150 CM

By stevanixxmn

2M 178K 21.3K

140 cm. Iya, gue tahu gue enggak tinggi dan gue selalu sadar akan hal itu. Tetapi gue selalu bersyukur kok. G... More

Prolog
1. 141 cm.
2. Fly and Fall.
3. Bimbang.
4. In Love.
5. Video Call.
6. (Mantan) Sahabat.
7. Runaway.
8. Oh.
9.
10. Patah [Edited]
11. Penting.
12. Lagi.
13. Friendzone everywhere.
14. Maunya Apa?
15. Malming Bareng?
16. Menyerah.
17. Dia Gak Akan Bisa Berubah.
18. Alasan.
19. Trust No One.
20. Cewek Idiot.
21. Sebuah Pengakuan.
22. Epidermis dan Fian.
[not an epilogue but pls read]
Tentang Semuanya
Numpang Promo: Let It Out
CAST

Epilog

44.8K 3.7K 192
By stevanixxmn

im back bitches :)

Malam Ulang Tahun Sekolah Mereka


 "Oke... sebelum kita closing acara kita hari ini, mari kita undang kakak-kakak OSIS kita—yang udah kerja keras buat bikin acara ini—buat ngasih kesan dan pesannya selama menjadi OSIS. Walaupun saya udah bukan anak sekolah lagi, tapi... gak apa apa dong berbagi pengalaman?"

"Kalau begitu, ayo kakak-kakak OSIS yang cantik dan ganteng, mari naik keatas panggung—untuk berbicara sepatah atau dua patah kata," ujar sang MC dengan semangat.

Dari tempat duduknya, Hillo melihat satu persatu anggota OSIS sudah menaiki panggung.

"Fer, ayo naik. Yang lain udah pada naik tuh," ajak Hillo sambil menunjuk kearah panggung yang mulai dipenuhi dengan anak-anak OSIS inti.

Fera menganggukan kepalanya, lalu tanpa diaba-aba langsung berdiri dan berjalan beriringan dengan Hillo menuju panggung.

Sesampainya di panggung, Fera memilih posisi paling ujung dan saat itu juga menyadari apa yang akan ada di pikiran orang-orang.

Fera—Gigi—Vani—Hillo—Tio—Ivan—Gensa.

Pendek –sedang—sedaang—tinggi—tinggii—tinggiii—tinggiiiiii.

Atau do—re—mi—fa—sol—la—si—do.

Ya, orang-orang pasti akan mengira berdirinya mereka bertujuh itu seperti tangga nada. Dan menyebalkannya, posisi do rendah itu pasti selalu didapatkan Fera, cuma Fera.

Dan yang makin menyebalkannya, malam ini, Fera bodohnya bukan memakai heels ataupun wedges, malah memakai flatshoes yang benar-benar flat (a/n: wtf? Flastshoes yg bener-bener flat?)

"Oke..., jadi siapa yang mau menjadi perwakilan untuk memberikan sedikit kesan dan pesan?" tanya sang MC. "Gimana kalau ketua OSISnya aja?" tawar sang MC.

"Nah iya tuh, Ivan aja!" sahut Tio bersemangat yang disambut dengan anggukan anggota OSIS yang lain.

"Iya tuh, Ivan lo 'kan ketua! Dimana-mana ketua itu yang paling jago ngomong!" perintah Gigi.

Mendengar permintaan dari teman-temannya itu, wajah Ivan merengut. Dasar, mentang-mentang lagi acara kaya gini baru gue diakuin jadi ketos, kalo hari-hari biasa kalian semua malah nganggep gue sampah, cih, gerutu Ivan dalam hati.

Dengan setengah hati, Ivan mengambil microphone dari tangan sang MC, lalu mulai berbicara, "Selamat malam, murid-murid di SMP Mereka, sebelum saya mengucapkan pesan dan kesan saya, pertama-tama saya ingin mengucap—"

"Yaelah, kaku banget kaya kolor baru!" celetuk salah satu siswa di SMP Mereka.

Ivan tersenyum miris, namun tanpa memedulikan celetukan itu, Ivan tetap melanjutkan cuap-cuap-kakunya. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatnya acara ulang tahun sekolah ini dapat berjalan dengan baik. Juga kepada Kepala Sekolah, Wakil, guru-guru, tata usaha, dan tak lupa juga kepada penjaga sekolah.

"Saya juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada wakil saya, Qivani Antonia, atas ide cemerlangnya untuk acara ulang tahun sekolah kita yang tersayang ini," ujar Ivan sambil tersenyum kearah Vani yang dibalas Vani dengan dengusan bosan. "Karena berkat ide-ide cemerlangnya, acara hari ini dapat berjalan dengan meriah.

"Tak lupa juga, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada rekan OSIS yang sudah bekerja dengan sangaaat baik, walau kalian kadang teramat menyebalkan, tapi saya benar-benar berterima kasih kepada kalian.

"Saya juga ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada—"

"Udah kali makasih-makasihannya," celetuk Vani malas. "Durasi nih!"

Ivan mendecih. "Oke, saya tidak jadi berterima kasih, mungkin segitu saja yang bisa saya ucapkan. Pesan saya kepada calon Osis periode selanjutnya; semoga kalian bisa menjadi lebih baik lagi daripada Osis periode saya; jagalah kekompakan—bukan, bukan karena kompak itu sebagian dari iman, bukan juga karena kompak adalah kunci kesuksesan, tapi karena kekompakan dapat menyatukan segalanya." Senyum tipis tersungging dari bibir Ivan. "Sekian kesan dan pesan yang bisa saya ucapkan. Kalo ada kekurangan—anggap aja gak ada, kalo ada kelebihan—anggap aja bonus. Selamat malam."

Tepuk tangan langsung memenuhi acara itu.

Di tengah bisingnya suara tepuk tangan, Vani langsung menghampiri Ivan, dan merebut microphone. "Oh iya, kami ingin menambahkan, berhubung ini kinerja terakhir kami," tepuk tangan penonton yang meriah langsung terhenti seketika, "kami para pengurus OSIS benar-benar minta maaf atas kinerja kami yang mungkin kadang terlihat buruk."

Vani terdiam sejenak. Dan Gigi maju mengambil microphone. "Kami juga mohon maaf atas program kami yang mengecewakan beberapa dari kalian."

Sekarang, giliran Tio mengambil microphone dari tangan Gigi. "Kami akui kami kadang memang suka khilaf."

Giliran Hillo, "terkadang sifat kami kasar, egois, dan hmm," Hillo mengangkat bahunya, "malas. Kami akui itu, karena kami sadar kami hanya manusia."

Gensa mengambil microphone, "Kami semua hanya manusia. Kami melakukan banyak kesalahan, dan kami sering tak sadar akan hal itu."

Dan yang terakhir, Fera mengambil microphone dari tangan Gensa, yang sebenarnya agak susah melihat tinggi Gensa yang luar biasa astaganagajahmada. "Kami tidak hanya dikumpulkan sebagai suatu organisasi. Tapi kami juga dikumpulkan sebagai keluarga. Banyak hal yang awalnya kami benci antara satu dengan yang lain, dan siapa yang sangka kalau suatu hari kami tiba-tiba merindukan hal yang kami benci itu?"

Fera tersenyum tulus. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa hanya karena sebuah organisasi, dia dapat merasakan banyak hal; jatuh cinta, patah hati, pengorbanan, dan banyak hal lain.

Ivan kembali mengambil alih microphone. "Jadi sebagai permohonan maaf dan salam perpisahan dari kami, kami akan menyanyikan sebuah lagu."

"Kamu sangat berarti. Istimewa di hati.
Selamanya rasa ini.
Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing.
Ingatlah hari ini."
(Ingatlah Hari Ini by Project Pop)


*


Sukses. Malam ini bisa dikatakan sukses.

Sukses membuat Fera dag dig dug; sukses membuat Fera tegang; dan sukses membuat Fera terharu.

Dan tinggal satu hal yang belum sukses—dan ingin Fera sukseskan sekarang juga.

Fera menepuk punggung cewek yang sedari tadi ia kejar. "Selamat ya, Van."

Vani, yang ketika turun dari panggung langsung berlari (sehingga Fera mengejarnya), menatap Fera dengan matanya yang agak sembab namun sok disinis-in. "Apaan sih?" jawab Vani ketus.

Senyum tulus kembali terukir di bibir Fera. "Well, gue denger lo keterima waktu test di SMA Thamrin," Fera menjulurkan tangannya—mengajak untuk bersalaman, "gue ingat dulu lo bilang lo bener-bener pengen masuk kesana. Selamat ya, Pan."

Pan.

Fera memanggil Vani Pan. Seperti dulu.

Dengan bimbang akhirnya Vani menerima juluran tangan Fera. "Makasih," jawab Vani jutek. "Udah lo mau ngomong itu doang?"

"Lo tahu, Pan? Ada sebuah quote yang entah gue temuin dari mana. Yang tiba-tiba aja jadi motto gue."

Vani hanya mendengus, seolah dia tidak peduli.

"Dont wonder why they left," senyum getir tersungging dari bibir Fera, "let them wonder why you never asked."

Fera menatap Vani sendu, "dont wonder why they stopped caring, let them wonder why you never cared to know."

Dan setetes air mata sukses jatuh dari mata Fera. "Lo tahu, Pan? Gue peduli. Gue pengen tahu apa salah gue sampe lo tiba-tiba ngejauhin gue. Dua tahun terakhir, gue habisin waktu gue cuma buat berfikir kenapa.

"Dan bodohnya, gue ngelupain satu hal yang harusnya gue ucapin sejak lama," Fera menarik nafas panjang lalu menatap lekat mata Vani, sahabatnya, "maaf, Pan. Gue minta maaf atas apapun yang gue lakuin—yang ngebuat lo jadi ngejauhin gue. Gue minta maaf—

Permintaan maaf Fera terhenti karena tiba-tiba Vani langsung menarik Fera ke dalam dekapannya. "Cuma itu yang gue butuh denger selama ini, Pel."

Pel.

Vani kembali memangil Fera Pel. Persis seperti dulu.

"Gue tau dua tahun terakhir gue bener-bener bitchy, gue egois. Gue sengaja daftarin diri gue ke OSIS, supaya bisa ngalahin lo; gue sengaja deketin Gensa, supaya bisa bikin lo kesel.

"Dan belakangan ini gue sadar, gue ngelakuin itu semua karena lo gak keliatan sedih ketika gue ngejauhin lo. Gue ngelakuin itu semua karena lo sama sekali gak keliatan merasa bersalah waktu ngeliat gue, dan lo malah keliatan lebih bahagia," Vani tertawa getir, "tanpa gue."

Pelukan mereka mengerat. "Lo tahu Pan? Sekarang gue gak peduli apa yang ngebuat lo ngejauhin gue. Gue cuma pengen kita kayak dulu, Sahabat," ucap Fera benar-benar tulus.

"Lo tahu Pel? Itu juga salah satu kalimat yang gue pengen denger selama ini," canda Vani kepada Fera.

Fera terkekeh.

Vani melepas pelukan mereka berdua, dan berkata, "oh iya, gue mau ngasih tau kalo gue gak beneran suka sama Gensa. Gensa juga kayanya gak beneran suka sama gue. Lo bisa kejar dia lagi, kalo lo mau."

"Ngejar dia lagi? HAHAHAHA," tawa Fera menggelegar, "sorry sorry aja nih, Van, tolong bilangin Gensa, gue udah punya pacar."

Melihat wajah Vani yang seakan tak percaya dengan ucapannya, Fera dengan keras langsung meneriakan nama Fian.

"Lo liat cowok yang lagi nengok sekarang? Dia pacar gue," ucap Fera dengan bangga.

Dan tentu saja, Vani mengenalnya. Cowok itu adalah Fian, cowok incaran adiknya, Tina.

"Liat, kan? Senyumnya manis banget!"

Dalam hati Vani mengangguk. Benar, Fian memang manis. Tapi Vani punya perasaan kalau kisah Fian dan Fera gak akan berjalan semanis muka Fian.

Karena,

WTF ADIKNYA DAN SAHABATNYA MENYUKAI PRIA YANG SAMA?!?!?!


*


A/N:

udah gitu doang epilog yg bisa gue buat hiks

tulis pesan dan kesan kalian setelah baca 150 cm, disini.

Continue Reading

You'll Also Like

28.8K 2.6K 80
Yes or No Mari baca. Terimakasih
2.7M 275K 53
🌻🌻🌻 Menyebalkan adalah ketika dia kembali ke tanah air setelah ditipu oleh mantan kekasihnya sendiri. Dinara patah hati, harga dirinya dilucuti. P...
1.5M 209K 40
Genre :TEENFICTION [Story 2] Semua berawal ketika masa orientasi sekolah dulu. Anjali--gadis dengan rambut mirip seperti Dora--tak pernah menyangka...
Lilac (End) By Dhe

Teen Fiction

315K 65.7K 40
(STAR HIGH SCHOOL SERIES) Lilac Bhanuresmi punya mimpi indah. Dia ingin punya teman baik seperti orang lain. Tapi Lilac tidak punya keahlian atau pes...