Takkan Melupakanmu

By puspamekar

321K 39.8K 1.8K

Siapa aku? Siapa diriku? Aku tak tau siapa diriku... Siapa dia? Orang bilang dia kekasihku, tapi kenapa aku t... More

TM»1
TM»2
TM»3
TM*4
TM»5
TM»6
TM»7
TM»8
TM»9
TM»10
TM»11
TM»12
TM»13
TM»14
TM»15
TM»16
TM»17
TM»18
TM»19
Sinopsis All About Love

TM»20 (Finish)

21.6K 1.7K 120
By puspamekar

Suara air yang keluar dari shower dalam kamar mandi terdengar dikeheningan pagi. Prilly menyibak selimutnya dan melotot melihat spreinya yang terdapat bercak darah dan baju kaos yang juga ikut ternoda.

"Shhhh..." Prilly menengok kearah bawah melihat pusat tubuhnya dan meringis.

"Aman kok ya, punya gue masih utuh abis dibelah!" gumam Prilly pelan sambil menutup mulutnya geli sendiri.

"Liatin apa?"

Prilly terlonjak melihat kearah depan pintu kamar mandi. Ada Ali disana dengan handuk melilit ditubuhnya dan bertelanjang dada. Seketika Prilly merasakan wajahnya bersemu. Didada Ali tercetak tanda merah bekas ia gigit tadi malam.

Tak bisa tidur meskipun tubuh mereka terasa luar biasa lelah membuat aktifitas tubuh mereka yang bergerak bersentuhan bereaksi lagi. Takut dibelah yang sangat mengusik pikiran Prilly dan irama jantungnya yang tak menentu karna baru kali itu ada seorang pria asing berada satu ranjang bahkan memeluknya membuat Prilly merasa insomnia.

Alipun merasakan hal yang sama. Walaupun terlihat tenang tetapi jantungnya berdetak tak karuan padahal dulu bila Tata saja ingin tidur disampingnya Ali akan turun dari tempat tidur dan memilih tidur di Sofa karna tak ingin bersentuhan.

Membuka matanya dan menunduk, Ali menemukan Prilly sedang mendongak menatapnya.

"Kenapa?"

"Nggak bisa bobo."

Ali mengusap kepala dan mencium kening Prilly. Menyatukan dahi mereka membuat bulu mata mereka bersentuhan dan mata mereka sama berkedip.

"Kamu nggak nyaman ada aku disamping kamu?" tanya Ali berbisik.

"Bukan begitu..." Prilly menjawab sambil berpikir, sebenarnya apa yang membuatnya khawatir? Melewati malam pertama adalah kodratnya sebagai seorang perempuan yang sudah diperistri seorang pria. Siap tidak siap semuanya harus dilewati. Harusnya ia membuat diri senyaman mungkin berada didekat Ali sekarang.
Bagi Ali sendiri, karna ini pernikahan kedua ia cukup berpengalaman untuk membuat Prilly nyaman dan rileks karna hal tersebut adalah faktor terpenting dalam menjalankan hubungan yang menyenangkan.

"Aku bahagia sekarang kita udah bisa sama-sama tapiii..."

"Kamu takut sakit?"

"Aku cuma nggak bisa bayangin ituuu..."

"Apa?"

"Dari tadi aku ngomong dipotong-potong melulu."

"Aku cuma pingin kamu mengabaikan kekhawatiran dan mencoba fokus pada kebahagiaan kita!" Ali berbisik menenangkan dan Prilly memanggutkan kepalanya hingga bulu mata mereka makin bersentuhan.

"Tarik nafasnya dalam-dalam..." Ali membelai rambut Prilly yang menuruti ucapannya. Menarik nafas dalam-dalam tanpa mengalihkan tatapan mata mereka.
Ali sengaja mengajak Prilly berbincang karna berbincang dapat menjadi cara untuk membuat mereka merasa rileks

Prilly memejamkan matanya begitu bibir Ali menempel dibibirnya. Hanya menempel beberapa saat lalu Prilly merasakan bibirnya dikecup singkat dan nafas mereka beradu halus.

"Udah tenang?"

"Iya."

Ali mengambil tangan Prilly dan akhirnya mengecup punggung tangan istrinya itu lalu meletakkan telapak tangan Prilly ke pipi-nya.

Menikmati saat saling mencium, saling menyentuh dan saling membelai, Ali membuat Prilly nyaman berada dalam dekapannya, berusaha tak terburu napsu lalu berkomunikasi dengan baik membuat Prilly melupakan kekhawatirannya karna mulai terlelap dengan sentuhan-sentuhan Ali. Prilly menggigit bibir bawahnya ketika area dada sekalnya menjadi target bibir Ali yang basah karna saliva mereka sudah sempat terbaur. Tangannya menggapai kepala dan menarik rambut hitam yang lolos diselipan jari-jarinya. Meskipun berpengalaman tetap saja Ali juga merasa berdebar ketika merasakan darah didalam tubuhnya terasa mengalir dengan cepat akibat kulit polos mereka bersentuhan.

"Oh Tuhannn, rasanya sudah begitu lamaaa Prillii...hhhhh...." Ali berdesis menyisir tubuh Prilly dengan tangannya dari paha, pinggang hingga dada dan berakhir dengan meremas lalu meninggalkan tanda disamping niplenya.

"Mmhhhh, oh my godddd, Aliiii...hhh....!" Prilly menekan punggung Ali dengan kuku yang menancap hingga tak sadar menggesernya membuat luka goresan disana. Punggung Prilly terangkat ketika mereka sama-sama menjangkau bibir karna Prilly merasakan inti mereka bertemu lalu tersendat sejenak sementara Ali berusaha mengalihkan perasaan tidak siap Prilly karna dimasuki. Ali merasa rela selain punggungnya yang terluka bibirnyapun bernasib sama karna digigit Prilly.

"Sakit?"

"Sedikit."

"Bisa bergerak sekarang?"

"Tunggu dulu, shhhh..."

Tak seperti yang Prilly bayangkan sebelumnya. Pikirnya jika ada yang masuk di inti tubuhnya pasti akan robek dan ia tak bisa membayangkan sakitnya. Ternyata menembus memang sakit tapi karna sudah terangsang dan intinya lembab, sakitnya hanya sebentar.

"Sakit, sayanghhh?" Ali bertanya diantara nafasnya yang sedikit memburu.

"Mhhh, sedikittthh." Prilly sedikit meringis merasakan intinya seperti tersumbat.
Prilly mengangkat dagu menarik nafas sejenak. Ali bergerak begitu Prilly mulai menatapnya lagi melingkarkan tangan dileher dan menjangkau bibirnya lagi.

Bergesekan diiringi dengan lenguhan yang bersahutan membuat mereka segera tiba kepuncaknya. Tubuh mereka sama kejang. Meskipun Prilly tak mengerti kapan tiba dipuncak tapi merasakan Ali sudah lunglai diatasnya membuat ia yakin iapun sampai.

"Sayang?"

Prilly menggoyang kepalanya dan tersadar dari lamunan paginya mengingat tadi malam. Ali mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Prilly membuat senyum Prilly mengembang malu ketika bertatapan dengan wajah segar didepannya.

Beringsut dari tempat tidur, Ali menarik tangannya membantu menggeser tubuh Prilly sampai kakinya turun dari tempat tidur dan menjuntai dihadapan Ali yang shirtless. Prilly mendongak menatap Ali dan melihat dadanya yang basah dititiki sisa air yang mengalir sampai keperutnya.

Prilly mengangkat tangan dan meraba dada yang bertanda karna digigitnya ketika tubuh Ali menggoyangnya lebih cepat lalu mengusap putingnya sampai tubuh Ali terlihat merinding.

"Kenapa? Ketagihan?"

Pak!
Prilly menepuk dengan telapak tangan yang tadi diusapnya.

"Iissshhhhhh, kamu iniii..."

"Shhh, punggung aku pedih nih kena air tadi sama sabun, kuku kamu tajam!" keluh Ali manja.

"Mana?"

Prilly menarik tangan Ali agar duduk disampingnya dan memutar badan Ali supaya membelakanginya.

"Ih kasian kamu, maaf ya!" Prilly mengusap punggung Ali yang lembab dan mencium bekas cakarannya yang tertinggal dipunggung suaminya itu. Prilly mengecup punggung dan melingkarkan tangannya ke depan dada Ali dari belakang. Ali menepuk punggung tangan Prilly dan menoleh kearahnya.

"Nggak papa, maaf malam pertamanya nggak jadi tertunda!"

"Nggak papa juga, kan setelah itu insomnianya kabur hee!"

Prilly mempererat pelukannya, menempelkan wajah kepunggung dingin Ali dan Ali mengecup punggung tangan Prilly yang ada didepannya. Dan berbalik meraih tubuh Prilly lalu didekapnya.

"Hmmm, Wangiiii!" Prilly menghirup aroma tubuh Ali yang tercium aroma sabun mandi.

"Mandi gih, mhhh!" Ali mencium ujung kepala Prilly.

"Temenin." Prilly menengadah manja.

"Aku udah mandi..."

"Lagiiii..." rajuk Prilly manja. Maksudnya mandi lagi tapi Ali justru menatap wajah Prilly menunduk mencium bibirnya, menekan pipi dan menahan tengkuknya agar ciuman mereka lebih dalam.

"Mhhhhhh, Aliii bukan lagi ituuuhhh..." Prilly berkata disela ciuman yang dilepas dan terengah saat ciuman Ali beralih kelehernya.

"Kamuuhhh, lagi mandinyaaahh." lanjut Prilly tambah terengah.

"Salah kamu Pril, kenapa bangunin yang lainnnhh...."

Ali mendorong tubuh Prilly lalu Prilly menarik leher dan jatuh terbaring ke ranjang dengan tubuh Ali yang menindih tubuhnya. Kaki Prilly menarik ujung handuk Ali hingga terlepas. Meskipun masih ada sisa nyeri akibat ditembus semalam tetap saja ini rasanya menyenangkan dan Prilly merasa melayang merasakan nikmatnya, seperti melayangnya ketakutan yang sempat menghantui pikiran.

Rasa takut dikalahkan oleh rasa cinta dan bahagia yang mendalam. Lagipula perkawinan bukan hanya sekedar takut menghadapi malam pertama tetapi banyak hal lain yang harus dihadapi dan menikmati hidup lebih baik daripada takut menghadapinya.

+++++

"Lemes banget, Ly?" Mami mengeryit alis melihat Prilly. Ada ke khawatiran di raut wajahnya.

"Badan Ily pegel banget mam!" sahut Prilly sambil menaruh kepalanya disandaran kursi meja makan.

"Berapa kali sih tadi malam...?" Mami bertanya dan menatap kearah Ali yang datang dengan rambut yang basah dan segar. Ali meringis malu mendengar ucapan mami Prilly yang terlihat kepo kuadrat.

"Mami inii...." Papi ikut meringis mendengar istrinya ingin tahu rahasia dalam kamar anaknya.

"Ihhhh mami iniiii..." sahut Prilly sambil melirik Ali yang menunduk tersenyum menatap piring didepannya.

"Sudah belah-belahan apa belum sih?"

"Mamiiiiiiiii...." Prilly dan Papinya berteriak bersamaan. Rasanya tak enak sama Ali yang mendengar ucapan maminya itu. Prilly merasa malu membicarakan hal yang begituan. Ali aja sepertinya tidak bisa berkata apa-apa.

"Maafin mami yaa..." Prilly berkata pada Ali yang hanya meringis diiringi anggukan.

"Ily minum jamu apa vitamin gitu biar tubuhnya kuat nggak lemes kayak gitu!" ucap Papi sambil melap mulutnya dengan serbet yang ada disamping tangannya.

"Iya kemarin hampir sepanjang acara Ily berdiri, betis kayak pegel banget sumpah Pap!"

"Betisnya pegel tapi belah-belahannyaaa..." Mami menggantung kalimatnya dan menutup mulutnya yang keceplosan.

"Mamiiiiiiiii...." lagi-lagi mami mendapat protes dari suami dan anaknya sendiri sementara Ali hanya bisa menahan tawa melihat dan mendengar orangtua dengan satu anak tunggal yang lucu itu.

+++++

"Mamii, udah ya jangan nangis, nanti tiap weekend Ily pulang kok, mami jangan kuatir!" Prilly mengusap-usap bahu maminya yang menangis seperti tak rela melepaskan Prilly dibawa ke tempat yang cukup jauh dari kediaman mereka dengan jarak tempuh kurang lebih 6jam.

"Mami kan nggak bisa jauh dari Ily...." sahut Mami melepas pelukan Prilly dan mengusap wajah putrinya itu.

"Mamikan juga bisa main kesana, Mi!" sahut Prilly lagi.

"Aliii, jaga Ily ya!" pesan mami meskipun sebenarnya tanpa dipesanipun Ali akan menjaganya dengan baik.

"Pasti, Mi, Ali jaga dia." sahut Ali menenangkan mertuanya.

"Kerjanya jangan lupa waktu, jangan tinggalin Ily sendirian lama-lama dirumah ya, Li!" pesan mami lagi.

"Iya mi, sesuai jam kerja, tapi Ali usahain istirahat siang balik kerumah, deket kok..."

"Prilly nggak pernah susah Li, jangan sia-siain dia disana!" Lanjut mami lagi.

"Ya enggak lah mi."

Meskipun agak berlebihan tapi Ali merasa wajar saja kalau orang tua khawatir anak satu-satunya dibawa jauh darinya. Apalagi Prilly tunggal dan manja, selama ini tak pernah meninggalkan rumah meski mami dan papi sibuk tapi tetap ada pertemuan dirumah setidaknya sarapan pagi atau makan malam.

"Prilly tanggung jawab Ali sekarang Mi, percayakan saja sama dia!" tukas Papi sedikit menenangkan Ali karna setidaknya Papinya Prilly percaya padanya.

Dan disinilah sekarang mereka, dirumah dinas perusahaan yang berada jauh dari kota. Jalanan yang dilewati hanya hutan kelapa sawit. Perumahan khusus karyawan dan karyawati yang jauh dari asalnya.

"Semoga betah ya dek Prilly, jangan kayak istri yang dulu, hampir tidak pernah tinggal disini, kecuali bulan terakhir kemarin!"

"Betahhh, pasti betah, adek ini pasti orangnya mau nerima apa adanya ya-kan?"

"Didoain deh supaya langgeng nggak ada orang ketigaaa!"

Disambut ibu-ibu tetangga sebelah, istrinya manager-manager bagian yang lainnya, mereka menyambut Prilly dengan pesan yang berbau sindirin. Setidaknya itu perasaan Prilly. Mungkin Prilly lagi sensitif hingga membuatnya tidak nyaman mendengar ucapan-ucapan tetangga barunya itu, tetapi ia harus menyadari sudah resiko yang harus ditanggung ketika ia memutuskan melangkah kesuatu jenjang begitu juga ketika memutuskan memilih Ali menjadi teman hidupnya.

Mereka kini berada dalam lingkaran sendiri dan orang luar tentunya tidak tahu sepenuhnya apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan. Namun begitu, tak menjadi suatu keharusan untuk menjelaskan apa dan bagaimana cerita yang sebenar-benarnya yang sudah mereka lalui sampai menjadi satu sekarang.

"Apa kamu kepikiran kata-kata ibu-ibu tadi?"

Prilly menunduk mendengar pertanyaan Ali ketika ia bersandar disamping jendela dan memandang keluar dengan tatapan kosong.

"Sayangg..." panggil Ali sekali lagi kali ini meraih Prilly dan membalikkan badan istrinya yang ia tahu pasti sedang gundah memikirkan omongan tetangga yang hanya mendengar selentingan tanpa tahu seperti aps yang terjadi sebenarnya. Ali menatap Prilly dengan tatapan cemas.

"Aku nggak papa kok, aku ngerti mereka nggak tahu apa-apa tentang aku!" ucap Prilly mencoba bersabar agar Ali tak terlihat cemas lagi. Ali mengusap bahunya menatap Prilly berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa? Rasanya nggak betah?"
Ali bertanya memandang Prilly yang menunduk tak menatap matanya.

"Selama tinggalnya sama kamu aku pasti betah!" sahut Prilly kali ini menatap Ali.

"Selama ada kamu aku pasti juga semangat kerja, kamu semangatku, dewi!" Ali mengusap bahu dan mencium kening Prilly dalam-dalam. Prilly menutup matanya sambil menarik nafas dalam agar perasaannya lega.


Ali merangkul bahu Prilly dan membawanya menuju Sofa agar mereka bisa duduk tenang.

"Kalau perasaan kamu tak nyaman, kamu jangan diam saja ya karna kita harus saling terbuka."
Prilly mengangguk dan Ali mengelus wajahnya lalu menarik Prilly lagi dalam pelukannya.

"Aku masih harus banyak belajar menyesuaikan diri tolong ingetin aku ya!" kata Prilly.

"Kita sama-sama saling mengingatkan, kalau aku salah tolong tegur aku!" sahut Ali.

Prilly mengangguk mengiyakan.

"Disini jauh dari kota, nggak ada mall, cuma tukang sayur, kita nggak bisa makan diluar harus masak tiap hari, pagi, siang, malam!" Kata Ali lagi mengingatkan sambil mengusap bahu Prilly yang ada dalam rangkulannya.

"Aku mau masak tapi kamu jangan bosen ya itu itu aja kalau nggak ada yang jualan!" kata Ali mengusap tangan Ali yang ada dibahunya.

"Iya, nggak bosen kok, makanya kita weekend pulang sambil belanja!"

"Oke, deal!"

"Eh..." bisik Ali sambil menowel bahu Prilly.

"Apa?" Prilly melirik pada Ali.

"Lupa, satu lagi nih..." katsa Ali sambil mengerling lucu.

"Apa sih?" Tanya Prilly penasaran.

"Kalau berduaan kayak gini terus yang dikerjakan pagi, siang dan malam bukan cuman masak doang kayaknya!" jawab Ali sambil cengengesan.

"Hmmmm, aku tauuuu....." kata Prilly memainkan telunjuknya didepan wajah Ali.

"Tahu apa?" tanya Ali sok misterius.

"Ya tahu maksudnya kamuuuu..."

"Ih sok tahu...apa coba?"

"Pagi, siang, malam mau belah-belahan kan?"

Ali tertawa mendengar bahasa Prilly 'belah-belahan', apaan tuh?

"Ihhh, ketawa dia!" Prilly memukul paha Ali keras-keras.
Ali mengusap kepala Prilly dan menciumnya.

"Untung udah nggak amnesia lagi ya, makanya ingat terus sama belah-belahan!"

"Iihh kamu mah gitu, mau aku melupakanmu selamanya?"

"Eh nggak ya, jangan lupain aku lagi, aku nggak kuat bila kamu lupa caranya mencintai aku!"

"Walaupun aku amnesia, aku tak pernah lupa caraku mencintai kamu!"

"Benarkah?"

"Tentu saja, pertama kali ketemu kamu setelah bangun dari koma, aku merasakan ada kedekatan meskipun aku tak ingat siapa kamu!"

"Hmmm..."

"Begitu ada petir langsung memeluk kamu kan waktu itu!"

"Ya!"

"Begitu melihat kamu sama Tata jantungku seperti rontok seketika!"

"Ohya?"

"Melihat gitar doraemon, sebuket bunga, lukisan, sepertinya semua itu bermakna, kalau tidak mendalam pasti aku takkan merasakan apa-apa!" tutur Prilly lagi dan Ali hanya menatapnya dalam-dalam.

"Saat amnesiapun aku masih merasakan cinta padamu, aku sudah bilang takkan melupakanmu, takkan melupakan cinta kita..." Prilly balas menatap Ali dalam-dalam.

"Untungnya takdir berpihak pada kita!" ucap Ali dalam tatapnya yang masih mengikat.

"Bukan hanya takdir tapi doa dan usaha kita!" sahut Prilly lagi.

"Ya, sekuat apapun ada yang berniat memisahkan, jika doa dan usaha serta takdir berpihak maka kita tetap bertemu dipelaminan!" ucap Ali sambil menundukkan wajah mencium kening Prilly.

"Kamu percaya kekuatan cinta, dewi?" tanya Ali lagi.

"Percaya karna kekuatan cinta kita sudah membuktikannya, dewa!" sahut Prilly.

"Mau berjanji takkan melupakan janji kita?" tanya Prilly melanjutkan kalimatnya.

"Aku selalu berjanji, janjiku tulus, meskipun Allah yang menentukan ketepatannya, aku yakin Allah Maha Tahu niat tulusku dan memberikan rencananya terbaiknya!" sahut Ali yakin.

Mereka saling memandang dengan rasa yang sama. Cinta kasih yang tulus meskipun diwarnai dengan berbagai macam peristiwa dalam perjalanan cinta yang tak begitu mudah.

Tetapi kesulitan akan terlupakan jika akhirnya kebahagiaan yang dipertaruhkan kini ada dalam genggaman tangan.

"Sangat mencintaimu, Dewi Amor!"

Prilly memejamkan mata begitu wajah Ali mendekat dan merasakan bibirnya tersentuh kelembaban yang akhir-akhir ini begitu menagih, menekan, dan membuat darah mereka mengalir cepat secepat tangan Ali yang bergerak memagut dan berdiri membawa tubuh mungil Prilly menuju peraduan tanpa melepas ciuman.

"Sangat mencintaimu, Dewa amor!"

Tak ada lagi kalimat cinta yang terucap, hanya tatapan mata yang berbicara cinta dengan harapan cinta ini sejati dan akan selamanya takkan saling melupakan janji.

+++++++++++Finish++++++++++

Banjarmasin, 29/05/2016

Maaf, 'Takkan Melupakanmu' harus berakhir, karna kalau dilanjutkan akan terasa nggak jelas karna sudah tidak sesuai dengan judul dan tema, kalau ada ide nanti akan ada Extra Part... Insha Allah...

Doain masih punya ide untuk berbagi cerita yang lain ya...

Saya sangat berTerima Kasih atas apresiasi teman-teman yang masih mau membaca, memberikan vote juga komentarnya selama ini, apapun masukan, kritikan dan pujiannya membuat saya merasa bersemangat dan ingin banyak belajar dan belajar menjadi lebih baik lagi.

#jangankagetya
#Seeyou
#thankyou
#loveyou

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
4K 361 22
Ada seorang lelaki bernama Leo Revandra Alderick mencintai Dua wanita sekaligus? SEASON 2 PREND! BACA SEASON 1 DULU YAA MARI SIMAK CERITA INI! DAN JA...
2.2M 18.8K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.1K 492 35
Setiap orang memiliki banyak cara untuk mengekspresikan perasaannya. Ada yang berani mengungkapkan. Ada yang hanya bisa memendam tanpa berani bersuar...