Lost Girl (Lost #2)

By Nureesh

43.9K 2.5K 233

Kelsey Eiren tidak pernah berpikir dirinya akan kembali ke kota yang telah menghancurkan hidupnya. Namun keti... More

Author's Note
Prolog
Bab 1 : Tertahan
Bab 2 : Pergi
Bab 4 : Penjelasan
Bab 5 : Kepingan Masa Lalu
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 1)
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 2)
Bab 7 : Sempurna
Bab 8 : Dongeng (Bagian 1)
Bab 8 : Dongeng (Bagian 2)
Bab 9 : Hampa (Bagian 1)
Bab 9 : Hampa (Bagian 2)

Bab 3 : Kehilangan

2.5K 187 11
By Nureesh

"Kelsey, kau baik-baik saja?"

Pertanyaan Hunter itu menyentak Kelsey.

"Bagaimana ... mengapa...." Kelsey mengepalkan tangannya, lalu melanjutkan, "Ibuku meninggal?"

Hunter mengangguk perlahan.

"Dia memiliki tumor dalam kepalanya. Sejauh yang aku tahu, keadaannya memburuk sejak musim dingin lalu."

"Aku ... harus pergi," ucap Kelsey. Matanya memandang tanpa fokus.

"Aku juga akan pergi ke pemakaman," balas Hunter. Menahan Kelsey yang hampir berdiri. "Connor adalah salah satu pemain inti dalam tim. Karena itu pihak sekolah menghubungiku."

"Connor bermain football?" tanya Kelsey.

Fakta itu seharusnya tidak penting bagi Kelsey. Apalagi ketika ia baru saja mendengar bahwa ibunya meninggal. Namun Kelsey tidak bisa membiarkan dirinya larut dalam tangis. Karena tidak diragukan, akan ada amarah juga sesal yang mengikuti. Ia harus memikirkan hal lain. Dan memikirkan Connor sudah lebih dari cukup untuk membuat pikiran Kelsey tetap jernih.

"Aku harus menemui adikku," ujar Kelsey kemudian.

"Dan aku akan mengantarmu," sahut Hunter cepat. "Tunggu di apartemen Cam. Aku akan ke sana."

Kelsey pun melangkah keluar dari apartemen Hunter dan menuruni tangga dengan cepat. Begitu masuk ke dalam apartemen Cam, Kelsey melihat sahabatnya sedang berdiri di ruang tamu.

"Kels, ke mana kau pergi? Aku terbangun dan kau tidak ada," ucap Jess. "Kau sudah mengambil kunci mobilmu? Aku membawanya-"

"Ibuku meninggal," sela Kelsey.

Mata Jess terbelalak.

"Apa?" gumam Jess dengan ekspresi syok.

Cam keluar dari kamar, lalu menghampiri mereka.

"Ibuku meninggal," ulang Kelsey. Ditariknya napas dalam-dalam. "Aku harus menemui Connor. Dia...."

Jess bergerak mendekat, hendak meraih Kelsey ke dalam pelukannya. Namun Kelsey mengambil satu langkah mundur.

"Aku tidak memiliki waktu untuk itu. Aku harus bertemu dengan adikku," ucap Kelsey tanpa ragu.

Jess mengangguk mengerti.

Tigapuluh menit kemudian, mereka sampai di pemakaman. Kelsey tetap duduk di dalam mobil Hunter. Sementara Jess dan Cam turun. Jess kembali menatap Kelsey sebelum melangkah memasuki pemakaman.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanya Hunter.

Kelsey menoleh, mencoba menyunggingkan senyum tipis.

"Aku hanya harus menemukan Connor," jawabnya lirih.

Setelah itu Kelsey mengedarkan pandangannya. Sejauh yang bisa tertangkap oleh matanya, tidak ada sosok Connor. Adiknya tidak terlihat di mana pun. Tak lama, ponsel Kelsey berdering. Telepon dari Jess.

"Apa kau menemukannya?" tanya Kelsey.

"Tidak ada seorang pun yang melihatnya," jawab Jess. "Mereka juga sedang mencarinya."

Kelsey menggigit bibir. Berpikir keras. Di mana adiknya berada?

Lalu sebuah tempat terpikirkan olehnya.

"Jess, aku harus pergi." Kelsey berkata cepat. Ia tahu di mana adiknya berada. Bersembunyi, tepatnya.

"Apa? Kels-"

Namun Kelsey sudah memutuskan sambungan. Gadis itu menoleh pada Hunter, lalu mengucapkan nama sebuah tempat yang sudah lama tidak didatanginya. Dan berharap sepenuh hati, adiknya benar-benar ada di sana.

***

Dengan langkah lebar Kelsey menapaki jalan setapak di hutan lindung itu. Pohon-pohon besar berjajar di sisinya, menghalangi sinar matahari sehingga tidak menyengat kulitnya secara langsung. Karena waktu yang masih terhitung pagi, hutan lindung itu sepi. Hampir tidak ada orang lain, selain Kelsey dan Hunter.

Hunter tidak membuka suara sepanjang perjalanan kaki mereka selama limabelas menit terakhir. Kelsey yang biasanya tidak menyukai keheningan, kali ini sangat bersyukur karena ia mendapat teman perjalanan yang tidak banyak bicara.

Satu helaan napas mengiringi Kelsey ketika gadis itu berbelok ke kiri di persimpangan jalan. Arah ke kiri itu sebenarnya merupakan jalan buntu. Namun Kelsey ingat sebuah batu besar yang berada di sisi jalan setapak. Letaknya di bawah dan tertutup oleh barisan pohon. Hanya Kelsey, Connor, juga mendiang kakaknya yang mengetahui tempat itu.

"Kelsey, jalan ini-"

Kelsey menoleh, lalu berkata, "Tunggu di sini." Setelah itu ia melemparkan seulas senyum tipis sebelum meloncat turun dari jalan setapak.

Jantung Kelsey mulai berdebar keras tatkala kakinya melangkah semakin dekat pada tempat yang ia tuju. Kenangan melintas di benaknya dengan cepat. Sejak kecil, hutan lindung itu adalah tempatnya bermain bersama saudara-saudaranya. Karena letaknya yang berada tepat di belakang rumah, Kelsey tidak pernah kesulitan ketika harus menyelinap pergi. Hutan itu tidak besar, namun cukup panjang dan sering digunakan oleh orang-orang sebagai jalur berlari.

Tak berapa lama kemudian, batu besar itu terlihat. Namun tidak ada siapa pun di atasnya. Kelsey mengepalkan tangannya, lalu menarik napas dalam-dalam. Kakinya mengambil tiga langkah maju, dan Kelsey menemukannya.

Connor Eiren. Adiknya. Adik yang sudah tidak dilihatnya selama lima tahun.

Kelsey mengeratkan kepalan tangannya. Tidak melepas pandangan dari adiknya yang kini terlihat sangat tinggi, bahkan dari tempatnya duduk meringkuk. Adiknya itu memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di lekuk lengan. Terlihat begitu kesepian. Penuh beban.

Aku tidak melihatnya tumbuh besar, batin Kelsey perih. Aku tidak melihatnya lulus dari sekolah menengah pertama. Aku tidak membantunya belajar mengendarai mobil. Aku tidak tahu siapa cinta pertamanya. Aku bahkan tidak tahu apa hidupnya baik-baik saja. Oh Tuhan.... Apa yang sudah kulakukan?

Saat itulah, Connor merasakan kehadiran seseorang di sisinya. Ia mendongak. Terbelalak tak percaya ketika bertatapan dengan mata biru yang sewarna dengan matanya sendiri.

"Kelsey...."

Satu tetes air mata mengaliri wajah Kelsey tanpa sempat ditahan. Suara adiknya berubah. Lebih dalam, juga berat. Wajahnya bahkan berubah, terlihat lebih tirus dan ada bekas luka di atas alis kanannya.

Connor bangkit berdiri. Menatap Kelsey dengan mulut terbuka, namun tidak ada suara yang keluar. Kini ada perbedaan yang besar dalam tinggi badan mereka. Dulu, tinggi Connor hanya mencapai pipi Kelsey. Namun kini, tinggi Kelsey bahkan tidak mencapai dagu adiknya.

Mereka berubah. Tidak lagi sama. Hampir seperti bertatapan dengan orang asing, namun ada rindu yang merajam hati.

Kelsey mengambil satu langkah maju, dan Connor mengejutkannya dengan bergerak menjauh.

"Connor...."

"Kau...." Connor mengusap wajahnya, lalu kembali menatap Kelsey. Kali ini ada amarah di kedua mata birunya. "Apa kau tahu.... Kau.... Aku.... Argh!"

Kelsey menghapus air matanya. Berusaha menenangkan adiknya yang terlihat gusar.

"Maafkan aku," ucapnya pelan. "Tidak ada satu detik pun yang berlalu dalam hidupku tanpa aku-"

"Kau meninggalkanku," potong Connor tajam.

Kelsey mengangguk. "Aku tahu. Aku tahu kesalahanku. Aku-"

"Kau meninggalkanku, Kelsey."

"Connor, kumohon-"

"Mengapa?"

Satu pertanyaan itu membungkam Kelsey. Bibirnya terkatup. Penjelasannya terhenti. Karena dari segala pertanyaan yang mungkin Connor tanyakan, hanya pertanyaan itu yang tak kan pernah mampu Kelsey jawab.

"Mengapa kau pergi?" ulang Connor. Nadanya semakin menuntut. "Mengapa kau meninggalkanku? Mengapa kau tidak mengatakan apa pun? Apa kau tahu berapa lama aku mencarimu? Apa kau tahu betapa aku.... Mengapa kau tidak pernah kembali?!!"

Kelsey memejamkan matanya. Tidak sanggup melihat luka menganga yang terlihat jelas di kedua mata biru adiknya.

"Apa kau tidak akan menjawabku?" lanjut Connor.

Kelsey mendongak.

"Connor, aku-"

"Tentu saja kau tidak akan menjawabku," sela Connor. Senyum penuh kecewa menghiasi bibirnya. "Aku tidak berarti bagimu. Kau tidak pernah peduli padaku. Sejak awal, kau selalu berharap aku tidak pernah ada, bukan? Dan setelah kecelakaan itu...."

Kelsey menggeleng. Sesaknya mulai terkumpul, mengancam akan mengalir keluar dalam bentuk air mata.

"Kau berharap aku yang berada di dalam mobil itu," lanjut Connor lirih. "Kau berharap bukan Ayah dan Daniel yang mengalami kecelakaan. Kau berharap aku yang mati dan tidak pernah kembali. Aku benar, bukan?! Kau selalu mengharapkannya!!!"

"Connor, tidak. Jangan berkata seperti itu...."

"Lalu apa alasanmu pergi?! Katakan padaku, mengapa kau pergi?!"

Kelsey kembali menggeleng. Ia tidak bisa mengatakannya. Ia tidak akan pernah bisa mengatakan hal buruk itu pada adik kecilnya.

"Kumohon, Connor-"

"Aku tidak ingin melihatmu lagi." Connor berkata dengan tangan terkepal erat. "Jangan pernah menemuiku lagi. Aku sudah tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Kalian semua meninggalkanku...."

Dan sebelum Kelsey mengucapkan satu patah kata pun, Connor pergi dari hadapannya.

"Kelsey?"

Panggilan Hunter menyentaknya. Dengan cepat Kelsey berbalik, lalu mengikuti arah kepergian adiknya.

"Kita harus mengikutinya," ucap Kelsey.

Hunter tidak mengatakan apa pun, sementara Kelsey melanjutkan langkah. Kelsey sama sekali tidak menyadari kebekuan yang membungkus Hunter. Karena selama sesaat, Hunter berpikir Kelsey akan hancur berkeping-keping. Tidak hanya harus kehilangan ibunya, Kelsey pun harus menerima kemarahan adiknya. Namun pada kenyataannya, Kelsey tetap berdiri tegak. Tanpa air mata. Tidak seperti saat....

"Hunter!"

Seruan itu membuat Hunter kembali pada realita. Kelsey menunggunya di jalan setapak. Maka dengan sebuah tekad baru, Hunter pun menghampirinya. Memantapkan hati, bahwa sejak detik ini, hanya langkah Kelsey yang akan diikutinya.

Ke mana pun gadis itu pergi.

***

Hai hai haiiii. Gimana sama bab 3 ini? Makin penasaran? Apa kira-kira alasan Kelsey pergi? Dan ... siapa Hunter sebenarnya? Sampai ketemu Jumat depan! ^^

P.S : PO novel Song for Unbroken Soul & Imperfect Angel masih dibuka. Langsung pesan via tokopedia aja. Info lebih lanjut silakan pm aku ;)

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 67.6K 77
The year is 1988, and Finn, Ronan, Becca and Jasper are spending the summer at a reformatory camp located deep in the Alaskan wilderness. The camp, n...
3.2M 131K 59
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
23.8K 626 29
"Ember! Slow down!" I heard the four yell. I stopped suddenly and everyone sprang forward. I started to cry. "Em?" Chandler said placing a hand on...
190M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...