka rahasia ini saat kita diintrogasi." katanya. Dia lalu menatapku dengan tatapan ingin tahu. "Kamu menyukainya?" tanyanya.

"Umm..." ucapku, tidak yakin harus menjawab apa. "Sepertinya." Jawabku akhirnya.

"Kamu tidak pernah jatuh cinta sebelumnya?" Tanya Nataela.

Aku menggeleng.

"Pacaran?" tanyanya.

Aku menggeleng.

"Kencan?"

"Hanya sekali."

Nataela mengerutkan keningnya. "Aneh sekali padahal aku sering mendengar para slayer laki-laki membicarakanmu. Mereka pikir kamu hot." Katanya.

Aku mendengus. "Yang benar saja." gumamku. Menurutku, kata hot lebih tepat ditujukan untuk mendeskripsikan Nataela.

"Aku ingin tahu, apakah kamu tidak pernah pacaran sebelumnya karena Vic begitu protektif terhadapmu atau... laki-laki di negeri ini tidak sesuai dengan standarmu?" tanyanya.

Aku memutar mataku. Tidak mau repot-repot mengeluarkan suara.

"Alasan yang pertama, kalau begitu." Sahut Nat, menyerigai kecil.

Aku lalu teringat dengan reaksi Vic saat aku bercerita ada seorang cowok yang mengajakku kencan. Uhm. Sepertinya, Nat memang benar.

"Kakakmu itu benar-benar..." ucap Nat menggelengkan kepala. "Kita kembali ke topik semula. Aku sarankan, kamu mengatakan perasaanmu sejujurnya padanya karena kurasa, dia memiliki perasaan yang sama terhadapmu."

Aku menggigit bibir bawahku. "Aku tidak yakin, Nat." Sahutku. "Kamu tahu pemangsa dan mangsa tidak mungkin bersatu."

"Kamu benar." Kata Nat, terlihat sedih. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang tahu mengenai kalian berdua."

"Oh, mereka mungkin akan mengecapku sebagai pengkhianat lalu membunuhku, Nat." Kataku, suram.

"Sungguh tidak adil." Kata Nat. "Padahal kalian tidak punya kontrol mengenai ini."

Aku mengangguk.

"Tenang saja, aku dan Vic tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu." Kata Nat. "Lagipula aku yakin, dia juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

"Benarkah?" ucapku, tersenyum tipis. Aku tidak begitu kenal baik dengan Drake. Jadi aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya.

"Aku yakin." Kata Nat, dengan wajah penuh kepercayaan diri. "Kamu beruntung sekali, Amy. Dia benar-benar menyukaimu dan sangat tampan. Sejujurnya, aku tidak pernah melihat makhluk pemangsa semenarik dia."

Aku mengerutkan dahiku. "Darimana kamu tahu dia benar-benar menyukaiku?" tanyaku.

Nat memutar matanya. "Aku tidak bohong, Amy. Dia memberiku darahnya sehingga aku bisa tahu emosi di dalam dirinya." Jawabnya.

Keningku berkerut.

Darah?

Nafasku langsung tercekat.

"Maksudmu... Aiden?" tanyaku, terkejut.

Nat menatapku. "Memangnya kamu kira siapa?" tanyanya, terlihat heran.

"Drake." Jawabku, jujur.

Kedua alis Nat bersatu. "Kenapa Drake?" tanyanya.

"Karena aku dan dia adalah mate?" ucapku, tidak percaya dia tidak tahu tentang ini.

Ekspresi wajah Nat blank.

"Kamu tidak tahu tentang ini?" tanyaku, masih tidak percaya.

Nat menggeleng. "Aku bicara tentang Aiden." Katanya, dengan suara lirih.

"Aku mengira kamu bicara tentang Drake." sahutku.

"Aku sama sekali tidak tahu kamu dan Drake adalah mate." sahut Nat. Dia kemudian menarik nafasnya. Pemahaman mulai merayap di dirinya. Wajahnya berubah ngeri. "Mate?!" serunya. "Bagaimana bisa kamu dan Drake menjadi mate?!"

Aku menghela nafasku. Terkadang, Nat bisa menjadi sangat lamban.

"Aku tidak tahu, Nat." Jawabku, lelah. "Ini bukan sesuatu yang kami bisa kontrol." Kataku, memakai kata-katanya.

"Tapi... kalian terikat seumur hidup!" kata Nat, terlihat shock. "Kalian tidak bisa putus lalu menjalin hubungan lagi dengan orang lain. Dia pasanganmu sampai mati!"

"Beruntungnya aku." Kataku, sarkastik.

"Ya ampun, Amy! Jangan sampai orang-orang tahu mengenai ini!" katanya, panik. "Kamu bisa dianggap berkhianat karena berhubungan dengan makhluk pemangsa lalu dihukum mati!"

"Beruntungnya aku." ulangku, sarkastik.

Nat menatapku seolah-olah aku kehilangan kewarasanku. Yang sebenarnya hampir benar.

"Nat, aku akan selamat selama kamu dan Vic tidak bicara apa-apa mengenai hal ini." Kataku, menenangkan. "Lagipula bukankah kamu tadinya mendukungku untuk berhubungan dengan makhluk pemangsa?"

"Hanya untuk jangka waktu pendek, Amy. Bukan untuk seumur hidup!" katanya. "Aku pikir kalian saling menyukai jadi kenapa tidak mencoba? Lagipula Aiden sangat menarik dan benar-benar menyukaimu. Kalau saja kamu tahu bagaimana perasaannya saat kamu menciumnya."

"Umm..." gumamku, tidak nyaman. Aku merasakan panas di kedua pipiku begitu teringat kedua mata Aiden yang berubah menjadi pink.

"Dia menginginkanmu, Amy." Nat tertawa.

Kali ini, aku bergerak tidak nyaman di sofa sambil bergumam tidak jelas.

Nat tertawa melihat reaksiku. "Kamu terlihat begitu manis saat salah tingkah, Amy!" Katanya, menggodaku. Dia lalu merubah ekspresinya menjadi serius. "Apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya. "Kamu tidak bisa lepas dari hubungan ini."

"Aku tahu." Aku menghela nafas. "Vic sedang mencoba mencari jalan keluarnya tetapi semakin hari, perasaanku semakin tidak tenang. Aku ingin sekali bertemu dengan Drake. Rasanya, aku butuh melihatnya di depanku dan menyentuhnya dengan tanganku."

"Gezz, kamu terdengar seperti orang mesum." Komentar Nat.

Aku melempar bantalku ke arahnya.

Dia tertawa. "Kenapa kamu tidak bertemu saja dengannya?" usulnya.

Aku menatapnya, berusaha melihat dia serius tidak.

"Jangan menatapku seperti itu." Katanya. "Kamu tahu kalau kamu berusaha menahan perasaanmu lebih lama, kamu bisa jadi gila. Kamu tidak bisa hidup tanpa mate-mu."

Aku memutar mataku. "Lalu bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanyaku.

"Kudengar, setelah mate saling bersentuhan, kalian dapat membaca pikiran pasanganmu. Coba hubungi dia dengan pikiranmu."

Aku memikirkan ucapannya sebentar lalu berdehem. "Kamu tau, Nat. Kurasa aku tidak bisa melakukannya." Kataku. "Terlalu beresiko. Aku tidak mau perasaanku semakin bertambah kuat setelah melihatnya."

Nat menatapku dengan tatapan serius.

"Kamu tahu, kamu tidak bisa menghindar selamanya kan?" tanyanya.

Pertanyaannya membuatku teringat ucapan Vic, seminggu yang lalu.

"Kamu tidak bisa menghindar selamanya dari hal ini. Sekuat apapun kamu mencoba menghindar, pada akhirnya kalian akan tetap bersama. Bagaimanapun, kamu adalah separuh dari dirinya, begitu juga dia."

Aku menarik nafasku dalam-dalam.

"Tanpa melihatnya pun, aku akan hidup." Kataku, keras kepala.

***

Ok, guys! Terima kasih sudah membaca cerita ini! Aku sangat bersemangat dan enjoy menulis cerita ini. Please, keep reading this story!

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

3.3M 81.8K 18
[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of...
17.4K 2.5K 119
Judul drama : 錦心似玉 Jin Xin Si Yu / The Sword and The Brocade Judul novel : 庶女攻略 Shu Nu Gong Lue/ A Concubine Daughter and Her Tactics Penulis : 吱吱...
1.4M 132K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
599K 17.9K 22
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...