Lost Girl (Lost #2)

By Nureesh

43.9K 2.5K 233

Kelsey Eiren tidak pernah berpikir dirinya akan kembali ke kota yang telah menghancurkan hidupnya. Namun keti... More

Author's Note
Prolog
Bab 2 : Pergi
Bab 3 : Kehilangan
Bab 4 : Penjelasan
Bab 5 : Kepingan Masa Lalu
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 1)
Bab 6 : Merasakan Segalanya (Bagian 2)
Bab 7 : Sempurna
Bab 8 : Dongeng (Bagian 1)
Bab 8 : Dongeng (Bagian 2)
Bab 9 : Hampa (Bagian 1)
Bab 9 : Hampa (Bagian 2)

Bab 1 : Tertahan

4K 221 16
By Nureesh

"Kelsey!" seru Jess penuh suka cita. "Bagaimana kau bisa ada di sini?"

Kelsey tersenyum lebar. Menerima pelukan sahabatnya dengan hati yang merasa tenang, meski hanya untuk sesaat.

Menginjakkan kaki lagi di kota Holy-sebuah kota kecil yang menjadi bagian dari South Carolina-bukan suatu hal yang mudah bagi Kelsey. Gadis itu bahkan tidak ingat sudah berapa kali ia berpikir untuk memutar balik arah mobilnya. Pulang ke apartemen sederhana yang ia tinggali selama lima tahun terakhir di pusat kota New York. Kembali bersembunyi dan tetap menghilang dari kehidupan orang-orang yang berada di kota Holy-orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya, memaksanya untuk pergi, juga membuatnya tersesat. Kehilangan arah, tak lagi memiliki tujuan.

Namun Kelsey tidak bisa melakukannya. Tidak ketika satu-satunya orang paling berharga yang tersisa dalam hidupnya akan bertunangan. Kelsey tidak akan merusak kebahagiaan Jess hanya karena rasa takutnya.

"Aku tidak mungkin melewatkan pesta pertunangan sahabatku!" balas Kelsey. "Oh, astaga, Jess.... Aku sangat merindukanmu!"

Jess tertawa, terlihat sangat bahagia dengan kedatangan Kelsey.

"Kau tahu aku sangat membenci kejutan, namun kau bisa memberiku kejutan seperti ini sebanyak mungkin!"

Menggeleng, Kelsey membalas, "Jangan terbiasa. Aku tidak akan menambah 'menyetir selama empatbelas jam' ke dalam hobi baruku."

Senyum bahagia sama sekali tidak menghilang dari wajah Jess.

"Berapa lama kau akan berada di sini?" tanya Jess. "Apa kau akan menemui-"

"Berikan sahabatmu ini waktu untuk beristirahat. Malam ini, aku hanya akan minum dan berdansa. Setelah itu ... aku akan memikirkannya."

Jawaban Kelsey itu sangat dimengerti oleh Jess. Kedatangannya saja sudah merupakan suatu pengorbanan tersendiri. Jess tidak akan menambah beban Kelsey dengan menanyakan hal itu.

"Ah, ada seseorang yang harus kuperkenalkan padamu. Ayo!" seru Jess dengan nada cerianya.

Kelsey membiarkan Jess menarik tangannya, berjalan melewati kerumunan orang yang bergerak mengikuti musik dan baru berhenti di hadapan dua orang pria bertubuh tinggi. Salah satunya adalah Cameron Alston, tunangan Jess. Kelsey mengenalnya karena dulu mereka berada di tahun yang sama saat sekolah.

"Halo, Kelsey. Senang melihatmu bisa bergabung bersama kami," sapa Cam hangat.

Kelsey memberikan senyumnya. Senyum yang sangat sering ia ulas tanpa ia benar-benar merasakannya. Senyum yang ia tampilkan agar orang-orang di sekitarnya tidak menyadari betapa kelam hatinya, betapa dalam lukanya.

"Halo juga, Cam. Aku akan benar-benar senang jika kau menjaga sahabatku. Jika kau membuatnya menangis satu kali saja...."

Cam tertawa, sementara Jess memeluk bahu Kelsey. Lalu mata biru Kelsey beralih pada pria yang berdiri diam di sisi Cam. Pria itu lebih besar dari Cam, meski tidak sebesar para binaragawan. Tubuhnya terlihat sangat kekar. Sesuai dengan tingginya. Tidak berlebihan. Proporsional. Kelsey menebak pekerjaannya pasti berhubungan dengan kegiatan fisik.

"Oh, Kels, dia adalah Hunter Barthram. Sahabat sekaligus pemilik apartemen tempat Cam tinggal," ucap Jess.

Kelsey mengerjap. Pria itu masih tidak bergerak. Hanya tatapan matanya yang lurus pada Kelsey yang membuat Kelsey tahu bahwa pria itu pun mendengar ucapan Jess.

Lalu ... mengapa ia tetap diam?

"Hai," sapa Kelsey dengan satu tangan terulur. "Aku Kelsey. Senang bertemu denganmu."

"Hunter," balasnya seraya menyambut uluran tangan Kelsey.

Selama sesaat Kelsey membiarkan kebingungan menyelimutinya. Pria itu menggenggam tangannya dengan erat meski tidak menyakitkan. Dan ... tatapannya. Tatapan itu mengunci Kelsey. Membuatnya merasa lumpuh. Seakan seluruh oksigen dalam paru-parunya tertarik keluar dengan paksa.

Bukan, sungguh bukan karena ketampanan pria itu. Bukan pula karena tubuhnya yang bisa membuat setiap gadis menjerit penuh damba. Namun tatapannya. Ada sesuatu dalam mata hijaunya yang tidak berhenti menatap Kelsey. Apa yang salah? Mengapa Kelsey merasa pria itu sedang mencari sesuatu dalam dirinya?

Kelsey mengulas senyum terbaiknya, namun entah mengapa satu pertanyaan itu tetap tidak meninggalkannya.

Tapi ... apa? Mereka baru saja bertemu. Kelsey bahkan sangat yakin mereka tidak pernah berada di sekolah yang sama. Mustahil pria itu mengenal Kelsey sebelumnya. Pria itu tidak seharusnya menatap Kelsey seperti itu.

Beberapa orang mendatangi mereka dan mengucapkan selamat pada Jess juga Cam. Kelsey menggunakan kesempatan itu untuk pergi.

"Aku akan mengambil minuman," ucap Kelsey.

Sebelum Jess sempat membalas, Kelsey melangkah menuju bar. Gadis itu memesan minuman beralkohol dan meminumnya dengan cepat. Satu gelas menyusul gelas yang lain. Dalam waktu kurang dari duapuluh menit, Kelsey sudah merasa kepalanya ringan.

Menoleh, Kelsey melihat sahabatnya masih sibuk berbincang. Kali ini dengan orang berbeda. Entah siapa, Kelsey tidak mengenalnya. Ketika Jess membalas tatapannya dan melayangkan pandangan memperingatkan, Kelsey hanya tersenyum.

"Aku ingin satu lagi," ucap Kelsey pada bartender bertubuh kurus yang sedari tadi bertugas di balik bar.

"Kau yakin? Kurasa calon bos baruku baru saja mengirimkan sebuah gelengan kepala untukku," balasnya. "Dan kau sudah menghabiskan empat gelas. Mungkin kau harus mengganti minuman itu dengan air mineral untuk sementara waktu."

Kelsey memutar mata, lalu turun dari kursi yang didudukinya dan melangkah menuju lantai dansa. Ia tidak benar-benar tahu lagu apa yang sedang terputar, namun ia membiarkan tubuhnya untuk bergerak. Bebas. Tanpa beban.

Tak lama, seorang pria mendekatinya. Cukup tampan dan mungkin usianya berada di awal tigapuluhan. Kelsey tidak benar-benar memperhatikan pria itu, karena satu-satunya hal yang ia lihat hanya tangannya. Tidak ada cincin. Aman. Kelsey bisa bermain bersamanya.

Satu tarian berlanjut pada hal lain. Sebelum lagu berganti, tubuh Kelsey sudah lekat dengan tubuh pria itu. Mereka bergerak dengan bibir yang mengulas senyum menggoda.

"Aku Wyatt. Kau ingin pergi dari tempat ini?" ucap pria itu tepat di telinga Kelsey.

"Setelah minum, tentu saja," balas Kelsey tanpa ragu.

Mereka berjalan menuju bar. Kali ini bartender bertubuh kurus itu digantikan oleh seorang gadis dengan tindik di hidung. Gadis itu membuatkan minuman yang Kelsey minta dengan cepat, sementara pria dari lantai dansa duduk di sebelah Kelsey.

"Jadi, siapa namamu?" tanya Wyatt dengan mata yang meniliti tubuh Kelsey secara terang-terangan.

"Tidak penting," jawab Kelsey acuh.

Satu sudut bibir pria itu terangkat naik. "Kau tidak tinggal di kota ini?"

"Kau bisa mengatakannya begitu," balas Kelsey. Isi dari gelas kelimanya malam itu tandas.

Wyatt mengangkat tangannya, meminta agar bartender mengisi ulang gelas Kelsey.

"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Wyatt lagi.

Kelsey meraih gelasnya yang kembali penuh, lalu menghabiskannya dalam beberapa tegukan.

"Mungkin aku hanya ingin ... bersenang-senang."

Jawaban itu disambut senyum lebar dari Wyatt. Kelsey membalas senyum itu dan Wyatt mendekatkan tubuhnya. Satu tangannya terhenti di paha Kelsey, sementara kepalanya menunduk dan bibirnya menyentuh telinga Kelsey.

"Aku adalah orang yang tepat untuk menemanimu...."

"Kita pergi sekarang?" Kelsey berkata seraya melarikan jemarinya pada kancing kemeja Wyatt. Sebuah undangan tanpa kata.

Mereka turun dari kursi, siap untuk pergi. Namun ketika Kelsey berbalik, sebuah penghalang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya. Penghalang itu memiliki aroma yang lebih memabukkan dibanding minuman yang kini mengaliri tubuh Kelsey.

"Uh...." Kelsey mengerang saat dahinya menabrak penghalang itu. "Aku harus pergi. Bisa kau menepi?"

Tidak ada tanggapan. Kelsey mengerutkan kening, lalu mendongakkan kepalanya.

Dan bertatapan dengan sepasang mata hijau yang gusar.

"Kau ... sahabat Cam," ucap Kelsey. Entah mengapa, Kelsey tidak bisa mengingat namanya. Bukankah mereka baru saja berkenalan? Kepala gadis itu tiba-tiba terasa berputar, hingga tubuhnya berdiri dengan tidak seimbang.

Dengan sigap Wyatt memeluk pinggangnya, lalu bergumam, "Ayo, kita pergi."

Kelsey mengerjap, bersamaan dengan sebuah suara yang berkata, "Lepaskan tanganmu darinya."

Suara itu terdengar sangat dalam bagi Kelsey. Tidak ada amarah, namun ... memperingatkan. Ya, itu adalah nada memperingatkan.

"Jangan mencampuri urusan orang lain," sergah Wyatt. Tangannya memeluk pinggang Kelsey lebih erat, memaksa gadis itu untuk melangkah bersamanya.

Namun sepasang tangan lain meraih Kelsey dan menariknya. Dalam hitungan detik, Kelsey sudah berpindah tempat. Kini ia bersandar pada tubuh sahabat Cam. Sahabat Cam.... Siapa namanya?

"Apa kau serius? Siapa kau sebenarnya?" tanya Wyatt dengan emosi memuncak.

"Siapa namamu?" tanya Kelsey tiba-tiba.

Pria itu menunduk untuk menatap Kelsey, lalu menjawab pertanyaan Wyatt.

"Kau tahu di mana pintunya berada."

"Kau!!!"

"Oh, astaga! Kelsey! Apa yang terjadi?!" pekik Jess.

Kelsey menoleh, baru menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Beberapa detik kemudian Wyatt mengumpat dan berderap pergi dari Paradise. Orang-orang pun kembali pada urusan mereka masing-masing.

"Jess, aku tidak mengerti," ucap Kelsey. "Siapa dia?"

Jess menatap Hunter, lalu mendesah keras.

"Kau benar-benar mabuk. Berapa banyak kau minum malam ini?" tanya Jess. "Ayo, waktunya untuk pulang. Pesta sudah selesai."

Kelsey memberontak dari tangan yang sedari tadi membantunya berdiri, namun tangan itu tidak melepaskannya.

"Aku tidak mabuk," bantah Kelsey.

"Tentu saja. Kau tidak mengingat nama orang yang baru saja berkenalan denganmu dalam waktu kurang dari dua jam. Ya, benar, kau tidak mabuk," balas Jess sarkastik. "Tunggu di sini, aku akan memanggil Cam-"

"Aku bisa mengatarnya pulang."

Kalimat itu membuat Jess kembali menatap Hunter.

"Kau yakin?" tanya Jess.

Hunter mengangguk.

"Aku tidak meminum apa pun malam ini. Berikan kunci apartemenmu," jawabnya tanpa ragu.

Jess mengambil kunci dari saku celana, lalu mengulurkannya pada Hunter.

"Kami akan pulang secepat mungkin," ucap Jess.

"Tidak perlu khawatir," balas Hunter.

Setelah itu Hunter menarik Kelsey menuju pintu keluar. Berusaha membantu gadis itu untuk tetap berdiri tegak.

"Apa kau ingin muntah?" tanya Hunter sesaat sebelum membukakan pintu mobilnya.

Kelsey mengibaskan tangan, lalu menjawab, "Aku tidak ingin muntah. Karena aku tidak mabuk."

Hunter hanya menggeleng sebelum membantu Kelsey masuk ke dalam mobil. Pria itu memasangkan sabuk pengaman, lalu duduk di kursi pengemudi. Tak lama kemudian, mobilnya melaju meninggalkan pelataran parkir Paradise.

"Kau tahu, aku sangat menyukai dongeng. Ingin kuceritakan sebuah dongeng?" ucap Kelsey.

Tanpa menunggu jawaban Hunter, Kelsey memulai dongengnya.

"Suatu hari, hiduplah seorang Putri bermata biru. Putri itu sangat bahagia. Ia tinggal di istana yang mewah, dengan gaun-gaun yang indah. Wajahnya cantik dan kulitnya sempurna, bagai pualam. Sang Raja sangat mencintai Putri itu, bahkan melebihi cintanya untuk Putra Mahkota dan Pangeran di kerajaan itu...."

Hening.

"Lalu?" tanya Hunter.

"Lalu Sang Raja pergi," jawab Kelsey. Suaranya semakin lirih. "Ia membawa Putra Mahkota dan mereka tidak pernah kembali. Mereka meninggalkan Putri itu sendiri. Sang Putri tidak lagi bahagia setelahnya. Seseorang datang dan ... menyakitinya."

Genggaman Hunter pada kemudi semakin erat. Jika saja Kelsey tidak mabuk, mungkin gadis itu akan menyadari bahwa dongengnya mempengaruhi Hunter.

Lebih dari yang seharusnya.

"Sang Putri tidak lagi cantik," lanjut Kelsey. Suaranya terdengar semakin berat dan tidak jelas. "Kulitnya cacat dan ia memiliki bekas luka yang jauh lebih mengerikan pada...."

Setelah itu tidak ada lagi suara yang mengisi. Hunter menoleh, hanya untuk menemukan bahwa gadis berambut pirang di sisinya jatuh tertidur. Satu helaan napas mengiringi rasa sesak yang perlahan namun pasti mengisi hati Hunter.

Seumur hidupnya, belum pernah ia merasa membenci dirinya sebesar itu. Sungguh, ia tidak tahu. Seandainya saja ia tahu....

Senyum penuh ironi mengisi wajah tampan Hunter. Tidak peduli seberapa besar rasa menyesalnya, semua sudah terjadi. Tidak ada pilihan lain. Ia harus menanggung semua penyesalan itu.

Lalu ... apa yang harus dilakukannya? Kini, saat seseorang yang begitu ingin ditemukannya muncul di hadapannya, apa yang harus ia lakukan? Apa yang bisa dilakukannya tanpa membuat gadis itu semakin terluka?

Beberapa menit kemudian mobilnya berhenti di depan bangunan apartemen. Hunter tidak membiarkan dirinya berpikir lebih dalam. Karena tidak menutup kemungkinan, emosinya akan meledak dan ia akan mulai menghancurkan segala hal di sekitarnya. Hunter turun dari mobil, lalu membuka pintu penumpang dan melepaskan sabuk pengaman Kelsey.

Kelsey mengerang ketika tubuhnya diangkat, namun dengan cepat ia melingkarkan lengannya di leher Hunter. Menenggelamkan wajahnya pada bahu tegap pria itu. Lalu secara tiba-tiba, ada sesuatu yang menyelinap ke dalam benak Kelsey yang berkabut.

Bahu itu tidak asing.

"Kau ... siapa?"

Gumaman Kelsey itu tidak mendapat respons. Mungkin Hunter berpikir pertanyaan itu terlontar karena Kelsey mabuk. Namun maksud dari pertanyaan itu berbeda. Kelsey benar-benar merasa pria itu mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.

Sebelum Kelsey sempat bertanya lagi, tubuhnya dibaringkan pada sesuatu yang nyaman. Satu detik setelahnya, Kelsey melupakan tentang siapa orang asing yang tidak terasa asing baginya. Kelsey menyerah dan membiarkan lelap menyelimutinya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 85.4K 67
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
190M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
54.2M 1.1M 41
Leila lived with her pack all her life. It was until she was forced into an arranged marriage that she ran away from home. She turned into a rogue an...
11.4M 276K 29
#1 & 3 in the "There's A..." series. #2 is on my profile. [Editing] He's popular, I'm a nobody. He's a senior, I'm a freshman. He goes to wild part...