TM»7

13.2K 1.8K 111
                                    

Rasa sayang membutakan segalanya. Apa yang terjadi jika seseorang buta lalu tak melihat lagi dunia karna menyayangi? Dulu, Ali tak pernah membayangkan jika membangun rumah tangga akan hancur bahkan tak sampai hitungan tahun. Tak pernah menyangka akan mendapatkan cinta semu. Entah apa yang membuatnya bertahan padahal sudah jelas disakiti? Karna menurut Ali tujuan utama pernikahan adalah membina rumah tangga yang sakinah, penuh cinta yang biasa disebut mawaddah dan kasih sayang atau warrahmah. Jadi pikiran Ali satu untuk selamanya.

Tetapi kini, ketika pandangan mata yang gelap ada penuntunnya, membuat pandangan yang tertutup kegelapan diganti cahaya yang lebih terang, apakah salah jika hati terlalu cepat berbalik arah?

"Hallo?"

"Ali!"

"Ya mom?"

"Tata akan menggugat cerai, tolong kamu jangan mempersulit!"

"Enggak akan saya persulit, silahkan Tata gugat cerai saya Mom."

"Ok, baiklah, sampai bertemu dipengadilan agama."

Ali memandang layar handphone-nya. Tanpa permisi dimatikan. Mom-nya Tata.
Sudah biasa mertuanya itu ikut campur. Bahkan sifat Tata itu sepertinya keturunan dari orangtuanya. Sudah tiga bulan berlalu, Ali sudah tak menafkahi Tata lahir dan batin. Itu sudah cukup alasan bagi Tata untuk melayangkan gugatan cerai pada Ali, meskipun sebenarnya yang salah adalah Tata.

"Kenapa bukan Ali sendiri yang gugat dia, yang salahkan dia Li!"

"Biar saja Ma, Ali kan sudah bilang kalau dia butuh status jandanya untuk menikah lagi pasti dia akan urus."

"Emang Ali nggak butuh status duda?"

"Saat ini belum."

"Memangnya Ali nggak tertarik nikahin Prilly?"

Pertanyaan mamanya membuat Ali menghentikan gerakan tangannya ingin mencomot kue yang ada di atas meja.
Prilly?
Ya, Prilly pernah diajak mampir kerumah ketika suatu hari sesampai dikota orangtuanya dari kota tempat kerjanya ia menjemput Prilly dikampus dan mampir kerumah untuk mandi dan berganti pakaian.

Sejak saat pertama kali mereka bertemu di taman waktu itu Prilly menghiburnya, mereka bertukar nomer telpon dan nampaknya Ali nyambung berbagi cerita. Setiap hari meskipun hanya bercerita melalui chatt karna jarak mereka yang cukup jauh tetap membuat mereka terasa dekat. Ketika weekend Ali pulang kerumah orangtuanya, dia juga akan menyempatkan waktu untuk bertemu Prilly.

"Nggak usah ngomong sama Bimo ya kalau kita sering kontak, Li." pinta Prilly suatu kali.

"Kenapa?" tanya Ali sedikit heran.

"Enggak, nanti dia cerita ke Lea." sahut Prilly sambil mengutak-atik handphonenya.

"Memang kenapa? Lea nggak suka kamu dekat sama aku?" tanya Ali curiga.

"Bukan gitu." sanggah Prilly tak nyaman.

"Terasa kok sejak pertama kita ketemu, Lea batas-batasin kita, makanya kita nggak bisa deket!"

"Kalian itu sama-sama sahabat aku, Li, tolong jangan pikir macem-macem sama Lea!"

"Sahabat?"

"Iya, kenapa? kitakan emang sahabat ya Li?"

Seketika ada gundah dalam hati Ali. Sahabat. Jadi perhatian Prilly selama ini hanya sebatas sahabat. Bodoh sekali sampai Ali merasa mereka lebih dari sahabat.

'Bangun Li dari mimpi lo, mana mau dia sama orang sederhana kayak lo, dia anak orang kaya juga apa lo nggak takut bakal diinjek-injek kayak diinjek Tata?'

Takkan MelupakanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang