MINE

By Lavieenarana

82.9K 4.6K 264

Shilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia s... More

Prolog
Mine - 2
Mine - 3
Mine - 4
Mine - 5
Mine - 6
Mine - 7
Mine - 8
Mine - 9
Mine - 10
Mine - 11
Mine - 12
Mine - 13
Mine - 14
Mine - 15
Mine - 16
Mine - 17
Mine - 18
Mine - 19
Mine - 20
Mine - 21
Mine - 22
Mine - 23
Mine - 24
Mine - 25
Mine - 26 (Ending)

Mine - 1

5K 237 6
By Lavieenarana

Ps. Jangan lupa buat kasih vommentnya ya.. thankss.

❤❤❤

RAMAINYA kota dengan lalu-lalang mobil yang melintas dan lampu kota malam yang warna-warni itu kini menjadi pemandangan utama di mata bulat gadis itu. Shilla masih menunggu seseorang di sebuah cafe dengan tema rooftop itu, dan duduk sendirian dihadapan meja bundar. Dihadapanya lagi masih ada satu bangku yang kosong dan entah kapan ada penghuninya.

Gadis itu beberapa kali mengecek jam tangannya, sudah lewat tiga puluh menit dari jam yang sudah dijanjikan tapi orang yang ditunggunya itu tak juga datang.

"Permisi Nona, sudah mau pesan sesuatu?" Seorang pelayan lagi-lagi datang menghampirinya, dan Shilla sangat tidak enak jika ia menggeleng untuk kesekian kalinya juga.

Akhirnya Shilla meraih daftar menu yang disodorkan pelayan itu lalu menunjuk ke sebuah minuman berwarna merah muda disana, entah minuman apa, yang jelas Shilla asal memilih.

"Gak sekalian sama makannya?"

Shilla tersenyum ramah sambil menggeleng, "Nanti aja, saya lagi nunggu seseorang. Nanti kalau orangnya sudah datang, baru saya pesan ya mba."

Pelayan itu juga tersenyum ramah, "Baiklah, satu strawberry smoothies. Silahkan ditunggu." Pelayan itu mulai meninggalkan meja Shilla lagi.

Dan lagi-lagi meja itu kembali hening, tak ada yang bicara sampai beberapa menit berlalu lagi dan pesanannya sudah sampai kembali.

"Silahkan dinikmati."

Shilla mendengus, lalu mulai menyeruput minuman yang ia pesan itu. Minuman dingin di malam yang dingin, tidak apa-apa kali ya? Lagipula tak ada yang bisa membuang penatnya selain minuman-minuman dingin.

Gadis itu akhirnya kembali mencoba menghubungi orang yang membuat janji dengannya.

'Halo.'

"Rio, kamu nggak lupa dateng kesini kan? Mau aku pesenin minum dulu?"

Suara diseberang telepon itu sangat berisik dan Shilla samar-samar mendengar sahutan Rio, yang jelas di akhir ia mendengar ucapan, '...Jadi aku gak bisa kesana, sorry.'

Klik. Dan sambungan itu terputus. Bukan terputus dengan sendirinya tapi diputus oleh orang diseberang telepon itu.

Shilla memejamkan matanya sebentar sambil menghela nafasnya yang mulai terasa sesak. Ia akhirnya meletakkan kembali ponselnya ke dalam tasnya lalu memanggil pelayan agar mengantarkan bill-nya.

Setelah mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya, ia langsung meninggalkan cafe itu. Sesampainya di pinggiran jalan, ia menghentikan sebuah taksi dan langsung masuk ke dalamnya untuk meminta antar pulang ke rumah.

"Makasih pak." Shilla tersenyum ramah sambil beranjak keluar taksi begitu taksi itu berhenti tepat di depan rumahnya.

Gadis itu membuka pagar hitam, lalu melangkah cepat masuk kedalam dan ke kamarnya. Ia menghantamkan tubuhnya ke atas ranjang lalu melepaskan tas kecil yang masih melingkar ditubuhnya.

Namun beberapa menit kemudian ia kembali bangun dan duduk di atas ranjangnya, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya sambil mendengus.

Ia tersenyum miris sambil membuka kotak malang itu, kotak yang akhirnya tidak bisa ia berikan pada seseorang hari ini, "Happy 2nd anniversary Rio, i love you.." gumamnya sendiri.

Tak apalah, ia bisa memberikan hadiah jam tangan itu lain kali saat mereka bertemu. Mungkin Rio benar-benar sangat tidak bisa datang karna ada hal penting yang mendadak yang tidak bisa ditinggal.

Shilla meletakkan kotak hitam itu di atas meja sebelah ranjang tidurnya lalu ia kembali merebahkan tubuhnya sampai akhirnya ia tidak sadar kalau ia tertidur.

❤❤❤

"Non Shilla, den Rio-nya sudah ada di depan."

Shilla menoleh dan menatap seorang wanita yang baru membuka pintu kamarnya itu. Shilla pun tersenyum, dan setelah wanita itu sudah menutup pintunya kembali, Shilla cepat-cepat mengikat rambutnya dan menyibak tasnya. Ia langsung berlari menuju mobil Rio yang terparkir di depan gerbang rumahnya.

"Pagi!" Gadis itu tersenyum ceria di depan kaca samping Rio yang sedang terbuka. Lalu ia berjalan menuju pintu lain disamping Rio dan duduk di dalamnya.

Rio tak berkata apa-apa, ia langsung melajukan mobilnya begitu ia melihat Shilla sudah selesai memasang safety beltnya.

"Hari ini aku ada ulangan harian bahasa Inggris. Kalau kamu ulangannya kapan?" Tanya Shilla dipertengahan jalan karna memang Rio dan Shilla punya jadwal yang berbeda dikarenakan kelas mereka yang terpisah.

"Besok." Jawab Rio singkat.

"Ohh, mau aku kasih tau bocoran ulangannya nanti? Siapa tahu sama.."

Rio menggeleng, "Kamu nggak mau tanya soal semalam?"

Shilla membuka mulutnya karna teringat akan janji semalam yang Rio ingkari itu, "Ah, enggak. Aku tahu kamu pasti bener-bener nggak bisa dateng karna ada yang penting. Ya kan?"

"Hm." Sahut Rio yang semakin singkat sambil mengangguk singkat juga. Pandangan Rio sama sekali tidak teralihkan dari jalanan, sampai Shilla merasa kalau ia hanya pajangan mobil yang bisa diajak berbicara karna Rio tidak pernah menatapnya saat berbicara.

Shilla merogoh tasnya lalu mengeluarkan kotak yang semalam juga ia bawa itu, dan menaruhnya diatas dasbor tepat didepan Rio, "Semoga kamu suka." Tuturnya.

"Apa itu?" Tanya Rio yang masih tak menoleh, apalagi mencoba menyentuh kotak itu.

Shilla mencibir, "Buka sendiri dong."

"Oke, nanti dibuka. Thanks." Shilla semakin menghela nafas panjang saat mendengar sahutan Rio yang hanya begitu saja.

Ia juga sedikit kecewa ketika Rio tidak memberikan apa-apa padanya. Padahal di anniversary mereka yang pertama Rio menyiapkan semuanya begitu romantis dan komplit. Ya lagi-lagi Shilla hanya bisa menelan kekecewaan.

Mobil Rio kini sudah memasuki area sekolah dan berhenti di lahan parkir sekolah. Mereka bersama-sama turun dari mobil dan Shilla langsung menyamakan langkah kaki Rio yang tadinya meninggalkannya duluan.

"Rio." Shilla meraih lengan Rio agar pemuda itu menghentikan langkahnya.

Pemuda itu menoleh dengan tatapan datarnya, bahkan tatapan matanya yang menatap Shilla itu terasa sangat kosong, "Kamu nggak mau kasih aku sesuatu?"

"Oh, pulang sekolah ya. Aku belum sempet beli sesuatu."

Shilla menggigit bibir bawahnya itu sambil mengangguk lalu melepaskan tangannya dari lengan Rio, "Oke."

"Aku duluan." Pemuda itu langsung pergi meninggalkan Shilla yang masih mematung di tempat. Entah kenapa rasanya Shilla ingin menangis detik itu juga. Rio keterlaluan...

Shilla kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kelas, disana sudah ada Pricilla yang menunggunya di bangkunya.

"Kenapa Shil? Pagi-pagi mukanya udah di tekuk aja."

"Gue kurang tidur kayaknya." Jawab Shilla asal.

Pricilla membulatkan mulutnya, "Pasti karna semalem kalian ngerayain anniv. Ya kan?"

Shilla mengangkat bahunya sambil menaruh tasnya di atas meja, ia pun duduk disamping Pricilla yang menjadi teman sebangkunya di kelas itu.

"Kenapa? Are you okay? Kalian baik-baik aja kan?"

Shilla menghela nafas panjang sambil mengangguk, ia juga tersenyum manis yang sangat meyakinkan Pricilla. Entah sejak kapan ia belajar membohongi dirinya sendiri seperti itu.

"I'm okay." Jawabnya kemudian.

Pricilla juga tersenyum, "Jadi gimana? Dia suka jam tangannya kan?"

Shilla mengangguk, "Hm. Dia suka katanya." Lagi-lagi ia bohong. Padahal ia sendiri tahu kalau Rio belum membukanya sejak tadi di mobil, bahkan jamnya dibiarkan ditinggal di dasbor tanpa ia bawa ke dalam sekolah. Miris..

"Bagus dong, tahun kemaren lo ngasih apa ke dia? Sneakers ya kalo gak salah?"

"Iya.."

"Tunggu deh, lo perasaan aneh banget hari ini, gak ada yang lagi lo tutup-tutupin ke gue kan?"

Shilla menggeleng sambil tersenyum, "Enggak kok." Lalu ia membuka tasnya dan membuka buku bahasa Inggrisnya untuk mempelajari materi ulangan hariannya nanti.

❤❤❤

Shilla celingak-celinguk saat baru masuk kantin, lalu saat ia menemukan objek yang dicari, ia langsung menghampirinya sambil berlari kecil.

"Siang!" Sapanya sambil duduk disamping seorang pemuda.

Rio tersenyum tipis, lalu melanjutkan makannya, karna memang ia sedang makan siomay.

Shilla hanya memperhatikan Rio yang sedang makan itu tanpa berpikir untuk memesan makanan juga, entah kenapa memandang Rio membuatnya lupa segala-galanya.

"Kenapa liatin mulu?"

Mata bulatnya itu melebar ketika Rio bertanya seperti itu, lalu Shilla hanya bisa menyengir dengan lugunya.

"Nanti pulang sekolah langsung ke parkiran aja. Gak perlu aku samper ke kelas kan?"

Shilla mengangguk, "Iya, nggak perlu." Jawabnya.

"Gak pesen makan?"

"Enggak, udah kenyang."

"Ohh ya udah.." Rio sudah menyelesaikan makannya lalu ia meminum es teh manis dihadapannya lalu kembali menatap Shilla, "Aku mau ke kelas, kamu mau tetep disini apa mau ke kelas juga?"

Shilla malah mengulum bibirnya, "Kamu nggak mau ngobrol-ngobrol sama aku dulu? Nggak mau tanya gimana tadi aku waktu ulangan?"

"Aku buru-buru, ada tugas yang belum selesai dikerjain."

"Kalau gitu aku ikut ke kelas kamu ya? Boleh ya?"

Rio mendengus, "Aku mana bisa ngerjain kalau kamu ada disana. Karna pasti kamu ngajak ngobrol aku terus."

Ah, sebenarnya Shilla sudah yakin kalau ia akan mendapat penolakan seperti ini.

"Ya kalau aku ngoceh terus, kamu gak usah dengerin."

"Mana bisa, aku kan punya telinga. Otomatis bisa denger."

Shilla mencibir lalu mendengus kesal, "Ya udah deh, aku ke kelasku aja." Ia mengalah juga akhirnya.

Rio langsung bangkit dari tempat duduknya, Shilla juga mengikutinya lalu mereka beranjak keluar kantin bersama-sama.

❤❤❤

Sekarang sudah waktunya pulang sekolah, Shilla bersama Pricilla langsung keluar kelas karna Shilla yang meminta untuk cepat pulang. Saat sampai di parkiran, Pricilla lebih dulu pulang karna supirnya sudah menunggu sementara Shilla masih harus menunggu Rio sambil menyandarkan punggungnya di badan mobil.

Sudah dua puluh menit menunggu, kaki Shilla juga semakin pegal karna kelamaan tidak duduk, ia sudah berdiri sekitar lima belas menit dan ia sudah berjongkok sekitar lima menit setelahnya hanya untuk menunggu Rio yang belum juga keluar dari gedung sekolahnya.

Shilla baru saja berdiri ingin mencari Rio, tapi ia sudah menemukan Rio sedang berjalan ke arahnya sambil memencet tombol yang tergantung dikunci mobilnya itu untuk membuka pintu.

Shilla masuk terlebih dulu karna ia sudah terlalu pegal, jadi ia ingin cepat-cepat duduk. Rio juga langsung masuk dan memakai safety beltnya, "Sorry lama, tadi coach basketku ngajak ngobrol sebentar soal sparing hari sabtu."

"Oh iya gak pa-pa."

"Pegal ya? Masih kuat jalan? Soalnya aku mau ngajak ke mall."

Shilla tersenyum lebar, sejenak ia melupakan kakinya yang pegal-pegal itu dan ia mengangguk cepat, "Masih kuat kok." Karna ia dan Rio akhir-akhir ini jarang sekali mengajaknya pergi berdua.

"Ya udah." Rio langsung melajukan mobilnya sementara Shilla baru memasang safety beltnya itu.

Hanya butuh waktu sebentar saat menempuh jalan dari sekolah menuju mall, karna memang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah.

Setelah memarkirkan mobilnya, Rio langsung keluar dan menunggu Shilla keluar sendiri, setelah itu barulah mereka berjalan berdampingan masuk ke dalam mall.

"Kamu mau apa? Tas, sepatu, baju, novel, make up, atau barang lain? Pilih sendiri aja ya.."

Shilla mengulum bibirnya, aku mau waktu kamu Rio.. aku gak butuh yang lain...

"Shill!"

"Ya?" Shilla tersadar lalu berpikir apa yang ia mau, tapi ia juga sangat bingung apa yang ia inginkan.

Shilla menunjuk ke sebuah restoran, "Kita makan dulu aja ya, aku laper." Tutur Shilla dan untungnya Rio setuju karena ia menganggukinya.

Mereka sudah duduk dan sudah memesan makanan, tapi suasana di meja itu sunyi sekali karena Rio tidak mencoba mengajaknya berbicara sedangkan Shilla sibuk melamun.

"Shill." Rio melambaikan tangannya di wajah gadis itu, barulah Shilla bisa tersadar.

"Ya? Apa?"

"Ngelamunin apa? Tadi aku tanya kamu mau kemana abis ini? Mau beli apa? Di toko mana? Aku nggak bisa lama, abis ini ada janji mau futsal bareng temen kelas."

Shilla meneguk ludahnya lalu menunduk, ia bingung harus jawab apa, egoiskah jika Shilla meminta untuk jangan pergi futsal dan menemaninya saja?

"Shill.."

Shilla kembali mendongak saat Rio memanggil namanya, "Aku..aku mau waktu kamu. Aku nggak butuh apa-apa yo, asalkan kamu mau temenin aku seharian ini."

"Shilla, kan tadi aku udah bilang kalau aku ada janji."

Shilla mendengus, "Kamu selalu begitu."

"Jangan ngajak berantem. Kita kesini bukan buat berantem."

"Aku nggak ngajak berantem, apa salah aku minta waktu pacar aku buat nemenin aku?"

Rio mengacak-acak rambutnya, "Paling males kalau udah ribut begini."

"Kamu nggak pernah ada waktu buat aku, sekarang kamu lebih mentingin kegiatan-kegiatan kamu itu dibanding aku. Kamu berubah yo.."

"Shill, stop deh! Kalau lo kaya gini, mending kita pulang aja.."

Shilla menghela nafasnya mencoba mengontrol emosi dan mencoba untuk tetap diam sampai makanan pesanan mereka datang dan sampai makanan itu habis juga.

❤❤❤

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

187K 17.4K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
2.7M 151K 23
Dia mantan pacarku, Leo. Beberapa tahun tidak berkabar, membuatnya seolah - olah tidak pernah bertemu dengan diriku sebelumnya. Namun, satu persatu k...
3.6M 111K 17
Menyakitkan ketika kau menikah dengan kekasih kembaranmu dan ternyata mereka bermain di belakang ketika kau sendiri sedang hamil. || Copyright ©2016...
912K 75.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...