Spring With You

By kaguyahimechan

83.7K 5.7K 690

[COMPLETED] Kamu tahu apa yang selalu kurindukan dari musim semi? -aroma wangi bunga serta kenangan manis kit... More

#prolog
Trouble Maker
Kenzie
The Ice Prince
Broken Vow
puzzle
Ohissashiburi
Another Trouble Maker
Mood Boosters
Meet Up
a Little Surprise
It's All About Love
Chaotic
Evelyne Walcott
Anger
Jyaa Ne
Ading's Side Story
Mama
Fatty Girl
Sorry
Farewell Party
River Flows In You
Hey Dad...
Hate To Be Here
Maybe
Chibi Dori Chan
Jealous
a Dream
I'm Okay
Complicated
Throw Back
Everything has changed
I Think, I Love You.
The Truth
Incandescently Happy
Who Are You?
It's Not The Unrequited Love
It's Hurt
Sob On and On
I Found You
an Apology
Epilog
A Thousand Thanks

I Will Wait

2.7K 143 28
By kaguyahimechan

Edgar memutar-mutar cangkir yang berisi cappuccino yang ada di hadapannya. Sesekali ia melirik ke arah Keyra yang duduk di seberang mejanya. Keyra hanya diam mematung menantinya berbicara.

Seperti ada sebuah firasat buruk yang dirasakan Keyra saat Edgar meneleponnya dan mengajaknya bertemu di kafe milik orang tua Ryu.

Berulang kali terdengar desahan napas panjang Edgar. Sepertinya sangat berat baginya untuk mengutarakan maksud dan tujuannya untuk bertemu dengan Keyra malam itu.

Keyra tetap menantinya dengan sabar. Meski perasaannya terasa begitu tak enak.

"Gimana perasaan lo sekarang, Key?" Akhirnya Edgar bersuara setelah hening yang begitu lama. Ditatapnya wajah Keyra dengan sebuah tatapan yang mengandung banyak arti.

Keyra mendongak dan menatap ke arahnya. Segaris senyum kemudian tersungging di wajahnya. Meski gurat-gurat kesedihan itu masih terukir di sana, namun senyum yang ia berikan terlihat begitu tulus bukanlah sebuah keterpaksaan.

Edgar tersenyum lega membalasnya.

"Gue ga mungkin terus-terusan bersedih, Gar. Sekarang gue udah cukup kuat untuk menerima kepergian Ading." Ucapnya dengan tegar.

"Lo emang cewek yang kuat. Gue yakin lo pasti bisa kembali lagi seperti yang dulu. Keyra yang gue kenal. Keyra yang periang dan penuh semangat."

Keyra hanya tersenyum mendengarnya.

Kemudian hening lagi. Mereka berdua hanya saling bertatap-tatapan. Edgar menatap Keyra dengan tatapan penuh kerinduan. Betapa ia merindukan sosok Keyra yang dulu. Berbicara serius seperti ini, rasanya begitu canggung bagi Edgar.

"Lo pasti ga tau 'kan Key, kalo miniatur peri itu adalah karya mendiang nyokap lo?"

Keyra melongo kaget dan tak percaya saat mendengarnya.

"Gue malah baru tahu. Lo tau dari mana?"

"Dari Anya. Nyokapnya Anya itu sahabatan sama nyokap lo. Nyokap lo ngasih miniatur peri itu ke nyokapnya Anya." Jelas Edgar.

Keyra terdiam mendengarnya. Dulu waktu bertemu Adisa yang ternyata adalah Ibunya Anya, Adisa mengakui bahwa dirinya adalah sahabat Mamanya semasa kuliah dulu. Keyra kemudian mengerti. Ternyata miniatur peri karya Mamanya itu sekarang malah jadi miliknya.

"Trus kenapa bisa ada di tangan lo?" Tanya Keyra kemudian.

Akhirnya Edgar menceritakannya kepada Keyra.

Keyra hanya manggut-manggut hingga akhirnya Edgar selesai bercerita.

"Gue kaget, ternyata lo masih nyimpen miniatur peri pemberian gue itu." Ujar Edgar seraya menatapnya dengan intens yang membuat Keyra sedikit gelagapan dan akhirnya tak berani membalas tatapan matanya.

Keyra segera meraih cangkir yang berisi green tea di hadapannya dan meneguknya hampir setengah bagian isinya habis.

Edgar tertawa kecil melihatnya.

"Ngapain lo ketawa?" Tanya Keyra dengan wajah cemberut.

Edgar malah semakin tertawa dengan lebar yang akhirnya membuat Keyra kesal dan mendelik ke arahnya.

"Jadi lo nungguin bocah itu buat jadiin lo pacarnya ya?" Goda Edgar. Ia kemudian terkekeh.

Kedua pipi Keyra langsung bersemu merah mendengarnya.

"Ya gue cuma suka aja sama miniatur peri itu. Lagian bentuknya unik. Perinya juga cantik. Ya ga mungkin gue buanglah." Kilah Keyra yang sekuat tenaga menutupi perasaannya yang mulai gugup. Jantungnya sekarang berdetak lebih kencang dari biasanya. Oksigen, Keyra butuh lebih banyak pasokan oksigen sekarang untuk bernapas. Keyra seperti mengalami kesulitan untuk bernapas sekarang.

Edgar tersenyum geli melihat tingkahnya itu.

"Lo ga tau aja gimana usaha gue buat nyari-nyari gadis kecil itu." Tukas Edgar kemudian yang membuat Keyra melirik ke arahnya.

Wajah Edgar kini berubah menjadi serius.

"Permainan takdir begitu aneh ya. Bahkan gue ga pernah nyangka kalo ternyata gadis kecil itu elo."

Edgar kemudian menatap Keyra dalam-dalam. Tatapannya begitu mengunci sehingga membuat Keyra terlalu sulit untuk bergeming.

Ada rasa hangat mengalir di dalam dada Keyra.

"Gue bersyukur karena lo adalah orangnya." Ucapnya seraya tersenyum lembut. Senyumnya membuat dada Keyra berdebar-debar aneh.

"Key, jaga diri baik-baik ya." Ucap Edgar kemudian.

Keyra menatapnya bingung.

Edgar segera meraih dan menggenggam tangan Keyra yang tergeletak di atas meja. Rasa hangat mulai menjalari permukaan telapak tangan Keyra. Genggaman tangan Edgar begitu hangat dan membuatnya nyaman.

"Berat buat gue untuk ngomong ini. Tapi gue udah ga punya banyak waktu lagi. Gue harus mastiin lo baik-baik biar gue bisa sedikit tenang saat ngucapin--" Edgar sedikit lama menggantung kalimatnya.

"... perpisahan." Suara Edgar terdengar serak saat melanjutkan kalimatnya.

Keyra terbelalak kaget mendengarnya. Ada perasaan nyeri di dadanya. Rasanya begitu menyakitkan. Belum sembuh kesedihan yang ia rasakan karena kehilangan sosok Ading, kini ia harus menyiapkan dirinya lagi untuk berpisah dengan Edgar. Cobaan apalagi ini? Rasanya begitu menenangkan selama beberapa minggu belakangan ini berada terus di dekat Edgar. Membagi perasaan sedih dan dukanya bersama Edgar. Namun sekarang?

Keyra kemudian hanya bisa tertunduk sedih, menyembunyikan kedua kelopak matanya yang mulai berair.

Edgar semakin menggenggam erat tangan Keyra. Sungguh perasaannya begitu tersiksa. Betapa ia ingin terus berada di samping Keyra. Menghibur gadis itu, menemaninya setiap waktu, berbagi lelucon-lelucon konyol bersamanya, tertawa dan bahkan berbahagia dengannya.

"Maafin gue, Key. Harusnya gue bisa lebih lama lagi menemani lo ngelewatin semua ini." Ujar Edgar lirih.

Keyra tetap diam membisu.

"Nenek gue sakit, udah lama banget gue ga pernah ketemu beliau. Beliau pengin banget ngabisin sisa usianya bersama cucu-cucunya." Jelas Edgar dengan suara seraknya.

Pelan air mata Keyra mulai mengalir. Logikanya begitu egois ingin menahan Edgar untuk tetap berada di sini, di sampingnya. Namun hatinya berusaha untuk bisa memahaminya.

Terlalu berat rasanya bagi Keyra untuk berpisah dengan Edgar. Betapa Edgar terlalu berarti baginya. Kehadiran Edgar selalu ia rindukan. Celotehnya, gelak tawanya, senyum jahilnya, keusilannya dan semua tentang Edgar selalu bisa membuatnya merindu dan mendamba akan sosoknya itu. Keyra terlalu mencintai Edgar. Sangat-sangat mencintainya. Lalu bila Edgar pergi, bagaimana ia akan menjalani hari-harinya?

Edgar langsung meraih dagu Keyra dan dengan lembut mengangkatnya hingga membuat Keyra mendongak dan menatap Edgar. Mata Keyra terlihat basah. Ada butiran bening yang mengalir di wajah Keyra.

"Hey jangan nangis." Suara Edgar terdengar begitu lembut. Tatapan matanya begitu menenangkan. Dengan lembut Edgar mengusap air mata yang mengalir dari sudut mata Keyra.

"Keyra yang gue kenal adalah Keyra yang kuat." Ucapnya seraya tersenyum menenangkan.

"Jujur, berat buat gue untuk ninggalin lo. Gue pengen banget bisa terus di samping lo, ngejagain lo dan ngelindungin lo. Bahkan sekarang saat sedang berhadapan dengan lo aja gue masih aja ngerasa kangen. Dan Gue bahkan ga tau gimana caranya ngabisin waktu di sana tanpa diri lo, Key." Ungkap Edgar yang membuat Keyra menatap bingung saat mendengar kalimat terakhirnya itu.

Sepertinya Edgar menyadari kebingungan yang dirasakan oleh Keyra.

"Gue ga tau ini saat yang tepat atau bukan. Tapi gue udah ga tau lagi Key harus gimana lagi." Edgar terlihat begitu frustasi. Edgar begitu dilema untuk mengutarakan perasaannya yang sebenarnya kepada Keyra.

Edgar merasa dirinya begitu tak tahu diri bila harus mengatakannya sekarang. Sekarang sepertinya bukanlah saat yang tepat bagi Keyra. Lihatlah keadaan Keyra sekarang. Kesedihan masih nampak di raut wajahnya. Namun Edgar akhirnya tak ingin perduli lagi. Perasaannya begitu tersiksa. Edgar sudah tak kuasa lagi menahan perasaannya itu.

"Gue ngerasa tersiksa banget dengan perasaan gue ini. Rasanya pengen banget teriak sekencang-sekencangnya ngeluapin segala perasaan yang gue rasain."

Edgar terdengar menghela napas berat. Sementara Keyra mengerjap menatapnya menanti ucapannya selanjutnya.

"Keyra ... Keyra ... Keyra.... " dengan nada lembut Edgar menyebut nama Keyra. Sebuah senyum langsung tersungging di wajah Edgar setelah menyebut nama Keyra.

Entah mengapa dada Keyra langsung berdesir aneh mendengar namanya disebut seperti itu.

"See ... bahkan hanya dengan menyebut namamu aja udah bisa bikin gue tersenyum." Edgar merasakan pipinya menghangat seiring dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Seperti terhipnotis, tanpa sadar Keyra juga ikut tersenyum dan akhirnya malah tertunduk malu. Dadanya semakin berdesir aneh seiring dengan degup jantungnya yang mulai berdetak tak sesuai ritmenya.

"Keyra udah besar 'kan sekarang. Seperti janji kita dulu.... kalo udah besar nanti.... harus jadi pacar aku." Edgar kemudian menyengir lebar.

Keyra semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Degup jantungnya semakin berdetak kencang. Hingga membuatnya begitu malu menatap wajah Edgar.

Dengan gemasnya Edgar menangkup kedua pipinya, memaksanya untuk membalas tatapan mata Edgar yang begitu intens.

"Aku emang harus pergi Key. Tapi sebelum semuanya terlambat, aku pengen banget kamu tahu perasaan aku yang sebenarnya. Aku sayang kamu, Key."

Edgar kemudian menarik napas dalam-dalam.

"Keyra, mau ga jadi pacar aku?"

Sebuah senyum hangat mengukir wajah Edgar. Senyum yang begitu menenangkan. Senyum yang selalu Keyra rindukan.

Keyra menggigit bibir bawahnya menahan malu. Kulit wajahnya yang tertutup oleh telapak tangan Edgar seketika merona merah.

Dan akhirnya, satu anggukan kecil dihadiahi Keyra sebagai jawabannya. Senyum Edgar semakin melebar. Dengan haru, Edgar kemudian meraih kedua tangan Keyra dan mengecupnya dengan lembut.

"Secepatnya kita bakalan ketemu lagi, Key. Kamu mau 'kan nunggu aku?" Tanya Edgar penuh harap.

Keyra mengangguk kecil, "iya, aku bersedia untuk nungguin kamu." Ucap Keyra yang kemudian di sambut dengan senyum bahagia oleh Edgar.

❤❤❤

Suasana terminal keberangkatan Bandara Soekarno Hatta saat itu terlihat begitu ramai. Aura perpisahan nampak terlihat jelas menyelimuti Edgar, Keyra, Kina, dan juga Ryu.

Edgar dan juga Ryu sengaja menjauhkan diri mereka dari keluarga mereka demi untuk memiliki privasi saat melepas pisah dengan kekasih hati mereka.

"Inget ya, jangan lupa makan dan makan yang banyak biar ga sakit. Kamu ga perlu pake acara diet-diet segala untuk bisa terlihat lebih menarik di mataku!! Karena bagi aku, Kina yang seperti ini adalah Kina yang sempurna." Ryu mengucapkan wejangan-wejangannya untuk Kina seraya mengelus-elus puncak kepala Kina dengan sayang. Kemudian mencubit kedua pipi Kina dengan gemas.

Sementara Kina tersenyum malu menanggapinya.

Lain halnya dengan Kina dan Ryu, Aura kesedihan begitu jelas terlihat di antara Edgar dan Keyra.

"Hey jangan bersedih!" Larang Edgar saat melihat tatapan Keyra yang begitu sendu.

"Aku ingin melihat senyummu. Bukan tampang sedih seperti ini. Biar setiap kali aku kangen, senyum manismu itu yang bakalan muncul dalam benakku." Ucap Edgar seraya mengusap-usap lembut wajah Keyra.

Mendengar itu, seketika segaris senyum langsung menghiasi wajah Keyra.

"Kayaknya mereka lebih romantis deh daripada kita," ucap Edgar seraya menahan tawanya saat melirik ke arah Ryu dan juga Kina .

Keyra langsung menoleh mengikuti arah pandangan Edgar.

Nampak Ryu tengah memeluk Kina seraya mengusap-usap punggung Kina dan membuat tubuh keduanya bergerak seperti berirama ke kiri dan ke kanan. Tingkah keduanya terlihat seperti dua anak kecil yang menggemaskan.

Keyra langsung tertawa kecil melihatnya. Edgar pun akhirnya ikut tertawa.

"Distance will keep us apart, but when you close your eyes, you can find me near your heart. I will always be there as long as you love me." Ucap Edgar tiba-tiba dengan nada lembut.

Sontak Keyra menoleh dan menatapnya penuh haru.

Dengan sayang Edgar membelai-belai wajah Keyra, yang membuat kedua pipi Keyra menghangat dan bersemu merah.

Edgar menatapnya dengan intens, "kita pasti bakalan ketemu lagi," ucapnya kemudian. Lepas itu Edgar langsung meraih tubuh Keyra dalam dekapannya dan dengan lembut mencium puncak kepalanya.

Rasa hangat dan nyaman langsung menjalari tubuh Keyra. Sungguh ia akan menanti dengan setia hingga mereka dipertemukan kembali.

"Ayo, Gar! Udah waktunya kita pergi nih!" Ajakan Ryu menginterupsi kemesraan Edgar dan Keyra.

Dengan enggan Edgar segera melepas pelukannya.

"See you, Key." Ucap Edgar yang hanya mampu dibalas dengan anggukan kecil dari Keyra. Begitupun dengan Kina yang tak jauh berbeda dengan Keyra, Kina hanya bisa mengangguk pelan saat Ryu mengucap kata pisah.

Keduanya kemudian saling menggenggam tangan dengan erat, mencoba saling menyalurkan kekuatan untuk bisa melepas kepergian kekasih yang mereka cintai.

Mereka memang harus berpisah. Namun perpisahan ini merupakan awal yang baru bagi kisah cinta mereka. Semoga saja jarak tak akan menjadi penghalang bagi mereka dikemudian hari.

❤️❤️❤️

================================

A/n. Next part epilognya aku private ya. Khusus buat followersku aja.

Love u readers to the moon and back 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 170 8
[Spiritual-Fanfiction-Romance] Bisakah berjalan beriringan dijalan berbeda untuk tujuan yang sama? "Aku tak mengerti mengapa takdir mempertemukan kit...
451K 38.6K 59
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
2.1K 182 9
Ini adalah beragam cerita pendek bergenre creepy/misteri/gore/thriller, murni hasil karya gue sendiri. Gue mengedepankan plot yang ngetwist atau surp...
24.6K 2.3K 29
[antologi puisi] ¸„.-•~▬▬⸙✦⸙▬▬~•-.„¸ ❝merantai jurai-jurai karsa yang menyemai rasa, tertuang dalam aksara ya...