Jimin's Love Circle

By Magic_R

39.5K 3.5K 501

Jimin yang diperebutkan banyak pria. Kira-kira siapa yang akan dipilihnya? Warning! BxB, Boys Love, Jimin!uke... More

Confused
Give up? Yeah, I'm give up
My Second Kiss! ><
Tae or Kook?
Side Story, "My Past"
Side Story, "My Past" Pt.2
My Past pt.3
I Choose... Him
This Complicated Love Story T-T
An Accident
For Now, I'm Here. For You
Happy Ending? Really?

A Person from the Past

3K 342 52
By Magic_R

Author: Kim_Hyo

Cast: Park Jimin, All member BTS, Park Chanyeol, Kim Joon Myeon, Jung Daehyun, Byeon Baekhyeon

Pair: KookMin, VMin, YoonMin(Brother Ship), Slight!VKook, HopeMin, NamMin, NamJin, HopeGa, Hyun Family, ChanMyeon

Genre: School Life, Comedy Romance, Friendship, Family

Length: Chapter

Rating: T (Aman :v )

uke!Jimin, seme!TaeHyung seke!YoonGi, seme!NamJoon, seme!Hoseok, uke!SeokJin, seme!Jeongkook + seke!Jeongkook à yang terakhir menurut Tae Hyung.

"Brengsek, apa yang baru saja kau lakukan pada Jimin!?"

"Sudahlah, Tae!"

"Jiminnie, aku tidak suka dengan sepupumu itu."

"Well, kau harus menyukainya jika ingin benar-benar bersama denganku."

"Kau terlihat manis menggunakan itu, Jim."

"Hyeong pun terlihat sangat manis dengan itu, kkk~"

Jimin's Love Circle Chp.4

Jimin tampak tersenyum pada Jeongkook. "Terimakasih sudah mengantarku ke mari. Sekarang ke kelasmu, sana!"

Dan mau tidak mau, akhirnya Jeongkook mengalah. Melangkah menjauhi keduanya, membiarkan mereka berbicara berdua.

Tatapan Jimin kemudian tertuju pada Yoon Gi. "Apa yang ingin Kakak tanyakan?" tanyanya, langsung to the point. Yoon Gi yang mengerti bahwa Jimin tidak suka basa-basi pun akhirnya mengangguk. Bertanya to the point atas apa yang benar-benar ingin ia pastikan saat ini--lebih tepatnya, sejak tadi malam.

"Kenapa kau begitu yakin akan perasaanmu pada Tae Hyung?" tanyanya. Berhasil membuat Jimin terdiam sesaat, namun setelahnya ia tersenyum. Sebenarnya, Jimin merasa sedikit tak mengerti, mengapa Yoon Gi tiba-tiba saja bertanya masalah ini. Namun begitu, Jimin tetap harus menjawab, bukan?

"Karena, aku selalu merasa gelisah sekaligus nyaman saat berdekatan dengannya."

Kali ini giliran Yoon Gi yang terdiam. Ingatannya mulai menampakkan kata-kata yang ia baca melalui sebuah buku--yang ia curi dari perpustakaan pribadi sang ibu.

"Kalau begitu, aku ingin memastikan sesuatu."

Jimin mengernyit tak mengerti. Namun, setelahnya...

Chu!

Tubuh Jimin seketika menegang dengan kedua matanya yang membulat sempurna.

Ciuman keduanya.

Berhasil direbut oleh Yoon Gi.

'Jika kau mencintai orang itu, kau pasti akan selalu merasa gugup saat bersama dengannya. Namun, perasaan nyaman pun akan kau rasakan. Merasa nyaman sekaligus gugup di saat bersamaan merupakan hal yang aneh. Tapi, hal aneh inilah yang membuatmu yakin, jika kau memang mencintai orang itu. Bukan hanya sekadar rasa suka atau pun kagum.'

Perkataan itu seolah menampar Yoon Gi tepat di hatinya. Membuat Yoon Gi diam, dengan sepasang matanya yang menatap dalam satu pasang manik lainnya. Belum sempat Yoon Gi melepaskan ciumannya sendiri, sesuatu berhasil membuatnya jatuh tersungkur dengan luka di sudut bibir.

Jimin masih terdiam, menenangkan jantungnya yang dikejutkan oleh dua hal berturut-turut.

Pertama, ciuman.

Kedua, Yoon Gi yang tiba-tiba dipukul oleh Tae Hyung--

Eh?

"Brengsek, apa yang baru saja kau lakukan pada Jimin!?" bentaknya, menarik kuat kerah seragam Yoon Gi. Tak dipedulikan olehnya pandangan murid-murid yang lain juga Jimin yang kini mulai mencoba menenangkan dan membujuk Tae Hyung agar menghentikan tindakan tidak baiknya itu. Well, menghajar kakak kelas secara tiba-tiba itu bukanlah hal yang baik, bukan?

Tak merasa takut, Yoon Gi justru tersenyum. "Aku hanya menciumnya. Apa masalahmu?" tantangnya, berhasil membuat Tae Hyung kembali memukul rahang Yoon Gi dengan pekikkan yang lebih keras dari sebelumnya.

"Sialan, kau pikir kau siapa, eoh!? Berani sekali mencium Jimin seenaknya!"

Tae Hyung baru saja ingin menarik kembali kerah kemeja Yoon Gi, saat Jimin dengan keras menarik lengannya. "Sudahlah, Tae! Ada apa denganmu!?" bentaknya, berhasil membuat Tae Hyung tersadar. Seketika, ia hanya diam membeku. Mengurutkan setiap kejadian yang terjadi padanya semenjak beberapa menit lalu.

Ia bermaksud untuk pergi ke kantin, saat tiba-tiba saja matanya menemukan sosok Yoon Gi yang tengah mencium Jimin. Setelah itu, tanpa sadar ia mengepal kedua tangannya lalu berlari begitu saja ke arah Yoon Gi sebelum memukul kuat pemuda itu tepat di pipinya.

"Tunggu, kenapa aku berbuat seperti tadi?" gumamnya, berhasil membuat Jimin mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Kau aneh," komentarnya sebelum tiba-tiba saja kepala sekolah datang, dan... ya, semuanya berakhir.

Jimin's Love Circle

Helaan napas itu terdengar berat keluar dari belahan bibir tipis Tae Hyung. Posisinya yang kini tengah menghormat bendera dengan kaki kiri yang ia angkat dan dijemur di bawah sinar matahari pagi merupakan hukuman dari kepala sekolah setelah ia diinterogasi terlebih dulu sebelumnya. Ya, meskipun ini masih pagi, tapi tetap saja rasanya panas.

Otaknya kembali memutar kejadian saat di depan kelas setengah jam lalu. 'Aneh sekali, kenapa tiba-tiba aku berbuat begitu?' batinnya bertanya dan ia sendiri masih sibuk mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Beberapa menit berlalu dan ia habiskan hanya untuk memikirkan jawaban, sebelum sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Membuat lirikan matanya terarah ke arah samping kanan.

"Kau pasti lelah," itu Jimin. Menunjukkan satu kaleng cola dingin yang sepertinya baru ia beli dari kantin.

"Bodoh, aku tidak boleh bergerak sampai satu jam ke depan." Respon yang diberikan oleh Tae Hyung berhasil membuat Jimin tertawa. Dan Tae Hyung pun mengerutkan keningnya karena tawaan Jimin.

"Sejak kapan kau jadi bodoh begini? Tidak ada yang mengawasimu, Tuan Kim! Dan berdiri setengah jam di sini menurutku sudah cukup. Lagi pula, siapa yang sanggup menjalani hukuman berdiri menghormat bendera selama satu setengah jam tanpa bergerak? Kau akan mati karena dehidrasi sebelum selesai menjalani hukuman," cibir Jimin panjang lebar dan Tae Hyung diam-diam membenarkan dalam hati.

"Sudahlah, ayo duduk!" Jimin sudah lebih dulu duduk bersila di lapangan. Beberapa detik setelahnya, Tae Hyung pun melakukan hal yang sama. "Ini," Jimin kembali menyodorkan kaleng minuman pada Tae Hyung dan pemuda itu pun segera menerimanya. Tanpa mengucapkan apapun, Tae Hyung segera menenggak habis minuman tersebut. Membiarkan beberapa tetes cola jatuh menuruni dagu dan lehernya, juga...

Membuat Jimin terdiam menatapnya.

Dalam hati, Jimin memuja ketampanan Tae Hyung. Memuji betapa kerennya Tae Hyung yang tengah mendongak dengan lintasan cola di lehernya juga sinar matahari yang membuat wajah Tae Hyung tampak lebih bercahaya di mata Jimin. 'Tuhan, kenapa kau menciptakan makhluk yang begitu indah namun tak bisa kumiliki?' hati Jimin berbicara. Membuat Jimin merasa tertohok akan kenyataan yang ia alami selama ini.

Benar, Tae Hyung tidak pernah mencintainya. Lalu, kenapa ia masih seperti ini? Pemikiran Jimin ini berhasil membuatnya merasa bodoh sendiri. Tatapannya ia alihkan pada langit di atas sana. Menampilkan cuaca cerah tak berawan, membuat Jimin tersenyum karena warna kesukaannya tampak sangat jelas terpapar di depan matanya.

Biru langit.

Entah kenapa, Jimin selalu merasa sangat tenang jika melihat warna itu. Ah, mungkin ini merupakan salah satu alasan, mengapa Jimin sangat senang menatap langit.

"Kenapa kau tidak menjawab pesanku?" pertanyaan Tae Hyung berhasil membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Dengan cepat ia tolehkan kepalanya, memandang Tae Hyung yang masih menatap ke arah depan dengan satu kaleng kosong di tangan.

"Jadi, pesan itu benar-benar berasal darimu?" Jimin balas bertanya. Pertanyaan bodoh memang, terbukti dari wajah Jimin yang tampak bodoh pula.

Tae Hyung berdecih, "Memangnya kau pikir dari siapa lagi? Sudah jelas tertera namaku di sana, 'kan?" cibirnya dan Jimin terdiam selama beberapa saat.

"Well, kupikir ponselmu dibajak seseorang." Mendengar hal ini, Tae Hyung sontak tertawa. Entah apa yang ia tertawakan. Kebodohan Jimin kah atau dirinya sendiri. Asal kalian tahu, pernyataan Jimin tadi berhasil membuat Tae Hyung merasa tertampar.

Sebegitu tak pedulikah dirinya hingga Jimin bahkan menganggap pesan itu berasal dari orang lain?

Keheningan kembali menyapa mereka. Membuat perasaan canggung itu kembali hadir layaknya dua orang yang baru saja bertemu dan mengobrol.

"Kenapa kau ke mari? Bukankah sedang ada kelas?" tanya Tae Hyung akhirnya kembali membuka percakapan dan Jimin tersenyum dalam hati.

"Aku membolos dengan alasan ke UKS." Tae Hyung yang mendengar pun segera mendengus.

"Kau berbohong. Itu merupakan sikap yang tidak baik, kau tahu?" cibirnya, segera mendapat balasan dari Jimin.

"Kau pikir, meninju kakak kelas secara tiba-tiba seperti tadi itu merupakan hal baik? Berkacalah dulu, Tae!" dan setelahnya, Jimin tersenyum. Memikirkan kembali bagaimana Tae Hyung tiba-tiba saja memukul Yoon Gi karena melihat ciuman mereka, berhasil membuat harapan itu muncul kembali.

Dan...

'Tidak!' Jimin menggelengkan pelan kepalanya, mencoba menghapus pikiran--harapan--konyol yang sempat muncul kembali. 'Kau bodoh jika terus berharap pada Tae Hyung, Park Jimin!' batinnya membentak diri sendiri. Mengabaikan Tae Hyung yang entah sejak kapan tengah menatap dalam diam seorang Park Jimin.

Dan senyuman itu merekah begitu saja di bibir tipis Tae Hyung.

Jimin's Love Circle

Jeongkook tampak menggeram tertahan. Sedikit-banyak merasa tak sudi akan kehadiran Kim Nam Joon di acara makan mereka. Sebenarnya bukan hanya ada Nam Joon dan Jimin. Tae Hyung, Seok Jin, juga Yoon Gi, mereka ada di meja yang sama dengan Jeongkook, Jimin, dan Nam Joon.

Awalnya memang hanya Jeongkook saja yang menjemput Jimin di kelasnya. Namun, Tae Hyung tiba-tiba saja berucap bahwa dirinya tak ingin membiarkan Jimin dan Jeongkook makan berdua. Setelah akhirnya mereka bertiga duduk di satu meja, tiba-tiba saja Jimin memanggil Seok Jin dan Yoon Gi untuk makan bersama. Dan belum sempat Jeongkook mengatakan rasa tidak nyamannya, tiba-tiba saja Nam Joon muncul dan mengambil duduk di samping kanan Jimin.

Membuat Jimin berada di tengah Jeongkook dan Nam Joon, lalu berhadapan dengan Tae Hyung yang memiliki Seok Jin juga Yoon Gi di sisi kiri dan kanan. Hal yang membuat Jeongkook merasa semakin tak nyaman adalah, bagaimana Jimin dengan begitu perhatian memastikan agar Nam Joon benar-benar menghabiskan makanannya. Maksudku, hei! Nam Joon sudah besar!

'Apa harus memperhatikannya sampai seperti itu!?' pekik Jeongkook dalam hati, merasakan panas semakin menjalar di hatinya. Perhatiannya lalu ia tujukan pada tiga orang di hadapannya. Yoon Gi yang tampak biasa saja--Jeongkook yakin, Yoon Gi pasti sudah tahu tentang si brengsek sepupu Jimin itu. Lalu, Seok Jin yang hanya tersenyum geli melihat momen Jimin dan Nam Joon, dan berakhir pada Tae Hyung.

Ia sedikit mengernyit saat melihat ekspresi tak suka tampak jelas terpasang di wajah Tae Hyung. 'Sial, hal buruk terjadi! Kenapa sainganku bertambah banyak, Tuhan!?' protesnya dalam hati lalu mulai menyantap bibimbap-nya sama seperti Yoon Gi. Ya, mencoba agar dapat terlihat tak peduli sama seperti Yoon Gi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jeongkook memekik senang dalam hati, saat Jimin meminta untuk menemaninya membeli minuman. Dengan segera ia berdiri berdampingan dengan Jimin, tak peduli dengan tatapan tak suka yang tertuju dari dua orang pemuda--saingannya. Dua orang bermarga Kim yang sudah lama dekat dengan Jimin.

"Kenapa tidak denganku saja, Jim?" tawar Nam Joon, namun Jimin segera menggeleng.

"Tidak. Hyeong itu selalu lama dalam hal memilih minuman. Aku tidak mau jam istirahat kita dihabiskan hanya untuk memilih minuman," jawab Jimin, berhasil mengundang tawa untuk Seok Jin juga Nam Joon sendiri yang hanya menyengir. Tae Hyung masih terdiam dan Yoon Gi masih tak peduli.

Mengambil kesempatan, Jeongkook segera menggenggam tangan kiri Jimin. "Ayo, kita beli minuman sekarang, Jiminnie!" ajaknya dan Jimin tak menolak. Dengan segera keduanya melangkah menuju tempat minuman, meninggalkan empat orang lainnya yang masih duduk dengan tenang di meja makan.

"Jiminnie, aku tidak suka dengan sepupumu itu." Keluhan Jeongkook terdengar tepat setelah ia memasukkan koin ke dalam mesin minuman. Memilih beberapa jenis minuman berbeda rasa sesuai keinginan teman-teman mereka. Well, sebenarnya Jimin yang memesan untuk mereka. Karena, Jimin benar-benar tahu apa saja kesukaan empat orang lainnya yang masih duduk di meja makan kantin.

Mendengar keluhan Jeongkook, Jimin sontak terkekeh geli. "Well, kau harus menyukainya jika ingin benar-benar bersama denganku. Biar bagaimanapun, Kak Nam Joon itu sepupuku. Dan kau harus terbiasa dengannya," balasnya dan Jeongkook hanya menghela napas.

"Ya, ya. Ingin mendapatkan makhluk seindah Jiminnie memang membutuhkan perjuangan yang tidak main-main."

"Ck, gombal!" sahut Jimin, segera melangkah pergi setelah mendapat tiga kaleng minuman dari Jeongkook. Dan Jeongkook sendiri hanya dapat mengulum senyum cerahnya. Merasa bersyukur karena dapat membuat Jimin merasa tersipu. Ya, meskipun ia sadar, bahwa perjuangannya untuk bisa mendapatkan hati Jimin itu masih belum selesai.

Praang!

Dan suara nampan terjatuh pun berhasil membuat Jeongkook tersadar. Dengan segera ia dekati asal suara itu dan menemukan Jimin yang diam mematung berhadapan dengan seorang pemuda lainnya. Melihat hal itu, Jeongkook segera menepuk pelan bahu Jimin. Membawa Jimin kembali sadar dan segera membungkukkan tubuhnya sebagai permintaan maaf pada pemuda di hadapannya.

"M-maaf," ucap Jimin pelan, terselip rasa gugup disana. Dan Jeongkook sangat menyadari hal itu. Segera ia lihat pemuda di hadapan Jimin, merasa aneh akan tatapan lembut dan dalam yang pemuda itu berikan pada Jimin. Senyumnya pun terkembang, seiring dengan ucapannya yang berhasil membuat Jeongkook shock setengah mati.

"Sudah lama sejak kita berpisah. Benar, 'kan? Jiminnie?"

Nah, tubuh Jimin pun akhirnya ikut menegang. Merasa tak percaya bahwa pemuda itu dapat mengucapkan kalimat tersebut dengan begitu mudah. Membawa perasaan bersalah itu kembali lagi pada Jimin dan entah kenapa matanya terasa memanas. Jeongkook berhasil menangkap gelagat Jimin. Maka dari itu, segera ia genggam jemari kanan Jimin. Mengaitkan dengan erat jari-jari mereka.

Pemuda itu lalu melirik ke arah Jeongkook dan tersenyum. "Ah, kau kekasih baru Jiminnie? Perkenalkan, aku Jung Hoseok." Pemuda itu mengulurkan tangannya, membuat Jeongkook merasa sedikit ragu apa harus membalas uluran tangannya atau tidak. Namun akhirnya, ia memilih untuk membalasnya.

"Ya, aku kekasih Jiminnie. Jeon Jeongkook," Jeongkook balas memperkenalkan diri.

Membuat Jimin menghela pelan napasnya sejenak, lalu tersenyum pada Hoseok. "Bagaimana kabarmu, Kak?" tanyanya, mendapat respon senyuman manis Hoseok.

"Sayang sekali, tidak baik, Jim. Aku masih sangat mencintaimu."

Deg!

Bagus, sekarang apa lagi?

Jimin rasanya ingin segera berlari ke atap sekolah dan melompat dari sana. Baru saja ia ingin melupakan Tae Hyung dan mencoba menyukai Jeongkook, kini masa lalunya datang kembali dan dengan seenak jidat mengatakan bahwa ia masih mencintai dirinya. 'Cobaan apa lagi ini, Tuhan?' keluh Jimin dalam hati lalu berusaha untuk kembali tersenyum, bertepatan dengan Tae Hyung yang mendekat ke arah mereka.

"Ck, pantas saja lama sekali." Tatapannya lalu tertuju pada kedua tangan Jeongkook dan Jimin yang masih saling menggenggam. Setelah itu, kembali pada Hoseok. "Sudah selesai dengan pertukaran pelajarnya, Kak?" sapa Tae Hyung dan Hoseok kembali tersenyum.

"Ah, Tae Hyung-ah! Lama tidak bertemu. Kau jadi semakin tinggi, ya?" balas Hoseok dan Tae Hyung hanya bergedik.

"Mau bergabung? Kami sedang makan bersama," tawar Tae Hyung kemudian.

Dan selanjutnya, Jimin dapat bernapas lega karena Hoseok menggelengkan kepalanya sebagai respon. "Makananku sudah terlanjur jatuh, dan... ya, aku harus ke ruang kepala sekolah sekarang." Mendengar ini, Tae Hyung hanya mengangguk lalu segera memandang Jimin.

"Sebentar lagi jam istirahat habis. Lebih baik tidak jadi saja minumnya," lanjut Tae Hyung sebelum dirinya segera melangkah pergi menuju kelas.

Jimin hanya menghela napasnya pelan, sampai sebuah tepukan pelan di kepalanya berhasil membuat Jimin mendongak. Mendapati Hoseok yang kini kembali tersenyum padanya. "Sampai jumpa di lain waktu, Jiminnie!" pamit pemuda itu dan segera pergi meninggalkan Jimin juga Jeongkook.

"Kak, ingin bercerita sesuatu padaku?" tanya Jeongkook dan dibalas gelengan kepala Jimin.

"Lain waktu saja," sahutnya, melepas tautan tangan keduanya. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Jimin segera melangkah lebih dulu. Dan Jeongkook pun akhirnya mengikuti dalam diam.

Jimin's Love Circle

To: Jeongkookie

Aku menggunakan tuxedo warna biru tua.

Jimin segera mengirim pesan tersebut tepat saat ayahnya datang dengan calon papa barunya. Jimin lalu berdiri, memandang kedua pria tersebut dengan senyum manis di bibirnya. "Kalian berdua benar-benar terlihat cocok dengan tuxedo bernuansa putih seperti itu!" puji Jimin, mengacungkan dua ibu jarinya. Membawa kekehan Chanyeol dan Joon Myeon terdengar seirama.

"Benarkah? Daddy pun merasa kau benar-benar cocok dengan tuxedo biru tua itu, Chim." Jimin hanya tersenyum mendengar pujian sang ayah dan selanjutnya ia pun segera melihat ke arah Joon Myeon yang tengah tersenyum padanya.

"Kau terlihat manis," itulah yang sang calon papa katakan padanya. Membuat Jimin tiba-tiba saja merasa malu dan hanya mampu berucap terimakasih.

"Kau terlihat manis menggunakan itu, Jim." Yoon Gi tiba-tiba saja mendekat dengan tuxedo warna hijau mudanya. Membuat Jimin entah kenapa merasa takjub saat dengan sedikit malu Yoon Gi membuat kedua tangannya saling menaut. Tanpa sadar, Jimin mengulas senyumnya. Ia jadi merasa bodoh sendiri karena baru menyadari betapa manisnya calon kakak tirinya itu.

"Kakak pun terlihat manis dengan itu, kkk~"

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

147K 15.2K 61
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
1.3M 114K 61
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
205K 22.2K 25
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
49.8K 2.8K 18
[Completed] Park Jimin remaja lelaki itu selalu beranggapan jika dirinya tak berguna hanya sebagai sampah ia selalu beranggapan jika seorang Park Jim...