Come Home With Me [Lover Seri...

De framadani

405K 11.9K 177

Sudah tersedia di playstore, silahkan untuk baca cerita lengkapnya di sana. Part2 dalam cerita ini akan dihap... Mais

Come Home With Me
PROLOGUE
CHAPTER 2 : Dreaming With Me
CHAPTER 3 : You With Me
CHAPTER 4 : Having Fun With Me
CHAPTER 5 : Deal With Me
CHAPTER 6 : Tie-up With Me
CHAPTER 7 : Connect With Me
CHAPTER 8 : Play With Me
CHAPTER 9 : Stay Here With Me
CHAPTER 10 : Separate With Me
ucapan terima kasih
little questions (need answer)
New INFORMATION

CHAPTER 1 : A Day With Me

27K 1.3K 24
De framadani

Dave tetap terdiam namun tangannya terkepal erat di kemudinya. Dia tidak pernah merasakan ketegangan seksual seperti ini sebelumnya, walaupun dia tahu jika dia bukan orang suci tetapi dia selalu mampu mengendalikan nafsunya dimanapun dia berada. Jika saja Dave hidup di jaman Victoria dia akan menjadi seorang varda yang berarti dia adalah pengendali nafsu. Sedangkan sekarang ia menjadi berengsek karena gadis yang duduk terdiam di sisi bangkunya sembari menatap jendela luar. Seakan menganggap Dave tidak ada.

Perjalanan terasa singkat karena jalan yang senggang mengingat waktu hampir menunjukkan pukul tengah malam. Dave memasuki apartemennya dan menunjukkan arah kamar yang berada tidak jauh dari mereka berdiri. Sebenarnya Dave ingin tidur di rumahnya namun karena gadis itu, dia harus mengurungkan niatnya. Mungkin besok, batinnya dalam hati.

"Aku tidak mempunyai pakaian wanita di sini. Keberatan jika kau menggunakan bajumu untuk tidur?" Dave memegang kedua bahu Chrystal karena dia tidak ingin berkata dua kali. Namun sepertinya gadis itu menatapnya kosong seakan dia tidak mengerti apa yang di ucapkan Dave. Dan pria itu mengerang karenanya.

"Baiklah ku ulangi. Aku tidak mempunyai pakaian wanita di sini. Apa kau keberatan jika kau tidur menggunakan bajumu?" kata Dave berusaha memelankan tempo bicaranya dan berusaha mengucapkannya selembut mungkin walaupun batas emosi nyaris terlewati. Hal yang tidak pernah Dave lakukan.

"Ya itu okay." Dave mengamati jika Chrystal terdengar seperti orang linglung.

"Kalau begitu tidurlah." kata Dave akhirnya.

"Kau tidak mau memelukku?" perkataan itu sangat mengejutkan Dave karena tidak pernah ada perempuan yang berani berkata seperti itu padanya.

"Maafkan aku? Kau bilang apa? Memelukmu? Maaf saja aku tidak bisa karena aku akan menjadi pria berengsek nantinya, jadi nikmatilah malammu," Dave mencapai titik puncaknya dan ia memilih untuk pergi. Segera. Tetapi gadis itu bersuara dan memohon padanya, suara itu begitu lembut dan tidak ada satupun yang mampu menolaknya. Dan Dave runtuh akan suara itu, untuk kedua kalinya. Bahkan ia tidak sempat berpikir jika gadis itu merupakan perempuan murahan.

"Stop okay! You win. Masuklah ke kamar itu dan aku akan menyusul beberapa saat lagi," Dave berlalu dan meninggalkan Chrystal yang sedikit terpaku dan berusaha mencerna ucapan Dave begitu keras, lalu kemudian perlahan berjalan sesuai dengan perintah Dave.

Dave baru saja selesai membersihkan dirinya dan hendak membuka pintu kamar. Namun kegugupan menyelimutinya, Dave berfikir jika dia seperti remaja yang baru pertama kali bertemu seorang gadis. Terkutuklah aku.

Ketika pintu terbuka, Dave mendapati Chrystal yang duduk di sisi ranjang sembari mengayunkan kakinya seperti anak kecil. Dave tidak akan menggeram atau berdeham, karena dia pasti akan diabaikan. Untuk itu Dave memilih untuk menghampiri gadis itu dan berdiri di depannya. Matanya langsung bertatapan dengan iris biru laut yang baru ia sadari sekarang. Ia seperti terjun kedalam lautan.

"Kenapa belum tidur?" Dave bertanya dan menurunkan egonya agar dia bisa berlutut di hadapan Chrystal.

"Aku menunggumu," lagi-lagi Dave terkejut. Seperti gadis itu akan menjadi hadiah natalnya jika saja ini bulan desember.

"Baiklah, terserah kau saja. Kau bisa tidur sekarang." Dave merebahkan Chrystal ke atas ranjang dan ia menempatkan dirinya sejauh mungkin dari gadis itu. Namun tanpa disangka Chrystal memeluk Dave dan mengaitkan kakinya. Gadis itu memeluk Dave seolah Dave adalah boneka beruangnya.

Dave merasakan ketegangan yang sama seperti saat di mobil tadi. Dan tidak mungkin ia bisa tidur nyenyak. Dave menatap Chrystal dan hendak menegur gadis itu, namun ternyata dia sudah tertidur dan membuat Dave tidak tega membangunkannya. Cepat sekali tidurnya, pikir Dave. Di samping itu, Dave baru pertama kali melihat seorang perempuan berparas polos seperti Chrystal. Alisnya rapi dengan bulu mata lentik, wajahnya merona dan bibir tipis itu merah muda yang Dave yakin merupakan warna alami wajah itu. Kulitnya juga putih seperti salju dan menggoda untuk disentuh. Gadis ini terlalu polos dengan mata biru berbinar untuk disebut wanita jalang. Dave memutuskan untuk mendekap Chrystal dan mencoba untuk tidur ditemani wangi bunga lavender dan kue coklat. Ah, sangat manis dan menenangkan.

*~*

Dave terbangun karena bunyi alarm yang begitu nyaring di telinganya. Ia tidak merasa puas akan tidurnya. Namun merasakan sapuan napas seseorang di tengkuknya membuat mata emerald itu terbuka. Dave seakan terkejut namun ia segera mengatur diri dan menyadari jika dia bersama Chrystal. Gadis yang ia temui di bus stop yang akan mengancam pengendalian dirinya. Dave menyadari jika Chrystal mempunyai ukuran pinggul yang tidak terlalu lebar seperti kebanyakan model, pinggul itu pas dengannya, hanya saja tubuhnya begitu mungil untuk ukuran payudara itu. Walaupun bagi Dave tidak ada masalah dengan itu, namun jika dilihat keseluruhan membuat Dave mengernyit tidak suka. Rasa tidak rela menyusup saat Dave memikirkan jika wanita ini memamerkan tubuhnya entah itu di sengaja atau tidak.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya dan kemudian beranjak dari ranjang, memutuskan untuk bersiap-siap pergi bekerja. Walaupun dengan ancaman dia akan terlambat karena harus mengantarkan Chrystal pulang.

Jam tangan telah terpasang sempurna di pergelangan tangannya ketika Dave mencium aroma kopi yang begitu menggodanya untuk mengikuti aroma itu. Dave tidak akan terkejut lagi. Tidak untuk hari ini. Dave melihat Chrystal yang sedang membuka kotak makanan ringan yang ada di sudut table bar. Dave memutuskan untuk mendekat dan terus mengawasi gadis itu. Bahkan di pagi hari dia terlihat sangat cantik dan pas untuk mengisi kekosongan dapurnya. Dave tahu jika Chrystal mempunyai masalah dengan antisipasi dan orientasinya jadi ia bisa sedikit leluasa melakukan pengamatan tanpa dicurigai.

"Apa yang kau cari?" tanya Dave yang melihat Chrystal yang mulai tidak tenang.

"Kau tidak mempunyai kue?" perkataan itu seperti memancing senyum kecil di bibir Dave. Senyum kecil tulus pertamanya.

"Aku tidak suka kue," Dave secara impulsif mendekati dua cangkir berisi kopi yang mempunyai aroma menggoda yang ada didekatnya.

"Kau boleh meminumnya," kata Chrystal yang mengerti maksud dari bahasa nonverbal Dave.

"Ini enak," ucap Dave setelah meneguk kopi itu dan kembali meletakkannya di meja. "Jadi dimana kau tinggal?"

"Aku tidak tahu," Chrystal kembali menggelengkan kepalanya dan pergerakan matanya kehilangan fokus.

"Hei tenanglah," Dave berjalan melintasi meja dan memegang kedua bahu Chrystal. "Atur napasmu,"

Dave berdecak kesal ketika Chrystal jatuh dalam dekapannya dan pingsan seketika. Dia benar-benar akan terlambat. Fuck. Umpatnya dalam hati. Dengan perlahan Dave mengangkat tubuh Chrystal dengan lengannya, merasa bersyukur karena ia selalu melatih kekuatan tubuhnya. Dengan kakinya ia menendang pintu kamar hingga terbuka kemudian merebahkan Chrystal di atas ranjang.

Dave melepas jas dan dasinya kemudian mengambil sapu tangan yang ada di dalam laci meja. Kemudian ia mengambil air dari kamar mandi dan membasahi seluruh permukaan sapu tangan itu. Perlahan ia berjalan ke arah Chrystal dan mengusap sapu tangan basah itu di wajah gadis itu, berharap dapat membangunkannya. Namun hasil yang ia dapatkan hanya kegagalan. Karena Chrystal sama sekali tidak terbangun dan seolah ia tidak kuasa jika harus meninggalkan Chrystal sendiri. Dave tidak tahu apa yang menyerang dirinya karena dia sama sekali tidak pernah memberi perhatian yang lebih bahkan pada adiknya ataupun ibunya Nora.

Kemudian Dave memutuskan untuk menyerah dan tetap menatap Chrystal yang sedang tertidur. Tetapi pikirannya seakan mendesak dirinya untuk menyentuh gadis itu. Ya, sisi berengseknya hidup. Dengan perlahan jemarinya menyusuri wajah meronanya. Lalu mulai bergerak turun ke bawah. Dave tidak berani menyentuh lebih dari lengan dan pinggangnya. Hingga ia menemukan saku di gaun itu dan terdengar gemerisik gesekan kertas dengan kain. Dave mengambil isi dari saku itu dan tersenyum karena ia tahu dimana ia harus memulangkan Chrystal. Tempat gadis itu bekerja.

*~*

Dave baru saja selesai memeriksa beberapa arsip perusahaan di laptopnya ketika dia melihat pintu terbuka dan menampakkan Chrystal dengan wajah yang terlihat kusut muncul. Pria itu mendekat dan menatap mata biru itu sebelum berkata. "Ini sudah siang hari. Kau ingin makan atau pulang?"

"Aku ingin pulang," ucap Chrystal yang ternyata memiliki pengaruh pada Dave.

"Bersihkan dirimu dulu. Aku akan memesankanmu pakaian," Dave perlahan menggiring Chrystal memasuki kamar mandinya dan membiarkan gadis itu mengurus dirinya. Sedangkan Dave membuka pintu apartemennya saat terdengar dentingan bel, ia tersenyum akan baju pesanannya. Sebuah sweeter rajut dan skinny jeans.

Dave kembali ke kamar dan mengetuk pintu kamar mandi. Dan ia mendapati Chrystal membuka seperempat bagian pintu. Mendadak ia berpikir tentang bercinta di kamar mandi dengan guyuran air dingin.

"Ini pakaian untukmu." untuk kesekian kalinya Dave menata pikirannya dan mengatur suaranya agar terdengar normal.

"Terima kasih," Chrystal mengambil baju yang di ulurkan Dave dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Dave hendak beranjak keluar. Ia sudah sampai di ambang pintu ketika Chrystal kembali memanggilnya hembusan napas berat Dave menandakan dia mulai tidakkaruan menghadapi keadaannya.

"Dave ini gaun apa?" Dave menaikkan alisnya dan menatap Chrystal tidak percaya. Haruskah dia terjebak dengan orang seperti itu sepanjang hari.

"Itu bukan gaun, itu skinny jeans sejenis celana tapi itu untuk perempuan dan sweeter rajut." Dave mendekati Chrystal. "Sekarang kau masuk kesana dan pakai pakaianmu,"

"Aku tidak tahu cara memakai ini," Chrystal menjulurkan bajunya dengan salah satu tangannya. "Maukah kau memakaikan ini?"

Dave terkejut. Mungkin lebih dari sekadar terkejut. Sesaat dia merasa ragu jika harus melakukannya, ia takut kehilangan kendali pada tubuhnya. Namun mata biru laut itu seolah memohon padanya dan Dave akan selalu bertekuk lutut pada mata itu.

"Baiklah," Dave sesaat sulit menarik napas ketika ia melihat Chrystal keluar menggunakan handuk yang di lilitkan di tubuhnya.

Dave menarik Chrystal keluar dari kamar mandi dan membawanya duduk di atas ranjang. Ia membuka handuk yang di kenakan Chrystal dan bersyukur gadis itu sudah menggunakan pakaian dalam jadi dia tidak langsung bercinta dengannya dan melupakan dunia. Dengan berhati-hati Dave memakaikan sweeter sembari berusaha tidak memikirkan atau menyentuh salah satu bagian tubuh Chrystal. Kemudian Dave berlutut dan memposisikan skinny jeans itu di bawah kaki Chrystal.

"Angkat satu-persatu kakimu dan masukkan ke dalam celana," perintah Dave. Dan Chrystal menurutinya. Setelah celana itu telah terkumpul di pergelangan kakinya Dave menggiring Chrystal untuk berdiri dan ia membungkukan badannya untuk mencapai celana itu dan menariknya ke atas. Dan hal tersulit dalam hidupnya di mulai. Dave berusaha tetap menatap dinding di depannya ketika berusaha mengaitkan kancing itu dan menarik resletingnya.

"Sudah, ayo akan ku antarkan kau ke tempat kerjamu," Dave berjalan lebih dahulu dan membuka pintu kamar, namun ia merasa jika Chrystal masih berdiri di sisi ranjang dengan pandangan kosong.

"Chrystal?" Dave memanggil dan beruntung gadis itu langsung menolehkan kepalanya.

"Dave, aku lapar." pria itu hampir tertawa namun ia menahannya. "Aku akan membelikanmu makanan." dan gadis itu berjalan perlahan mengikuti Dave.

*~*

Mobil Rover milik Dave baru saja keluar dari drive through. Dia sedikit melirik pada Chrystal ketika melihat gadis itu memakan cheese burger dengan lahap seakan itu adalah makanan yang pertama kali dia rasakan. Ia kembali fokus pada jalanan, namun saat Chrystal bersuara itu seperti menarik perhatiannya.

"Dave ini enak," katanya.

Dave hanya menganggukkan kepalanya dan menolak untuk tersenyum karena Chrystal bisa menjadi kelemahannya. Dalam 28 tahun hidupnya ia tidak pernah berbicara selembut ia berbicara pada Chrystal. Is tidak pernah memberi perhatian lebih bahkan pada orang ia sayang. Dia selalu sama. Dave tidak pernah mau melakukan hal konyol seperti memakaikan baju pada orang lain. Dia selalu mempertimbangkan semua hal, namun ketika bersama Chrystal ia seperti merasa jika sudah seharusnya dia melakukannya. Mata biru itu berpengaruh padanya. Dave juga tidak pernah kehilangan pikiran, ia selalu berpikir secara sadar namun Chrystal seakan menghidupkan alam bawah sadarnya. Dave tidak pernah begitu memikirkan tentang tubuh seorang wanita kecuali ia sedang bersama Victor sahabatnya yang mempunyai orientasi seksual.

Flowers and cookies. Akhirnya sudah lebih dari satu jam perjalanan akhirnya Dave sampai di toko itu. Chrystal berusaha membuka pintu mobil, namun gadis itu seperti kebingungan hingga Dave memegang bahunya dan menyuruhnya untuk menunggu Dave keluar terlebih dahulu. Saat pintu terbuka Dave membantu Chrystal untuk turun karena mobilnya yang tinggi, tangan Dave dengan sempurna melingkar di pinggangnya dan tanpa kesadaran yang ada Dave menarik Chrystal mendekat padanya. Tubuh mereka beradu dan semuanya tampak samar. Chrystal secara impulsif memeluk leher Dave membuat pria itu terdiam dan terpaku padanya. Mata emerald dan biru laut itu beradu.

"Dave," panggilan itu seakan membunuhnya. Dengan segera pria itu melepaskan diri dan menjauh untuk memberi jarak. Dalam hatinya Dave beruntung karena sekarang dia di tempat umum sehingga dia mempunyai dorongan lebih untuk mengendalikan diri karena jika mereka berada di tempat yang berbeda Dave yakin dia benar-benar akan mencium dan bercinta dengan gadis itu. Dan dia tidak akan peduli tentang apapun.

Dave hanya mengikuti Chrystal dari belakang. Gadis itu membuka pintu toko sederhana itu dan memeluk seorang wanita paruh baya berwajah eropa dengan rambut pirang. Tidak salah dengar lagi, wanita itu adalah ibu Chrystal karena gadis itu baru saja memanggil wanita itu dengan sebutan Mom.

"Ibu aku bertemu Dave. Dia menolongku tadi malam. Aku tadi menginap di rumahnya yang tinggi dan dia sangat hangat dipeluk. Dia juga mengajariku memakai celana dan memberiku roti isi besar yang enak," gadis itu berkata sembari menarik Dave untuk mendekat. Sedangkan pria itu merasa menjadi laki-laki berengsek ketika dengan polosnya gadis itu berkata-kata.

"Saya bertemu dengan putri anda di bus stop saat hampir tengah malam. Saya hanya ingin menolongnya," kata Dave berusaha bersikap formal. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan menatap Chrystal.

"Chrystal bisa kamu menata beberapa bunga di sana?" Chrystal menjawab dengan anggukan dan berlalu begitu saja. Lalu tiba-tiba wanita itu menarik untuk keluar dari toko. "Maaf jika putriku merepotkanmu,"

Dave sesaat terkejut karena dari perkiraannya dia akan mendapatkan umpatan dari wanita di depannya itu.

"Chrystal itu berbeda. Saraf otaknya tidak bekerja dengan sempurna sehingga dia sedikit bermasalah dengan respon, ingatan, refleks. Sebagian besar aku mengajari dia cara berperilaku seperti orang dewasa, tetapi mungkin butuh waktu yang lama. Jadi aku mohon kau bisa mengerti itu," Dave terpaku mendengar semua pernyataan itu. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya, tidak tahu apa yang harus dia katakan. "Aku juga minta maaf. Saat dia tidur, dia terbiasa memeluk bonekanya sejak kecil dan mungkin dia masih sama sekarang. Dia pasti memelukmu ... "

"Ibu," spontan Dave dan wanita itu menoleh ke arah pintu toko dan mendapati Chrystal memegang satu kotak berisi kue.

"Dave," tanpa peringatan Chrystal mencium dahi dan rahang Dave. Cukup lama, lalu kemudian gadis itu mengulurkan kotak kue itu pada Dave dan berkata. "Ini untuk di taruh di rumahmu. Terima kasih Dave mau menolongku. Kata ibu orang baik pantas mendapat ciuman,"

Dave terdiam dan dia merasa seperti orang dungu. "Ya, terima kasih juga untuk kuenya."

"Dave bolehkah aku menciummu lagi?" napas pria itu tertahan dan ia mengerutkan dahinya.

"Chrystal, apa kau sudah menyelesaikan bunga yang ada di dalam?" kata wanita itu berusaha mengalihkan.

"Baru setengah ibu. Tadi aku teringat Dave dan dia sangat wangi untuk dicium," Chrystal tersenyum memandang Dave, dan membuat pria itu kehabisan kata-kata. Hanya satu yang ia pikirkan yaitu bahwa Chrystal sangat manis dengan senyumnya.

"Ya sudah, Chrystal bisa mencium Dave besok. Sekarang Chrystal selesaikan bunganya terlebih dahulu," wanita itu tampak begitu menyayangi Chrystal. Terlihat dari tatapannya pada gadis itu dan caranya berbicara lembut dan pelan. Membuat Dave tiba-tiba rindu pada mamanya.

"Baiklah," Chrystal tersenyum sejenak kemudian kembali ke toko.

"Aku tidak tahu harus berapa kali meminta maaf padamu, perkenalkan aku Kate." kata wanita itu mengusap tengkuknya.

"Tidak, tidak perlu. Aku bisa memaklumimya." kata Dave menatap Kate dan melihat ketidaknyamanan di mata itu. Dan Dave tahu darimana Chrystal mendapatkan mata seindah itu. "Kurasa pekerjaanku membutuhkan ku. Jadi, selamat siang."

"Ya, terima kasih mau berbaik hati mengantarkan Chrystal pulang."

Dave membalas dengan anggukan formal sebelum kembali mengendarai mobilnya. Setelah beberapa saat memandang jalanan entah kenapa ia merasa berbeda. Entah kenapa dia merasa setelah ini kehidupannya berubah.

*~*

"Good morning smart ass. Apa kau mimpi basah lagi?" Dave mendongakkan kepalanya, mendapati Victor sahabatnya berjalan mendekatinya.

"Harusnya kau tidak bicara seperti itu dengan bosmu." Dave berdecak kesal karena sahabatnya ini adalah orang paling menyebalkan yang pernah dia kenal.

"Ini mulutku jadi aku bebas mengatakan apapun. Aku hanya ingin mengajakmu pergi ke clubhouse langgananku." Victor mendekati Dave yang tampaknya agak kusut.

"Lupakan saja." Dave beranjak pergi membawa kotak kue yang berada di tangannya ke dalam ruangannya. Sedangkan Victor hanya menggerakkan bahunya ringan seolah sesuatu sedang terjadi namun dia memilih untuk mengabaikan.

*~*

Dave membuka pintu apartemennya ketika dia baru saja menyelesaikan rapat terakhirnya. Dorongan aneh membuatnya tiba-tiba memasuki apartemen itu. Ia mendapati gaun putih yang dikenakan Chrystal tadi sudah terlipat rapi di atas meja ruang tamu. Digenggamannya gaun itu dan ia mencium wanginya. Samar-samar namun masih tetap melekat di antara wangi sabun. Dave pergi ke table bar dan membuka kotak kue itu. Cookies coklat tertata rapi dan terlihat menggoda untuknya. Walaupun Dave selalu memakan kue seperti ini saat kembali ke rumah orang tuanya, dia merasa kue itu berbeda. Seulas senyum tulus terukir di wajah Dave ketika kue itu masuk ke dalam mulutnya. Mulai hari ini dan seterusnya hidupnya akan berbeda.

Continue lendo

Você também vai gostar

41.8K 1.8K 28
PLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak per...
25.6K 1.4K 20
Maybe someday I'll find the strength to say that you are more than my best friend to me.
66.1K 3.2K 16
Something you can't skip, something you can't love easly. What will you do? STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH D...
135K 16.9K 52
When you got paid just to accompany a young, handsome, and rich businessman. ------- Completed // Written in Bahasa WARNINGS | Sexual Content | Stro...