Salah Cinta

By quinwriter

606K 38.2K 1.4K

Gue selalu bilang ke orang yang gue kenal 'jangan panggil gue Zirana Geraldan kalau gue gak bisa dapetin apa... More

Prolog
Fall In Love At First Sight (1)
Fall In Love At First Sight (2)
Fall In Love At First Sight (3)
Berjuang (4)
Awal Pendekatan (5)
Gagal Les (6)
Teka Teki (7)
Saudaraan? (8)
Segelintir Masalah (9)
Mulai Dekat (10)
Bertemu (11)
Sedikit Masalah (12)
Jodoh Di Tangan Tuhan (13)
Game (14)
Punya Jantung Gak Punya Hati (15)
Bisa Karna Terbiasa (16)
Hal Yang Sama (17)
Aku Lagi Sayang Kamu Lagi Apa? (18)
Di Jodohin (19)
Rasa Yang Samakah? (20)
Playboy dan Perasaan (21)
I Love You (22)
Bodoh (23)
Liburan (24)
Tiga Kata Yang di Inginkan (25)
Sekat Tak Terlihat (26)
Kebahagiaan Yang Di Berikan (27)
Sayang berarti Cintakah? (28)
Go Away (29)
Gagal Move On (30)
Nyerah! (31)
What if I never love again? (32)
Jaga Selalu Hatiku (33)
Kado Indah dari Tuhan (34)
Bukan Segenap Jiwa (35)
Perawan? Janda? (36)
Aku Kangen (37)
Quality Time (38)
I can't Be Yours (39)
Pacaran Settingan (40)
Pengorbanan dan Pilihan (41)
Kenangan Terakhir (42)
Mimpi? Atau Nyata? (43)
DuoIdeh:Ira-Ino (44)
DuoIdeh: Padang (45)
DuoIdeh: Bisa gak sih? (46)
Will You Marry Me? (47)
Berakhir kalah (48)
Tuhan Tau (49)
Kenyataan dan Pengakuan (50)
Lebih Baik Aku Tak Mengenalmu (51)
Kenapa Gak Bunuh Gue Aja? (52)
Hari Yang Dinantikan (53)
Sebelum Terlambat (55)
Sama - Sama Pergi (56)
Gadis Tanpa Nama (57)
Zirana? (58)
Perempuan Itu? (59)
Siapa Perempuan Itu? (60)
Rencana Cello (61)
Si Mesum Rega (62)
Cinta Ini Membunuh Gue (63)
Sudah Nikah atau Belum? (64)
Playboy dan Karma (65)
Pergi dan Tetap Disisi? (66)
Pemeran Figuran (67)
End
Epilog (Revisi)

Dongeng Tentangku (54)

6.1K 468 30
By quinwriter

Fino mengelus lembut puncak kepala Prisca yang bersandar didadanya. Akhirnya mereka menjadi sepasang suami istri. Malam ini mereka berdua memutuskan untuk memanfaatkan kamar pengantin yang telah dipersiapkan hotel yang telah mereka sewa untuk acara resepsi pernikahan mereka.

Dengan tangan sebelah kanan yang merangkul Prisca Fino membuka pintu hotelnya dengan tangan kirinya. Perasan senang dan bahagia tak terkira yang Fino rasakan malam ini bukan hanya dirasakannya sendiri tapi begitu juga Prisca yang terpancar dari senyuman manisnya.

Sedari tadi Fino berkali-kali mengucapkan syukur didalam hatinya. Akhirnya, malam ini dia dipersatukan dengan Prisca atas izin Allah SWT.

Sesampai didalam kamar mereka berdua. Mereka saling melepas rangkulan mereka masing-masing. Fino memilih terlebih dahulu berbarinh diatas tempat tidur mereka sedangkan Prisca langsung duduk di depan meja rias. Sebelumnya Ia mengambil alat make up yang dia bawa didalam kopernya terlebih dahulu.

"Kamu mandi dulu aja. Aku masih mau ngehapusin make up", ucap Prisca yang menatap suaminya dari cermin.

"Yaudah aku mandi duluan ya. Perlu aku bantuin gak?", tawar Fino yang berjalan kearah Prisca dan mengelus punggung Prisca dengan lembut.

Prisca pun langsung menepis tangan nakal Fino. "Udah sana mandi, ntar bukannya bantuin, malah yang lain", Fino pun terkekeh dan masuk kedalam kamar mandi.

Setelah Fino menghilang dibalik pintu kamar mandi. Prisca tersenyum manis menatap bayangan dirinya yang ada dicermin. Perlahan dia menghapus make up yang masih menempel diwajahnya. Saat jarinya menyusuri wajahnya Ia terpaku beberapa saat pada cicin yang kini bersarang manis dijari manisnya.

"Terima Kasih Ya Allah engkau telah melancarkan hari bahagiaku", ucap Prisca bersyukur sambil menatap jari manisnya. Setelah mengucapkan syukur Prisca kembali membersihkan wajahnya. Lalu setelah membersihkan wajahnya Ia beranjak dari duduknya untuk menyiapkan baju tidur Fino-suaminya.

Drrtt drrrt drrtt

Prisca menatap ponsel Fino yang begetar diatas nakas. Dia pun mengambil ponsel Fino dan mengangkatnya.

"Halo Assalamualaikum Finoo, ini tante Seyra nak. Tante mau minta tolong sama kamu. Kamu bisa gak kerumah sakit sekarang. Zira butuh kamu. Tante mohon kamu kesini sekarang ya Fino. Tante benar benar butuh bantuan kamu...", ucap sang penelpon dengan tangis yang sesenggukkan.

"Tante ini Prisca. Finonya sedang mandi. Nanti Prisca dan Fino akan kesana secepatnya. Tante tenang aja ya tan"

"Prisca? Maaf Prisca, maafin tante udah ganggu malam pertama kamu sama Fino. Tapi, tante benar-benar butuh bantuan kalian. Maaf ya Prisca-"

"Tante kitakan keluarga, jangan seperti itu. Aku sama Fino pasti bakal bantu tante. Tante tunggu aja ya, kami akan segera kesana."

"Makasih Prisca makasih. Makasih banyak kamu memang istri yang baik. Wassalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Tut tut tut

Ceklek

"Siapa sayang?", tanya Fino yang keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan dipinggangnya.

"Aku mandi dulu. Kamu siap-siap ya, jangan pakai baju itu. Pakai baju pergi yang ada dikoper kamu. Kita harus pergi sekarang", ucap Prisca cepat dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

Tak berapa lama setelah mandi dengan bersih Prisca keluar dari kamarnya lalu segera mengambil baju dan memakainya. Fino yang menunggu Prisca sambil menonton tv diatas kasur hanya melirik Prisca sekilas.

"Kamu kenapa pakai baju tidur?", protes Prisca saat Fino malah memakai baju yang disiapkannya tadi.

"Owh kamu mau aku gak pakai baju?", goda Fino.

"Duh Fino bukan saatnya bercanda. Sekarang ganti baju kamu pakai ini", Prisca memberikan baju kaos dan celana jeans kearah Fino.

"Kamu mau ngajak aku pergi?", tanya Fino bingung.

"Udah pakai aja. Cepetan", perintah Prisca dan Fino pun langsung memakainya.

•••

"Ngapain kita kerumah sakit?", tanya Fino bingung. Prisca hanya diam dan terus berjalan menyeret suaminya masuk kedalam Rumah sakit. Sesampainya didepan ruangan Zira. Prisca bertegur sapa dengan beberapa pengawal yang sering bertemu dengannya saat dirinya menjenguk Zira setelah itu Ia kembali menyeret Fino untuk masuk kedalam ruangan Zira.

Sebelumnya Fino belum pernah mengunjungi Zira, selain tidak diperbolehkan oleh Dino dan Igo. Fino juga tak ingin perduli dan ambil pusing dengan Zira. Bahkan yang Ia hanya tau Zira masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Soal koma atau sebagainya Fino tidak tau itu. Dia sangat tidak ingin membicarakan soal Zira, apapun alasannya.

"Fino akhirnya kamu datang juga", ucap Seyra yang langsung menghampiri Fino saat masuk kedalam
ruangan Zira.

"Kenapa kamu gak bilang sama aku kalo kita kesini?", tuntut Fino ke Seyra.

"Fino, maaf maaf tante minta Prisca buat bawa kamu kesini.", ucap Seyra yang merasa bersalah.

"Gak tante aku yang salah. Aku gak jelasin sebelumnya dengan Fino, yakan Fino?", tanya Prisca ke Fino. Fino hanya diam tapi Prisca langsung menyenggol tangan Fino untuk mengiyakannya.

"Iya tan.", jawab Fino pasrah.

"Mari duduk dulu", ucap Seyra mengajak Fino untuk duduk disebuah sofa yang terdapat di ruangan VVIP ini.

"Begini, kalian liat kan keadaan Zira? Dia baru bangun dari koma nya", ucap Seyra sedih.

Koma? Jadi selama ini Zira koma? Pantesan Dino sama Igo mukul gue waktu itu, batin Fino.

"Fino Prisca, tante boleh minta tolong gak sama kalian berdua. Tapi, kalau kalian gak bisa bantu gak usah dipaksa. Mungkin kami akan cari pengobatan yang lain untuk menyembuhkan Zira."

"Tante, jangan bicara seperti itu. Kami keluarga tante jangan sungkan untuk minta tolong sama kami. Selagi kami bisa bantu", ucap Prisca dengan memegang tangan Seyra menguatkan.

"Emangnya, tante mau minta tolong apa?", tanya Prisca lagi.

"Begini, Zira lupa ingatan."

"Lupa ingatan?", tanya Fino dengan kaget. Seyra mengangguk.

"Iya, kecelakaan yang membuat dia jatuh kejurang itu buat Zira lupa ingatan. dan lupa ingatan yang dialaminya sangat langka terjadi. Dia lupa sama semua orang. Tapi, hanya satu orang yang diingat Zira saat sadar dari komanya dan kata dokter hanya orang itu yang bisa menyembuhkan Zira."

"Jadi kami harus mencari orang itu?", tanya Fino.

Seyra menggeleng. "Gak perlu, orang itu ada disini dan orang itu kamu Fino."

"Aku? Haha tante bercanda"

"FINO", peringat Prisca. "Kita lagi serius dan gak ada bercanda disini", Prisca melirik kesal kearah Fino.

"Jadi, apa yang bisa Fino bantu tante?", tanya Prisca ke Fino.

"Pris", protes Fino.

"Jadi apa tan?", tanya Prisca lagi.

•••

"Kamu kemana aja pas aku bangun Fin?", tanya Zira manja sambil merangkul pinggang Fino yang berbaring diatas ranjang yang sama dengan Zira.

Fino pun hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan Zira.

"Kamu kok jadi pendiem sekarang Fin?", tanya Zira lagi.

"Fino dijawab Zira ngomong", peringat Prisca yang duduk tak jauh dari ranjang Zira.

Diruangan ini hanya ada Fino, Prisca dan Zira. Karna Zira tak ingin orang lain ada disini dia hanya mau bersama Fino seorang. Tapi, karna Fino tak ingin Prisca berpikiran macam-macam Fino pun membuat Zira mengerti agar Prisca juga ikut menemani mereka diruangan ini.

"Fin jawab dong", rengek Zira lagi.

Fino menghela nafasnya kasar. "Gue mau keluar sebentar Zir", pamit Fino yang tak tahan dengan kelakuan Zira yang membuatnya muak bukan kasihan.

"Kamu mau ninggalin aku lagi? Gak mau, aku gak mau kamu tinggal", rengek Zira yang mengencangkan pelukannya ke Fino.

"Gue mau ketoilet Zira. Mau buang air kecil"

"Yasudah diruangan ini aja ya. Kan ada toilet.", mohonnya.

"Hmm", gumam Fino malas. "Lepasin dulu dong pelukan lo. Gimana gue mau ketoilet."

"Eh Iya maaf", cengirnya.

Dengan gontai Fino masuk kedalam tolilet yang dikhususkan untuk ruangan ini. Zira memperhatikan kepergian Fino sampai masuk kedalam toilet.

Didalam toilet Fino menatap dirinya dengan prustasi. Ia membuka keran untuk meredamkan suara amarahnya. "Sampai kapan gue ngorbanin rumah tangga gue demi Zira. Kalau gini jadinya, gue nyesel datang kerumah dia malam itu gue nyesel. Mau lo itu apa sih Zir sebenarnya? Arghh", setelah mengeluarkan semua emosinya didalam kamar mandi Ia menutup keran dan keluar dari toilet.

"Kamu kok duduk disana Fin? Disini dong samping aku", rengek Zira dengan manjanya saat Fino malah berjalan kearah Prisca.

Fino yang meminta pertolongan dengan menatap Prisca hanya bisa pasrah saat Prisca malah ikut-ikutan menyuruhnya menghampiri Zira.

"Kenapa berdiri disana. Baring disini lagi peluk aku"

"Sempit Zir. Lo kan baru sembuh. Ntar kenapa-kenapa lagi", alasan Fino yang sebenarnya tak ingin berdekatan dengan Zira karna menjaga perasaan istrinya.

"Gak, aku gak apa apa kok. Baring disini lagi ya?", mohon Zira.

"Ziraa, lo mau kan gue gak ninggalin lo?", tanya Fino.

"Fino", ucap Prisca memperingati Fino untuk tidak berbicara yang aneh aneh. Zira hanya menggeleng polos.

"Kalau lo gak mau gue tinggalin. Lo harus nurut kata gue, okey?", Zira pun mengangguk menuruti perintah Fino.

"Good girl", ucap Fino tersenyum menang.

Lo pikir, gue mau diatur sama Zira? Enggak Pris, baik boleh bodoh jangan!, batin Fino.

"Sekarang waktu lo minum obat.", ucap Fino yang melihat jam ditangannya.

"Aku gak mau minum obat", tolak Zira.

"Kenapa? Lo gak mau sembuh."

"Aku mau sembuh. Tapi, kalo aku minum obat nanti aku tidur. Nanti kamu ninggalin aku lagi", rengeknya.

"Barusan gue bilang apa?"

"Gak akan tinggalin aku, kalo aku nurut sama kamu."

"Jadi sekarang lo harus nurut minum obat. Supaya gue gak ninggalin lo. Okey?"

Zira mengangguk antusias. "Kalo gitu Aku mau minum obat", ucapnya manja dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Fino pun mengambil obat yang telah disiapkan diatas nakas dan segelas air yang juga berada disana lalu diberikannya ke Zira. Setelah meminum semua obatnya hingga tandas Fino menyuruh Zira kembali berbaring diatas ranjang.

"Fino", panggil Zira kepada Fino yang duduk dikursi yang diletakkan disamping ranjangnya.

"Kenapa lagi?", tanya Fino dengan berusaha menyunggingkan senyumnya.

"Dongengin aku dong sebelum tidur", pinta Zira dengan menarik tangan Fino untuk digenggamnya. Tapi dengan cepat Fino langsung menarik tangannya agar tak digenggam Zira.

Fino pun berubah posisinya dengan menyilangkan kedua tangannya dan menyenderkan badannya disenderan bangku.

"Gue gak bisa dongeng", jawab Fino datar.

"Yah, padahal aku pengen banget kamu dongengin.", ucap Zira yang kecewa.

Prisca yang mendengar percakapan keduanya langsung berdiri menghampiri Fino. "Fino, dongengin Zira apa salahnya?", ucap Prisca.

Mendengar penuturan Prisca Fino hanya bisa menghela nafasnya dan kembali menoleh kearah Zira yang menatapnya penuh harap.

"Oke baiklah gue bakal dongengin lo. Jadi, pada suatu hari hiduplah seorang gadis yang tinggal disebuah kerajaan yang bernama Cinderella. Dia-"

"Aku gak mau didongengin itu.", potong Zira.

"Jadi lo mau didongengin apaaa?", geram Fino.

"Karna cuma kamu satu-satunya orang yang aku ingat. Aku mau kamu dongengin semua tentang aku, sampai aku bisa ada disini."

~•~

Pusing gue buat tugas jadinya malah update...

Continue Reading

You'll Also Like

152K 8.6K 34
SUDAH TERBIT! BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENULIS!! .. di titipkan di panti asuhan tanpa ada pengawasan dari pihak panti,hal itu terj...
6.6K 307 11
#Duda series #Militer Cover by @AlvinReno_ Najla Faqihatun Nissa. Gadis unik dan ceria. Bagaimana tidak unik? Gadis itu memiliki kriteria suami idama...
55.8M 3.3M 102
Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukuny...
18.8M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva