Empress Kwon

By ikedesyaaa

121K 6.4K 139

Sepasang bayi kembar perempuan dipisahkan oleh takdir yang berbeda. Jika takdir itu diibaratkan tali yang pan... More

PROLOG
ISTANA GEMPAR
GWEN = KWON
KWON DAN MILITER
KWON JATUH CINTA
CHANA MENDAPAT PEMBEKALAN PUTRI MAHKOTA
SELIR AGUNG DI FITNAH
KESEDIHAN CHANA
CHANA BERGURU
TERBUKANYA RAHASIA KWON
PUTRA MAHKOTA NAIK TAHTA
HIDUP BARU SI KEMBAR
KAISAR JATUH CINTA
FESTIVAL TOPENG MUSIM PANAS
CHANA DAN LANG
BULAN BARU
CHANA MENYERANG
DOAKU UNTUK IBU
TERSENYUMLAH
BULAN YANG MEREDUP
AKHIR CERITA CHANA
HIDUP BAHAGIA
SELAMATNYA KWON
KWON HINGGA CHANA

KEHAMILAN PERMAISURI DAN LAHIRNYA PUTRA MAHKOTA

11K 426 1
By ikedesyaaa

Untuk kesekian kalinya, Permaisuri harus mengakui kegagalannya melawan Selir Agung. Setelah hubungan Hainan-Kaisar yang berjalan dua tahun dan semakin membaik kemudian menampakkan hasilnya, Permaisuri seakan tercekik tinggal di dalam Istana. Ia tidak kerasan karena Hainan yang selama ini ia perangi justru malah membuatnya terhimpit dikediamannya sendiri.

"Yang Mulia, ini ada perembahan hadiah dari Hainan yang khusus ditujukan untuk Yang Mulia". "Buang itu semua, aku tidak butuh pemberian mereka". Dayang Zho menghela napas panjang atas jawaban Permaisuri. "Mohon Yang Mulia menerima pemberian ini. Sebagai Ibu Negri, akan sangat tidak terpuji sikap Yang Mulia jika Yang Mulia memerintah Hamba untuk membuang pemberian ini. Apalagi ditengah hubungan Kaisar dan Hainan yang semakin membaik. Mohon terimalah pemberian ini Yang Mulia". Permaisuri berdiri "Aku akan menemui Kaisar".

Kaisar menerima kedatangan Permaisuri. Permaisuri bermaksud meminta izin Kaisar untuk pulang ke kampung halamannya, Jiang, dengan alasan berdoa kepada Budha, mendoakan Negri ini dan Yang Mulia Kaisar. Tanpa menahannya Yang Mulia langsung memberikan izin. Sejenak setelah itu Kaisar mendapat kabar bahwa Selir Agung jatuh sakit. Kaisar langsug bergegas melihat kondisinya. Hal itu menyulut kecemburuan Permaisuri.

Kaisar bergegas ke kediaman Selir Agung. "Nan!! Nan!", ucapnya begitu ia memasuki ruangan selirnya itu. "Baginda...". "Apa kata tabib? Ini bukan Kolera kan?", tanya Kaisar kepada Dayang Tal. "Yang Mulia tidak perlu khawatir, Selir Agung hanya kelelahan saja karena terlalu bersemangat merawat Putri Agung". "Ya Tuhan...", Kaisar mendesis. "Baiklah, kalian semua keluar", pinta Kaisar kepada seluruh pengawalnya dan dayang yang melayani Selir Agung.

"Kau hampir membuatku gila, Nan!". "Maafkan hamba, hamba pantas di hukum, Baginda". Kaisar termenung, seolah tidak percaya atas ucapan selirnya itu. "Bicara apa kau ini". Kaisar menggengam tangan wanitanya itu. Tangan mulus itu terasa dingin. "Kau kedinginan?". Selir Agung mengangguk lemah. Langsung seketika itu Kaisar memeluk Selir Agung dan mereka tiduran dengan saling berpeluk.

Kaisar memeluk Selir Agung erat untuk menghangatkan badan wanitanya itu. Melihat Selir Agung yang tertidur dengan damai, Kaisar tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup dahi wanita bernama asli Nandasali itu.

Kaisar adalah pria normal. Berbaring sambil memeluk Selir Agung seperti itu jelas membuatnya terangsang. Namun karena masa lalu Selir Agung tentu saja ia tidak bisa menyalurkan apa yang telah mendesak dibawah sana.

Permaisuri pergi pada malam itu juga. Jarak antara ibukota dengan Jiang memang cukup jauh. Untuk mengarunginya membutuhkan waktu empat sampai lima hari. Dalam lamanya perjalanan itu, Permaisuri tak hentinya berdoa kepada Budha agar dibukakan mata hati Kaisar bahwa selama ini keputusannya memihak kepada Selir Agung akan menjadi penyesalan.

Permaisuri tiba di rumahnya di Jiang. Rumah itu kini diurus bibinya selama ia berada di istana. Hanya beberapa kali saja ia mengunjungi Jiang setelah menjadi Permaisuri.
"Aku telah mendengar semuanya, putriku", ucap bibinya Permaisuri. "Jangan kau bersedih, Budha Yang Agung tidak akan membiarkanmu menangisi itu semua. Mereka telah membunuh kakakku, hidupnya tidak akan tenang".

Malam itu malam pertama Permaisuri di Jiang, ia bermimpi. Sebuah mimpi yang terekam jelas tentang masa lalu kelamnya. Ia melihat langsung ayahnya dihukum mati oleh Kaisar, yang kini menjadi suaminya, akibat perbuatan ayahnya melakukan pembantaian habis-habisan orang Hainan. Ayahnya yang berjiwa nasionalis tinggi tak bisa merasa cukup dengan hanya membunuh Gubernur Hainan. Ayahnya menganggap tentara dibawah komandonya mati sia-sia bahkan untuk perang yang belum dimulai.

Waktu itu memang Kaisar memberi tugas Perdana Mentri untuk membunuh Wang Huan Gubernur Hainan, bukan membantai semuanya. Tanpa ragu Kaisar muda itu memberikan hukuman mati pada Perdana Mentri. Hukum tetaplah hukum. Kesalahan tetaplah harus diganjar. Naiklah kakak laki-laki beda ibu Permaisuri menjadi Perdana Mentri.

Sialnya, ibu yang melahirkan kakak tirinya adalah orang Hainan. Karna ibu tirinya itu menyelingkuhi ayahnya padahal ayahnya memerikan semua yang ia butuhkan, hal itulah yang secara tidak langsung membuat ayahnya dendam dengan orang Hainan yang haus harta. Setelah itu ayahnya bertemu wanita Jiang dan jatuh cinta kepadanya. Beberapa tahun setelah pernikahan keduanya lahirlah bayi perempuan. Bayi itulah yang sekarang ini menjadi Permaisuri.

Hubungan Permaisuri dan Kakak laki-lakinya tidak pernah akur, itulah yang membuatnya tidak begitu senang ketika kakak laki-lakinya itu menjadi pengganti ayahnya sebagai Perdana Mentri. Meski begitu, kakaknya sangat menyayanginya. Berkat kakaknya pula ia bisa menjadi Permaisuri. Pada awalnya Permaisuri menjadikan kesempatan itu sebagai ajang balas dendamnya pada Kaisar. Namun semakin lama ia bersama Kaisar ia justru jatuh cinta kepada Kaisar.

Permaisuri bermimpi buruk setiap hari sejak ia pulang ke kediamannya di Jiang. Karna takut bermimpi buruk lagi akhirnya ia memutuskan untuk tidak tidur dan fokus berdoa di kuil. Selama dua hari tanpa henti ia terus berdoa, mendoakan rakyatnya, Kaisar, dan keluarganya.

Dayang Zho yang mendampingi Permaisuri semakin khawatir dengan keadaan Permaisuri. Dayang tersetia Permaisuri itu lalu mengutus pengawal Permaisuri untuk menghadap Kaisar supaya Kaisar mau membujuk Permaisuri kembali ke istana. Utusan itu diterima langsung oleh Kaisar. Kaisar juga terheran karena tidak biasanya Permaisuri meninggalkan istana untuk waktu yang lama.

Akhirnya Kaisar memutuskan untuk menyusul Permaisuri ke Jiang. Ia sengaja tidak membawa banyak pengawal karna akan menjadi sorotan satu kota Jiang. Bibi Permaisuri menyambutnya dengan dingin. Masih jelas diingatan bagaimana pemuda itu membunuh kakak iparnya. Bibinya langsung mempersilahkan Kaisar menemui Permaisuri di kuil.

Selir Agung yang baru saja sembuh dari sakitnya berinisiatif memimpin negri atas perginya Kaisar ke Jiang. Itulah yang membuat Kaisar menggilainya. Tanpa disuruh Kaisar, Selir Agung berinisiatif sendiri memimpin pertemuan di Balai Utama. Tak lupa ia sempatkan berkeliling di setiap pasar ibu kota untuk memantau harga dan kualitas barang-barang. Hal yang biasanya menjadi rutinitas Kaisar sehari-hari.

Pada saat Kaisar mendatangi Permaisuri, itu adalah hari ke enam Permaisuri berdoa pada Budha tanpa makan, minum dan tidur. Mendengar pemaparan Dayang Zhou itu membuat Kaisar semakin iba. Suami mana yang tega membiarkan Istrinya seperti itu mendoakan dirinya dan rakyatnya berhari-hari. Tak lama setelah memandang Permaisuri dari belakang, Permaisuri pingsan. Kaisar langsung bergegas membopongnya ke ruangan Permaisuri. Kaisar dengan sabar merawat Permaisuri sampai Permaisuri bangun.

Permaisuri terperangah mendapati Kaisar sudah ada didepan mukanya. Kaisar langsung menyuruhnya makan. Tapi Permaisuri menolaknya.
"Aku akan meminta Budha menghapus semua dosa-dosa Hamba dan Kaisar". "Tapi kau sangat lemah sekarang". "Hamba telah melakukan dosa besar dengan jatuh cinta kepada pembunuh Ayah Hamba sendiri". Kaisar menghentikan aktivitasnya yang tadinya akan menyiapkan makanan untuk Permaisuri.
"Jadi kau menyesal...?", balas Kaisar. "Kau menyesal menjadi ibu negri ini?". Permaisuri terdiam beku tak membalas pertanyaan Kaisar yang semakin memajukan wajahnya pada Permaisuri. "Bukankah kau sangat menginginkanku? Kau bilang kamu mencintai orang yang membunuh ayahmu?" Kaisar semakin mendekatkan wajahnya pada Permaisuri, bahkan deru rafasnya yang hangat menyapu lembut bibir Permaisuri. "Tidak... jangan...".

"Kau pikir aku jauh-jauh datang kemari untuk apa? Aku sengaja menahan menyentuhmu dan membiarkanmu tetap perawan agar aku bisa menikmatimu sepuasnya ketika aku benar-benar menginginkannya. Dan Aku, benar-benar menginginkannya sekarang". Beberapa bulan ini Kaisar tidak menyentuh selir-selirnya di Istana. Kaisar memang terkenal tidak mudah bersenang-senang dengan selirnya. Dari empat selir termasuk Selir Agung semua diangkatnya menjadi selir karena untuk tujuan ingin memberi tanda terima kasih untuk Gubernur-Gubernur yang berprestasi dan berkinerja bagus bagi negri.

Kaisar langsung melumat bibir Permaisuri dengan nafsu. Melumat dan menjilat ia lakukan seirama. Penolakan Permaisuri tidak membuatnya menyerah. Terus ia lumati bibirnya dan lehernya. Tak lupa ia meremas buah dada Permaisuri yang menggoda. Permaisuri tak bisa berkata apapu selai mendesah keenakan. Tubuhnya bak melayang tinggi, tak menyangka selama ini yang ia inginkan dari Kaisar terwujud juga. Permaisuri pasrah seutuhnya. Kaisar menungganginya sambil menyelipkan kemaluannya di kemaluan Permaisuri, dan mulailah penetrasi panas itu. Kedua insan itu berulang kali mengeluarkan cairannya. Tak terhitung berapa kali. Dan berjalanlah malam itu dengan derai keringat membasahi mereka berdua.

Segera setelah malam itu Permaisuri bersama Kaisar kembali ke Istana. Perkembangan istana ternyata diluar ekpetasi, pengaruh Hainan semakin kuat. Namun Permaisuri telah berjanji kepada Kaisar untuk menerima apapun keadaan istana saat ini karena kelakuannya disorot dan ditiru oleh rakyat negri ini.

Ketika hendak memasuki kediamannya, Selir Agung menyambutnya dengan hangat. "Senang rasanya Yang Mulia kembali ke Istana. Selamat datang kembali Yang Mulia". "Aku tersentuh atas sambutanmu Selir Agung". Tiba-tiba tubuh Permaisuri terhuyung lalu jatuh ke tanah. Kepanikan terjadi pada pelayan istana dan segeralah Permaisuri dibopong ke kediamanya dan dipanggilkan tabib. Kabar menggembirakan menyelimuti istana ketika para dayang mengantar tabib keluar. Permaisuri dinyatakan hamil muda. Seluruh penjuru Ibu Kota bersorai menyambut kabar itu. Namun hiruk pikuk itu tidak terlihat di tempat Selir Agung. "Aku tidak merasa senang atau pun sedih dengan kabar itu", Selir Agung menanggapi. "Untuk saat ini aku akan fokus untuk merawat Chana. Lagipula jika Putra Mahkota lahirpun, itu bukan ancaman bagiku". "Apakah anda akan membanting setir atas rencana awal anda Yang Mulia?", tanya Dayang Tal. "Mungkin akan ku ubah sedikit".

Hari demi hari berlalu, begitu juga kehidupan di istana. Pertumbuhan yang menggembirakan tengah menyelimuti dua wanita penting di kerajaan yaitu Selir Agung dan Permaisuri. Jika Permaisuri tengah menanti si jabang bayi, maka Selir Agung tengah dipuaskan dengan kemajuan putrinya yang sedang berguru.

Chana sedang berguru pada Guru Yin. Ia belajar menulis huruf Kuno yang banyak sekali karakternya. "Ibu...!", soraknya ketika Selir Agung masuk. Selir Agung memeluknya dan mengecup hangat pipinya. Selir Agung menanyakan perkembangan putrinya. Guru Yin merespon positif atas perkembangan Putri Agung yang telah mampu menghafal puluhan huruf. Selir Agung tersenyum dan memeluk putrinya lagi. Mereka lalu pulang bersama-sama.

Selir Agung terkejut karena begitu banyak orang di kediaman Permaisuri.
"Putra Mahkota telah lahiiiirrr!!!!". Orang-orang lalu berbondong-bondong ke kediaman Permaisuri sambil meneriakkan kebahagiaan mereka. "Putra Mahkota telah lahiiiirrr!!!! Putra Mahkota telah lahiiiirrr!!!!". Selir Agung menatap kediaman Permaisuri dengan nanar. Tak menyangka ia jika Permaisuri melahirkan seorang putra yang jelas akan mengancam hidupnya.

Namun disisi lain dirinya juga tak tega jika harus melenyapkan Putra Mahkota karena masa lalunya yang juga sebetulnya tak ingin kehilangan anak. Ibu mana yang ingin kehilangan anaknya? Dilema itu berkecamuk dalam pikirnya. Bagaimana cara menyingkirkan Putra Mahkota tanpa menimbulkan masalah lagi? Apakah dengan kemampuan cenanyangnya? Tapi pertahanan Permaisuri sangat sukar dihancurkan dengan kekuatan hitam yang ia miliki. Itulah batu hantamannya untuk menyingkirkan Permaisuri hingga saat ini.

"Ibu.... ", rengekan Putri Agung menyadarkannya. "Ibu, apa Putra Mahkota akan menjadi saudaraku?". Selir Agung membungkukkan badannya. "Benar sayang. Kau akan mempunyai saudara baru", katanya sambil tersenyum. Namun senyum itu tak dapat menutupi kegundahan hatinya tentang Putra Mahkota yang bisa saja mengakhiri rencananya dengan tidak baik. Itu sangat mungkin bila mengingat ia akan tumbuh dibawah asuhan Permaisuri yang memang tidak pernah menginginkan Selir Agung ada di istana. Selir Agung menghela napas panjang untuk sejenak menenangkan kegundahan hatinya.

Pagi itu Istana mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan lahirnya Putra Mahkota. Bocah laki-laki yang diberi nama Zin Tan kelak yang akan menggantikan ayahnya memimpin negri. Buah-buahan, makanan, dan hasil bumi yang lain diarak menuju Kuil Istana. Terlihat pasangan yang berbahagia, Kaisar dan Permaisuri berjalan di barisan depan. Permaisuri yang tengah menggendong Putra Mahkota tak henti-hentinya merekahkan senyum lebarnya melihat wajah putra yang ada di dekapannya.

Terlihat di barisan belakang Kaisar dan Permaisuri, Selir Agung mengganndeng Putri Agung. Kaisar menoleh ke belakang lalu menggendong Putri Agung. Permaisuri melirikkan pandangannya kepada Kaisar, lalu kembali menatap putranya. Rupanya Kaisar ingin menunjukkan keharmonisan keluarganya pada rakyat. Kaisar juga ingin persaudaraan antara Putri Agung dan Putra Mahkota seperti saudara kandung sendiri. Meskipun Putri Agung bukan anak kandung Selir Agung, namun jauh dalam hatinya Kaisar ingin Putri Agung bisa menjadi sosok kakak yang baik untuk Putra Mahkota.

Putra Mahkota bersama sang ibu berdiri di tengah ruangan Kuil. Kepala Putra Mahkota diperciki air suci oleh sang biksu. Doa-doa luhur di panjatkan agar menjadi keberkahan tumbuh kembangnya sang Putra Mahkota. Kelak pula ia bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana untuk negri seperti dambaan semua rakyat dan orang tuanya. Ritual dilanjutkan dengan melarung beberapa buah-buahan dan makanan untuk sedekah laut. Hal itu bertujuan untuk membuang kesialan terutama kesialan-kesialan yang akan menghadang Putra Mahkota. Setelah ibadah pemberkatan selesai, Permaisuri kembali ke kediamannya. Namun ada tamu yang tak diundang datang. Perdana Mentri mengunjungi keponakannya. Tapi Permaisuri tak menyambut baik kedatangan kakaknya itu.

Dendam lama masih menguasai hatinya. Dengan tulus, Perdana Mentri mengucapkan selamat atas lahirnya Putra Mahkota, namun seperti biasa Permaisuri menanggapinya dengan dingin.

"Terima kasih atas sambutannya, Perdana Mentri. Kurasa sebaiknya kau kembali mengerjakan tugasmu". Sikap yang seperti biasa ia tunjukkan pada saudaranya itu. Setelah mengucapkan selamat, Perdana Mentri mohon undur diri dari kediaman Permaisuri.

Kembali ia menatap wajah putra pertamanya itu. "Nak, jika kau nanti menjadi pemimpin negri ini, berjanjilah pada ibu untuk melawan orang-orang Hainan dengan tanganmu sendiri. Jangan biarkan Hainan menguasai negri ini", bisiknya.

Esok setelah itu Selir Agung menghadap Kaisar untuk meminta izin berkunjung ke Kuil di Hainan tempat dahulu ia berguru. Ia telah menimbang, memikir dan menghitung apa yang harus ia lakukan sekarang setelah lahirnya Putra Mahkota dan mendapatkan kebuntuan. Mungkin mengunjungi guru bisa memberi motivasi untuk mengambil tindakan pikirnya.

"Kenapa kalian tidak bisa berbahagia bersama-sama?", desah Kaisar mendengar izin dari Selir Agung. "Apa maksud Yang Mulia?". Kaisar membenarkan letak duduknya, "Aku ingin kehidupan Istana menjadi damai. Istri-istriku bisa duduk berdampingan menjadi wali anak-anakku. Namun ketika yang satu bahagia, yang lain seperti tidak bahagia. Ada apa gerangan yang terjadi pada kalian? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui? Dan pula, ada apa kau harus kembali ke Hainan?".

Selir Agung terdiam sejenak sambil memikirkan rencana apa yang bisa diutarakan agar Kaisar percaya dan memberinya izin. "Baginda tidak perlu khawatir. Semua yang harus Baginda ketahui telah Baginda ketahui. Hamba tidak bermaksud menutupi apapun dari Baginda. Hamba hanya ingin meninjau langsung pemberantasan wabah kolera di Hainan. Meski tahun telah berganti, tapi setahu Hamba, kolera tidak mudah diberantas apalagi yang sudah menjadi wabah. Maka dari itu Hamba akan sangat bersyukur jika Yang Mulia memberi Hamba izin untuk ke Hainan dengan segera".

Kaisar berpikir alasan Selir Agung cukup masuk akal. Tak lupa ia juga bersyukur tidak ada sesuatu yang sedang disembunyikan Selir Agung. Namun ia sendiri masih berat hati untuk mengijinkan Selir Agung pergi.

"Hamba mohon Yang Mulia..". "Baiklah aku mengizinkamu. Siang nanti kau pergilah bersama rombongan yang lain menuju Hainan". Selir Agung sangat senang mendengar ucapan Kaisar itu kemudian bergegas mengemasi pakaiannya untuk dibawa ke Hainan. "Berkah yang melimpah untuk anda, Yang Mulia". Kemudian rombongan itu berangkat ke Hainan, tak lupa pula Selir Agung membawa serta Putri Agung. Sang ibu berpikir bahwa anaknya harus mengenal tanah kelahirannya sendiri.

Perjalanan jauh itu membuat Putri Agung kelelahan dan tidur dipelukan ibundanya. Selir Agung memeluk putrinya dengan posesif, seakan takut kehilangan putrinya itu. Perjalanan itu memakan waktu delapan hari. Memang jarak antara ibu kota dan Hainan sangat jauh, bahkan lebih jauh dari Jiang.

Hainan adalah wilayah terluar dari kerajaan. Hal ini membuat Hainan rawan terjadi peperangan karena merupakan pintu masuk negri. Namun keadaan itu tidak menyurutkan putra putri Hainan untuk lebih giat berilmu, baik secara formal maupun informal. Makin tahun memang kebudayaan yang khas Hainan semakin ditinggalkan oleh rakyat Hainan sendiri. Hal itu dipengaruhi oleh pertukaran budaya yang kuat antara Hainan apalagi semenjak hubungannya membaik dengan Kaisar. Kaisar mengirimkan orang-orang terbaiknya ke Hainan untuk membentuk sumber daya manusianya. Hal itulah yang membuat perpaduan budaya antara Xing, ibu kota, dan Hainan tercampur.

Misalnya dalam Imlek, di Hainan setiap malam Imlek diadakan persembayangan semalam suntuk di seluruh kuil di Hainan, bahkan malam Imlek begitu semarak dengan alunan musik-musik yang dimainkan oleh beberapa pemuda hingga fajar menyingsing, tapi hal itu tidak akan ditemui di Xing. Setelah Kaisar mengirimkan orang-orang Xing ke Hainan seperti yang tertebak, malam Imlek tidak akan semeriah malam Imlek yang lalu-lalu. Justru kesemarakan itu datang pada siang hari setelah persembayangan selesai dilakukan. Begitu pula di Hainan. Budaya-budaya yang hanya ditemui di Xing juga berkembang di Hainan. Misalnya festival berburu pada awal musim dingin dan musim semi. Pada awalnya acara itu hanya ada di Xing, Kaisarlah yang membuatnya juga terjadi di Hainan.

Hari demi hari berlalu seiring perjalanan Selir Agung ke Hainan. Nampaknya Putri Agung juga menikmati perjalanannya. Ia begitu penasaran dengan perjalan jauh pertamanya. Perjalanan yang lama itu terkadang membuatnya lelah, namun juga membuatnya begitu semangat. Kadang ia mengisi kekosongannya dengan membaca buku yang sempat ia bawa.

Ia biasanya akan membaca buku hingga ia tertidur. Selir Agung memperhatikan tingkah putrinya dengan heran. Tak pernah ia menemui anak seunik putrinya. Seusianya, jarang sekali ada yang mau membaca buku apalagi untuk durasi yang lama bahkan sampai terkantuk begitu.

Setelah tiba di Hainan, Selir Agung langsung menuju rumah saudara tirinya yang menjadi Gubernur Hainan. Gubernur Hainan itu menyambut kakaknya hangat. "Anda berkunjung tanpa memberi kabar Yang Mulia". "Maafkan aku jika kedatanganku membebani", ucap Selir Agung sambil memberikan Putri Agung yang sedang tidur ke Dayang Tal. Selir Agung dan Gubernur masuk menuju Istana Hainan. Sudah menjadi keinginan Kaisar bahwa disetiap Provinsi harus dibagun istana yang berukuran lebih kecil dari istana ibu kota sebagai tempat memipin pemerintahan sekaligus kediaman Gubernur di provinsi itu.

"Aku akan menetap disini untuk beberapa hari, saudaraku". "Tentu aku akan sangat tersanjung". Istri Gubernur Hainan, atau adik ipar Selir Agung keluar menyambutnya. Setelah membugkuk memberi salam, adik iparnya itu memeluk Selir Agung.

Gubernur Hainan itu adalah adik beda ibu Selir Agung. Ibu Selir Agung meninggal sejenak setelah melahirkannya. Namun berbeda dengan Permaisuri yang mendapatkan pengkhianatan dari ibu tirinya, Selir Agung justru menemui ketulusan dari ibu tirinya. Ayahnya menikah dengan ibu tirinya saat Selir Agung berusia lima tahun. Setelah tiga tahun mengarungi pernikahan lahirlah adik laki-lakinya yang sekarang ini menjadi Gubernur Hainan. Adiknya adalah Gubernur termuda negri itu.

Pernikahannya baru seumur jagung, wajarlah jika mereka masih belum memiliki keturunan. Adik iparnya begitu menginginkan putri, hal itulah yang membuatnya sangat senang ketika Selir Agung mengajak Putri Agung mengunjunginya. "Kakak, aku sedang mengandung!", ucap adik iparnya. "Istriku, jaga sopan santunmu...".

Selir Agung tersenyum menanggapi ucapan kedua adiknya itu. "Tak usah bersikap formal, ini kunjungan keluarga, bukan kunjungan kenegaraan. Selamat atas kehamilanmu adikku, semoga kelak keponakanku bisa menandingi ayahnya...". "Aku memang beralasan untuk melihat perkembangan pemberantasan kolera tapi bukan itu tujuan utamaku", lanjutnya.

"Jika kakak mengkhawatirkan itu, kau harus siap-siap bernafas lega. Tenaga medis yang dikirim dari Xing sangat efektif memberantas wabah kolera dengan cepat. Benar-benar ilmuan-ilmuan yang berbakat". "Kami sangat bersyukur atas bantuan Kaisar", tambahnya. "Aku senang mendengarnya".

Gubernur Hainan menceritakan perkembangan di Hainan setelah wabah kolera mereda. Perkembangan yang melesat sangat menonjol adalah dalam sektor pertahanan. Setelah perbaikan gizi besar-besaran, pemuda-pemuda yang tadinya tidak produktif menjadi produktif terutama dalam memproduksi senjata.

Dari sektor pertanian juga tak kalah menonjol, dimana hasil pertanian tiap tahunnya makin melimpah. Hainan yang tadinya adalah provinsi termiskin, sekarang menjadi penopang utama negri dengan hasil pencapaiannya. Sungguh luar biasa dan keadaan yang baru dirasakan Selir Agung. Melegakan.

Di malam hari setelah kedatangannya di Hainan, Selir Agung menitipkan putrinya ke adik iparnya. Ia pamit akan ke kuil menemui biksu yang dulu pernah menyelamatkannya. Berangkatlah Selir Agung dengan menggunakan kuda. Dihadapan gurunya itu, Selir Agung menghaturkan hormat yang setinggi-tingginya bagi gurunya. "Yang Mulia hampir tidak pernah datang kemari".

"Maafkan murid guru yang tidak tahu diuntung ini". Biksu itu tersenyum tipis mendengar ucapan muridnya. "Kerisauan apa gerangan sehingga membuat Yang Mulia menghadap orang sehina hamba?". "Orang hina hanyalah orang-orang melakukan pengkhianatan, sementara guru tidak melakukan itu kepadaku".
"Guru... aku tidak pernah menyangka Putra Mahkota akan lahir ke dunia ini di tengah kebahagiaanku menemukan anak. Apa yang harus aku lakukan? Aku telah berdoa di kuil, namun gundah ini tak kunjung hilang". Biksu itu berdehem pelan sambil membenarkan sebuah kacamata kuno yang menggantung di hidungnya. "Seseorang yang kau anggap buruk bisa jadi menjadi orang yang kau paling rindukan keberadaannya". "Berdamai dengan hati dan memaafkan kesalahan bahkan ketika kesalahan itu belum terjadi, itu adalah keluhuran yang mutlak anakku..", lanjutnya.

Jadi haruskah aku membiarkan anak itu tumbuh begitu? pikir Selir Agung dalam hatinya. "Berdamailah dengan dirimu sendiri.", tutup biksu itu. Karena wejangan dari gurunya itu, Selir Agung memutuskan berdamai dengan Permaisuri termasuk keturunannya. Bahkan nampaknya permaisuri mengubah drastis niat awalnya di istana.

Continue Reading

You'll Also Like

55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
8.6M 526K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
14.7M 1.5M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...
16.4M 386K 17
[SUDAH TERBIT] Tentang Graziano Gerald Alexio, kapten basket populer yang terkenal dingin serta kejam dalam menyikapi para gadis yang menyukainya. Di...